Al-Kalimat
(Seputar Tujuan Manusia, Aqidah, Ibadah
dan Kemukjizatan Al-Quran)
Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang HAK CIPTA,
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1987 jo. Undang-Undang
No. 12 Tahun 1997, bahwa:
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak meng umumkan atau menyebarkan suatu
ciptaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat
(2) de ngan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bu lan dan/atau denda
paling sedikit Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, meng edarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau ba rang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
seba gai mana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana pen jara pa ling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000.- (lima ratus juta rupiah).
Dari Koleksi Risalah Nur
Al-Kalimat
Badiuzzaman Said Nursi
(Seputar Tujuan Manusia, Aqidah, Ibadah
dan Kemukjizatan al-Quran)
JILID 1
Bediuzzaman Said Nursi
AL-KALIMAT
2011 Bediuzzaman Said Nursi
Edisi Pertama, Cetakan Ke-1
Dialihbahasakan oleh: Fauzi Faisal Bahreisy
Anatolia. 2011.0009
Hak Penerbitan pada Prenada Media Group
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini degan cara apa pun, termasuk
dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit.
Desain Cover Pena Grafika
Lay-out Pena Grafika
Percetakan Kharisma Putra Utama
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
BEDIuzzAMAN SAID NurSI
Al-Kalimat
Jakarta: Anatolia, 2011
Ed. 1. Cet. 1; xviii, 426 hlm; 15 x 23 cm
ISBN 978-979-16309-3-1297.496
Cetakan Pertama, Maret 2011
A N A T O L I A
PrENADA MEDIA GrOuP
Jl. Tambra raya No. 23
rawamangun - Jakarta 13220
Telp. (021) 478-64657, 475-4134
Faks. (021) 475-4134
E-mail: pmg@prenadamedia.com
Http: www.prenadamedia.com
INDONESIA
Kata Pengantar
v
Reorientasi Hidup Bermakna
Menurut Rasil al-Nr
Ada sejumlah kesan mendalam yang saya rasakan setelah memba-
ca karya monumental Said Nursi yang satu ini: al-Kalimt (Kata-kata,
petuah, dan uraian refektif). Pertama, dalam buku ini, Nursi memba-
has berbagai topik dengan pendekatan flosofs, logis, dan kontekstual.
Ketika membahas kekuatan dan keberkahan basmalah misalnya, Nursi
bukan hanya menguraikan makna, fungsi, dan nilai basmalah, melaink-
an juga mengkontekstualisasikan dalam kehidupan nyata melalui tamsil
atau perumpamaan yang tepat dan menyentuh hati.
Kedua, nasihat spiritual yang diberikan Nursi dalam Al-Kalimt
ini memperlihatkan betapa kekayaan dan pengalaman spiritual Nursi
sangat berpengaruh terhadap pola pikirnya yang sederhana, nyata, dan
bermakna. Perjalanan hidup Nursi yang penuh tantangan, ujian, dan
dalam batas tertentu siksaan dari rezim penguasa membuatnya begitu
bijak dan lembut dalam menggelorakan dakwah al-amr bi al- maruf wa
al-nahyu an al-munkar. Baginya, perjalanan hidup ini harus dipandang
sebagai kalimat yang sarat makna. Dan pemaknaan kalimat itu harus
sesuai dengan petunjuk Allah dalam al-Quran dan Sunah Nabi.
Ketiga, pengalaman hidup Nursi agaknya mengantarkannya kepa-
da sebuah pandangan hidup (world view) bahwa segala yang ada atau
semua entitas yang di alam raya ini merupakan satu kesatuan dengan
ayat-ayat Allah yang ada dalam kitab suci-Nya. Karena itu, idealnya se-
mua itu berjalan harmoni, bergerak dalam orbitnya, dan berorientasi
kepada ketundukan (istislm) dan penghambaan diri (ibdah) kepada-
Nya. Nursi selalu berupaya mengaitkan atau mengkontekstualisasikan
frman (ayat) Allah dengan ayat-ayat kehidupan nyata, baik yang di-
Al-Kalimat
vi
alami langsung maupun yang pernah terjadi (sejarah) dan dialami oleh
orang lain.
Keempat, kata-kata, tamsil, analogi, dan tausiah-tausiah yang di-
uraikan dalam buku ini, menurut saya, sarat dengan nilai-nilai eduka-
si. Nursi tampaknya memerankan dirinya sebagai pendidik yang selalu
bel ajar. Belajar dari kehidupan, belajar memaknai hidup, belajar mener-
jemahakan dan mengaktualisasikan nilai-nilai spiritual dalam kehidu-
pan nyata. Sebagai pendidik yang bijak, ia tidak hanya berbicara dengan
bahasa yang bisa dimengerti oleh peserta didiknya (para pengikutnya),
melainkan juga intens melakukan dialog, refeksi, dan aktualisasi diri.
Tiga kata kunci yang terakhir (dialog, refeksi, dan aktualisasi diri) me-
rupakan pendekatan edukasi yang dinilai efektif untuk membentuk peta
koginisi, kesadaran afeksi, dan aktualisasi psikomotik peserta didik.
Dengan menggunakan pendekatan dialogis dan refektif, Nursi
mampu menghadirkan pemahaman ayat-ayat al-Quran yang tampak
sukar dicerna menjadi lebih mudah dimengerti dan diterima akal se-
hat. Misalnya saja, ketika menjelaskan ayat Tidaklah kejadian kiamat
itu melainkan sekejap mata atau lebih cepat lagi (QS. an-Nahl: 77), ia
menyuguhkan analog yang mudah dicerna. Katanya, andaikan sebuah
planet atau meteor sesuai dengan perintah Allah menabrak bumi yang
merupakan negeri jamuan Allah, tentu planet itu akan menghancurkan
tempat tinggal kita ini sebagaimana istana yang dibangun selama sepu-
luh tahun dihancurkan hanya dalam satu menit.
Selain itu, Nursi juga menawarkan pendekatan substantif dalam
memaknai dan menafsirkan ayat-ayat al-Quran. Kendatipun berge-
rak dari makna kebahasaan dalam memahami ayat-ayat, Nursi selalu
mengarahkan pemahaman ayat itu pada fungsi utama diturunkannya
al-Quran yaitu sebagai petunjuk. Pesan moral dari al-Quran, menu-
rutnya, harus dapat mengantarkan manusia kepada kemuliaan makna-
wi. Mukjizat material yang banyak dikisahkan oleh al-Quran, misalnya
tongkat Nabi Musa as. yang bisa berubah menjadi ular atau dipukulkan
pada batu yang keras lalu dapat memancarkan mata air, Nabi Ibrahim
as. tidak mempan dibakar api, dan sebagainya, juga dimaksudkan agar
manusia yang mempelajarinya mampu mencapai kesempurnaan mak-
nawi dari hidupnya.
Kata Pengantar
vii
Sebagai contoh, ketika menjelaskan ayat Kami (tundukkan) angin
bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama seperti dengan
perjalanan sebulan, dan perjalanannya di waktu sore sama dengan per-
jalanan sebulan (pula) (QS. Saba: 12), Nursi menyatakan bahwa salah
satu mukjizat Nabi Sulaiman adalah penundukan angin untuknya. Ia
bisa melintasi perjalanan dua bulan dalam satu hari di udara. Ayat terse-
but menunjukkan bahwa terbuka jalan bagi manusia, dengan teknologi
yang super canggih, untuk melintasi jarak tersebut di udara. Sebagai
mufasir edukatif, Nursi lalu memberi nasihat dengan menyatakan: Co-
balah mendekati kedudukan tersebut selama jalannya terbentang di ha-
dapanmu! Pemahaman yang bersifat material ini kemudian diarahkan
kepada pemahaman sufstik. Ia kemudian menyatakan: Se olah-olah
Allah SwT berkata: karena salah seorang hamba-Ku meninggalkan
hawa nafsunya, maka Kubuat ia bisa terbang di udara. wahai manusia,
jika engkau membuang kemalasan nafsu, lalu engkau mengerahkan se-
mua hukum sunah-Ku yang berlaku di alam raya ini, pasti engkau dapat
terbang tinggi di udara.
Buku yang berisi ulasan kalimat demi kalimat hingga kalimat ke-
dua puluh tiga (23) ini tidak hanya memberikan pencerahan (tanwir,
idhaah) bagi pembacanya, melainkan juga menyajikan beragama dia-
log, kisah, analog, tamsil, tafsir, dan konsultasi spiritual yang sangat
dan tetap relevan bagi kehidupan modern. Nursi mengajak kita semua
untuk memiliki kesadaran mendalam mengenai pentingnya reorientasi
hidup menuju tujuan hidup yang benar yang dapat mengantarkan kepa-
da kebahagiaan duniawi dan ukhrawi.
Menurut Nursi, setidaknya ada sembilan hal (nilai) yang dapat
mengantarkan manusia kepada tujuan hidup yang benar. Pertama, me-
nunaikan syukur secara komprehensif serta mengukur berbagai nikmat
yang tersimpan di perbendaharaan Ilahi dengan neraca indra yang ter-
dapat dalam dirimu. Dalam kenyataannya banyak manusia yang tidak
pandai bersyukur. Akibatnya, kenikmatan dan kebagahagiaan hidup
menjauh darinya. Kesengsaraan demi kesengsaraan menjadi menu hi-
dupnya.
Kedua, membuka kekayaan nama-nama Ilahi yang tersembunyi
dengan kunci-kunci perangkat yang tersimpan dalam ftrahmu sekali-
Al-Kalimat
viii
gus mengenal Allah SwT dengan nama-nama tersebut. Nursi meman-
dang bahwa segala makna dan nilai kehidupan manusia itu bisa ditela-
dani dari al-Asma al-Husna (Nama-nama Terbaik Allah). Keluasan dan
keluhuran makna kehidupan muslim harus mengambil inspirasi dan
motivasi dari cerminan al-Asma al-Husna itu.
Ketiga, mengungkap berbagai manifestasi dan keindahan kreasi
al-Asma al-Husna yang terdapat dalam dirimu serta menampakkan-
nya di hadapan seluruh makhluk dengan pengetahuan dan kesadaran
serta dengan segala sisi hidupmu di galeri dunia. Dalam konteks ini,
Nursi hendak menyatakan bahwa konsep tajallidalam tasawufyang
direduksi dari nilai-nilai yang terpancar dari al-Asma al-Husna itu se-
benarnya telah di-install dalam diri setiap manusia. Hanya saja, tanpa
kesadaran dan pengetahuan tentang Tuhan, manusia tidak akan mampu
memanifestasikan nilai-nilai itu. Jika hati manusia penuh noda (kotor),
hitam kelam (tidak lagi memancarkan cahaya Ilahi), maka mustahil
manusia dapat meneladani al-Asma al-Husna dalam hidupnya. Karena
itu, diperlukan adanya ibadah, zikir, berdoa, memperbaiki kualitas diri
dengan menjalankan syariat-Nya secara benar dan istikamah. Hidup
ini pilihan, bukan semata-mata kenyataan yang harus dijalani. Sebagai
pi lih an, manusia harus menjalaninya dengan kacamata (perspektif)
atau bantuan sinar (nur) yang Mahahidup dan Maha pencipta kehidup-
an dengan segala aturan main yang ditetapkan-Nya.
Keempat, memperlihatkan ubudiyah di hadapan keagungan rubu-
biyah Pencipta lewat lisan al-hal dan ucapan. Banyak tanda kekuasaan
dan kebesaran Allah ditampakkan, diperlihatkan, didemostrasikan
Allah di alam raya ini. Kebesaran dan kekuasaan itu sebagai cerminan
dari keagungan rububiyah-Nya hendaknya membuat manusia semakin
yakin (beriman) dan taat dengan hanya beribadah kepada-Nya. Kare-
na tujuan Allah menciptakan manusia (dan jin) adalah agar beribadah
kepada-Nya (QS. adz-Dzariyat: 56).
Kelima, menghias diri dengan berbagai perangkat halus insani
yang diberikan oleh manifestasi al-Asma al-Husna sekaligus memper-
lihatkan di hadapan Tuhan Sang Saksi Azali. Dalam hal ini, kata Nursi,
engkau ibarat prajurit yang memakai sejumlah tanda dan simbol yang
diberikan oleh penguasa dalam berbagai kesempatan formal, yang ke-
Kata Pengantar
ix
mudian diperlihatkan untuk menampakkan jejak kemurahan dan per-
hatiannya kepada prajurit tadi. Karena itu, pesan yang hendak ditegas-
kan Nursi adalah bahwa manusia yang hidupnya bermakna yaitu yang
bermoral Rabbani, selalu meneladani sifat-sifat Allah, sebagaimana ter-
cermin dalam al-Asma al-Husna-Nya.
Keenam, menyaksikan berbagai fenomena kehidupan makhluk
bernyawa dengan dilandasi pengetahuan dan bashirah (mata batin,
mata hati) di mana ini menjadi petunjuk terhadap Penciptanya; melihat
tasbih mereka terhadap-Nya dengan disertai perenungan karena ia me-
rupakan simbol kehidupannya; serta menampakkan ibadahnya kepada
Sang Pemberi kehidupan sekaligus bersaksi atasnya di mana ia meru-
pakan tujuan hidupnya. Alam raya berikut makhluk hidup yang ada di
dalamnya merupakan laboratorium iman bagi manusia. Siapa yang
memanfaatkan laboratorium itu dengan baik, pasti tidak hanya men-
dapat pengetahuan tentang makhluk yang diteliti dan dipahaminya,
melainkan juga dapat mengantarkannya kepada pemahaman dan pen-
dekatan diri kepada Sang Penciptanya.
Ketujuh, mengenal sifat-sifat Tuhan Sang Pencipta yang bersifat
mutlak berikut semua atribut-Nya yang penuh hikmah, lalu mengukur-
nya dengan pengetahuan, kemampuan, dan kehendak parsial yang Allah
berikan untuk hidupmu, yaitu dengan menjadikannya sebagai miniatur
dan ukuran guna mengetahui berbagai sifat Tuhan yang bersifat mu-
tlak tersebut. Mengenal Tuhan yang baik itu harus melalui pe ngenalan
terhadap sifat-sifat-Nya, sehingga pada gilirannya mampu menyelami
dan meneladani kemurahan, kebaikan, kemuliaan, keagungan, dan ke-
hebatan-Nya.
Kedelapan, mengetahui berbagai ungkapan yang berasal dari se-
tiap entitas alam serta mengetahui sejumlah ucapan maknawinya sesuai
dengan bahasa masing-masing terkait dengan keesaan Pencipta dan ru-
bubiyah Tuhan. Dalam konteks ini, Nursi melihat bahwa semua yang
ada di alam raya pada dasarnya merupakan sarana, fasilitas, instrumen,
atau media yang jika dipahami dan dimaknai dengan baik pada ak-
hirnya akan membawa kepada tauhid hakiki. Semua merupakan satu
kesatuan, semua berasal dari Allah, berjalan menurut kehendak-Nya,
dan akan kembali kepada-Nya. Puncak kesadaran kebermaknaan hidup
Al-Kalimat
x
manusia tercermin pada ungkapan Inna lillahi wa inna ilahi rajiun
(Sesungguhnya kita ini milik (berasal dari, hidup karena) Allah, dan
kepada-Nyalah kita kembali, menemu-Nya). Alangkah indahnya ke-
hidupan yang dilandasi oleh kesadaran spiritual seperti itu, sehingga
manusia tidak lagi berkompetisi melampiaskan nafsu, syahwat, egoisi-
tas, kepentingan pribadi, dan sebagainya, melainkan selalu ber-fastabul
khairat (berlomba-lomba dalam kebajikan) dalam rangka menjadikan
dunia ini sebagai mazraat al-akhirah (ladang investasi akhirat).
Kesembilan, mengetahui berbagai tingkatan kekuasaan Ilahi dan
kekayaan rabani yang bersifat mutlak lewat neraca kelemahan, ketidak-
berdayaan, dan rasa butuh yang terdapat dalam dirimu. Sebab, seba-
gaimana berbagai jenis makanan dan kelezatannya bisa dirasakan lewat
tingkatan lapar dan kadar kebutuhan yang ada, engkau harus mema-
hami tingkatan qudrat (kekuasaan) dan kekayaan Ilahi yang bersifat
mutlak lewat kelemahan dan kefakiranmu yang tak terhingga. Dalam
konteks ini, Nursi mengalogikan perjalanan hidup manusia itu seperti
sebuah pendakian gunung yang tinggi dan terjal, dihadapkan pada ber-
bagai kesulitan dan tantangan. Akan tetapi, manakala manusia mampu
melampaui dan mengatasi kesulitan itu dengan kekuatan yang bersan-
dar pada kekuatan ilahi, ia ibarat mendapatkan kepuasan batin yang
tak terkira. Hidup itu harus proporsional, tidak boleh berlebihan, dan
melampaui batas kewajaran. Dengan begitu manusia menyadari bahwa
dirinya itu faqir (merasa butuh dan tergantung) kepada Allah. Ia juga
merasa dhaif (lemah dan tidak berdaya) di hadapan kekuasaan-Nya
yang tak tertandingi. Kesadaran teologis semacam ini pada giliran-
nya dapat mengantarkannya untuk selalu merasa butuh, memesrakan
hubungan, dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Di atas semua itu, ada hal lain yang juga menarik dari buku ini.
Di bagian akhir dari mayoritas al-Kalimat, Nursi mendidik kita mela-
lui doa-doa khas untuk selalu bersikap berbaik sangka kepada Allah
dan optimis dalam menjalani hidup ini. Sikap rendah hati semacam
ini merupakan cerminan dari pribadinya yang telah mencapai titik
kematang an spiritual yang tinggi. Meski beliau sering dipenjarakan,
diasingkan, dikucilkan, dan ditekan habis-habisan oleh rezim penguasa
Turki yang sekuler, Nursi tetap tegar dan optimis. Cahaya Allah yang
Kata Pengantar
xi
menyinari hatinya tidak pernah padam oleh perlakuan zalim pengua sa
terhadapnya. Justru tekanan demi tekanan, siksaan demi siksaan, sema-
kin membuatnya yakin bahwa cahaya Islam akan semakin bersinar di
muka bumi.
Buku yang hadir di hadapan Anda ini sungguh mudah dicerna,
menyentuh relung-relung kehidupan kita sehari-hari. Tema bahasan
yang disuguhkan sangat kaya dan beragam. Namun, menurut saya,
semuanya mengerucut pada pentingnya pencarian makna hidup yang
hakiki. Karena itu, melalui buku ini, Nursi mengajak kita mendesain
ulang, melakukan reorientasi kehidupan kita menuju hidup bermakna,
dengan memahami tujuan hidup, melejitkan kekayaan iman, mengapre-
siasi segala entitas yang ada, dan menyinergikan semua dalam sebuah
bingkai tauhid yang disinari Nur Ilahi.
Selamat membaca karya monumental ini, semoga Anda tercerah-
kan, termotivasi, dan terinspirasi untuk mereorientasi hidup Anda se-
hingga akhirnya menemukan makna hidup yang sejati. Semoga! Walla-
hu alam bi as-shawab!
Ciputat, 22 Februari 2011
Oleh: Muhbib Abdul Wahab
1
1
Penulis adalah ketua Yayasan Nur Semesta Ciputat dan dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Daftar Isi
Kalimat Pertama
Kekuatan dan Keberkahan Bismillah serta Bagaimana Seluruh
Makhluk Mengucapkannya dengan Lisanul Hal ........................1
Kalimat Kedua
Iman adalah Sumber Kebahagiaan dan Nikmat serta Pandangan
Mukmin dan Kafr Terhadap Dunia. ............................................ 5
Kalimat Ketiga
Ibadah Merupakan Kebahagiaan yang Paling Utama Sementara
Kefasikan Merupakan Kerugian Nyata ........................................ 8
Kalimat Keempat
Shalat adalah Sarana Istirahat Paling Besar bagi Roh, Kalbu,
dan Akal. ....................................................................................... 12
Kalimat Kelima
Tugas Hakiki Manusia: Beribadah kepada Allah dan Menjauhi
Dosa Besar ..................................................................................... 15
Kalimat Keenam
Menjual Jiwa dan Harta kepada Allah adalah Perniagaan yang
Mendatangkan Keuntungan Lima Kali Lipat, Sementara
Kebalikannya Mendatangkan Kerugian Lima Kali Lipat ........ 19
Kalimat Ketujuh
Iman kepada Allah dan Hari Akhir Menjawab Teka Teki Alam
dan Membuka Pintu Kebahagiaan ............................................. 25
Kalimat Kedelapan
Hakikat Dunia Berikut Peran Manusia dan Esensi Roh di
Al-Kalimat
xiv
Dalamnya serta Perbandingan antara Derita orang Fasik dan
Kebahagiaan orang Mukmin ....................................................... 32
Kalimat Kesembilan
Makna Shalat, Hikmah Penetapan Lima waktu Tertentu
untuknya, serta Kebutuhan Jiwa Manusia Terhadapnya
Pada Setiap waktu Sebagaimana kebutuhan Jasad terhadap
Udara, Air, dan Makanan ........................................................... 42
Kalimat Kesepuluh
Tentang Pengumpulan Makhluk di Hari Akhir: Penjelasan
Dalil-dalilnya dalam Dua Belas Bentuk dalam Cerita Imajiner
Disertai Pendahuluan yang Berisi Tiga Petunjuk tentang
Alam Bahwa ia Pasti Memiliki Pencipta, tentang Tugas-tugas
Kenabian, tentang Sangkalan Terhadap Dua Keraguan,
tentang Alam yang Fana yang Menjadi Dalil Keabadian ....... 53
Penjelasan tentang Dalil-dalil Pengumpulan makhluk dalam
Dua Belas Hakikat yang Tercurah dari Asmaul Husna
Berikut Penutup ......................................................................... 111
Lanjutan: Dalam Lima Bagian ....................................................... 117
Pertama: Kebutuhan Terhadap Iman kepada Hari Akhir bagi
Kehidupan Pribadi dan Sosial Manusia Berikut Kesaksian
Seluruh Rukun Iman kepada hari Akhir. ................................ 117
Kedua: Kehidupan Menegaskan Keenam Rukun Iman .............. 134
Ketiga: Sejumlah Contoh Konkret tentang Pengumpulan
Makhluk di Padang Mahsyar .................................................... 142
Keempat: al-Quran Menyiapkan Benak dan Akal untuk Beriman
kepada Hari Akhir ...................................................................... 145
Kelima: Kesepakatan Global atas Hakikat Akhirat...................... 151
Kalimat Kesebelas
Rahasia Hikmah Alam, Teka-Teki Penciptaan Manusia,
Rumus Hakikat Shalat, dan Penjelasan tentang Kehidupan
Manusia Berikut Tujuan, Esensi, Gambaran, Hakikat dan
Kesempurnaan Kebahagiaannya. .............................................. 154
Daftar Isi
xv
Kalimat Kedua Belas
Komparasi antara Hikmah al-Quran dan Filsafat Berikut
Rangkuman Metode al-Quran dan Filsafat dalam Mendidik
Manusia pada Kehidupan pribadi dan Sosialnya, serta
Penjelasan Mengenai Keunggulan al-Quran atas Seluruh
Kalam Ilahi yang Lain ............................................................... 169
Kalimat Ketiga Belas
Kekayaan Hikmah al-Quran dan Kebangkrutan Ilmu-ilmu
Filsafat Berikut Penjelasan tentang Rahasia Bersihnya
al-Quran dari Syair dan Bagaimana cara Mengetahui
Kemukjizatannya ....................................................................... 180
Bagian Kedua: Bagaimana Manusia Bisa Menyelamatkan
Akhiratnya? ................................................................................ 181
Dialog dengan Sekelompok Pemuda ............................................ 191
Sejumlah Surat kepada Para Tahanan .......................................... 195
Persoalan Penting yang Terlintas di malam al-Qadr
(Laylatul Qadri) .......................................................................... 204
Persoalan Keenam: Perkenalkan Kami pada Pencipta Kami .... 207
Catatan Tauhid dalam Kata Huwa (Dia) ..................................... 212
Kalimat Keempat Belas
Penjelasan tentang Contoh Hakikat al-Quran guna
Menyembuhkan Kalbu yang Kurang Patuh ........................... 218
Pertama: Penciptaan Langit dan Bumi dalam Enam Hari ......... 218
Kedua: Segala Sesuatu Berikut Kondisinya telah Tertulis
Sebelum dan Sesudah Muncul ke Dunia ................................ 219
Ketiga: Memahami Hadis-hadis tentang Keteraturan Ibadah
Malaikat ....................................................................................... 220
Keempat: Penciptaan Segala Sesuatu dengan Sangat Mudah
dan Cepat .................................................................................... 222
Kelimat: Keagungan-Nya yang bersifat Komprehensif Meliputi
Segala sesuatu ............................................................................. 224
Al-Kalimat
xvi
Penutup: Pelajaran Ibrah dan Peringatan Keras
bagi yang Lalai ............................................................................ 227
Lanjutan: Sejumlah Pertanyaan tentang Hikmah Terjadinya
Gempa Berikut Sebab-sebab Maknawinya ............................. 230
Kalimat Kelima Belas
Tujuh Tahapan untuk Mencapai Makna Ayat: Kami Jadikan
Bintang-Bintang itu Alat-Alat Pelempar Syaitan .................... 238
Kalimat Keenam Belas
Empat Sinar yang Menerangi Ayat al-Quran .............................. 249
Pertama: Keesaan Zat Allah SwT dan Perbuatan
Rabbaniyah-Nya yang Bersifat Umum ................................... 249
Kedua: Penciptaan Segala Sesuatu dalam Satu waktu
dan Prosesnya Secara Berangsur-angsur ................................ 253
Ketiga: Kita Jauh dari-Nya, Namun Dia Dekat Kepada Kita ..... 256
Keempat: Hakikat Shalat sebagai Mikraj bagi Mukmin ............. 259
Lampiran: Sunnah Ilahi adalah Dalil Keesaan-Nya serta
Penyimpangan atas Hukum yang ada Menjadi Dalil Bahwa
Dia adalah Pelaku yang Berkehendak ..................................... 261
Kalimat Ketujuh Belas
Alam Berhari Raya bagi Roh Meskipun Diiringi Berbagai
Kepedihan Serta Penjelasan Mengenai Keselarasan Sempurna
antara Manifestasi nama al-Qahhr dan ar-Rahmn, Lalu
Bagaimana Dia Membuat Manusia lari dari Dunia Sebelum
Mati Serta Membuatnya Mencintai Jalan Akhirat ................. 263
Bagian Kedua: Keluhan adalah BencanaKeterasingan
Munajat dengan Bahasa Persia(Aku tidak senang kepada
yang lenyap)Munajat dengan Bahasa PersiaDua Potret
Munajat dengan Bahasa ArabBuah Perenungan dalam
Bahasa PersiaRisalah Mendengarkan Perkataan Bintang 268
Kalimat Kedelapan Belas
Peringatan bagi Nafsu Ammarah Biss ....................................... 291
Segala Sesuatu Indah dalam Zatnya atau dengan
Daftar Isi
xvii
yang Lainnya ................................................................................ 293
Bagusnya Kreasi Menunjukkan Kenabian Muhammad SAw ... 295
Kalimat Kesembilan Belas
Penegasan Risalah Nabi Muhammad SAw dalam Empat Belas
Percikan ....................................................................................... 298
Kalimat kedua Puluh
Al-Quran Menyebutkan Berbagai Peristiwa Parsial untuk
Memperlihatkan Hukum yang Bersifat Universal
seperti Sujud Malaikat kepada Adam, Penyembelihan Sapi
Betina, Pancaran Air Sungai dari Batu Karang ...................... 316
Kedudukan Kedua: Kilau Kemukjizatan al-Quran Bersinar
di wajah Mukjizat Para Nabi, Kemudian Jawaban
Terhadap Dua Pertanyaan di Seputar al-Quran
dan Ilmu-ilmu Modern ............................................................. 326
Kalimat Kedua Puluh Satu
Dorongan Terhadap Jiwa yang Malas untuk Shalat dalam Lima
Catatan ........................................................................................ 352
Kedudukan Kedua: Bisikan Setan dan Cara Mengobatinya ....... 359
Kalimat Kedua Puluh Dua
Dua Belas Dalil di Seputar Tauhid Hakiki ................................... 368
Kedudukan Kedua: Dua Belas Kilau di Seputar Tauhid Hakiki 385
Kalimat Kedua Puluh Tiga
Penjelasan tentang Kebaikan dan Manfaat Iman ......................... 413
Bahasan Kedua: Penjelasan tentang Kebahagiaan
dan Penderitaan Manusia .......................................................... 425
Kalimat Pertama
Bismillh adalah awal segala kebaikan. Karena itu, kita memulai
dengannya. wahai jiwa, ketahuilah bahwa di samping sebagai syiar Is-
lam, kalimat yang baik dan penuh berkah ini merupakan zikir seluruh
entitas lewat lisanul hal (keadaan) mereka. Jika engkau ingin mengeta-
hui sejauh mana kekuatan luar biasa yang tak pernah habis yang ter-
kandung dalam bismillh serta sejauh mana keberkahan yang terdapat
padanya, perhatikan perumpamaan singkat berikut ini.
Seorang Badui yang hidup nomaden dan mengembara di padang
pasir harus memiliki afliasi dengan pemimpin kabilah dan harus ber-
ada dalam perlindungannya agar selamat dari gangguan orang-orang
jahat, agar bisa menunaikan pekerjaannya, dan agar bisa mendapatkan
berbagai kebutuhannya. Jika tidak, ia akan merana sendirian dalam
kondisi cemas dan gelisah menghadapi banyak musuh dan kebutuhan
yang tak terhingga.
Pengembaraan yang sama dilakukan oleh dua orang; yang satu
rendah hati dan yang kedua sombong. Orang yang rendah hati menis-
batkan diri kepada penguasa, sementara yang sombong menolak untuk
menisbatkan diri padanya. Keduanya berjalan di padang pasir tersebut.
Ketika orang yang menisbatkan diri kepada penguasa itu berkelana de-
ngan aman di setiap tempat. Jika bertemu perompak jalanan, ia berkata,
Aku berjalan atas nama penguasa. Mendengar hal itu perompak tadi
membiarkannya pergi. Jika dia masuk ke dalam kemah, ia disambut de-
ngan penuh hormat berkat nama penguasa yang disandangnya. Adapun
orang yang sombong, ia menjumpai berbagai cobaan dan musibah yang
tak terkira. Pasalnya, sepanjang perjalanan ia terus berada dalam keta-
kutan dan kecemasan. Ia selalu meminta dikasihani hingga membuat
dirinya terhina.
Al-Kalimat
2
Karena itu, wahai diri yang sombong, ketahuilah! Engkau laksana
pengembara Badui di atas. Dunia yang luas ini adalah padang pasir
tersebut. Kefakiran dan ketidakberdayaanmu tak terhingga serta musuh
dan kebutuhanmu tak pernah habis. Jika demikian keadaannya, san-
danglah nama Pemilik Hakiki dan Penguasa Abadi dari padang pasir ini
agar engkau selamat dari meminta-minta pada makhluk serta dari rasa
cemas dalam menghadapi berbagai peristiwa.
Ya, kalimat ini, bismillh, merupakan kekayaan besar yang penuh
berkah bahwa dengannya kefakiranmu terpaut dengan sebuah rahmat
yang luas dan mutlak lebih luas dari seluruh entitas. Ketidakberdayaan-
mu juga terpaut dengan sebuah kekuatan besar dan mutlak yang me-
megang kendali seluruh wujud, mulai dari atom hingga galaksi. Bahkan
semua kefakiran dan ketidakberdayaanmu menjadi sarana yang diteri-
ma oleh Sang Mahakuasa Yang Maha Penyayang, Pemilik Keagungan.
Orang yang bergerak dengan kalimat tersebut bagaikan orang yang
bergabung dalam sebuah pasukan. Ia beraktivitas atas nama negara tan-
pa takut kepada siapa pun. Sebab, ia berbicara atas nama undang-un-
dang dan negara sehingga ia dapat menyelesaikan tugas dan tegar dalam
menghadapi apa pun.
Di awal kami telah menyatakan bahwa semua entitas lewat lisanul
hal (keadaannya) mengucap bismillh. Benarkah demikian?
Ya, kalau engkau melihat seseorang mampu menggiring manusia
ke satu tempat serta memaksa mereka melakukan berbagai kewajiban,
tentu engkau berkeyakinan bahwa orang itu tidak sedang mewakili di-
rinya dan tidak menggiring manusia atas nama dan kekuatannya. Akan
tetapi, ia seorang prajurit yang bertindak atas nama negara dan bersan-
dar kepada kekuatan pemimpin.
Nah, seluruh entitas juga melakukan tugasnya atas nama Allah.
Dengan nama Allah, benih-benih yang sangat kecil memikul sejumlah
pohon yang sangat besar dan berat. Artinya, setiap pohon mengucap
bismillh dan mengisi kedua tangannya dengan buah-buahan yang
ber asal dari kekayaan rahmat Ilahi guna dipersembahkan kepada kita.
Setiap kebun mengucap bismillh. Ia menjadi dapur bagi kodrat Ilahi
sebagai tempat untuk mematangkan berbagai makanan yang nikmat.
Setiap hewan yang penuh berkahseperti unta, kambing, dan sapi
Kalimat Pertama
3
mengucap bismillh. Mereka menjadi sumber yang memancarkan susu
berlimpah. Atas nama Dzat Pemberi Rezeki ia berikan kepada kita nu-
trisi yang paling lembut dan paling bersih. Akar-akar setiap tumbuhan
dan rumput mengucap bismillh serta membelah batu karang yang
keras dengan nama Allah. Dia berucap/bergerak atas nama Allah dan
ar-Rahman, sehingga segala sesuatu tunduk kepadanya.
Ya, tersebarnya ranting di udara dan diiringi banyak buah, ber-
cabangnya sejumlah akar di dalam batu karang yang keras dan ia me-
nyimpan nutrisi di bawah tanah, lalu dedaunan yang hijau menahan
cuaca panas sementara ia tetap segar, semua itu merupakan tamparan
keras yang membungkam mulut kaum materialis, para penyembah
sebab, sekaligus sebagai seruan keras yang menggema di wajah mere-
ka di mana ia berbunyi, Kondisi keras dan panas yang kalian sandar
melaksanakan tugas sesuai perintah Tuhan di mana akar yang halus dan
lembut melaksanakan perintah, Kami berfrman, Pukullah batu itu de-
ngan tongkatmu!
1
seperti tongkat Musa, sehingga ia memecahkan batu
karang. Dedaunan yang segar laksana anggota tubuh Ibrahim as. yang
ketika menerima kobaran panas membaca ayat, Wahai api, jadilah eng-
kau dingin dan selamat...
2
Jadi, selama segala sesuatu di alam ini mengucap bismillh secara
maknawi, mendatangkan serta mempersembahkan nikmat Allah kepa-
da kita dengan bismillh, maka kita juga harus memulai dengan bismil-
lah. Kita memberi dengan nama Allah dan mengambil dengan nama
Allah. Demikian pula kita tidak boleh menerima dari kaum yang lalai
yang tidak memberi dengan nama Allah.
Pertanyaan: Kita memperlihatkan penghormatan kepada orang
yang menjadi sebab datangnya nikmat pada kita. Lalu apa yang dituntut
dari kita oleh Allah sebagai Dzat Pemilik seluruh nikmat?
Jawaban: Allah Pemberi Nikmat hakiki menuntut tiga hal dari kita
sebagai harga dari nikmat yang berharga tersebut.
Pertama zikir, kedua syukur, dan ketiga adalah pikir.
Dalam hal ini, bismillh sebagai pembuka merupakan zikir, alham-
1
QS. al-Baqarah: 60.
2
QS. al-Anbiy: 69.
Al-Kalimat
4
dulillh sebagai penutup adalah syukur, sementara apa yang berada di
antara keduanya adalah pikir, yaitu merenungi dan menyadari bahwa
nikmat-nikmat yang berharga tersebut merupakan mukjizat kodrat Tu-
han Yang Maha Esa serta hadiah rahmat-Nya yang luas.
Nah, sebagaimana orang yang mencium kaki pembantu yang telah
mengantarkan hadiah raja sungguh sangat bodoh dan tolol, begitu pula
memuja dan mencintai sebab-sebab materi yang menjadi pengantar
rezeki, dan melupakan Pemberi Nikmat hakiki. Bukankah ini ribuan
kali jauh lebih bodoh darinya?
wahai jiwa, jika engkau tidak mau seperti orang bodoh di atas,
maka:
Berilah dengan nama Allah. Ambillah dengan nama Allah. Mulai-
lah dengan nama Allah. Bekerjalah dengan nama Allah.
wassalam.
Kalimat Kedua
5
Kalimat Kedua
Yang beriman kepada hal gaib.
Jika engkau ingin mengetahui kadar kebahagiaan dan kenikmatan
yang terdapat dalam iman serta kadar kelezatan dan kelapangan yang
terdapat di dalamnya, perhatikan cerita singkat berikut ini:
Pada suatu hari dua orang lelaki keluar melakukan perjalanan un-
tuk rekreasi dan bisnis. Salah seorang di antara mereka yang memiliki
watak egois dan bernasib malang pergi ke suatu tempat, sementara yang
lain yang taat dan bahagia pergi ke tempat berbeda.
Orang egois dan sombong yang pesimis itu mendatangi satu dae rah
yang menurutnya sangat buruk dan sial sebagai balasan atas sikap pesi-
misnya. Bahkan ke mana pun pergi ia melihat orang-orang lemah yang
fakir yang berteriak meminta tolong akibat pukulan orang-orang yang
kejam dan bengis. Ia melihat kondisi yang memilukan dan menyedih-
kan tersebut pada setiap tempat yang ia kunjungi. Sehingga dalam
pandangannya seluruh kerajaan telah menjadi seperti tempat ratapan
umum. Ia merasa satu-satunya obat bagi keadaannya yang menyedih-
kan dan gelap itu adalah mabuk. Akhirnya ia buat dirinya mabuk agar
tidak merasakan keadaan yang sedang menimpa. Pasalnya, setiap orang
di negeri itu tampak baginya sebagai musuh yang sedang menantikan-
nya atau orang asing yang tidak bersahabat dengannya. Batinnya terus
tersiksa lantaran melihat sejumlah jenazah menakutkan dan anak-anak
yatim yang menangis putus asa.
Adapun orang kedua yang taat, yang mengabdi kepada Allah, dan
yang mencari kebenaran memiliki akhlak terpuji. Dalam perjalanannya
ia menjumpai sebuah kerajaan yang baik yang dalam pandangannya
sangat indah dan menakjubkan. Orang saleh tersebut melihat dalam
Al-Kalimat
6
kerajaan yang ia masuki sejumlah pesta mengagumkan dan festival yang
demikian indah. Pada setiap sisi ia melihat kegembiraan dan suka-cita
serta pada setiap tempat ia melihat mihrab tempat zikir. Bahkan ia meli-
hat setiap orang yang tinggal di kerajaan itu sebagai sahabat akrab yang
dicinta. Kemudian ia melihat pada pesta pembebasan tugas bagaimana
seluruh kerajaan memperlihatkan yel-yel kegembiraan lewat teriakan
yang disertai kalimat pujian dan sanjungan. Ia juga mendengar suara
orkestra yang sedang menampilkan lagu-lagu semangat yang di sertai
takbir dan tahlil dengan penuh bahagia dan bangga untuk mereka yang
digiring menuju medan pengabdian dan keprajuritan.
Orang pertama yang merasa sial sibuk dengan penderitaannya dan
penderitaan semua manusia, sementara orang kedua yang bahagia dan
optimis bergembira bersama dengan kegembiraan seluruh manusia. Di
samping itu, ia mendapat bisnis yang baik dan penuh berkah sehingga
bersyukur dan memuji Tuhan.
Ketika pulang ia bertemu dengan orang pertama tadi dan bertanya
tentang keadaannya. Setelah mengetahui segala hal tentangnya ia ber-
kata, wahai pulan, engkau telah menjadi gila. Rasa sial yang tertanam
dalam jiwamu terpantul dalam kondisi lahiriahmu sehingga engkau
menganggap semua senyuman sebagai ratapan dan tangisan serta pem-
bebasan tugas sebagai perampasan. Karena itu, sadarlah dan bersihkan
kalbumu agar selubung keruh tersebut hilang dari matamu, sehingga
engkau bisa melihat hakikat. Pasalnya, pemilik dan penguasa kerajaan
ini sangat adil, kasih sayang, kuasa, mengatur dan mencipta. Kerajaan
yang demikian tinggi dan mulia ini lewat jejak yang terlihat oleh pengli-
hatanmu tidak mungkin seperti berbagai gambaran yang diberikan oleh
ilusimu.
Setelah itu, orang malang tadi mulai sadar dan menyesal. Ia ber-
kata, Ya, aku telah dibuat gila akibat banyak mabuk. Semoga Allah me-
ridhaimu. Engkau telah menyelamatkan diriku dari neraka penderitaan.
wahai diri, ketahuilah bahwa orang pertama itu adalah orang ka-
fr atau orang fasik yang lalai. Dunia ini dalam pandangannya seperti
tempat ratapan umum, sementara seluruh makhluk hidup laksana para
yatim yang menangis karena terpukul akibat perpisahan. Manusia dan
hewan dianggap sebagai makhluk liar tanpa ada yang mengembala dan
Kalimat Kedua
7
memilikinya di mana ia tercabik-cabik oleh cengkeraman ajal. Lalu ben-
da-benda besar seperti gunung dan lautan diibaratkan seperti jenazah
yang tak bergerak dan mayat yang menakutkan. Tentu saja ilusi yang
menyakitkan tersebut yang bersumber dari sikap kufur dan sesat mem-
buat pemiliknya tersiksa.
Adapun orang kedua, ia adalah orang mukmin yang mengenal
Penciptanya dengan baik dan percaya kepada-Nya. Dalam pandangan-
nya, dunia ibarat tempat zikir kepada Allah SwT, aula tempat pengajar-
an dan pelatihan semua manusia dan hewan, serta medan ujian bagi
jin dan manusia. Sementara seluruh kematian yang dialami oleh hewan
dan manusia merupakan bentuk pembebasan tugas. Mereka yang telah
menyelesaikan tugas hidup berpisah dengan dunia yang fana ini dalam
kondisi gembira. Pasalnya, mereka dipindahkan ke alam lain yang tidak
dihiasi oleh kerisauan guna memberikan ruang bagi para petugas baru
yang datang untuk melaksanakan tugas mereka.
Selanjutnya seluruh anak yang lahir entah itu hewan ataupun ma-
nusia laksana rombongan mobilisasi militer yang menerima senjata
berikut sejumlah tugas dan kewajiban. Setiap entitas tidak lain merupa-
kan pekerja dan prajurit yang gembira serta petugas yang istikamah dan
ridha. Lalu suara dan gema yang terdengar di seluruh penjuru dunia
merupakan bentuk zikir dan tasbih dalam melaksanakan tugas, bentuk
syukur dan tahlil sebagai pemberitahuan bahwa ia telah selesai dikerja-
kan, atau dendang yang bersumber dari kerinduan dan kecintaan ter-
hadap pekerjaan yang ada.
Jadi, seluruh entitas dalam pandangan mukmin merupakan pela-
yan yang bersahabat, pekerja yang akrab, dan tulisan indah Tuhannya
Yang Maha Pemurah dan Pemiliknya Yang Maha Penyayang. Demiki-
anlah, lewat keimanannya banyak sekali hakikat yang sangat halus, mu-
lia, dan nikmat semacam itu yang tampak.
Jadi, iman benar-benar berisi benih maknawi yang berasal dari
po hon tuba surga. Sebaliknya, kekufuran menyimpan benih maknawi
yang diembuskan oleh pohon zakum jahanam. Karena itu, keselamatan
dan kedamaian hanya terdapat dalam Islam dan iman.
Maka itu, kita harus selalu mengucap, Alhamdulillah atas karunia
agama Islam dan kesempurnaan iman.
Al-Kalimat
8
Kalimat Ketiga
$' $9# #6# 3/ %!#
3)={ %!# 3=6% 3= 9 )G?
) !# %!# #)?# %!# t
) !# I# 9#
& ;& '/ 9 f9#
.
Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu
dan orang-orang yang sebelummu agar kamu bertakwa.
3
Jika engkau ingin memahami bagaimana ibadah merupakan se-
buah perniagaan agung dan kebahagiaan terbesar, serta sikap fasik dan
bodoh merupakan kerugian dan kebinasaan yang nyata, perhatikan
cerita berikut ini:
Pada suatu hari dua orang prajurit menerima perintah untuk pergi
ke sebuah kota yang jauh. Keduanya berjalan bersama-sama sampai
akhirnya berpisah jalan. Di sana keduanya bertemu dengan seorang le-
laki yang berkata pada mereka:
Jalan sebelah kanan ini, di samping tidak mengandung bahaya,
sembilan dari sepuluh para musafr yang melaluinya akan menemukan
kelapangan, ketenangan, dan keberuntungan. Adapun jalan sebelah kiri
di samping tidak bermanfaat, sembilan dari sepuluh para pelintasnya
mengalami kerugian besar. Perlu diketahui bahwa kedua jalan tersebut
memiliki jarak yang sama. Yang membedakan hanya satu, yaitu pejalan
yang melalui sisi kiriyang tidak mau terikat dengan peraturan dan
pemerintahberjalan tanpa membawa tas barang dan senjata sehingga
secara lahiriah ia merasa ringan dan nyaman. Sebaliknya, pejalan yang
melalui sisi kanan yang terikat dengan posisi dirinya sebagai prajurit
harus membawa tas lengkap berisi perbendaharaan makanan seberat
3
QS. al-Baqarah: 21.
Kalimat Ketiga
9
4 kilo dan senjata negara seberat 2 kilo di mana dengan itu dapat me-
ngalahkan semua musuh.
Setelah kedua prajurit itu mendengar ucapan lelaki pemberi petun-
juk tadi, orang yang bahagia melewati jalan sebelah kanan. Ia berjalan
seraya memikul sejumlah beban, namun hatinya tenang dan jiwanya
bebas dari segala ketakutan. Adapun orang yang malang enggan men-
jadi prajurit dan tidak mau terikat peraturan. Dia meniti jalan sebelah
kiri. Meski fsiknya bebas dari beban, namun kalbunya dibayang-ba-
yangi oleh rasa berutang budi dan jiwanya tersiksa oleh berbagai kece-
masan yang tak terhingga. Ia melintasi jalannya dengan terus mengemis
kepada setiap orang serta cemas terhadap segala hal, dan takut terhadap
semua kejadian. Ketika sampai di tempat tujuan ia pun mendapatkan
hukuman sebagai balasan atas sikapnya yang lari dan membangkang.
Adapun pejalan yang melintasi jalan sebelah kanan, yang patuh ter-
hadap aturan keprajuritan serta menjaga tas dan senjatanya, berjalan
dalam kondisi lapang dan jiwanya tenang tanpa harus mengharap budi
baik orang atau takut kepada siapa pun. Ketika sampai di kota tujuan, di
sana ia mendapatkan upah yang sesuai dengannya sebagai prajurit yang
telah menyelesaikan tugas dengan baik.
wahai orang yang ceroboh dan liar, ketahuilah bahwa salah satu
dari kedua musafr di atas adalah mereka yang taat terhadap hukum Ila-
hi, sementara yang lain ialah para pembangkang yang mengikuti hawa
nafsu. Sementara, jalan tersebut adalah jalan kehidupan yang berasal
dari alam arwah, kemudian melintasi kubur guna menuju kepada alam
akhirat.
Tas dan senjatanya berupa ibadah dan takwa. Betapa pun ibadah
tampak berat, namun sebenarnya ia berisi kelapangan yang tak terlukis-
kan. Hal itu karena seorang abid dalam shalatnya mengucap l ilha il-
lallh. Artinya, tiada pencipta dan Pemberi Rezeki selain Allah. Manfaat
dan bahaya berada di tangan-Nya. Dia Mahabijak yang tidak berbuat
sia-sia. Di samping itu, Dia juga Maha Penyayang yang kasih sayang dan
kebaikan-Nya demikian berlimpah. Orang mukmin yakin dengan apa
yang ia ucapkan. Karena itu, dalam segala hal ia menemukan pintu yang
terbuka menuju perbendaharaan rahmat Ilahi sehingga ia ketuk pintu
Al-Kalimat
10
tersebut dengan doa. Ia pun melihat segala sesuatu tunduk atas perin-
tah-Nya, sehingga ia bersimpuh di hadapan-Nya dengan sikap meren-
dah. Ia membentengi diri di hadapan semua musibah dengan sikap
tawakal sehingga imannya membuat dirinya merasa aman dan tenang.
Ya, sumber keberanian serta seluruh kebaikan hakiki adalah iman
dan pengabdian. Sebaliknya, sumber segala ketakutan serta seluruh ke-
burukan adalah kesesatan. Andaikan bola bumi menjadi bom yang da-
pat meledak, barangkali ia tidak akan membuat takut sang abid yang
memiliki kalbu bersinar. Bahkan, bisa jadi ia melihatnya sebagai sa lah
satu kodrat Tuhan yang luar biasa sehingga ia merasa kagum dan se-
nang. Sebaliknya, seorang fasik yang memiliki kalbu mati, meski ia se-
orang flsuf yang dianggap cerdas, apabila melihat meteor di angkasa
ia akan merasa takut dan cemas seraya bertanya-tanya, Mungkinkah
bin tang ini tabrak ke bumi kita? Ia terhempas dalam lembah ilusi.
(Amerika per nah ketakutan dengan keberadaan meteor yang terlihat
di langit sehingga banyak penduduk yang meninggalkan tempat tinggal
me reka di saat malam).
Ya, meski kebutuhan manusia terhadap segala sesuatu tak terhing-
ga, namun modalnya nyaris tidak ada. Meski ia dihadapkan pada ujian
yang tak bertepi kemampuannya juga tidak berarti. Pasalnya, kadar
modal dan kemampuannya sejauh apa yang dapat ia gapai sementara
wilayah harapan, keinginan, penderitaan dan cobaannya sangat luas se-
jauh mata memandang.
Karena itu, jiwa manusia yang lemah dan tak berdaya benar-benar
membutuhkan berbagai hakikat ibadah dan tawakal, serta tauhid dan
sikap pasrah. Keuntungan, kebahagiaan, dan nikmat yang didapat da-
rinya juga sangat besar. Siapa yang penglihatannya masih sehat pasti
bisa melihat dan menjangkaunya. Pasalnya, seperti diketahui bahwa
jalan yang tidak berbahaya tentu lebih dipilih daripada jalan yang ber-
bahaya meski kemungkinan manfaat yang ada padanya satu banding
sepuluh. Terlebih persoalan kita ini, yakni jalan ibadah, di samping ti-
dak berbahaya dan kemungkinan manfaatnya sembilan puluh persen,
ia juga memberikan kepada kita perbendaharaan kebahagiaan abadi.
Sebaliknya, jalan kefasikan dan kebodohanseperti pengakuan si fasik
itu sendiridi samping tidak memberi manfaat ia juga menjadi sebab
Kalimat Ketiga
11
datangnya derita dan kebinasaan abadi disertai kerugian dan tidak ada-
nya kebaikan. Hal ini adalah sesuatu yang pasti berdasarkan ke saksian
kaum yang ahli di bidangnya di mana sampai pada tingkat mutawatir
dan ijma. Ia adalah sebuah keyakinan yang kuat sesuai dengan informa-
si dari kalangan yang memiliki cita rasa dan mencapai tingkat an kasyaf.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa sebagaimana akhirat, keba-
hagiaan dunia juga terletak pada ibadah dan menjadi prajurit Allah.
Karena itu, kita harus senantiasa mengucap alhamdulillah atas ke-
taatan dan taufk yang Allah berikan. Kita wajib bersyukur kepada-Nya
karena kita menjadi muslim.
Al-Kalimat
12
Kalimat Keempat
Shalat adalah tiang agama
4
Jika engkau ingin mengetahui nilai dan pentingnya shalat serta be-
tapa ia sangat mudah diraih, sementara orang yang tidak menunaikan
shalat akan merugi, jika engkau ingin mengetahui semua itu dengan
yakin sebagaimana hasil perkalian dua kali dua sama dengan empat,
maka perhatikan cerita imajiner yang singkat berikut ini:
Pada suatu hari, seorang penguasa agung mengirim dua orang
pelayannya ke ladangnya yang indah setelah masing-masing diberi
dua puluh empat koin emas agar bisa sampai ke ladang yang sejauh
dua bulan perjalanan. Penguasa ini berkata, Keluarkan darinya untuk
biaya tiket dan keperluan perjalanan lainnya. Lalu ambillah apa yang
kau butuh kan untuk keperluan hidup di sana. Ada sebuah terminal un-
tuk para musafr yang jaraknya sejauh satu hari perjalanan. Di dalam-
nya terdapat semua bentuk dan sarana transportasi seperti mobil, pe-
sawat, kapal laut, dan kereta. Pilihlah sarana transportasi sesuai dengan
modalmu.
Setelah menerima perintah, kedua pelayan itu pun keluar. Yang sa-
tu bahagia, karena sampai ke terminal ia hanya mengeluarkan sedikit
uang untuk bisnis yang menguntungkan yang disenangi oleh tuannya.
Mo dalnya langsung meningkat, dari satu menjadi seribu. Adapun pe-
layan yang lain, malang dan bodoh. Ia mengeluarkan dua puluh tiga
koin emas yang dimiliki untuk bermain-main dan berjudi. Ketika sam-
4
Dalam al-Maqshid disebutkan sebuah riwayat yang berasal dari al-Bayhaqi yang terdapat
dalam kitab Syuab al-Iman dengan sanad yang lemah. Juga ia diriwayatkan oleh al-Ghazali dalam
kitab al-Ihya. Abu Naim meriwayatkan dari Bilal ibn Yahya yang berkata, Seseorang datang
kepada Nabi SAw seraya bertanya tentang shalat. Beliau menjawab, Shalat adalah tiang agama. Ia
adalah hadis mursal dan para perawinya bisa dipercaya. (Ringkasan dari Kasyful Khafa).
Kalimat Keempat
13
pai di terminal yang tersisa hanya satu koin emas.
Mengetahui kondisi tersebut, sahabatnya berkata, wahai pulan,
satu koin emas yang tersisa itu harus kau belikan tiket perjalanan agar
engkau tidak berjalan kaki dan menderita kelaparan. Tuan kita sangat
pemurah dan penyayang. Semoga ia melimpahkan rahmatnya padamu
dan mengampuni kesalahanmu, sehingga mereka membolehkanmu
naik pesawat agar kita bisa sampai ke tempat pada hari yang sama. Jika
tidak, engkau harus terus berjalan kaki melintasi padang pasir ini se-
lama dua bulan disertai rasa lapar ditambah dengan rasa kesepian yang
kau alami sepanjang perjalanan panjang tersebut.
Lihatlah, andaikan orang tersebut keras kepala, tidak membeli
tiket perjalanan yang laksana kunci perbendaharaan baginya dengan
satu lira yang tersisa itu dan menggunakannya untuk memperturutkan
syahwatnya yang bersifat sementara dan untuk memenuhi kenikmatan
yang segera lenyap. Bukankah ini berarti ia malang dan merugi serta
betul-betul bodoh. Bukankah ia merupakan orang yang paling tolol?
wahai orang yang tidak menunaikan shalat, wahai jiwa yang mera-
sa berat untuk mengerjakannya!
Sang penguasa yang dimaksud adalah Tuhan dan Pencipta kita.
Adapun kedua pelayan yang melakukan perjalanan itu, salah satunya
adalah orang taat yang menjalankan agama dan menunaikan shalat den-
gan penuh kerinduan. Sementara yang satunya lagi adalah orang yang
lalai dan meninggalkan shalat. Lalu uang koin emas yang seba nyak dua
puluh empat tersebut adalah dua puluh empat jam dari setiap hari usia
manusia. Kebun dan ladangnya berupa surga dan terminalnya berupa
kubur. Perjalanan panjangnya adalah perjalanan manusia menuju ku-
bur, mahsyar, dan negeri keabadian. Mereka yang meniti jalan panjang
ini menempuhnya dalam tingkatan yang berbeda-beda. Masing-masing
sesuai dengan amal dan tingkat ketakwaan. Kaum bertakwa menempuh
perjalanan sejauh seribu tahun hanya dalam satu hari laksana kilat. Se-
bagian lagi menempuh jarak lima ribu tahun perjalanan hanya dalam
sehari secepat khayalan. Al-Quran menjelaskan hakikat ini dalam dua
ayat.
Kemudian yang dimaksud dengan tiketnya adalah shalat. Satu jam
cukup untuk melaksanakan shalat lima waktu berikut wudhunya. Ka-
Al-Kalimat
14
rena itu, sungguh rugi orang yang menghabiskan dua puluh tiga jamnya
untuk kehidupan dunia yang singkat ini dan tidak menghabiskan satu
jam sisanya untuk kehidupan abadi. Sungguh ia sangat zalim terhadap
dirinya dan sungguh sangat bodoh.
Jika tindakan menghabiskan setengah harta untuk judi yang diikuti
lebih dari seribu orang dianggap sebagai sesuatu yang rasio nal pada-
hal kemungkinan menangnya satu banding seribu, bagaimana dengan
orang yang tidak mau mengeluarkan satu saja dari kedua puluh em-
pat asetnya untuk mendapatkan keuntungan yang terjamin serta untuk
meraih kekayaan abadi di mana kemungkinan untungnya sembilan pu-
luh sembilan persen. Bukankah ini tidak rasional dan sama sekali tidak
bijak? Bukankah setiap orang berakal dapat memahami hal tersebut?
Shalat merupakan kelapangan terbesar bagi roh, kalbu, dan akal. Ia
juga sama sekali tidak memenatkan badan. Lebih dari itu, seluruh per-
buatan duniawi yang bersifat mubah yang dikerjakan oleh orang yang
mengerjakan shalat bernilai ibadah jika dilakukan dengan niat yang
baik. Jadi, orang yang shalat dapat mengubah semua modal umur nya
untuk akhirat sehingga ia meraih usia yang kekal lewat usianya yang
fana.
Kalimat Pertama
15
Kalimat Kelima
$' $9# #6# 3/ %!#
3)={ %!# 3=6% 3=9 )G?
) !# %!# #)?# %!# t
) !# I# 9#
& ;& '/ 9 f9#
.