Tujuan :
dilihat dari kesamaan tujuannya birokrasi pemerintah dan lembaga swadaya
masyarakat sama-sama bertujuan untuk meningkatkan pembangunan
masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan.
Cara :
Birokrasi pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat mempunyai cara yang
sama yaitu adanya aturan tertentu untuk mengkontrol kegiatannya dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Perbedaan
Tujuan :
Birokrasi pemerintah walaupun bertujuan untuk meningkatkan segala aspek
pembangunan akan tetapi tujuannya lebih kearah pembangunan nasional yang
berhubungan dengan infrastruktur.
Lembaga swadaya masyarakat karena bersifat parsitipatif tujuannya lebih
kearah pengembangan sumberdaya masyarakat untuk mencapai pembangunan.
Cara :
LSM lebih menyukai aksi daripada teori, LSM bersifat partisipatif dan
debirokratif serta mementingkan aspirasi masyarakat sedangkan pemerintah
lebih mementingkan birokratisasi
Resume
LSM DAN NEGARA
LSM mempunyai sejumlah peran dan mempunyai tiga model yang
tampaknya menjadi karakteristik keseluruhan orientasinya dalam berhadapan
dengan struktur negara. Tiga model tersebut diwujudkan dalam tiga macam
pendekatan umum yang dilakukan berbagai LSM dalam menjalin hubungan
dengan pemerintah.
Pertama, pendekatan yang diberi nama Kerjasama Tingkat Tinggi :
Pembangunan Akar Rumput. Pendekatan ini lebih menekankan pada kerjasama
program-program pembangunan pemerintah. LSM-LSM yang termasuk kategori
ini antara lain adalah Bina Swadaya dan Yayasan Indonesia Sejahtera (YIS).
Kedua, pendekatan yang disebut Politik Tingkat Tinggi : Mobilisasi Akar
Rumput yang lebih menempati peran sebagai pembela masyarakat. LSM-LSM
yang termasuk kategori ini adalah Lembaga Studi Pembangunan (LSP), Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Yayasan Lembaga Bantuan Hukum
Indonesia (YLBHI), LP3ES, dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI).
Ketiga pendekatan yang disebut Penguatan di Tingkat Akar Rumput
yang lebih menekan pada peningkatan kesadaran masyarakat. LSM-LSM yang
termasuk kategori ini adalah Studi Bantuan Hukum (KSBH) dan masyarakat
pinggir kali Gondolayu.
LSM berasal dari kata Non Gonvernmental (NGO). Tetapi nama itu
diganti menjadi LSM/LPSM. Hampir setiap LSM mengadopsi profil karakter
nonpolitik. LSM pada khususnya lebih menyukai aksi daripada teori. Dalam usaha
pengembangan masyarakat, umumnya LSM/LPSM menyelenggarakan program-
program pembangunan berskala kecil di berbagai bidang seperti mendidik dan
memobilisasi masyarakat dalam berbagai hal yang berkaitan dengan ekologi dan
hak asasi manusia. Mobilisasi semacam ini telah menjamur di berbagai negara,
termasuk Indonesia.
LSM mempunyai fungsi yaitu sebagai saluran untuk mempengaruhi
kepentingan orang banyak dan juga merupakan wadah membentuk rencana baru.
Harapan untuk mempengaruhi kebijaksanaan dan memperoleh akses yang lebih
besar terhadap sumberdaya menjadi faktor pendorong utama bagi LSM-LSM di
semua negara untuk menjalin kerjasama dengan pemerintah mereka. Meskipun
demikian, pemerintah harus tetap berusaha mencegah bangkitnya keterlibatan
masyarakat yang didasarkan pada kelompok-kelompok yang secara murni
mengandalkan kekuatan sendiri.
Sebuah pendapat kuat bahwa UU organisasi kemasyarakatan yang
dikeluarkan tahun 1985 akan sangat memukul otonomi LSM/LPSM. Karena
dengan UU keormasan ini memungkinkan pemerintah untuk menindak keras
organisasi-organisasi yang aktifitasnya dinilai mengancam stabilitas dan aktivitas
nasional.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa masyarakat memerlukan LSM. Proses
munculnya kebutuhan dan semakin berkembangnya organisasi menimbulkan
suatu birokrasi yang memiliki cakupan yang lebih luas. Birokrasi ini berfungsi
sebagai suatu organisasi kompleks yang memperlancar tugas-tugas administratif,
sehingga unit sosial ini mempunyai prosedur/peraturan formal yang bermaksud
untuk mencapai sesuatu yang telah direncanakan sebelumnya sacara teratur,
sistematis, terkoordiansi, terkendali, dan terawasi.