Secara umum yang dimaksud dengan rumah sehat adalah sebuah rumah yang dekat dengan air
bersih, berjarak lebih dari 100 meter dari tempat pembuangan sampah, dekat dengan sarana
pembersihan, serta berada ditempat dimana air hujan dan air kotor tidak mengenang. Pada dasarnya
rumah yang baik dan pantas untuk dihuni harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : bebas dari
kelembapan; mudah diadakan perbaikan; mempunyai cukup akomodasi dan fasilitas untuk mencuci,
mandi dan buang kotoran; serta mempunyai fasilitas yang cukup untuk menyimpan, meracik dan
memasak makanan.
Pada tahun 1947 di Inggris ada sebuah Sub Committee on standards of Fitness for habitation yang
membuat rekomendasi terhadap rumah yang akan dihuni ( Wahid dan Nurul 2008 : 289 - 290),
antara lain sebagai berikut :
Mempunyai persediaan air bersih yang cukup untuk segala keperluan rumah tangga
Patokan yang dapat digunakan dalam membangun rumah yang ekologis (Wahid dan Nurul 2008 : 289
- 290) adalah sebagai berikut:
Memilih tapak bangunan yang sebebas mungkin dari gangguan/radiasi geobiologis dan
meminimalkan medan elektromagnetik buatan.
Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang mampu mengalirkan uap air.
Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan
struktur bangunan.
Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak menimbulkan masalah lingkungan dan
membutuhkan energi sedikit mungkin (mengutamakan energi terbarukan).
Menciptakan bangunan bebas hambatan sehingga gedung dapat dimanfaatkan oleh semua penghuni
(termasuk anak-anak, orang tua, maupun orang cacat tubuh).
Sumber: Risna Dewi, (2011). Pengembangan Konsep Pemukiman Berkelanjutan (Studi Kasus Di
Pemukiman Kumuh Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. Skripsi S2, Program Studi Magister
Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Meda