Anda di halaman 1dari 13

Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk

dalam medium cair yang sesuai dan disuntikan secara intravena atau ke
dalam larutan spinal.
Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering
dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang
memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan
bahan pembawa yang sesuai.
Suspensi dalam farmasi menurut Anief (1999), digunakan dalam
berbagai cara:
a. Intra muskuler sebagai injeksi
b. Tetes Mata (Guttae opthalmicae)
c. Per oral
d. Per rektal
Ada beberapa alasan pembuatan suspensi oral menurut Ansel.
Salah satunya karena adanya obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia
bila ada dalam larutan tetapi stabil apabila disuspensi. Suspensi oral
menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan terapi untuk cairan.
Umumnya, bentuk cair lebih disukai daripada bentuk padat karena
pemberiannya lebih mudah, aman, dan keluwesan dalam pemberian dosis
terutama untuk anak-anak.

2. Tujuan Suspensi
a. Zat berkhasiat tidak larut dalam air.
b. Zat berkhasiat tidak enak atau pahit.
c. Mengurangi proses penguraian zat aktif dalam air.
d. Kontak zat padat dengan medium dispersi dipersingkat.
e. Memperpanjang pelepasan obat menggunakan pembawa minyak.

3. Syarat-syarat suspensi
Beberapa faktor penting dalam formulasi sediaan obat bentuk
suspensi menurut Joenoes (1990) adalah:

3
5

a. Derajat kehalusan partikel yang terdispersi.


b. Tidak tebentuk garam kompleks yang tidak dapat diabsorbsi dari
saluran pencernaan.
c. Tidak terbentuk kristal/hablur.
d. Derajat viskositas cairan.
e. Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan homogen.
Sifat-sifat yang diinginkan dalam semua sediaan farmasi menurut
Ansel adalah:
a. Sediaan suspensi harus mengendap secara lambat dan mudah rata
apabila dikocok.
b. Karakteristik suspensi harus stabil dan tersuspensi kembali ketika
penyimpanan dalam waktu lama
Beberapa persyaratan suspensi yang terdapat dalam farmakope
Indonesia edisi III adalah :
a. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika
dikocok perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi kembali,
kekentalan suspensi tidak boleh tinggi agar sediaan mudah dikocok dan
dituang.
b. Suspensi obat suntik harus mudah disuntikan dan yidak boleh
menyumbat jarum suntik.
c. Suspensi obat mata harus steril, zat yang terdispersi harus sangat halus,
jika disimpan dalam wadah dosis ganda, harus mengandung pengawet.

4. Stabilitas Suspensi
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi
adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga
homogenitas dari partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan
untuk menjaga stabilitas suspensi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
a. Ukuran partikel
5

Ukuran partikel erta hubungannya dengan luas penampang


partikel tersebut serta daya tekan ke atas dari cairan suspensi itu.
Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik
dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan
daya tekan kertas merupakan hubungan linear. Artinya semakin besar
ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya (dalan volemu yang
sama). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan
ke atas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk
mengendap, sehingga untuk memperlambat gerak tersebut dapat
dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
b. Kekentalan (viskositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran
dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan aliran makin
turun (kecil). Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi
pula gerakan turunnya partikel yang terdapat di dalamnya. Dengan
demikian dengan menambah viskositas cairan, gerakan partikel yang
kandungannya akan diperlambat, tetapi perlu diingat bahwa kekentalan
suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan
dituang.
c. Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila di dalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah
besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas
karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut.
Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat
tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar
kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
d. Sifat/muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa
macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan
demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang
menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena
5

sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat
mempengaruhi.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan
pertolongan mixer, homogeniser, colloid mil dan mortir. Sedangkan
viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat
pengental yang dapat larut ke dalam cairan tersebut. Bahan-bahan
pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan
pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air
(hidrokoloid).
5. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Suspensi
f. Keuntungan sediaan suspense
Keuntungan sediaan suspensi, antara lain :
1) Bisa digunakan untuk partikel / bahan obat yang tidak larut.
2) Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk
larutandapat dibuat dalam sediaan suspensi.
3) Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam
larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.
4) Stabil secara kimia karena suspensi tidak mengalami perubahan
secara kimia karena bahan aktifnya tidak larut sehingga tidak
berinteraksi dengan pelarutnya.
5) Kerjanya lebih cepat dibandingkan sediaan padat.
g. Kerugian sediaan suspensi
Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut:
1) Tidak praktis dibawah bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain,
misalnya pulveres, tablet, dan kapsul.
2) Keseragaman dan keakuratan dosis tidak dapat dibandingkan dengan
sediaan tablet.
3) Efektifitas formulasi sulit dicapai karena dalam pembuatannya lebih
sulit dibandngkan tablet.
4) Terjadinya sedimentasi zat atau bahan obat yang tidak terlarut.
5

A. ZAT AKTIF
1. Nama bahan obat : Paracetamol, Acetaminofen (FI III, 1979)
2. Nama kimia : N-asetil-4-aminofenol (FI III, 1979)
3. Struktur kimia :

(FI III, 1982)


4. BM : 151,16 (FI III, 1979)
5. Kemurnian : Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0%
dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan (FI III, 1979)
6. Efek Terapeutik : analgetikum, antipiretikum (FI III, 1979
7. Dosis pemakaian : 1xp 500 mg/ shr 500mg-2g (FI III, 1979)
8. Indikasi : Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien
yang tidak tahan asetosal. Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi
rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada
otot, menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi (DIH,
2009)
9. Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap parasetamol dan defisiensi
glokose-6-fosfat dehidroganase, tidak boleh digunakan pada penderita
dengan gangguan fungsi hati (DIH,2009)
10. Peringatan : Hati hati penggunaan pada penderita dengan gangguan
fungsi hati dan ginjal. Jangan melebihi dosis yang dianjurkan (IONI,
2008)
11. Efek samping : Efek samping dari Paracetamol dapat diketahui dengan
beberapa tanda. Tanda tanda itu antara lain : terjadi perdarahan ringan
sampai berat, keluhan demam dan nyeri tenggorokan tidak berkurang yang
kemungkinan disebabkan oleh karena infeksi sehingga perlu penanganan
lebih lanjut. Beberapa reaksi alergi yang sering muncul antara lain :
kemerahan pada kulit, gatal, bengkak, dan kesulitan bernafas/sesak. Bila
5

mengalami tanda tanda diatas setelah minum paracetamol, segera ke


dokter untuk mendapatkan penanganan (DIH, 2009)
12. Organoleptis
Warna : putih (FI III, 1979)
Bau : tidak berbau (FI III, 1979)
Rasa : pahit (FI III, 1979)
13. Bentuk partikel : Hablur atau serbuk hablur (FI III, 1979)
14. Titik lebur : 169oC 172oC (FI III, 1979)
15. Higroskopis : paracetamol menyerap uap air dalam jumlah yang
tidak signifikan pada suhu 26C, pada kelembapan relative meningkat
sekitar 90% (codex, 638)
16. Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol
(95%), dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9
bagian propilenglikol p; larut dalam larutan alkali hidroksida (FI III,
1979).
17. Inkompaktibilitas Dengan Eksipien
Parasetamol tidak terdekomposisi dengan kebanyakan bahan tambahan,
tetapi dengan adanya p- aminofenol dalam parasetamol akan bereaksi
dengan serbuk besi pada kadar rendah menyebabkan warna merah muda
(Pharm. Dosage Form Tablet Vol. 1 page 362).

B. BAHAN TAMBAHAN
1. Asam Sitrat Monohidrat
a. Sinonim
Acidum citricum monohydricum; E330; 2-hydroxypropane-1,2,3 -
tricarboxylic acid monohydrate.
b. Rumus Molekul
C6H8O7_H2O
c. Berat molekul
210.14
d. Struktur kimia
5

e. Pemerian
Kristal sebagai tidak berwarna atau bening , atau sebagai kristal putih ,
bubuk efflorescent . Hal ini tidak berbau dan memiliki rasa asam yang
kuat . Struktur kristal ortorombik.
f. Kelarutan
Kelarutan larut 1 di 1,5 bagian etanol ( 95 % ) dan 1 dalam waktu
kurang dari 1 bagian air ; sedikit larut dalam eter ..
g. Kegunaan
Mengasamkan agen ; antioksidan ; agen penyangga (0,1-2,0%); agen
chelating ; penambah rasa (0,3-2,0%); pengawet.
h. Stabilitas
monohydrate asam sitrat kristal kehilangan air di udara kering atau
ketika dipanaskan sampai sekitar 408C . Hal ini sedikit deliquescent
pada udara lembab.
i. Inkompaktibilitas
Asam sitrat tidak kompatibel dengan kalium tartrat , alkali dan
karbonat alkali tanah dan bikarbonat , asetat , dan sulfida .Tidak
kompatibel juga mencakup Oksidator , basa , mengurangi agen , dan
nitrat . Hal ini berpotensi meledak dalam kombinasi dengan nitrat
logam . Pada penyimpanan , sukrosa dapat mengkristal dari sirup
dengan penambahan asam sitrat .
j. Penyimpanan
Monohydrate dalam jumlah besar atau bahan anhidrat harus disimpan
dalam wadah kedap udara di tempat yang sejuk dan kering.
k. Alasan pemilihan bahan
Asam Sitrat sebagai acidifier agent dalam sediaan suspensi. Mengatur
pH, meningkatkan kestabilan suspensi, memperbesar potensial
pengawet, meningkatkan kelarutan, serta pemberi cita rasa.

2. Natrii Carboxymethylcelullosum (HPE 6th, 2009; FI III, 1979)


a. Sinonim
5

CMC-Na; Carboxymethylcellulose Sodium;; Natrium


Karboksimetilselulosa; Akucell; Aquasorb; Blanose; cellulose gum;
CMC sodium; E466; Finnfix; Nymcel; SCMC; sodium
carboxymethylcellulose; sodium cellulose glycolate; sodium CMC;
Tylose CB.
b. Nama Kimia
Cellulose, carboxymethyl ether, sodium salt.
c. Struktur Kimia

d. Rumus Molekul
-
e. Berat Molekul
-
f. Pemerian
Serbuk atau butiran; putih atau putih kuning gading; tidak berbau atau
hampir tidak berbau; higroskopik.
g. Kelarutan
Praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%), eter, dan toluena. Mudah
terdispersi dalam air pada semua suhu, membentuk suspense koloidal.
h. Penyimpanan
Bahan disimpan dalam wadah tertutup baik, sejuk dan kering.
i. Khasiat
Zat tambahan. Coating agent 1-6%; stabilizing agent; suspending agent;
disintegran tablet dan kapsul ; tablet binder; viscosity-increasing agent,
water-absorbing agent dan gel-forming agent 3,06,0%.
j. Stabilitas
5

Natrium karboksimetilselulosa bahan yang stabil, meskipun bahan


higroskopis. Dalam kondisi kelembaban tinggi, karboksimetilselulosa
natrium dapat menyerap jumlah besar (> 50%) air.
k. Inkompatibel
Natrium karboksimetilselulosa tidak kompatibel dengan larutan asam
kuat dan dengan garam larut besi dan beberapa logam lainnya, seperti
aluminium, merkuri, dan seng. Pengendapan dapat terjadi pada pH <2,
dan juga bila dicampur dengan etanol (95%).

3. Metil Paraben (FI III, 1979; HPE 6th, 2009)


a. Sinonim
Metil Paraben; Aseptoform M; CoSept M; E218; 4-hydroxybenzoic
acid methyl ester; metagin; Methyl Chemosept; methylis
parahydroxybenzoas; methyl p-hydroxybenzoate; Methyl Parasept;
Nipagin M; Solbrol M; Tegosept M; Uniphen P-23.
b. Nama Kimia
Methyl-4-hydroxybenzoate
c. Struktur Kimia

d. Rumus Molekul
C8H8O3
e. Berat Molekul
152.15
f. Pemerian
Serbuk hablur halus; putih; hampir tidak berbau; tidak mmepunyai rasa,
kemudian agak membakar didikuti rasa tebal.
5

g. Kelarutan
Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5
bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P; mudah larut dalam
eter P dan dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam 60 bagian
gliserol P panas dan dalam 40 bagian 40 bagian minyak lemak nabati
panas, jika didinginkan larutan tetap jernih.
h. Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik.
i. Khasiat
Zat tambahan; pengawet antimikroba. Sediaan topikal 0,02-0,3%.
j. Stabilitas
Larutan metilparaben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan autoklaf
pada suhu 120C selama 20 menit, tanpa penguraian. Larutan ini stabil
selama kurang lebih 4 tahun dalam suhu kamar, sedangkan pada pH 8
atau lebih dapat meningkatkan laju hidrolisis.
k. Inkompatibilitas
Aktivitas antimikroba dari metilparaben atau golongan paraben yang
lain sangat dapat mengurangi efektivitas dari surfaktan nonionik, seperti
polysorbate 80. Tetapi adanya propilenglikol (10%) menunjukkan
peningkatan potensi aktivitas antibakteri dari paraben, sehingga dapat
mencegah interaksi antara metilparaben dan polysorbate. Inkompatibel
dengan beberapa senyawa, seperti bentonit, magnesium trisilicate, talc,
tragacanth, sodium alginate, essential oils, sorbitol dan atropine.

4. Sirup Simpleks (Farmakope Indonesia III, 1979)

a. Warna : tidak berwarna


b. Rasa : manis
c. Bau : tidak berbau
d. Pemeriaan : cairan jernih, tidak berwarna
e. Polimorfisme :-
f. Ukuran partikel :-
5

g. Kelarutan : larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih,


sukar larut dalam eter
h. Titik lebur : 1800
i. pKa / pKb :-
j. Bobot jenis : 1,587 gram/mol
k. pH larutan :-
l. Stabilitas : ditempat sejuk
m. Inkompatibilitas :-
n. Kegunaan : sebagai pemanis
o. Alasan pemilihan bahan
Sirup Simpleks digunakan untuk memperbaiki rasa pada sediaan.
Terkait dengan usia dari pasien, karena anak-anak lebih suka sirup
dengan rasa enak. Keadaan kesehatan pasien, penerimaan orang sakit
tidak sama dengan orang sehat. Rasa yang dapat diterima untuk jangka
pendek mungkin saja jadi tidak bisa diterima untuk pengobatan jangka
panjang. Rasa obat bisa berubah dengan waktu penyimpanan. Saat baru
dibuat mungkin sediaan berasa enak, akan tetapi sesudah penyimpanan
dalam jangka waktu tertentu kemungkinan dapat berubah. Zat pemanis
yang dapat menaikkan kadar gula darah ataupun yang memiliki nilai
kalor tinggi tidak dapat digunakan dalam formulasi sediaan untuk
pengobatan penderita diabetes.

5. Propylenglycolum (FI IV, 1995; HPE 6th, 2009)


a. Sinonim
Propilenglikol; 1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-hydroxypropanol;
methyl ethylene glycol; methyl glycol; propane-1,2-diol;
propylenglycolum.
b. Nama Kimia
1,2-Propanediol; (-)-1,2-Propanediol; (+)-1,2-Propanediol.
c. Struktur Kimia
5

d. Rumus Kimia
C3H8O2
e. Berat Molekul
76.09
f. Pemerian
Cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak berbau; rasa agak manis;
higroskopik.
g. Kelarutan
Dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan
kloroform; larut dalam 6 bagian eter; tidak dapat campur dengan eter
minyak tanah P dan dengan minyak lemak.
h. Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik.
i. Khasiat
Zat tambahan; antimicrobial preservative; disinfectant; humectant;
plasticizer; solvent5-80%; stabilizing agent; water-miscible cosolvent.
j. Stabilitas
Pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam wadah tertutup baik,
tetapi pada suhu tinggi, di tempat terbuka, ia cenderung untuk
mengoksidasi, sehingga menimbulkan produk seperti propionaldehida,
asam laktat, piruvat asam, dan asam asetat. Propilen glikol stabil secara
kimiawi saat dicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau air; larutan
air dapat disterilkan dengan autoklaf. Propilen glikol higroskopis dan
harus disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di
tempat yang sejuk dan kering.
k. Inkompatibilitas
Propilen glikol tidak kompatibel dengan reagen pengoksidasi seperti
kalium permanganat.
5

6. Aquadest
a. Sinonim
Air suling; Aqua; Air Murni; Aqua Depurata; Aqua Purificata;
Hydrogen Oxide.
b. Nama Kimia
Air
c. Rumus Molekul
H2O
d. Berat Molekul
18.02
e. Pemerian
Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa.
f. Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik.
g. Khasiat
Pelarut dengan konsentrasi ad 100%.
h. Alasan Pemilihan Bahan
Aquades berupa cairan jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau
(Anonim, 1995). Aquades merupakan pelarut yang umum digunakan
dalam sediaan oral karena tidak toksik, mudah didapat, dan murah.
Aquades untuk pengolahan sediaan farmasi harus digunakan air minum
yang sempurna (Voigt, 1984).

Anda mungkin juga menyukai