Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Metalurgi yang sejatinya berkaitan dengan dunia pertambangan dimana
metalurgi merupakan ilmu pengetahuan untuk mendapatkan logam dari bijihnya
dan menjadikan logam sebagai produk yang mempunyai nilai guna.
Sebagaimana diketahui salah satu proses pertambangan adalah pengolahan,
baik pengolahan bahan galian logam maupun bahan galian non logam. Salah
satu bahan galian logam adalah nikel.Sebagai salah satu sumberdaya yang
memiliki banyak kegunaan maka nikel penting untuk dilakukan pengolahan agar
bermanfaat dan bernilai guna.
Dari aspek yuridis yang berlaku di Indonesia bahwa untuk keperluan
ekspor maka bahan galian logam maupun non logam harus diolah terlebih
dahulu sebab pada umumnya kadar mineral di Indonesia berkadar rendah.
Sumberdaya alam Indonesia yang melimpah menuntut para teknisi tambang
maupun pengolahan bahan galian untuk terus mengembangkan berbagai
macam teknologi.Hal tersebut dengan maksud agar kesejahteraan dan
kemakmuran Indonesia tercapai.

1.2 MaksuddanTujuan
1.2.1 Maksud
Mengenal nikel serta mengetahui proses pengolahan nikel menjadi
feronikel.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari makalah dengan judul pengolahan nikel ini adalah sebagai
berikut:
Mengetahui definisi nikel.
Mengetahui proses pengolahan nikel.
Mengetahui penambangan nikel.
Mengetahui manfaat dan dampak dari keberadaan nikel.
Mengetahui sebaran nikel di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Nikel


Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedtpada tahun 1751 dalam mineral yang
disebut kupfernickel (nikolit). Nikel memiliki unsur kimia metalik dalam tabel
periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor atom 28. Dalam keadaan murni,
nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam
lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Nikel termasuk logam
berwarna putih keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam
logam peralihan, sifat tidak berubah bila terkena udara, tahan terhadapoksidasi
dan kemampuan mempertahankan sifat aslinya di bawah suhu yang ekstrim
(Cotton danWilkinson, 1989).
Nikel adalah salah satu elemen utama dari inti bumi yang diperkirakan
sebagian besar terbuat dari campuran nikel dan besi. Nikel logam yang sangat
keras dan putih mengkilap ditemukan dalam kerak bumi di mana merupakan
unsur ke dua puluh dua yang paling berlimpah.Kebanyakan nikel yang
ditambang untuk keperluan industri ditemukan dalam bijih seperti pentlandit
(Ni,Fe)S, garnierite (n NiSO3 mHgSiO3.H2O), dan limonit. Nikel juga ditemukan
dalam meteorit di mana ia sering ditemukan dalam hubungannya dengan besi.
Deposit nikel terbesar ada di Kanada diperkirakan berasal dari meteorit raksasa
yang jatuh ke bumi ribuan tahun yang lalu.Pada umumnya bijih nikel dibedakan
sesuai dengan mineralnya menjadi;
Bijih sulfidik yang terjadi karena replacement dan magmatic
Bijih silikat yang terjadi karena pelapukan (laterisasi) dari batuan ultra
basa.
Produsen nikel terbesar adalah Rusia, Kanada, dan Australia. Deposit nikel
lainnya ditemukan di Kaledonia Baru, Cuba, Indonesia
2.2 Karakteristik Nikel
Adapun karakteristik nikel sebagaiberikut;
Tabel 2.1
Karakteristik Nikel
No Karakteristik Keterangan lain
1 Nama Nikel
2 Lambang Ni
3 Nomor atom 28
4 Deret kimia Logam transisi
5 Golongan VIII B
6 Periode 4
7 Blok d
8 Penampilan Kemilau, metalik
9 Massa atom 58,6934(2) g/mol
10 Konfigurasi electron [Ar] 3d8 4s2
11 Jumlah electron tiap kulit 2 8 16 2
12 Volume Atom 6.6 cm3/mol
13 Struktur Kristal fcc
Sumber : www.serambigeologi.com

1) Sifat kimia Nikel


Adapun sifat-sifat kimia dari nikel yaitu antara lain:
Pada suhu kamar nikel bereaksi lambat dengan udara.
Jika dibakar, reaksi berlangsung cepat membentuk oksida
NiO.
Bereaksi dengan C l 2 membentuk Klorida (NiCl2).
Bereaksi dengan steam H 2O membentuk Oksida NiO.
Bereaksi dengan HCl encer dan asam sulfat encer, yang
reaksinyaberlangsung lambat.
Bereaksi dengan asam nitrat dan aquaregia, Ni segera larut
Ni + HNO3 Ni(NO3)2+ NO + H2O
Tidak beraksi dengan basa alkali
Bereaksi dengan H 2S menghasilkan endapan hitam.
2) Sifat fisika Nikel
Adapun sifat-sifat fisika dari nikel yaitu antara lain:
Logam putih keperak-perakan yang berkilat, keras
Tahan karat
Dapat ditempa dan ditarik.
Feromagnetik
TL : 1420C, TD : 2900C

2.3 Genesa Pembentukan Bijih Nikel


Nikel ore adalah bijih nikel, yaitu mineral atau agregat mineral yang
mengandung nikel. Ferronikel adalah produk metalurgi berupa alloy (logam
paduan) antara besi (ferrum) dan nikel. Nikel bisa berasal dari Laterite (Ni
Oxides) hasil proses pelapukan batuan Ultramafik dan Sulfida (Ni Sulphides)
hasil dari proses magmatisme.
Orebody dengan Ni grade yg tinggi umumnya didapat dari proses
pelapukan batuan (bedrock) yg kaya Olivine karena memang kandungan Ni di
Olivine lebih tinggi dibanding mineral mafik yg lain. Kandungan Ni di bedrock
sebenar nya kecil sekali (<0.7%), kandungan dibedrock didominasi oleh silica
(>40%) dan magnesia (>30%), proses pengkayaaan Ni terjadi karena adanya
proses Leaching dimana elemen-elemen yg mudah larut dan punya mobilitas
tinggi terutama SiO2 dan MgO dilarutkan oleh air sehingga %Ni yg tinggal di
profile jadi tinggi (>2%).
Proses leaching yg efektif biasanya terjadi pada Daerah tropis dimana
curah hujan tinggi dan banyak vegetasi yang membentuk lingkungan asam.
Morfologi yg "gentle" termasuk plateua karena sirkulasi air bagus untuk
"mencuci/mengeluarkan" Silica dan magnesia, jika terlalu terjal hasil pelapukan
akan tererosi sehingga profile yang akan dihasilkan tipis. Kalo terlalu landai
seperti di lembah/dataran rendah sirkulasi air kurang bagus. Struktur geologi
yang intensif karena penetrasi air ke bedrock akan lebih efektif.
Sumber : www.serambigeologi.com
Gambar 2.1
Lapisan Penyusun Biji Nikel
Proses leaching membentuk profile Limonite (bagian atas/zona oksidasi)
dan Saprolite (bagian bawah/zona reduksi) dimana pada lapisan limonite proses
pelapukan sudah sangat lanjut sehingga hampir semua Silica dan magnesia
sudah tercuci dan sisa-sisa struktur/tekstur batuan sudah boleh dikatakan hilang
(semua lapisan bedrock sudah jadi tanah), lapisan limonite mengandung Fe yang
sangat tinggi karena memang Fe sangat suka lingkungan oksidasi. Kalo saprolite
boleh dikatakan setengah lapuk dimana masih ditemukan sisa-sisa batuan dasar.
Kandungan Ni tertinggi akan didapat pada zona saprolite karena Ni lebih stabil di
zona reduksi.
Di perairan nikel ditemukan dalam bentuk koloid. Garam-garam nikel
misalnya nikelamonium sulfat, nikel nitrat, dan nikel klorida bersifat larut dalam
air. Pada kondisi aerob dan pH< 9, nikel membentuk senyawa kompleks dengan
hidroksida, karbonat, dan sulfat dan selanjutnya mengalami presipitasi. Demikian
juga pada kondisi anaerob, nikel bersifat tidak larut(Moore, 1990dalam Effendi,
2003). Sedangkan untuk di muara sungai, nikel menunjukan konsentrasi yang
semakin meningkat dengan peningkatan kekeruhan.

2.4 Sumber dan Pembentukan Bijih Nikel


Adapun mineral-mineral utama pada logam bijih nikel yaitu antara lain:
1) Millerit, NiS
2) Smaltit (Fe,Co,Ni)As
3) Nikolit (Ni)As
4) Pentlandite (Ni, Cu, Fe)S
5) Garnierite (Ni, Mg)SiO3.xH2O
Nikel terbentuk bersama dengan belerang dalam millerite (NiS), dengan
arsenik dalam galian nikolit (NiAs), dan dengan arsenik dan belerang dalam
(nikel glance). Nikel juga terbentuk bersama-sama dengan chrom dan platina
dalam batuan ultrabasa, seperti peridotit, baik termetamorfkan ataupun tidak.
Terdapat dua jenis endapan nikel yang bersifat komersil, yaitu:
a) Sebagai hasil konsentrasi residual silika dan pada proses pelapukan
batuan beku ultrabasa.
b) Sebagai endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi
dengan pirit, pirotit, dan kalkopirit.
Unsur nikel berhubungan dengan batuan basa yang disebut norit. Nikel
ditemukan dalam mineral pentlandit, dalam bentuk lempeng-lempeng halus dan
butiran kecil bersama pyrhotin dan kalkopirit. Nikel biasanya terdapat dalam
tanah yang terletak di atas batuan basa. Nikel adalah bahan galian golongan A,
yang dimana bahan galian yang tergolong strategis. Minyak bumi dan batubara
juga sama dalam bahan galian golongan A. Pada umumnya bahan galian
golongan A sangat dicari oleh investor investor yang bergerak dibidang
pertambangan dan usaha lainnya.

2.5 Penambangan Nikel


Endapan nikel laterit terbentuk karena proses pelapukan dari batuan
ultramafik yang terbentang dalam suatu singkapan tunggal terbesar di dunia
seluas lebih dari 120 km x 60 km. Sejumlah endapan lainnya tersebar di provinsi
Sulawesi Tengah dan Tenggara.Operasi penambangan nikel biasanya
digolongkan sebagai tambang terbuka dengan tahapan sebagai berikut:
1) Pengeboran
Pada jarak spasi 25 - 50 meter untuk mengambil sample batuan dan
tanah guna mendapatkan gambaran kandungan nikel yang terdapat di wilayah
tersebut.
2) Pembersihan dan pengupasan
Lapisan tanah penutup setebal 10 20 meter yang kemudian dibuang di
tempat tertentu ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu wilayah purna
tambang.
3) Penggalian
Lapisan bijih nikel yang berkadar tinggi setebal 5-10 meter dan dibawa ke
tempat pengolahan.

2.6 Pengolahan Bijih Nikel


Secara umum, mineral bijih di alam ini dibagi dalam 2 (dua) jenis yaitu
mineral sulfida dan mineral oksida. Begitu pula dengan bijih nikel, ada sulfida dan
ada oksida. Masing-masing mempunyai karakteristik sendiri dan cara
pengolahannya pun juga tidak sama. Dalam bahasan kali ini akan dibatasi
pengolahan bijih nikel dari mineral oksida (Laterit).
Bijih nikel dari mineral oksida (Laterite) ada dua jenis yang umumnya
ditemui yaitu Saprolit dan Limonit dengan berbagai variasi kadar. Perbedaan
menonjol dari 2 jenis bijih ini adalah kandungan Fe (Besi) dan Mg (Magnesium),
bijih saprolit mempunyai kandungan Fe rendah dan Mg tinggi sedangkan limonit
sebaliknya. Bijih Saprolit dua dibagi dalam 2 jenis berdasarkan kadarnya yaitu
HGSO (High Grade Saprolit Ore) dan LGSO (Low Grade Saprolit Ore), biasanya
HGSO mempunyai kadar Ni 2% sedangkan LGSO mempunyai kadar Ni.
Tingkat kebasaan ini menentukan brick/ refractory/bata tahan api yang
harus digunakan di dalam tungku (furnace), jika basisitas tinggi maka refractory
yang digunakan juga sebaiknya mempunyai sifat basa agar slag (terak) tidak
bereaksi dengan refractory yang akan menghabiskan lapisan refractory tersebut.
Basisitas juga menentukan viscositas slag, semakin tinggi basisitas maka slag
semakin encer dan mudah untuk dikeluarkan dari furnace. Namun basisitas yang
terlalu tinggi juga tidak terlalu bagus karena difusi Oksigen akan semakin besar
sehingga kehilangan Logam karena oksidasi terhadap logam juga semakin
besar.
Setelah bahan galian ditambang dan lalu di dangkut dengan alat muat
(wheel loader) menuju ke stockfile. Dan setelah diangkut sebaiknya melakukan
proses pengolahan nickel. Dalam proses pengolahan bijih nickel meliputi
beberapa tahapan proses utama yaitu, crushing, Pengering, Pereduksi,
peleburan, Pemurni, dan Granulasi dan Pengemasan.
1) Crushing
Dimana proses ini bertujuan untuk reduksi ukuran dari ore agar mineral
berharga bisa terlepas dari bijihnya. Berbeda dengan pengolahan emas, dalam
tahap ini untuk nikel ore ini hanya dibutuhkan ukuran maksimal 30 mm sehingga
hanya dibutuhkan crusher saja dan tidak dibutuhkan grinder.
2) Pengeringan di Tanur Pengering (Drying)
Dari stockpile, hasil tambang (ore) diangkut menuju apron feeder. Di
apron feeder ore mengalami penyaringan dan pengaturan beban sebelum
diangkut dengan belt conveyor menuju dryer atau tanur pengering. Diruang
pembakaran tersebut terdapat alat pembakar yang menggunakan high sulphur
oil atau yang biasa disebut minyak residu sebagai bahan bakar. Dalam tahap
pengeringan ini hanya dilakukan penguapan sebagian kandungan air dalam bijih
basa dan tidak ada reaksi kimia. Ore kemudian dihancurkan dan kemudian
dikumpulkan di gudang bijih kering (Dry Ore Storage).
Dimana drying atau pengeringan dibutuhkan untuk mengurangi kadar
moisture dalam bijih. Biasanya kadar moisture dalam bijih sekitar 30-35 % dan
diturunkan dalam proses ini dengan rotary dryer menjadi sekitar 23% (tergantung
desain yang dibuat). Dalam rotary dryer ini, pengeringan dilakukan dengan cara
mengalirkan gas panas yang dihasilkan dari pembakaran pulverized coal dan
marine fuel dalam Hot Air Generator (HAG) secara Co-Current (searah) pada
temperature sampai 200 C.
3) Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi
Tujuannya untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi
sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi. Setelah proses drying,
bijih nikel yang tersimpan di gudang bijih kering pada dasarnya belumlah kering
secara sempurna, karena itulah tahapan ini bertujuan untuk menghilangkan
kandungan air bebas dan air kristal serta mereduksi nikel oksida menjadi nikel
logam. Proses ini berlansung dalam tanur reduksi. Bijih dari gudang dimasukkan
dalam tanur reduksi dengan komposisi pencampuran menggunakan ratio tertentu
untuk menghasilkan komposisi silika magnesia dan besi yang sesuai dengan
operasional tanur listrik. Selain itu dimasukkan pula batubara yang berfungsi
sebagai bahan pereduksi pada tanur reduksi maupun pada tanur pelebur. Untuk
mengikat nikel dan besi reduksi yang telah tereduksi agar tidak teroksidasi
kembali oleh udara maka ditambahkanlah belerang. Hasil akhir dari proses ini
disebut kalsin yang bertemperatur sekitar 700oC.
Tujuan utama proses ini adalah menghilangkan air kristal yang ada dalam
bijih,air kristal yang biasa dijumpai adalah serpentine (3MgO.2SiO2.2H2O) dan
goethite (Fe2O3.H2O). Proses dekomposisi ini dilakukan dalam Rotary Kiln
dengan tempetatur sampai 850 oC menggunakan pulverized coal secara
Counter Current. Reaksi dekomposisi air kristal yang terjadi adalah sebagai
berikut:
a) Serpentine
Reaksi dekomposisi dari serpentine adalah sebagai berikut:
3MgO.2SiO2.2H2O = 3 MgO + 2 SiO2 + 2 H2O
Reaksi ini terjadi pada temperatur 460-650 C dan tergolong reaksi
endotermik. Pemanasan lebih lanjut MgO dan SiO2 akan membentuk forsterite
dan enstatite yang merupakan reaksi eksotermik.
2MgO + SiO2 = 2MgO.SiO2
MgO + SiO2 = MgO.SiO2

b) Goethite
Reaksi dekomposisi dari goethite adalah sebagai berikut:
Fe2O3.H2O = Fe2O3 + H2O
Reaksi ini terjadi pada 260C 330C dan merupakan reaksi endotermik.
Disamping menghilangkan air kristal, pada proses ini juga biasanya didesain
sudah terjadi reaksi reduksi dari NiO dan Fe2O3. Dalam teknologi Krupp rent,
semua reduksi dilakukan dalam rotary kiln dan dihasilkan luppen. Sedangkan
dalam technology Electric Furnace, hanya sekitar 20% NiO tereduksi secara
tidak langsung dalam rotary kiln menjadi Ni dan 80% Fe2O3 menjadi FeO
sedangkan sisanya dilakukan dalam electric furnace. Produk dari rotary kiln ini
disebut dengan calcined ore dengan kandungan moisture sekitar 2% dan siap
dilebur dalam electric furnace.
4) Peleburan di Tanur Listrik (smalting)
Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa
lelehan matte dan Slag. Kalsin panas yang keluar dari tanur reduksi sebagai
umpan tanur pelebur dimasukkan kedalam surge bin lalu kemudian dibawa
dengan transfer car ke tempat penampungan. Furnace bertujuan untuk melebur
kalsin hingga terbentuk fase lelehan matte dan slag. Dinding furnace dilapisi
dengan batu tahan api yang didinginkan dengan media air melalui balok
tembaga. Matte dan slag akan terpisah berdasarka berat jenisnya. Slag
kemudian diangkut kelokasi pembuangan dengan kendaraan khusus.
Proses peleburan dalam electric furnace adalah proses utama dalam
rangkaian proses ini. Reaksi reduksi 80% terjadi secara langsung dan 20%
secara tidak langsung pada temperature sampai 1650 C. Reaksi reduksi
langsung yang terjadi adalah sebagai berikut:
NiO(l) + C(s) = Ni(l) + CO(g)
FeO(l) + C(s) = Fe(l) + CO(g)
Beberapa material yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap oksigen
juga tereduksi dan menjadi pengotor dalam logam.
SiO2(l) + 2C(s) = Si(l) + 2CO(g)
Cr2O3(l) + 3C(s) = 2Cr(l) + 3CO(g)
P2O5(l) + 5C(s) = 2P(l) + 5CO(g)
3Fe(l) + C(s) = Fe3C(l)
Karbon disupplay dari Antracite (tergantung desain), dan reaksi terjadi
pada zona leleh elektroda. CO(g) yang dihasilkan dari reaksi ini ditambah
dengan CO(g) dari reaksi boudoard mereduksi NiO dan FeO serta Fe2O3 melalui
mekanisme solid-gas reaction (reaksi tidak langsung):
NiO(s) + CO(g) = Ni(s) + CO2(g)
CoO(s) + CO(g) = Co(s) + CO2(g)
FeO(s) + CO(g) = Fe(s) + CO2(g)
Fe2O3(s) + CO(g) = 2FeO(s) + CO2(g)
Oksida stabil seperti SiO2, Cr2O3 dan P2O5 tidak tereduksi melalui
reaksi tidak langsung. Sampai di sini Crude Fe-Ni sudah terbentuk dan proses
sudah bisa dikatakan selesai.
5) Pengkayaan di Tanur Pemurni (refining)
Bertujuan untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27
persen menjadi di atas 75 persen. Matte yang memiliki berat jenis lebih besar
dari slag diangkut ke tanur pemurni / converter untuk menjalani tahap pemurnian
dan pengayaan. Proses yang terjadi dalam tanur pemurni adalah peniupan udara
dan penambahan sililka. Silika ini akan mengikat besi oksida dan membentuk
ikatan yang memiliki berat jenis lebih rendah dari matte sehingga menjadi mudah
untuk dipisahkan.
Pada proses ini yang paling utama adalah menghilangkan atau
memperkecil kandungan sulfur dalam crude Fe-Ni dan sering disebut
Desulfurisasi. Dilakukannya proses ini berkaitan dengan kebutuhan proses
lanjutan yaitu digunakannya Fe-Ni sebagai umpan untuk pembuatan Baja
dimana baja yang bagus harus mengandung Sulfur maksimal 20 ppm sedangkan
kandungan Sulfur pada Crude Fe-Ni masih sekitar 0,3% sehingga jika
kandungan sulfur tidak diturunkan maka pada proses pembuatan baja
membutuhkan kerja keras untuk menurunkan kandungan sulfur ini.Sedangkan
reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CaC2 (S) + S = CaS (S) + 2C (Sat)
Na2CO3 + S + Si = Na2S + (SiO2) + CO
Na2Co3 + SiO2 = Na2O . SiO2 + CO2
Reaksi ini merupakan reaksi eksotermik sehingga tidak membutuhkan
pemanasan lagi pasca smelting.Proses selanjutnya adalah converting,
sebenarnya proses ini masih dalam bagian refining hanya untuk membedakan
antara menurunkan sulfida dengan menurunkan pengotor lain seperti Si, P, Cr
dan C sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan prosesnya sama hanya saja reaksi
lebih dominan oksidasi dari oksigen.
Si (l) + O2 (g) = SiO2 (l) SiO2 (l) + CaO (l) = CaO . SiO2 (l)
Cr (l) + 5O2 (g)= 2Cr2O3 (l)
4P (l)+ 5O2 (g)= 2P2O5 (l) CaO (l)+P2O5 (l)= CaO. P2O5 (l)
C(l) + O2 (g)= CO (g)
C(l) + O2 (g)= CO2 (g)
6) Granulasi dan Pengemasan
Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran
yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas. Matte dituang kedalam
tandis sembari secara terus menerus disemprot dengan air bertekanan tinggi.
Proses ini menghasilkan nikel matte yang dingin yang berbentuk butiran-butiran
halus. Butiran-butiran ini kemudian disaring, dikeringkan dan siap dikemas.
Ekstrak nikel dari bijihnya yang konvensionil dilakukan secara
pyrometallurgy. Sekarang telah dtemukan proses pengolahan bijih nikel secara
hydrometallurgy yaitu ammonia pressure leach process dan sulfuric acid
pressure leach process.Bijih laterit kadar rendah ( 1,5 %) dilebur dengan
menambahkan besi dan ferrosileon dijadikan ferronickel (feronikel)

2.7 Tambang Nikel di Indonesia


Di indonesia, Potensi nikel terdapat di Pulau Sulawesi, Kalimantan Tenggara,
Kalimantan Barat, Maluku, dan Papua.Selain itu terdapat juga di daerah Pulau
Obi, Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), Maluku Utara (Malut) Ternate. Nikel
yang dijumpai berhubungan erat dengan batuan peridotit. Logam yang tidak
ditemukan dalam peridotit itu sendiri, melainkan sebagai hasil lapukan dari
batuan tersebut. Mineral nikelnya adalah garnerit.

2.8 Dampak Nikel


1) Bagi Kesehatan
Dalam jumlah kecil, nikel merupakan unsur penting, tetapi ketika berada
dalam konsentrasi terlalu tinggi akan membahayakan kesehatan manusia.
Senyawa nikel sendiri terjadi dalam lingkungan pada tingkat yang rendah
Manusia dapat terpapar nikel melalui udara, air minum, makanan atau rokok.
Paparan nikel dalam jumlah besar akan memiliki konsekuensi sebagai berikut:
Kemungkinan lebih tinggi mengalami kanker paru-paru, kanker
hidung, kanker laring, dan kanker prostat
Sakit kepala dan pusing setelah terpapar gas nikel
Emboli paru
Kegagalan pernapasan
Janin lahir cacat
Asma dan bronkitis kronis
Reaksi alergi seperti ruam kulit, terutama dari perhiasan
Gangguan Jantung
Asap nikel merupakan iritan pernapasan dan dapat menyebabkan
pneumonitis. Paparan nikel dan senyawanya bisa memicu dermatitis
yang dikenal sebagai gatal nikel pada individu yang peka.
2) Bagi Kesehatan
Nikel dilepaskan ke udara oleh pembangkit listrik dan pembakar sampah
yang kemudian mengendap di tanah atau terserap tanah setelah reaksi dengan
air hujan. Nikel juga dapat berakhir di air permukaan saat menjadi bagian limbah
sungai.
Konsentrasi nikel yang tinggi pada tanah berpasir dapat merusak
tanaman dan konsentrasi nikel yang tinggi di permukaan air dapat mengurangi
tingkat pertumbuhan alga. Mikro organisme berpotensi mengalami penurunan
pertumbuhan karena kehadiran nikel, meskipun mereka biasanya mampu
mengembangkan resistansi terhadap nikel setelah beberapa saat.Pada hewan,
paparan nikel berlebih berpotensi menyebabkan berbagai jenis kanker

2.9 Manfaat dan Penggunaan Nikel

Sumber : www.serambigeologi.com
Gambar 2.2
Komposisi Penggunaan Nikel dalam Industri

Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi komersial dan industri, seperti :

pelindung baja (stainless steel), pelindung tembaga, industri baterai, elektronik,

aplikasi industri pesawat terbang, industri tekstil, turbin pembangkit listrik

bertenaga gas, pembuat magnet kuat,pembuatan alat-alat laboratorium (nikrom),

kawat lampu listrik, katalisator lemak, pupuk pertanian, dan berbagai fungsi lain

(Gerberding J.L., 2005)

1) Paduan Nikel
Nikel (Ni) adalah logam perak-putih yang ditemukan pada tahun 1751 dan
unsur paduan utama yang memberikan kekuatan, ketangguhan, dan ketahanan
korosi. Yang biasanya digunakan secara luas pada baja stainless dan paduan
berbasis nikel (yang biasa disebut superalloy). Paduan nikel digunakan pada
aplikasi temperatur tinggi (seperti komponen mesin jet, roket, dan pembangkit
listrik tenaga nuklir), dalam penanganan makanan dan peralatan pengolahan
kimia, koin, dan dalam perangkat kapal laut. Karena nikel mempunyai sifat
magnetik, paduan nikel juga digunakan dalam aplikasi elektromagnetik, seperti
solenoida. Penggunaan utama nikel yaitu sebagai logam untuk electroplating dari
part untuk permukaannya dan untuk peningkatan ketahanannya terhadap korosi
dan keausan. Paduan nikel memiliki kekuatan tinggi dan tahan korosi pada
temperatur tinggi. Pemaduan unsur nikel kromium, kobalt, dan molibdenum. Sifat
paduan nikel dalam mesin, pembentuk, casting, dan pengelasan dapat
dimodifikasi dengan berbagai unsur paduan lainnya.
Berbagai paduan nikel, memiliki berbagai kekuatan pada temperatur yang
berbeda, telah dikembangkan .Meskipun nama dagang masih digunakan secara
umum, paduan nikel sekarang diidentifikasi dalam sistem UNS dengan huruf N.
Jadi, hastelloy G yang sekarang adalah N06007. Monel adalah paduan nikel-
tembaga. Inconel adalah paduan nikel-kromium dengan tegangan tarik hingga
1400 MPa.
a) Hastelloy (paduan nikel-kromium) memiliki ketahanan korosi yang baik
dan kekuatan tinggi pada suhu yang tinggi. Nichrome (paduan nikel, kromium,
dan besi) memiliki ketahanan listrik tinggi dan ketahanan yang tinggi terhadap
oksidasi dan digunakan untuk elemen pemanas listrik. Invar dan kovar (paduan
besi dan nikel) memiliki sensitivitas yang relatif pada suhu rendah
b) Superalloy sangat penting untuk aplikasi temperatur tinggi, oleh karena
itu, mereka juga dikenal sebagai paduan tahan suhu panas atau tinggi.
Superaloy umumnya memiliki ketahanan yang baik terhadap korosi, kelelahan
mekanis dan termal, getaran mekanik dan termal, rambatan, dan erosi pada
temperatur tinggi. Aplikasi utama dari superalloy adalah untuk mesin jet dan
turbin gas. Aplikasi lain mesin torak, mesin roket, alat-alat dan cetakan untuk
perlakuan panas logam, nuklir, kimia, dan industri petrokimia. Secara umum,
superalloy diidentifikasi dengan nama dagang atau sistem penomoran khusus,
dan mereka tersedia dalam berbagai bentuk. Kebanyakan superalloy memiliki
ketahanan suhu maksimum sekitar 1000o C dalam aplikasi struktural. Suhu dapat
setinggi 1.200o C untuk komponen bantalan non beban.
c) Superaloy terdiri dari berbasis besi, berbasis kobalt, atau berbasis nikel:

Superalloy berbasis Besi pada umumnya mengandung 32-67% Fe,

dari 15 sampai dengan 22% Cr, dan 9-38% Ni. Paduan umum dalam

kelompok ini adalah seri incoloy.


Superalloy berbasis Cobalt pada umumnya mengandung 35-65% Co,

dari 19 menjadi 30% Cr, dan naik 35% Ni. Superalloy ini tidak sekuat

superalloy berbasis nikel, tetapi mereka mampu mempertahankan

kekuatan mereka pada suhu yang lebih tinggi.

Superalloy berbasis Nikel adalah yang paling umum dari superalloy,

dan mereka tersedia dalam berbagai macam komposisi (tabel 6.9).

komposisi nikel adalah 38-76%. Mereka juga mengandung 27% Cr

dan 20% paduan Co. Biasanya paduan dalam kelompok ini adalah

Hastelloys, Inconel, Nimonic, Rene, udimet, astroloy, dan seri

waspaloy.

d) Stainless Steeladalah baja dengan sifat ketahanan korosi yang

sangat tinggi di berbagai kondisi lingkungan. Nikel digunakan sebagai


unsur penstabil austenit, yang berarti penambahan nikel pada besi
paduan mempromosikan perubahan struktur kristal dari bcc (ferritic) ke fcc
(austenitic). Jadi nikel digunakan untuk menaikkan kekuatan, memperbaiki
sifat kelelahan dan meningkatkan keuletan besi.Penambahan nikel menunda
pembentukan fasa intermetalik yang merusak pada austenitic ss tetapi nikel

kurang efektif dibanding nitrogen pada DSS. Sruktur fcc membuat austenitic

stainless steels memiliki ketangguhan tinggi. Kehadirannya dari sekitar setengah

struktur mikro duplex meningkatkan ketangguhan duplex dibanding Ferritic SS.


e) Copper-Nikel-Silikon Alloys
Jika Nikel dan Silikon dalam perbandingan 4 : 1, yaitu 4 bagian Nikel dan
1 bagian Silikon dipadukan di dalam Copper (Tembaga) pada Temperatur tinggi
maka akan terbentuk sebuah unsur yang disebut Nikel Silicide (Ni2Si) dan pada
Temperatur rendah paduan ini akan sesuai untuk pengendapan dalam perlakuan
panas, dimana proses pelarutan akan diperoleh dalam proses Quenching dari
Temperatur 7000C dan akan diperoleh sifat paduan Tembaga yang lunak dan
ulet, kemudian dilanjutkan dengan memberikan pemanasan pada Temperatur
4500C maka akan meningkatkan kekerasan serta tegangan dari paduan
Tembaga tersebut. Persentase kadar Nikel dan Silikon ini disesuaikan dengan
kebutuhan dari sifat yang dihasilkannya, biasanya diberikan antara 1 % hingga 3
% . Paduan Tembaga Sehingga akan memiliki sifat Thermal dan electrical
Conductivity yang baik dan tahan terhadap pembentukan kulit dan oxidasi serta
dapat mempertahankan sifat mekaniknya pada Temperatur tinggi dalam jangka
waktu yang lama.
f) Nikel Silver
Nikel Silver sebenarnya tidak mengandung unsur Silver, penamaan ini
dikarenakan penampilan dari paduan ini menyerupai silver. Komposisinya
terdiri atas Copper, Nikel dan Seng (Zinc). Semua paduan dari jenis ini dapat
dikerjakan atau dibentuk dengan pengejaan dingin (cold working), akan tetapi
dengan meminimalkan tingkat kemurniannya paduan ini juga memungkinkan
untuk pengerjaan panas (hot working). Nikel Silver mengandung kadar Tembaga
antara 55 % sampai 68 % dan paduan dengan kadar Nikel antara 10 % hingga
30 % banyak digunakan dalam pembuatan sendok dan garpu. Paduan yang
dibuat dalam bentuk plat dengan type EPNS sebagai derajat kesatu dengan
kadar Nikel 18 % digunakan sebagai bahan pegas pada kontaktor peralatan
listrik.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Nikel merupakan suatu bahan galian yang memiliki sifat tahan karat,
tetapi apabila dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek. Jika dipadukan
dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang
keras. Bijih laterit terjadi sebagai endapan yang massive di permukaan tanah
atau tidak jauh di dalam tanah. Bijih nikel laterit merupakan bijih dengan
karakteristik mineralogis yang cukup kompleks. Bijih nikel laterit banyak terdapat
di negara berkembang, seperti Indonesia, Filipina, Kaledonia Baru, dan
Dominika. Adapun manfaat dari nikel adalah sebagai bahan campuran dalam
pembuatan stainless steel, campuran pada besi baja, pembuatan koin, dan lain-
lain. Dampak negatif dari logam nikel adalah fume dari nikel merupakan iritan
dan bisa menyebabkan pneumonitis, pemaparan terhadap nikel bisa
menyebabkan sakit kulit eksim dermatitis dan dikenal sebagai nickel itch. Di
Indonesia Nikel ditambang dari daerah Sulawesi Tenggara (Soroako).

3.2 Saran
Demi kemajuan dalam proses belajar mengajar maka hal seperti ini harus
terus dilaksnakan dan dikembangkan. Agar setiap mahasiswa dapat melihat
proses pengolahan bahan galian.

Anda mungkin juga menyukai