Komentar Dan Tanggapan Terhadap Pasal 338
Komentar Dan Tanggapan Terhadap Pasal 338
Komentar Dan Tanggapan Terhadap Pasal 338
Oleh :
Nama : Andhika Kusuma
NIM : 201410110311009
Kelas : VII-A
Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Malang
TA 2016/2017
KOMENTAR & TANGGAPAN TERHADAP PASAL 338 DAN 340 KUHP
(DARI SEGI KEBIJAKAN HUKUM PIDANA)
Pasal 338 KUHP mengatur tentang tindak pidana Pembunuhan Biasa, yang bunyinya:
Barang Siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 340 KUHP mengatur tentang tindak pidana Pembunuhan Berencana, yang
bunyinya:
Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa
orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau
penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun.
Pasal 340 KUHP diciptakan untuk dijadikan pembeda dengan pasal 338 KUHP
tentang pembunuhan biasa. pasal 340 KUHP memerlukan 3 syarat agar dapat dikatakan
berencana, yaitu:
1. Pelaku ketika memutuskan kehendak untuk melakukan dalam keadaan tenang;
2. ada tenggang waktu yang cukup untuk memutuskan kehendak dan
melaksanakan perbuatan; dan
3. Pelaksanaan dalam keadaan tenang.
Jadi, jika 3 syarat di atas tidak terpenuhi, maka itu berarti bukan pasal 340
KUHP. Namun dalam kasus Jessica, polisi tidak berhasil menemukan unsur
berencana dari perbuatan Jessica tersebut, lantas kenapa jaksa malah menuntut pasal
340?
Menurut saya, yang dijadikan permasalahan utama disini adalah terkait dengan
kriminilisasi (perbuatan apa yang dijadikan tindak pidana) dan penalisasi (sanksi apa
yang sebaiknya dikenakan kepada pelaku tindak pidana). Yang akan diperdebatkan
disini adalah terkait formulasi dari dari pasal 338 dan 340. Setelah kasus Jessica
kemarin, tiba-tiba para ahli pidana seketika banyak yang memperdebatkan bahwa
perlukah motif untuk menentukan suatu tindakan pembunuhan biasa dan pembunuhan
berencana? Tetapi dalam rumusan pasal 338 dan 340, sebenarnya memang tidak ada
unsur yang mendukung diperlukannya motif, karena motif diperlukan apabila terdapat
unsur:
1. Sengaja sebagai maksud (Opzet als oogmerk);
2. Sengaja sadar atau insyaf akan keharusan atau sadar akan kepastian (Ozet bij
noodzakelijkheidsbewustzijn);
3. Sengaja sadar akan kemungkinan (Opzet bij mogelijkheidsbewustzijn = dolus
eventualis = voorwaardelijk opzet).
Didalam pasal 338 maupun pasal 340 tidak ditemukan adanya unsur tersebut.
Tetapi yang paling penting dan harus kita ingat adalah kita harus menyadari
bahwa pembunuhan merupakan perbuatan yang sangat keji dan tidak bisa di maafkan
bagaimanapun caranya karena perbuatan tersebut mengakibatkan berakhirnya hak
seorang manusia untuk hidup. Menurut saya mungkin hal ini juga lah yang membuat
rumusan dalam pasal 340 dan 338 KUHP tidak diperlukannya motif, karena mau ada
sebab atau tidakpun pembunuhan tetaplah perbuatan yang paling tidak bisa dimaafkan,
tidak wajar, dan sangat keji, terutama apabila dilakukan dengan rencana terlebih
dahulu.