Berbicara sesuatu yang tidak bermanfaat dan tidak diperlukan meskipun tidak berdosa
(mubah) akan berakibat beratnya hisab di hari kiamat kelak. Karena menyibukkan diri
dengan pembicaraan semacam itu berarti menyia-nyiakan waktu, dan telah menggantikan
ucapan-ucapan yang baik dengan ucapan yang lebih rendah. Rasulullah saw bersabda,
Termasuk tanda baiknya keislaman seseorang adalah ia meninggalkan sesuatu yang tidak
berguna baginya. (HR Ibnu Majah dan Turmudzi).
Janganlah kamu mendebat saudaramu, dan janganlah kamu bersenda gurau dan janganlah
kamu membuat janji dengannya lalu tidak kamu tepati. (HR Turmudzi).
Tidaklah sesat suatu kaum setelah menunjuki mereka kecuali karena mereka melakukan
perdebatan. (HR Turmudzi)
Motivasi yang menggerakkan penyakit ini adalah rasa superioritas dengan menampakkan
keunggulan diri disertai serangan terhadap orang lain dengan merendahkannya dan
menampakkan kelemahannya.
Nabi bersabda,
Akan datang suatu masa kepada manusia, mereka mengunyah pembicaraan dengan lidah
seperti sapi mengunyah makanan dengan lidahnya. (HR Ahmad).
Ia tercela dan dilarang karena menjadi sumber keburukan dan kehinaan, Nabi bersabda,
Orang mukmin itu bukanlah orang yang suka melukai, melaknat, berkata keji dan bukan
pula orang yang suka berkata kotor. (HR Turmudzi)
Kamu harus bertaqwa kepada Allah, jika seseorang mencelamu dengan sesuatu yang
diketahuinya ada pada diri maka janganlah kamu membalas mencelanya dengan sesuatu
yang ada pada dirinya, niscaya dosanya kembali kepadanya dan pahalanya untuk kamu, dan
janganlah kamu mencela sesuatu. (HR Ahmad dan Thabrani)
6. Melaknati
Baik melaknati binatang, benda mati atau manusia, semua itu adalah tercela. Rasulullah Saw
bersabda,
Orang mukmin itu bukan orang yang suka melaknat. (HR Turmudzi).
a. Pelaknatan terhadap sikap-sikap yang lebih umum (misal : laknat Allah bagi orang yang
kafir) hal ini dibolehkan.
b. Pelaknatan terhadap terhadap sifat yang lebih khusus (misal : laknat Allah kepada orang
Yahudi, Nasrani dan para pezina dll), hal ini dibolehkan.
c. Pelaknatan terhadap perorangan (laknat Allah terhadap Zaid), hal ini mengandung
bahaya kecuali terhadap orang-orang tertentu yang telah nyata dilaknat oleh Allah.
Bahwasanya bagian dalam salah seorang diantara kalian terisi penuh dengan nanah sampai
mamatahkannya, sungguh itu lebih baik daripada ia penuh dengan syair. (HR Muslim)
6. Senda gurau
Awalnya tercela dan dilarang kecuali dalam kadar yang sedikit. Rasulullah saw bersabda,
Senda gurau yang dibolehkan adalah yang isinya tidak menyakiti, tidak dusta dan tidak
berlebihan, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Nabi.
Olok-olokan tersebut haram, jika yang diolok-olak merasa sakit hati. Jika yang diolok-olok
merasa senang atau bahkan membuat dirinya menjadi olok-olokan maka hal ini termasuk
senda gurau.
8. Menyebarkan rahasia
Nabi bersabda,
Apabila seseorang berbicara dengan suatu pembicaraan kemudian berpaling dari isi
pembicaraan tersebut adalah amanah. (HR Abu Dawud dan Turmudzi)
Sambutlah aku dengan enam hal, niscaya aku akan menyambut kalian dengan surga. Para
shahabat bertanya, Apa saja?. Nabi bersabda, Apabila salah seorang di antara kamu
berbicara, maka janganlah berdusta, apabila berjanji janganlah mengingkari, apabila
dipercaya janganlah berkhianat, tundukkanlah pandangan jangalah kemaluanmu, dan
tahanlah tangan kalian. (HR Al Hakim)
Adapun dusta yang dibolehkan adalah dusta yang terpaksa dilakukan demi tercapainya
tujuan yang benar. Sebagaimana sabda Nabi,
Bukan seorang pendusta orang yang mendamaikan antara manusia (yang bersengketa)
yang kemudian menimbulkan kebaikan atau berkata baik. (HR Bukhari Muslim)
Ghibah adalah menyebut saudaranya dengan hal yang tidak disukainya seandainya ia
mendengarnya (baik penyebutannya dengan lisan, tertulis, isyarat atau dengan cara
menyemangati seseorang untuk menggunjing saudaranya).
Adapun penyebab ghibah antara lain : melampiaskan marah, berbasa-basi kepada kawan,
membanggakan diri, dengki, bersenda gurau, ingin cuci tangan dari perbuatan yang
dituduhkan kepadanya, merendahkan teman, mendahului menjelek-jelekkan di sisi orang
yang disegani.
- mengadukan kedzaliman.
Kafarat ghibah :
Orang terlanjur menggunjing harus berbuat dan menyesali perbuatannya serta meminta
pembebasan dari orang yang digunjing agar terbebas dari tuntutan balasan kedzalimannya,
meskipun dalam hal ini ulama berbeda pendapat (At-Tahrim : 10)
Yaitu perkataan orang yang bolak-balik antara dua orang berselisih dan kepada masing-
masing ia mengatakan apa yang disetujuinya. Nabi bersabda,
Kalian mendapati di antara hamba Allah yang paling buruk pada hari kiamat adalah orang
yang memiliki dua wajah. Yang datang kepada dua pihak dengan suatu pembicaraan dan
datang kepada pihak (lain) dengan pembicaraan yang (lain pula).
12. Sanjungan
Sanjungan dapat tersusupi oleh enam penyakit : empat diantaranya terdapat pada orang
yang menyanjung, sedangkan dua diantaranya terdapat pada orang disanjung.
b. Dapat tersusupinya.
Nabi bersabda,
Celaka kamu, kamu telah memenggal leher temanmu seandainya dia mendengarnya
niscaya dia tidak akan beruntung.
d. Bila jadi sanjungan tersebut membuat senang orang yang disanjung padahalia orang
dzalim atau fasiq.
Sedangkan orang yang disanjung agar tidak terjerumus ke dalam penyakit kesombongan,
ujub dan future- maka ia harus berupaya :
Nabi bersabda,
Banyak bicara adalah ancaman yang berbahaya bagi seseorang kecuali jika lidahnya fasih,
didukung ilmu yang luas, sifat waro, hati-hati dan pengawasan yang ketat. Sabda Nabi saw,
14. Melibatkan diri secara bodoh pada beberapa pengetahuan dan pertanyaan yang
menyulitkan.
Biarkan apa yang aku tinggalkan untuk kalian, karena sesungguhnya orang-orang sebelum
kalian binasa karena banyak bertanya, dn menentang Nabi mereka. Apa yang aku larang
untuk kalian maka hendaklah kalian menjauhinya, dan apa yang aku perintahkan kepada
kalian maka hendaklah kalian mengerjakannya sedapat mungkin. (HR Bukhari Muslim)
15. Namimah (menghasut)
Nabi bersabda,
Tidak masuk surga orang yang suka menghasut. (HR Bukhari Muslim).
Namimah adalah membeberkan apa saja yang tidak disukai pembebernya baik oleh yang
dilaporkan, atau yang dilapori atau pihak ketiga- baik pembeberan tersebut dilakukan
dengan lidah, tulisan, isyarat dan lain sebagainya. (lihat QS. Al Qalam : 11 ; At Tahrim : 10)