BAB VI
METODE EKSPLORASI LANGSUNG
Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada
informasi-informasi pengamatan lapangan dan skala pengerjaan peta. Skala peta tersebut
mewakili intensitas dan kerapatan data singkapan yang diperoleh yang diperoleh. Tingkat
ketelitian peta geologi ini juga dipengaruhi oleh tahapan eksplorasi yang dilakukan. Pada
1
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
tahap eksplorasi awal, skala peta 1 : 25.000 mungkin sudah cukup memadai, namun pada
tahap prospeksi s/d penemuan, skala peta geologi sebaiknya 1 : 10.000 s/d 1 : 2.500.
Namun dalam tahapan eksplorasi lanjut s/d detail, pengamatan singkapan dapat
diperluas dengan menggunakan metode-metode lain seperti uji sumur, uji parit, maupun
bor tangan atau auger, sedangkan penentuan posisi dilakukan dengan menggunakan alat
ukur permukaan seperti pemetaan dengan plane table atau dengan teodolit.
6.1.1 Singkapan
2
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Pada prinsipnya, lintasan-lintasan yang dibuat pada aliran-aliran sungai atau jalur-
jalur kikisan yang memotong arah umum perlapisan, dengan tujuan dapat memperoleh
variasi litologi (batuan). Kadang-kadang juga diperlukan lintasan-lintasan yang searah
dengan jurus umum perlapisan dengan tujuan dapat mengetahui kemenerusan lapisan.
Secara umum lintasan (traverse) pemetaan ada 2 (dua), yaitu lintasan terbuka dan
lintasan tertutup. Lintasan terbuka mempunyai titik awal dan titik akhir yang tidak sama,
sedangkan lintasan tertutup bersifat loop (titik awal dan titik akhir sama).
Selain itu, ada juga metode pemetaan yang dikenal sebagai lintasan kompas dan
pengukuran penampang stratigrafi. Lintasan kompas (measured section atau tali kompas)
dilakukan dengan tujuan membuat penampang (topografi dan litologi) di sepanjang
lintasan. Sedangkan pengukuran penampang stratigrafi dilakukan untuk mengetahui
ketebalan, struktur perlapisan, variasi satuan litologi, atau mineralisasi dengan detail
(rinci). Umumnya pengukuran penampang stratigrafi dilakukan pada salah satu lintasan
kompas yang dianggap paling lengkap memuat informasi litologi keseluruhan wilayah.
3
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Dari hasil pemetaan geologi/alterasi yang baik, maka dapat memberikan manfaat
antara lain :
Daerah (zona) pembawa bijih (zona endapan) dapat diketahui
(diperkirakan).
Dapat disusun model geologi endapan yang bersangkutan.
Pekerjaan eksplorasi yang berlebihan (di luar zona bijih/endapan) dapat
dihindarkan (efisiensi).
Daerah-daerah yang belum dieksplorasi (dipelajari) dapat diketahui
dengan pasti.
Gambar 6.1 menunjukkan hasil interpretasi pemetaan geologi berupa peta dan
penampang geologi dari data pengamatan singkapan di lapangan.
4
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Gambar 6.1 Peta dan penampang geologi suatu daerah vulkanik yang
ditandai dengan munculnya beberapa tubuh intrusi (Graha, 1987)
5
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Pel
pua
ka
n p inera
m
ad
a s sasi
ing
li
kap
nz a
on
a
ter Fragm
min
era en-fra
i lis g
i sas zon asi y men Fragmen batuan termineralisasi
ral a m ang bat
i ne i ne t ua yang tertransport ke sungai
n a m rali erero n sebagai FLOAT
Zo sas si d
i ari
Sungai
Selain dengan tracing float, dapat juga dilakukan tracing dengan pendulangan
(tracing with panning). Pada tracing float, material yang menjadi panduan berukuran
kasar (besar), sedangkan dengan menggunakan dulang ditujukan untuk material-material
yang berukuran halus (pasir s/d kerikil). Secara konseptual tracing dengan pendulangan
ini mirip dengan tracing float.
Pada Gambar 6.3 dapat dilihat sketsa pengerjaan metode tracing float atau tracing
with panning tersebut, dimana pengecekan dilakukan untuk semua cabang (anak) sungai.
Oleh sebab itu, informasi (peta) jaringan sungai menjadi media utama untuk metode ini.
6
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
ZONA
MINERALISASI
Gambar 6.3 Sketsa konseptual pengerjaan metode tracing float dan tracing with
panning
Pada lokasi dimana float mulai hilang, dapat diinterpretasikan bahwa zona sumber
float telah terlewati, sehingga konsentrasi penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada
daerah dimana float tersebut mulai hilang. Secara teoritis, pada daerah dimana float
tersebut hilang dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan uji paritan
(trenching) dan uji sumuran (test pitting).
7
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
(terutama pada endapan berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain ; jurus
bidang perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik perlapisan
(ada split atau sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling.
Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa
series dengan arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih,
sehingga batas zona bijih tersebut dapat diketahui (lihat Gambar 6.4). Informasi
yang dapat diperoleh antara lain ; adanya zona alterasi, zona mineralisasi, arah
relatif (umum) jurus dan kemiringan, serta dapat sebagai lokasi sampling. Dengan
mengkorelasikan series paritan uji tersebut diharapkan zona
bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui.
30
TP-6
30
TP-5 HB IV-2
20
HB IV-1
TP-4
TR-D.3
30
TR-D.2 HB III-3
Garis singkapan TR-D.1 30
HB III-2
batubara TR-C.4
48
Singkapan TR-C.3 HB III-1
48
TR-C.2
HB I-8 TP-3
Pemboran dangkal
Gambar 6.4 Sketsa lokasi pembuatan paritan pada garis singkapan batubara
8
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau
pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini dilakukan
jika dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu deretan (series)
sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah
vertikal dan horisontal.
Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan
dengan pelapukan dan endapan-endapan berlapis.
Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk
mendapatkan kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan
lantai, ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta
dapat digunakan sebagai lokasi sampling (lihat Gambar 6.5). Biasanya sumur uji
dibuat dengan kedalaman sampai menembus keseluruhan lapisan endapan yang
dicari, misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat (vein).
Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau
residual), pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas zona
lapisan (zona tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan masing-masing zona,
variasi vertikal masing-masing zona, serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan
pemodelan bentuk endapan.
Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 35 m dengan
kedalaman bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada endapan lateritik
atau residual, kedalaman sumur uji dapat mencapai 30 m atau sampai menembus batuan
dasar.
Dalam pembuatan sumur uji tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
ketebalan horizon B (zona laterit/residual),
9
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Sampel (conto) merupakan satu bagian yang representatif atau satu bagian dari
keseluruhan yang bisa menggambarkan berbagai karakteristik untuk tujuan inspeksi atau
menunjukkan bukti-bukti kualitas, dan merupakan sebagian dari populasi stastistik
dimana sifat-sifatnya telah dipelajari untuk mendapatkan informasi keseluruhan.
Secara spesifik, conto dapat dikatakan sebagai sekumpulan material yang dapat
mewakili jenis batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) dalam arti kualitatif dan
kuantitatif dengan pemerian (deskripsi) termasuk lokasi dan komposisi dari batuan,
formasi, atau badan bijih (endapan) tersebut. Proses pengambilan conto tersebut disebut
sampling (pemercontoan).
Pemilihan metode sampling dan jumlah conto yang akan diambil tergantung pada
beberapa faktor, antara lain :
Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.
Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi,
10
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
11
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
12
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Secara umum, metode grab sampling ini merupakan teknik sampling dengan cara
mengambil bagian (fragmen) yang berukuran besar dari suatu material (baik di alam
maupun dari suatu tumpukan) yang mengandung mineralisasi secara acak (tanpa seleksi
yang khusus). Tingkat ketelitian sampling pada metode ini relatif mempunyai bias yang
cukup besar.
Beberapa kondisi pengambilan conto dengan teknik grab sampling ini antara lain :
Pada tumpukan material hasil pembongkaran untuk mendapatkan
gambaran umum kadar.
13
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Bulk sampling (conto ruah) ini merupakan metode sampling dengan cara
mengambil material dalam jumlah (volume) yang besar, dan umum dilakukan pada semua
fase kegiatan (eksplorasi sampai dengan pengolahan). Pada fase sebelum operasi
penambangan, bulk sampling ini dilakukan untuk mengetahui kadar pada suatu blok atau
bidang kerja. Metode bulk sampling ini juga umum dilakukan untuk uji metalurgi dengan
tujuan mengetahui recovery (perolehan) suatu proses pengolahan. Sedangkan pada
kegiatan eksplorasi, salah satu penerapan metode bulk sampling ini adalah dalam
pengambilan conto dengan sumur uji (lihat Gambar 6.5).
Chip sampling (conto tatahan) adalah salah satu metode sampling dengan cara
mengumpulkan pecahan batuan (rock chip) yang dipecahkan melalui suatu jalur (dengan
lebar 15 cm) yang memotong zona mineralisasi dengan menggunakan palu atau pahat.
Jalur sampling tersebut biasanya bidang horizontal dan pecahan-pecahan batuan tersebut
dikumpulkan dalam suatu kantong conto. Kadang-kadang pengambilan ukuran conto
yang seragam (baik ukuran butir, jumlah, maupun interval) cukup sulit, terutama pada
urat-urat yang keras dan brittle (seperti urat kuarsa), sehingga dapat menimbulkan
kesalahan seperti oversampling (salting) jika ukuran fragmen dengan kadar tinggi relatif
lebih banyak daripada fragmen yang low grade.
Channel sampling adalah suatu metode (cara) pengambilan conto dengan membuat
alur (channel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih (mineralisasi). Alur
tersebut dibuat secara teratur dan seragam (lebar 3-10 cm, kedalaman 3-5 cm) secara
horizontal, vertikal, atau tegak lurus kemiringan lapisan (Gambar 6.6 dan 6.7).
14
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Gambar 6.6 Sketsa pembuatan channel sampling pada urat (Chaussier et al.,
1987)
Ada beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengumpulkan
fragmen-fragmen batuan dalam satu conto atau melakukan pengelompokan conto (sub-
channel) yang tergantung pada tipe (pola) mineralisasi, antara lain :
Membagi panjang channel dalam interval-interval yang seragam, yang
diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona bijih relatif lebar. Contohnya pada
pembuatan channel dalam sumur uji pada endapan laterit atau residual (lihat
Gambar 6.8, 6.9, dan 6.10).
Membagi panjang channel dalam interval-interval tertentu yang
diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona mineralisasi.
Untuk kemudahan, dimungkinkan penggabungan sub-channel dalam
satu analisis kadar atau dibuat komposit.
15
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
16
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Informasi-informasi yang harus direkam dalam pengambilan conto dari setiap alur
adalah sebagai berikut :
Letak lokasi pengambilan conto dari titik ikat terdekat.
Posisi alur (memotong vein, vertikal memotong bidang perlapisan,
dll.).
17
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Lebar atau tebal zona bijih/endapan (lebar horizontal, tebal semu, atau
tebal sebenarnya).
Penamaan (pemberian kode) kantong conto, sebaiknya mewakili
interval atau lokasi sub-channel.
Tanggal pengambilan dan identitas conto.
D1 3
RW OW x ( )
D2
dimana :
RW = berat conto yang dikurangi
OW = berat conto awal
D1 = diameter partikel yang dikurangi
D2 = diameter partikel awal
18
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Formula ini hanya dapat diterapkan pada conto yang telah mempunyai ukuran
relatif seragam. Jika distribusi tidak homogen, maka ukuran conto harus dikurangi
sampai dengan didapatkan ukuran yang paling ekonomis (secara kadar). Sebagai ilustrasi
dapat dilihat contoh hasil assay pada beberapa kondisi ukuran (Tabel 6.1). Prosedur
umum dalam proses reduksi ukuran conto dapat dilihat pada Gambar 6.12.
19
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
20
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Gambar 6.12 Prosedur umum proses pengecilan ukuran (Chaussier et al., 1987)
Setelah ukuran dari conto terdistribusi pada fraksi yang seragam, kemudian
dilakukan pengurangan (reduksi) bobot/jumlah conto. Metode reduksi yang umum
digunakan adalah splitting dan quartering. Metode reduksi splitting dapat dilihat pada
Gambar 6.13 dan metode quartering dapat dilihat pada Gambar 6.14.
21
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Gambar 6.13 Reduksi jumlah conto dengan metode splitting (Chaussier et al.,
1987)
Gambar 6.14 Reduksi jumlah conto dengan metode quartering (Chaussier et al.,
1987)
22
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Pada suatu kegiatan pengambilan conto (sampling) dan penentuan kadar rata-rata
dari lokasi pengambilan conto, dilakukan penentuan kadar dengan menggunakan
pembobotan kadar. Secara umum ada 2 (dua) metode pembobotan dalam penentuan
kadar, yaitu :
Pembobotan aritmetik sederhana, yang digunakan jika interval
pengambilan conto seragam dan homogenitas dari masing-masing interval
diasumsikan tinggi (besar).
Pembobotan oleh lebar (tebal), panjang, luas, volume, dan SG (specific
gravity), jika interval pengambilan conto tidak seragam dan diasumsikan bahwa
karakteristik material pada masing-masing interval tidak sama (bervariasi).
Pembobotan tebal-lebar-panjang
Jika semua blok mempunyai luas dan SG relatif sama (seragam)
t1.k 1 t 2 .k 2 t 3 .k 3 ..... t n k n n t .k
Persamaan : k i i
t1 t 2 t 3 .... t n i 1 ti
Pembobotan luas
Jika semua blok mempunyai ketebalan dan SG relatif sama (seragam)
t1.A 1 t 2 .A 2 t 3 .A 3 ..... t n A n n A .k
Persamaan : k i i
A1 A 2 A 3 .... A n i 1 Ai
Pembobotan volume
Jika semua blok mempunyai SG relatif sama (seragam)
t1.V1 t 2 .V2 t 3 .V3 ..... t n Vn n V .k
Persamaan : k i i
V1 V2 V3 .... Vn i 1 Vi
Pembobotan tonase
Jika semua blok mempunyai tonase yang berbeda-beda
t1.T1 t 2 .T2 t 3 .T3 ..... t n Tn n T .k
Persamaan : k i i
T1 T2 T3 .... Tn i 1 Ti
23
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Selain itu aspek logistik juga harus dipikirkan dengan cermat, antara lain :
juru bor,
24
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Umumnya mekanisme pemboran dibagi menjadi tiga jenis, yaitu rotary drilling,
percussive drilling, dan rotary-percussive drilling. Pada mekanisme rotary drilling
terdapat tiga macam penggerak atau pemutar stang bor yaitu spindle, rotary table, dan
top drive. Mesin penggerak yang digunakan dapat bekerja secara mekanik (dengan bahan
bakar) maupun elektrik. Mata bor yang sering digunakan umumnya berupa tricone bit
untuk pemboran open hole (non coring) ataupun diamond bit untuk pemboran inti
(coring).
Fluida bor yang sering digunakan dalam suatu operasi pemboran dapat berupa
udara, air, lumpur atau campuran air dan lumpur. Fluida bor pada umumnya berfungsi
untuk : (a) pendingin mata bor, (b) pelumas, (c) mengangkat sludge ke atas, (d)
melindungi dinding lubang bor dari runtuhan.
Metode pemboran yang digunakan bergantung kepada asumsi letak dan ketebalan
target yang akan dibor berdasarkan pada informasi/data permukaan yang diperoleh.
Dengan melakukan pemboran, maka dapat dievaluasi kembali konsep dan prediksi
geologi (interpretasi) yang telah ada sebelumnya.
25
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Pembuatan lubang bor secara vertikal digunakan untuk kondisi dimana zona
mineralisasi diperkirakan pada kedalaman yang dangkal atau pada endapan disseminated.
Namun demikian kondisi lubang bor yang cenderung miring atau curam biasanya
digunakan untuk target endapan yang mempunyai kemiringan yang besar, dengan tujuan
agar dapat menembus zona mineralisasi pada sudut 90 0 (relatif tegak lurus). Selain itu
dari pemboran juga diharapkan dapat diketahui batas-batas zona pelapukan, zona
oksidasi, atau zona bijih (batuan dasar), lihat Gambar 6.15.
S
DDH 02
N
40
Overburden
(tanah penutup) Anomali
Weathered zone
(zona pelapukan) 50
"Fresh" bedrock
(batuan dasar segar)
si
i sa
al
EOH
er
in
m
na
Zo
a. Pola pemboran
Program berikutnya direncanakan setelah melihat hasil dari sejumlah lubang bor
pada daerah target. Spasi lubang bor didasarkan pada antisipasi ukuran target, atau
pengalaman sebelumnya terhadap endapan yang sejenis dan dari sejumlah kegiatan
pemboran di lokasi tersebut. Lokasi pemboran dan orientasi titik bor selanjutnya
didasarkan pada sukses pemboran pada lubang pertama. Jika pemboran pada lubang
26
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
pertama tidak memberikan keyakinan geologi yang pasti maka daerah target lain harus
dicoba.
Suatu endapan paling tidak sudah didefinisikan arah kemenerusan dan zona
mineralisasinya. Spasi antar lubang bor bergantung pada tipe mineralisasi dan
kemenerusannya. Contoh kasus seperti endapan urat, lubang bor pertama digunakan
untuk mengidentifikasikan struktur, dan tidak banyak digunakan untuk penentuan kadar
karena hal tersebut biasanya ditaksir secara akurat dengan sampel bawah permukaan.
Tipe spasi untuk endapan urat adalah 2550 m sedangkan untuk endapan stratiform
spasinya antara 100 m sampai beberapa ratus meter.
Pola pemboran dalam kegiatan eksplorasi bergantung dari data yang diperoleh.
Pada tahap pengenalan dimana seorang geologist belum mengetahui secara jelas lokasi
tsb maka lubang bor pertama dapat digunakan untuk orientasi. Untuk eksplorasi endapan
uranium, batubara dan borat lubang pengamatan dapat dibuat pada jarak 10 km dari
formasi sedimen yang diamati. Lubang berikutnya terletak beberapa km dari target
dengan spasi 100200 m. Namun demikian spasi pemboran dapat juga ditentukan dari
peta geologi, geokimia, geofisika dan hasil geostatistik.
Penentuan pola pemboran secara normal dilakukan dengan grid yang teratur pada
suatu zona mineralisasi. Hal ini akan memberikan data statistik yang baik dan penampang
geologi dengan proyeksi minimum. Pagaran sangat baik dibuat pada jarak 200400 m
dengan interval lubang antara 100200 m sehingga memberikan ruang untuk pengisian
kembali. Letak lubang khusus sangat penting dan biasanya dibor dengan sudut siku-siku
terhadap arah kemiringan rata-rata.
Sebagai contoh, pada Gambar 6.16 dapat dilihat beberapa tahapan pemboran
berdasarkan anamoli geokimia :
Titik bor ke-1 dan ke-2 ditujukan untuk memastikan (membuktikan)
adanya zona mineralisasi (secara vertikal) pada pusat anomali.
Selanjutnya pemboran pada titik bor ke-3 bersifat memastikan
kemenerusan zona mineralisasi tersebut (ke arah kemiringan).
27
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Sedangkan titik bor ke-4 dan ke-5 merupakan titik bor yang ditujukan
untuk melihat kemenerusan zona mineralisasi ke arah jurus dari hasil pemboran
pada titik ke-1 dan ke-2.
Begitu juga dengan titik bor ke-6 dan ke-7, ditujukan untuk
mengetahui kemenerusan searah jurus hasil pemboran pada titik bor ke-3.
Dan selanjutnya dilanjutkan dengan titik bor ke-8 dan ke-9, yang
ditujukan untuk mengetahui kemenerusan titik bor sebelumnya, dan seterusnya
dengan pola yang sama sampai diperkirakan zona mineralisasi telah tercakup secara
keseluruhan.
N
Anomali
4 1 2 5
6 3 7
Drill lines
8 9 Titik bor
tambahan
(In fill drilling)
S
Gambar 6.16 Lay out pemboran berdasarkan anomali permukaan (Annels, 1991)
Sedangkan pada Gambar 6.17 dapat dilihat penampang hasil interpretasi suatu
series pemboran dalam penentuan zona bijih, dimana pemboran yang dilakukan
merupakan kombinasi antara bor tegak dan pemboran miring.
28
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Data mineralisasi, litologi, dan struktur dapat direkam dan diplot pada grafik log
sesegera mungkin setelah data diperoleh. Data ini umumnya diperoleh dari kepingan
material yang dibor yang biasanya menyatu dengan permukaan alat bor. Informasi
mengenai assay dapat diperoleh beberapa hari kemudian tetapi lokasi dan kedudukan
mineralisasi harus segera diplot pada log litologi.
29
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Dengan pemboran dapat diketahui kontrol struktur dan stratigrafi dari suatu zona
mineralisasi. Adanya pengambilan asumsi pada saat interpretasi pemboran sering tidak
dapat dilokalisasi sampai adanya data yang valid tentang kondisi bawah permukaan.
Contoh dapat dilihat pada Gambar 6.18 dimana terdapat tiga interpretasi yang berbeda
dari data yang ada.
Peta-peta tersebut biasanya digunakan untuk memperkirakan letak bijih dan juga
membantu dalam pemboran lanjut. Salah satu kunci dalam kegiatan pemboran adalah
kemenerusan zona mineralisasi, hal ini menentukan spasi lubang bor serta ketelitian
dalam perhitungan cadangan. Dalam beberapa kegiatan eksplorasi kemenerusan ini dapat
dilihat dengan membandingkan endapan tersebut dengan endapan yang sejenis, uji
kemenerusan ini dilakukan dengan jalan menguji titik-titik terdekat atau pengujian
terhadap suatu lokasi kecil dengan spasi rapat.
30
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Salah satu keputusan yang paling sulit dalam kegiatan pemboran adalah
memutuskan kapan pemboran tersebut diakhiri. Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam mengambil keputusan adalah :
Tidak adanya mineralisasi yang dijumpai.
Mineralisasinya dapat dilokalisasi tetapi tidak ekonomis atau terlalu
dalam.
Pemboran yang dilakukan menghasilkan beberapa zona mineralisasi
yang ekonomis tetapi penyebaran kadarnya terbatas atau perhitungan cadangan
menunjukkan bahwa endapan tersebut terlalu kecil dibanding yang diinginkan.
Tubuh kadar yang ekonomis sudah diketahui pasti.
Biaya pemboran sudah habis.
Keputusan pada langkah pertama relatif lebih mudah, namun demikian penyebab
anomali permukaan atau bawah permukaan yang menentukan letak lubang bor tidak
dapat dihindari. Langkah kedua lebih sulit dan dalam hal ini kemungkinan mineralisasi
kadar tinggi harus dapat dieliminasi. Adanya beberapa perpotongan pada saat prospeksi
memberikan gambaran bahwa proses penentuan kadar yang ekonomis berlaku tetapi
tidak pada skala yang memungkinkan dalam suatu endapan yang besar. Adanya kadar
mineralisasi yang tinggi sering menghasilkan beberapa tahap pemboran untuk menguji
semua hipotesis dan lokasi di sekitarnya.
d. Kontrak pemboran
Tujuan pemboran adalah untuk memperoleh data yang representatif dari target
yang ada dengan biaya yang tersedia. Konsekuensinya pemilihan alat bor sangat penting
dan bergantung kepada pemimpin proyek. Disamping kondisi pemboran yang harus
diperhatikan kita juga harus dapat membandingkan beberapa metode pemboran yang
berbeda sebelum kegiatan lain dilakukan.
31
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Setiap hal tersebut harus dapat dideskripsikan secara detail didalam kontrak.
Dalam hal pembayaran tenaga kerja juru bor biasanya dibayar per shift dan sesuai dengan
kedalaman lubang yang dibor, sedangkan wellsite geologist dibayar sesuai dengan
perjanjian mulai dari kegiatan eksplorasi sampai target tercapai.
a. Pemboran auger
Auger adalah bor tangan dengan tangkai yang dilengkapi spiral untuk membawa
material halus ke permukaan, biasanya digunakan untuk endapan plaser. Kelebihan alat
bor ini adalah dapat digunakan untuk sampling dalam jika sumuran uji tidak praktis.
Dengan auger kita dapat mencapai kedalaman 60 m tapi biasanya cukup sampai 30 m.
Pada tanah yang halus pemboran dengan auger biasanya cepat sehingga conto yang
keluar harus dapat diorganisasikan dengan baik. Auger adalah bor ringan dan tidak cocok
digunakan untuk tanah atau material yang keras dan berbongkah.
c. Rotary drilling
32
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Rotary drilling adalah metode pemboran non-coring dan tidak sebanding jika
pemboran dilakukan pada batuan dengan kekerasan halus-sedang seperti batugamping
atau batulumpur. Tipe mata bor (bit) pada jenis pemboran ini menggunakan tricone atau
roller rock bit yang ditutupi oleh tungsten karbida. Potongan atau kepingan batuan akan
ditekan keluar oleh fluida bor yang rata-rata kecepatannya 100 m/jam. Tipe alat bor ini
biasanya digunakan oleh industri minyak dengan diameter lubang besar (>20 cm) dan
kedalaman ratusan sampai ribuan meter dengan fluida bor berupa lumpur.
d. Percussive drilling
Pada dasarnya alat ini menggunakan kompresor udara dan ukurannya bervariasi
dari kecil (bor tangan) sampai alat bor besar dengan rata-rata kedalaman pemboran
ratusan meter.
Secara umum alat ini dapat dibagi dalam dua tipe, yaitu :
e. Reverse circulation
Reverse circulation (RC) drilling mulai digunakan pada pertengahan tahun 70-an
dan biasanya digunakan untuk material sedimen yang tidak terkonsolidasi seperti pada
endapan aluvial. Air atau udara dapat digunakan sebagai fluida bor dan inti bor atau
sludge dapat diperoleh semua. Media fluida dialirkan ke sludge lewat dua dinding pada
33
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
stang bor dan kembali ke permukaan lewat pusat stang bor. Pada percussive drilling
kepingan batuan juga tertransport ke permukaan lewat tengah stang bor kemudian
menuju ke cyclon dimana disana ditampung conto bor (lihat Gambar 6.19). Kegunaan
alat bor ini adalah untuk mengumpulkan kepingan batuan lebih dari auger, rotary atau
percussive drilling. Conto dapat dikumpulkan dengan cepat dan kadar kontaminasinya
sedikit.
Skema dari beberapa metode pemboran yaitu diamond core, reverse circulation,
dan rotary drlling ditunjukkan pada Gambar 6.20.
34
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Gambar 6.20 Skema beberapa metode pemboran (dari Australian Drilling Industry,
1996)
Pada pemboran dengan metode ini sampel diambil dari target dengan diamond bit
atau impregnated bit. Hal ini mengakibatkan conto yang diperoleh pada tabung dalam
(inner tube) dari core barrel berbentuk silinder. Mata bor dan core barrel dihubungkan
ke permukaan dengan tali baja yang juga digunakan untuk menurunkan mata bor dan
core barrel ke dalam lubang.
a. Drill bit
Bentuk mata bor ini terdiri dari butiran sintetik halus dengan kadar intan tanpa
semen metalik yang memiliki karatan tertentu. Pada umumnya keseluruhan mata bor ini
digunakan untuk batuan yang sangat keras seperti rijang, sedangkan mata bor intan
tunggal digunakan untuk batuan yang lebih halus seperti batugamping. Diamond bit
dapat digunakan untuk batuan tertentu tetapi karena harganya yang sangat mahal maka
perlu pengalaman dan pemilihan lokasi yang tepat dalam penggunaannya.
35
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
b. Core barrel
Inti bor diperoleh dari perputaran mata bor dan kemudian didorong ke core barrel
oleh perputaran tabung. Core barrel dapat diklasifikasikan sesuai panjang inti bor yang
ditampung biasanya 1,53 m namun dapat pula mencapai 6 m. Umumnya terdapat dua
tabung dimana tabung luar untuk menangkap inti bor dan tabung dalam dalam posisi
tidak berputar. Triple-tube dapat digunakan untuk tanah yang kurang baik selanjutnya
inti bor dapat diangkat dengan menggunakan tali pada stang bor ke permukaan.
c. Sirkulasi
Air disirkulasikan pada bagian dalam dari stang bor dengan tujuan untuk mencuci
sludge, permukaan mata bor dan kemudian dikeluarkan lewat celah antara antara dinding
lubang bor dan stang bor. Tujuan sirkulasi ini juga untuk memberi pelumasan pada mata
bor, mendinginkannya dan melepaskan hancuran batuan yang menempel pada permukaan
mata bor. Air dapat dikombinasikan dengan lempung atau bahan aditif lainnya untuk
memberikan daya angkat bagi material yang dibor.
d. Casing
Mesin bor yang digunakan dalam eksplorasi mineral biasanya memiliki kapasitas
sampai 2000 m dan dapat diletakan horisontal atau vertikal. Rata-rata penggunaannya
bergantung kepada tipe alat bor, mata bor, diameter lubang, tipe batuan, kedalaman dan
keahlian juru bor. Seorang juru bor harus mempertimbangkan berapa besar volume fluida
yang akan digunakan, besar tekanan yang akan dipakai, besarnya perubahan putaran dan
pemilihan mata bor yang benar. Sampai sekarang belum ada kondisi baku untuk
menentukan faktor kritis penggunaan mata bor jika kita menginginkan optimasi
pemboran yang efisien. Pemboran sampai kedalaman 10 m/jam mungkin saja terjadi
36
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
bergantung kepada kemampuan juru bor yang menanganinya dan juga kondisi batuan
yang dibor. Beberapa permasalahan (kendala) yang muncul dalam pemboran dapat dilihat
pada Tabel 6.2.
Pada Tabel 6.3 dan 6.4 berikut ini secara berurutan diberikan ukuran wireline drill
rod dan wireline core barrel untuk seri Q.
Tabel 6.3 Ukuran wireline drill rod seri Q (dari Australian Drilling Industry, 1996)
37
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Tabel 6.4 Ukuran wireline core barrel seri Q/Q-3 (dari Australian Drilling Industry,
1996)
Ukuran Diamater lubang mm Diameter inti mm
(inci) (inci)
AQ 48,0 (1 57/64) 27,0 (1 1/16)
BQ 59,9 (2 23/64) 35,4 (1 7/16)
BQ-3 59,9 (2 23/64) 33,5 (1 5/16)
NQ 75,7 (2 63/64) 47,6 (1 7/8)
NQ-3 75,7 (2 63/64) 45,1 (1 25/32)
HQ 96,0 (3 25/32) 63,5 (2 )
HQ-3 96,0 (3 25/32) 61,1 (2 13/32)
Informasi dari lubang bor dapat diperoleh dari beberapa sumber : batuan, inti bor
atau sludge, geofisika bawah permukaan; dan informasi dari hasil pemboran. Pada bagian
ini akan lebih ditekankan pada pengamatan geologi.
Core recovery (CR) atau perolehan inti sangat penting, biasanya dinyatakan dalam
persen volume. Jika CR kurang dari 8590% maka inti bor tersebut masih diragukan
nilainya, hal ini berarti terjadi loss selama pemboran dan inti bor tersebut tidak
menunjukkan conto yang sebenarnya.
Logging (pengamatan) inti bor biasanya dilakukan di samping lokasi bor untuk
menentukan apakah pemboran dilanjutkan atau dihentikan. Beberapa organisasi memiliki
prosedur standar dalam logging inti bor dan terminologi standar untuk mendeskripsikan
sifat geologi. Logging awal pada lokasi bor biasanya dilengkapi dengan hasil analisis inti
38
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
bor. Dari logging awal ini biasanya diperoleh data tentang gambaran umum struktur
(rekahan dan orientasi) juga litologi (warna, tekstur, mineralogi, alterasi dan nama
batuan) serta core recovery. Deskripsi harus dilakukan secara sistematis menyangkut
kualitas dan kuantitasnya.
Inti bor biasanya disimpan dalam boks kayu, plastik atau logam yang dapat
memudahkan orang memindahkannya. Inti bor dikumpulkan untuk berbagai tujuan,
bukan untuk sekedar deskripsi geologi saja biasanya digunakan juga untuk analisis
metalurgi dan assay. Untuk kedua tujuan tersebut inti bor biasanya dibagi dalam dua
bagian dengan gergaji intan, setengah untuk assay dan investigasi lain, setengahnya lagi
disimpan dalam core box untuk tujuan lain.
b. Pemboran non-corring
Dalam pemboran non-coring kepingan (chips) batuan dapat diperoleh pada selang
12 m dalam keadaan kering dan dikumpulkan pada sisi lokasi bor, setelah dicuci conto
tersebut lebih mudah untuk dianalisis secara mikroskopi. Conto tersebut dapat juga
didulang untuk memperoleh mineral berat dan kemudian diberi perekat dan disusun
sesuai interval untuk memberikan gambaran lubang bor tersebut.
Core adalah inti bor yang ditampung dalam core barrel dimana ukuran inti sangat
tergantung dengan ukuran mata bor. Sedangkan sludge adalah hancuran batuan yang
diangkat (terbawa) oleh fluida bor, dan biasanya sludge ditampung dalam sludge tank.
Gambar 6.21 menunjukkan sketsa pendefinisian antara core dan sludge.
39
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Sludge
100 - i
100
Core
i
Dalam pengambilan conto dari inti bor (core recovery), harus diperhatikan
reabilitas dari conto. Seperti terlihat pada Gambar 6.22, conto 1, 2, dan 3 harus
dipisahkan, karena segmen conto dipisahkan oleh bagian yang hancur (conto 2).
1 2 3
Berikut ini dapat dilihat beberapa rumus yang dapat digunakan dalam penentuan
kadar sampling dengan penggabungan core dan sludge.
40
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Rumus I2 :
i 2 i2
S.100 - .C
100 100
k
100
Interpretasi dan kompilasi data hasil eksplorasi langsung secara umum dapat
berupa peta-peta atau penampang (profil). Hasil kompilasi data pemetaan geologi atau
alterasi tentu saja berupa peta penyebaran batuan/struktur atau alterasi, serta penampang
geologi/struktur atau alterasi (lihat contoh Gambar 6.23). Sementara kompilasi data
tracing float berupa peta penyebaran mineralisasi yang mengarah ke sumber primernya.
Data-data dari uji sumuran dan paritan umumnya digunakan untuk melengkapi data
penyebaran singkapan, misalnya pada endapan batubara.
Sedangkan dari kompilasi data bawah permukaan hasil pemboran dapat dibuat
penampang melintang untuk menggambarkan penyebaran dan model suatu endapan atau
badan bijih, baik model 2-D maupun 3-D. Sebagai contoh interpretasi dan kompilasi data
pemboran ditunjukkan pada Gambar 6.24 berupa model blok dan Gambar 6.25 berupa
41
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
diagram Fence. Dari kedua gambar tersebut terlihat dengan jelas pola dan arah
penyebaran suatu endapan bahan galian.
Gambar 6.23 Penampang melintang diagramatik dari potongan
jalan raya di Kentucky timur menunjukkan zona urutan transisi yang
terbentuk antara lingkungan dataran bawah dan atas hasil interpretasi
42
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
43