Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbicara tentang manusia maka yang tergambar adalah berbagai macam perspektif, ada
yang mengatakan manusia adalah hewan rasional dan pendapat ini dinyakini oleh para filosof.
Pemikiran tentang hakikat manusia sejak zaman dahulu kala sampai sekarang belum juga
berakhir dan memiliki kemungkinan hal tersebut tidak akan pernah berakhir. Memikirkan dan
membicarakan hakikat manusia inilah yang menyebabkan orang tak henti-hentinya berusaha
mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan yang mendasar tentang manusia itu
sendiri, yaitu apa dari mana dan mau kemana manusia itu. Manusia dalam perkembangannya
dipengaruhi lingkungan dan pembawaan dari orang tua mereka.

Al-Quran memberi keterangan tentang manusia dari banyak seginya, untuk menjawab
pertanyaan siapakan manusia itu?. Dari ayat-ayat Quran tersebut, dapat disimpulkan bahwa
manusia adalah makhluk fungsional yang bertanggungjawab. Pada surat al-Muminun ayat 115
Allah bertanya kepada manusia sebagai berikut : Apakah kamu mengira bahwa kami
menciptakan kamu sia-sia, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?.
Dari ayat ini, menurut Ahmad Azhar Basyir, terdapat tiga penegasan Allah yaitu [1] Manusia
adalah makhluk ciptaan Tuhan, [2] Manusia diciptakan tidak sia-sia, tetapi berfungsi, dan [3]
Manusia akhirnya akan dikembalikan kepada Tuhan, untuk mempertanggungjawabkan semua
perbuatan yang dilakukan pada waktu hidup di dunia ini, dan perbuatan itu tidak lain adalah
relisasi daripada fungsi manusia itu sendiri.[1] Berdasarkan fakta dan paparan tersebut, maka
diperlukan adanya suatu pemahaman lebih lanjut tentang hakekat manusia menurut Islam.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Apa pengertian Hakikat?
2. Apakah Konsep Manusia dalam islam ?
3. Apakah tujuan penciptaan manusia?
4. Apakah fungsi dan peranan manusia ?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian hakikat.
b. Mengetahui Konsep manusia dalam konteks Islam.
c. Mengetahui tujuan dan fungsi penciptaan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hakikat

Hakikat berasal dari kata Bahasa Arab yang berarti pokok atau inti. Secara etimologi,
hakikat merujuk pada pengertian inti dari sesuatu atau bisa juga puncak atau sumber dari segala
sesuatu. Dengan kata lain, hakikat adalah sebagai ungkapan untuk menunjukkan makna yang
sebenarnya dan paling mendasar dari suatu benda, kondisi, ataupun pemikiran.

2.2 Konsep Manusia

Secara bahasa manusia berasal dari kata manu dan mens , yang berarti berpikir,
berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara umum
manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain, oleh karena itu
manusia senantiasa membutuhkan interaksi dengan manusia yang lain.

Tentang Konsep Manusia ini sendiri menjadi perbincangan dikalangan Para ahli, dan
untuk mencari makna manusia dilakukan melalui ilmu pengetahuan. Para ahli berusaha
mendefenisikannya sesuai dengan bidang kajian (objek materia) ilmu yang digelutinya.
Membicarkan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat tergantung pada
metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.

Para penganut teori behaviorisme menyabut manusia sebagai Homo Mehanicus (manusia
mesin). Menurut teori ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses
pembelajaran terhadap lingkungan.

Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia berfikir).
Menurut teori ini manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang beraksi secara pasif pada
lingkungan,tetapi sebagai makhluk yang selalu berfikir.

Sedangkan para penganut teori humanisme menyebut manusis ssebagai homo ludens
(manusia bermain). Menurut humanisme manusia berperilaku untuk mempertahankan,
meningkatkan dan mengatualisasikan diri.
Konsep manusia dalam Al-Quran dipahami dengan memperhatikan kata-kata yang saling
menunjuk pada makna manusia pada basyar,insan, dan al-anas. Seperti yang telah dipaparkan
sedikit diawal tadi. Basyar adalah makhluk yang sekedar berada yang statis seperti hewan.
Kata insan disebut dalam Al Quran sebanyak 65 kali, Konsep insan selalu dihubungkan pada
sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berfikir,diberi ilmu,dan memikul
amanah (Al-Ahzab : 72). Insan adalah manusia yang menjadi (becoming) dan terus bergerak
maju kearah kesempurnaan.
Kata al-anas disebut sebanyak 240 kali, Konsep al-anas menunjuk pada semua manusia sebagai
makhluk sosial atau kolektif.
Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis,
sosial. Manusia sebagai basyar tunduk kepada Allah,sama dengan makhluk lain. Manusia
sebagai insan dan al-anas bertalian dengan hembusan roh Allah yang memiliki kebebasan dengan
memilih untuk tunduk atau menentang takdir Allah.

2.3 Tujuan Penciptaan Manusia

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada penciptanya yaitu Allah.
Pengertian penyembahan kepada Allah tidak hanya diartikan secara sempit, dengan hanya
membayangkan kegiatan shalat saja. Pengertian penyembahan berarti ketundukan manusia pada
Allah dalam menjalankan kehidupan dimuka bumi ini, baik yang menyangkut hubungan manusia
dengan Tuhan maupun manusia dengan manusia lain dan alam semesta. Dalam hukum Allah
tentunya memuat berbagai macam peraturan yang mengatur kehidupan manusia dengan tujuan
terciptanyan kehidupan yang adil, dami dan tentram.

Dalam Al-Quran surat Al-Dzariyat ayat 56-58 Allah berfirman, yang artinya:

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya ia menyembahku. Aku tidak
menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi
aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi
Sangat Kokoh.

Ayat diatas sebagai bukti tentang keberadaan manusia di dunia yaitu untuk menyembah,
mengabdi kepada Allah SWT. Bentuk pengabdian tersebut berupa pengkuan atas keberadaan
Allah SWT dengan menjalankan perintah Allah dan menjahui larangannya. Sebagai bentuk
mengakui keberadaan Allah dengan mengikuti rukun iman dan rukun islam. Selain itu dalam
melakukan penyembahan kepada Allah harus dilakukan dengan hati yang iklas, karena Allah
tidak membutuhkan sedikitpun sesuatu dari manusia.

Keberadaan manusia di dunia merupakan tanda kebesaran, kekuasaan Allah kepada


hamba-hambanya.Allah dialah Tuhan yang menciptakan, menghidupkan dan menjaga kehidupan
manusia. Dengan demikian manusia diciptakan untuk mengimani Allah SWT. Selain itu
penyembahan yang sempurna dari seseorang akan menjadikan dirinya sebagai khalifah Allah
yang mengelola kehidupan di alam semesta. Keseimbangan alam dapat terjaga dengan tegaknya
hukum hukum yang Allah tegakkan.

2.4 Fungsi dan Peranan Manusia

Pada QS Al-Baqarah : 30, Allah SWT berfirman yang artinya:

Ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat: sesungguhnya aku hendak
menjadikanmu sebagai khalifah di muka bumi, mereka berkata: mengapa engkau hendak
menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan
mensucikan engkau?. Allah berfirman: Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.
Dari ayat tersebut dapat diambil pengertian bahwa fungsi dan peranan manusia sebagai khalifah
atau pemimpin dimuka bumi ini. Sehingga peran yang dilakukan sesuai ketetapan Allah, di
antaranya yaitu:

1. Belajar (surat an-Naml : 15-16 dan al-Mukmin : 54)

Belajar tentunya membuat seseorang mengetahui banyak hal yang sebelumnya ia belum
ketahui. Belajar dinyatakan pada surat al-Alaq ayat 1 adalah mempelajari ilmu Allah dan ayat
kedua dijelaskan juga yang termasuk ilmu Allah adalah al-Kitab. Jadi tidak lain ilmu Allah yang
berwujud al-Quran dan ciptaanNya.

2. Mengajarkan ilmu (al-Baqarah : 31-39)

Selain belajar khalifatullah juga harus mengajarkan ilmu yang didapat. Ilmu yang
diajarkan tidak hanya ilmu yang dikarang manusia akan tetapi juga ilmu Allah yaitu al-Quran
dan al-Bayan (ilmu pengetauan). Dalam Al-Quran itu sendiri berisi berbagai aturan yang
mengatur kehidupan manusia. Al-Quraan digunakan sebagai pedoman hidup manusia, sehingga
dengan mengajarkan al-Quran berarti mengajarkan cara hidup yang benar menurut Allah SWT.

3. Membudidayakan Ilmu (al-Mumin : 35)

Ilmu yang sudah didapat tidah hanya disampaikan orang lain, tetapi yang utama ialah
untuk diamalkan oleh diri sendiri terlebih dahulu sehingga membudaya seperti yang di
contohkan oleh nabi SAW yaitu setelah diri sendiri dan keluarganya,kemudian teman dekatnya
dan baru orang lain. Proses pembudidayaan ilmu Allah berjalan seperti proses pembentukan
kepribadian dan proses iman. Tau, mau, dan melakukan apa yang diketahui.

Berdasarkan prinsip di atas, sebagai seorang khalifah, apa yang dilakukan tidak hanya untuk
kepentingan diri sendiri atau hanya memikirkan diri sendiri, akan tetapi juga untuk kepentingan
dan kebaikan semua umat manusia.

TanggungJawab Manusia sebagai Hamba Allah

Makna yang esensial dari kata abf (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan.
Ketaatan dan ketundukan dan ketaatan seorang manusia sebagai hamba hanta ditujukan,
diberikan kepada Allah. Kepatuhan kepada Allah ditunjukkan dengan selalu mematuhi
perintahNya dan menjahui laranganNya.

Seorang hamba Allah mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga. Tanggung jawab terhadap
keluarga merupakan lanjutan dari diri sendiri yang dalam al-Quran dinyatakan dengan quu
anfusakum waahlikum naaran (jagalah dirimu dan keluargamu, dengan iman, dan api neraka.)

Allah SWT dengan kehendak kebijaksanaanNya telah menciptakan makhluk-makhluk yang di


tempatkan di alam penciptaanNya. Manusia di antara makhluk Allah dan menjadi hamba Allah
SWT. Sebagai hamba Allah tanggungjawab manusia sangat luas meliputi semua kewajibannya,
yang dalam ajaranNya menurut sunah rasul, memerintahkan hamba-Nya untuk berlaku adil dan
ihsan. Dengan demikian seorang hambabertanggung jawab dalam menegakkan keadilan untuk
diri sendiri maupun keluarga.

Tanggung jawab Manusia Sebagai Khalifah Allah

Al-Qur;an telah menjelaskan bahwa manusia diciptakan didunia ini adalah sebagai
khalifah atau wakil-Nya dalam pengertian ia memperoleh mandat dari Allah untuk mewujudkan
kemakmuran dimuka Bumi. Dengan ini manusia berkewajipan menegakkan kebenaran, kebaikan,
mewujudkan kedamaian, menghapuskan kemungkaran serta penyelewengan dan penyimpangan
dari jalan Allah.

Firman Allah SWT yang artinya :

Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: Sesungguhnya Aku jadikan di bumi
seorang Khalifah. Berkata Malaikat: Adakah Engkau hendak jadikan di muka bumi ini orang
yang melakukan kerusakan dan menumpahkan darah, sedangkan kami sentiasa bertasbih dan
bertaqdis dengan memuji Engkau? Jawab Allah: Aku lebih mengetahui apa yang kamu tidak
ketahui. (Al-Baqarah:30)

Di kalangan makhluk ciptaan Allah, manusia telah dipilih oleh Allah melaksanakan
tanggungjawab tersebut. Ini sudah tentu kerana manusia merupakan makhluk yang paling
istimewa.

Firman Allah SWT yang artinya :

Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggungjawab amanah (Kami) kepada langit dan bumi
serta gunung-ganang (untuk memikulnya), maka mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak
dapat menyempurnakannya (kerana tidak ada pada mereka persediaan untuk memikulnya); dan
(pada ketika itu) manusia (dengan persediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya.
(Ingatlah) sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan
suka pula membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan.(Al-Ahzab: 72)

Anda mungkin juga menyukai