Anda di halaman 1dari 6

Gambar 1.

9 Bgaian eksperimen Davisson Gemmer dan hasilnya

Intensitas elektron terpantul dapat dijelaskan sebagaimana difraksi bragg


dengan memberikan sifat gelombang pada eektron penumbuk. Elektron elektron
dean energi 54 eV bersesuaian dengan = 1,67 yang mendekatai harga
difraksi bragg.

= 2 d sin = 2 x 0,91 x sin 650 = 1,65 . (1.25)

Karena bekas yang digunakan adalah elektron, eksperimen ni lebih dikenal


dengan eksperimen difraksi elektron.

Contoh 1.5

Neutron termal pada temperatur kamar 270C digunakan untuk menentukan


jarakantar budang kristal NaCl. Hitung :

a. Panjang gelombang de broglie neutron tersebut


b. Jarak antar bidang kristal NaCl dika difraksi maksimum pertama
terdeteksi padasudut 14,90.

Penyelesaian :

a. Energi kinetik rata rata neutron dengan energi molekul gas ideal pada
temperatur yang sama,
3
Erata = 2
3
= 1,281 x 10-21 . 300 J
2

= 6,2145 x 10-21 J
2
Karena Erata = Ekinetik = 2 , maka

P = 2 , = massa neutron
Denga deikian, panjang gelombang de Brolienya :

= 1,54

b. Persamaan (1.25) merupakan kasus khusus ( = 1) dari persamaan yang
lebih umum yaitu,
n = 2 d sin (1.26)
dengan n= 1, 2, 3... menyatakan punvak (maksmum) ke n pola difraksi.
Dari persamaan (1.26) ini diperole jarak antar bidang kristal NaCl.

= 2 sin

1 1,45
= 2 0,257

= 2,82

1.2.5 Teori Atom Bohr

Saat itu Rutherford telah membuat model atom yang mengambil analogi
sistem tata surya yang mana planet planet bergerak mengitari matahri. Model
planet untuk sustu atom Rutherford bermuara pada kesimpulan :

i) Elektron atom hidrogen yang beredar disekitar inti hnaya mempunyai


waktu edar sekitar 10-6 detik, kemudian elektron tersebut jatuh ke dalam
inti. Hal ini terjadi karena dalam pemahaman klasik elektron akan
memancarkan energinya selama mengitari inti atom.
ii) Spektrum optik dari atom hidrogen ( atau atom yang lain ) adalah
spektrum kontinu.

Dua kesimpulan tersebut tenyata tidak sesuai dengan hasil eksperimen


Bairner yang berupa spektrum garis (diksrit) untuk hidrogen dan spektrum pita
untuk gas hidrogen.

Untuk mengatasi masalah ini Neils Bohr mengajukan model atom hidrogen
yang berdasarkan pada postutat postutat berikut :

1. Elektron bergerak mengitari proton di dalam atom hidrogen dengan


gerak melingkar proton di dalam gaya coulomb dan sesuai dengan
hukum newton.
2. Orbit yang dijinkan hanya orbit yang di ijinkan, elektron adalah
kelipatan bulat dari h/2, yaitu
L=mvr=n n = 1, 2,3 K (1.27)
3. Jika elektron berada pada orbit yang diijinkan, elektron tidak
memancarkan energi.
4. Jika elektron melompat dari lintasan ke i menuju ke-j, maka foton
dengan frekuensi v.

V= (1.28)

Dipancarkan (untuk Ei > Ej) atau diserap ( untuk Ei > Ej ) oleh atom
hidrogen.
Konsekwensi konsekwensi dari postutat Bohr di atas adalah sebagai
berikut :
Postutat pertama, sesuai hukum Newton

Gambar 1.10 Gaya gaya pada elektron


Gaya Coulomb antara proton dan elektron (F) sama dengan atau
diimbangi gaya sentrifugal (f) yang mengarah mebjauh proton sebagai
pusat lingkaran.
1 2 2
= (1.29)
4 0 2

Kuantitas lainnya, energi total elektron tidak lain adalah kinetik dan
energi potensial.
2 1
E = Ek + Ep = 4 (1.30)
2 0

Dari persamaan kesetimbangan (1.29) didapatkan


1 2
E = 8 (1.31)
0

Postutat kedua, momentum sudut elektron terkuantisasi sebagaimana


hubungan (1.27) sehingga

V = (1.28*)

Substitusi (1.28) ini k persamaan (1.29) diperoleh


1 2 2
= () (1.32)
4 0 2

Atau
4 0 2
r = 2 = 0 2 (1.33)
2

dengan
4 0 2
0 = = 0,53 (1.34)
2

Dikenal sebagai radius Bohr yang bersesuaian dengan haisl eksperimen.


Hasil diatas menyatakan bahwa jari jari elektron mengitari inti tidak dapat
sembarang ini melinkan kuadrat bilangan bulat kali radius Bohr. Singkat kata, jari
jari atom juga terkuantisasi.
Selanjutnya, subtitusi radius ( 1.32) ke dalam persamaan (1.31) diperoleh
ungkapan energi.
4 1
E = En = - 32 2 2 ( 2 ) (1.35)
0 2

Hasil ini juga mampu menjelaskan hasil atom hidrogen secara memuaskan.
Model atom bohr untuk hidrogen memperkenalkan syarat kunatum baru yaitu
momentum sudut merupakan kelipatan bulat h. Bilangan n yang mengidentifikasi
keadaan stasioner ini disebut bilangan kuantum uatama ( principle quantum
number).
Selanjutnya, perhatikan jika bilangan kuantum n sangat besar, persamaan
(1.28) dan persamaan (1.34) memberikan
2 1 1
= ( 2 ) (1.36)
8 0 2 3 2

Yang dapat ditulis meanjdi :


4 ( )( + )
= 8 2
(1.37)
0 3 2 2

Dengan untuk keadaan awal dan untuk keadaan akhir.


Untuk = n, persamaan (1.36) menjadi
4 2
= (1.38)
8 0 2 3 3

Jika = - = 1. Ungkapan (1.37) ini persis sama dengan ungkapan


yang diperoleh rumusan klasik. Kesetaraan antara perumusan kuantum dan
perumusan klasik untuk n besar ini dikenal sebagai prinsip korenpondensi.
Artinya, hasil klasik tidak lain merupakan limit dari kuantum.
Keberhasilan teori Bohr mendorong A. Sommerfeld dan W. Wilson untuk
melakukan perluasan kuantisasi.
1 1 = 1 , i = 1,2,3 k
Dengan q, adalah koordinat umum (generalized coordinate) dan p1 adalah
momentum kojugatenya. Syarat (1.38) hanya dapat diterapkan di dalam kasus
gerak periodik untuk setiap pasangan variabel (q1, p1), (q2, p2), ... (qN, pN), dan
dikenal sebagai kaidah kuantum wilson sommerrfeld. Kaidah (1.23) bersama
postutat Bohr did epan, sekarang dikenal sebagai teori kuantum lama.
Contoh 1.6
Partikel meson atau lebih dikenal sebagai moun, mempunyai massa 210
kali massa elektron tertangkap proton dan membentuk atom mirip hidrogen.
Hitung :
a. Energi foton yang dipancarkan jika mpun jatuh dari keadaan tereksitasi
pertama ke keadaan dasar.
b. Jejari orbit bohr pertama
c. Kecepatan moun di dalem orbit bohr ke n

Penyelesaian :

a. Jika partikel yang jatuh adalah elektron, menggunakan ungkapan (1.35)


diperoleh energi foton terpancar.
1 1
= 13,6 (1 )
2

= 10,2 eV, unruk n = 2


Dengan ungkapan energi (1.34) tampak bahwa energi sebanding dengan
massa partikel. Karena itu, untuk massa moun = 210 emergi
foton terpancar ;
= 210 = 2142 eV
a. Dari ungkapan radius Bohr tampak bahwa a0 berbanding terbalik
terhadap massa. Karena itu, jejari (radius) Bohr untuk kasus moun.
4 0 2 4 0 2
= =
2 210 2

0
= 210

= 0,0023

Anda mungkin juga menyukai