Anda di halaman 1dari 24

PERIZINAN PERTAMBANGAN

BATUBARA (Rekonsiliasi iup/


proses cnc)
Oleh :
Anton Priangga Utama S.T.,M.T.
Kepala Seksi Pengawasan Penyelidikan Umum dan
Eksplorasi Batubara
Direktorat Pembinaan Pengusahaan Batubara

Bandung, 9 Juli 2012

DIREKTORAT PEMBINAAN PENGUSAHAAN BATUBARA


I. PENETAPAN LOKASI PERTAMBANGAN
1. Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba)
Pasal 13:
Wilayah Pertambangan (WP) terdiri dari Wilayah Usaha Pertambangan (WUP), Wilayah
Pertambangan Rakyat (WPR) dan Wilayah Pencadangan Negara (WPN).

2. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan Pasal 2:


Wilayah Pertambangan merupakan kawasan yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara, baik
di permukaan tanah maupun di bawah tanah , yang berada di dalam wilayah daratan ataupun
wilayah laut untuk kegiatan pertambangan

3. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 61:


Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan Peraturan perundang-undangan
dinyatakan sebagai milik umum
WUP WIUP IUP
Diberian oleh
Pemerintah sesuai
Radioaktif kewenangannya

Mineral Pe
Lelang r m IUP
Logam oh
on Eksplorasi
Mineral Bukan an
Permohonan
Logam
WUP WIUP IUP
Batuan Permohonan
n an
o ho
r m IUP Operasi
Ditetapkan oleh Menteri, Kecuali Batubara Lelang Pe Produksi
Mineral radioaktif Menteri
mendapat rekomendasi instansi
ketenaganukliran Peserta : 1 Pemohon 1 WIUP,
1. Badan Usaha Kecuali Badan Usaha
Ditetapkan oleh 2. Koperasi yang telah terbuka
Pemerintah sesuai 3. Perseorangan
kewenangannya. 4. Perusahaan Firma dan
Kecuali radioaktif Perusahaan Komanditer
WUP didelineasi berdasarkan data-data:
a. Formasi Pembawa Mineral dan Batubara (Badan Geologi dan instansi peneliti lainnya)
b. Potensi Mineral dan Batubara (Badan Geologi dan instansi peneliti lainnya)
c. Potensi Mineral Radioaktif (BATAN)
d. Eksisting KK, PKP2B, IUP dan IPR (DJMB dan Pemda)
e. Tata Guna Kawasan Hutan (Kem. Kehutanan)
f. Rencana Tata Ruang Nasional (Kem. Pekerjaan Umum)
WUP ditentukan berdasarkan ketersediaan data formasi pembawa dan potensi mineral dan
batubara dan/atau informasi geologi yang secara dominan terdapat komoditas tambang dan
merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertambangan secara
berkelanjutan
Untuk menjamin kepastian hukum, kegiatan pertambangan (KK, PKP2B dan IUP) harus berada
dalam WUP yang merupakan Kawasan Peruntukan Pertambangan sesuai dengan rencana tata
ruang.
2007 tentang Penataan Ruang dan Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
Sinkronisasi Kawasan Hutan dengan WUP, diharapkan tidak ada WUP pada kawasan konservasi
agar terdapat saling dukung kebijakan pemanfaatan lahan.
WILAYAH PERTAMBANGAN
Lingkup Wilayah Pertambangan

WILAYAH PERTAMBANGAN (WP)

WILAYAH USAHA WILAYAH WILAYAH


PERTAMBANGAN PERTAMBANGAN PENCADANGAN
(WUP) RAKYAT (WPR) NEGARA (WPN)

WIUP
Eksplorasi
WIPR
WPN WUPK
WIUP
Operasi Produksi

WIUP : Wilayah Izin Usaha Pertambangan


WIPR : Wilayah Izin Pertambangan Rakyat
WUPK : Wilayah Usaha Pertambangan Khusus WIUPK
WIUPK : Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus
WILAYAH PERTAMBANGAN (LANJUTAN)

Dasar Pemikiran Wilayah Pertambangan


Potential area for mining

LAHAN
PERMUKAAN
TANAH

R
U
A
N
G
B
A DEPOSIT
W SUMBER DAYA MINERAL
A DAN ENERGI
H
T
A
N
A
H
7
WILAYAH PERTAMBANGAN (LANJUTAN)

Dasar Pemikiran Wilayah Pertambangan (lanjutan)


Potential area for mining

LAHAN
PERMUKAAN
TANAH

R
U
A
N
G
B
A DEPOSIT
W
bussiness prospect
SUMBER DAYA MINERAL
A forDAN ENERGI
mining area
H
T
A
N
A
H
8
WILAYAH PERTAMBANGAN (LANJUTAN)

WILAYAH PERTAMBANGAN
INDUSTRI PEMUKIMAN

TATA
LAHAN

PKP2B
HUTAN
KONSERVASI WIUPK
KK WIUP

Batubara,
Au,Cu,Al,
Ni,Sn,Fe,
WIPR
Kws. HUTAN PERTANIAN/
LAUT
PERKEBUNAN

DALAM RANGKA MEMPEROLEH PERLINDUNGAN/KEPASTIAN HUKUM


WUP; WPN; WPR; HARUS BERADA DI DALAM KPP

9
WILAYAH PERTAMBANGAN (LANJUTAN)

WILAYAH PERTAMBANGAN
INDUSTRI PEMUKIMAN

TATA
LAHAN

WUP

WPN PKP2B
HUTAN
KONSERVASI WIUPK
KK WIUP
WPN
Batubara, WUP
Au,Cu,Al,
Ni,Sn,Fe,
WPR
WIPR
Kws. HUTAN PERTANIAN/
LAUT
PERKEBUNAN

DALAM RANGKA MEMPEROLEH PERLINDUNGAN/KEPASTIAN HUKUM


WUP; WPN; WPR; HARUS BERADA DI DALAM KPP

10
WILAYAH PERTAMBANGAN (LANJUTAN)

Wilayah Usaha Pertambangan (WUP)


WUP adalah bagian dari WP yang telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi geologi

WUP

WIUP 1 WIUP 2 WIUP 3


Kriteria WUP:
Berada di dalam formasi pembawa mineral atau batubara,
Memiliki satu atau lebih jenis mineral,
Terdiri dari satu atau lebih Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP),
Meliputi daerah eksisting perizinan usaha pertambangan (KK, KP, PKP2B, SIPD),
Memiliki data dan informasi hasil penyelidikan umum dan/atau eksplorasi,
Memiliki indikasi keterdapatan mineral dan/atau batubara yang prospek untuk diusahakan,
Tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan,
Tidak harus dalam satu poligon bersama (dapat terpisah-pisah), dan
Tidak tumpang tindih dengan WPR dan WPN
WILAYAH PERTAMBANGAN (LANJUTAN)

Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR)


WPR adalah bagian dari WP tempat dilakukannya kegiatan usaha pertambangan rakyat
Kriteria WPR :
mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat
WIPR 1 di sungai dan/atau di antara tepi dan tepi sungai;
mempunyai cadangan primer logam atau batubara
dengan kedalaman maksimal 25 (dua puluh lima)
meter;
endapan teras, dataran banjir, endapan sungai purba,
WPR WIPR 2 dan mineral bukan logam serta batuan di pedataran
dan perbukitan;
luas maksimal wilayah pertambangan rakyat adalah 25
hektare;
merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang
WIPR 3
rakyat yang sudah dikerjakan sekurang-kurangnya 15
tahun; dan/atau
Terdiri dari satu atau lebih Wilayah Izin Pertambangan
Rakyat (WIPR).
12
WILAYAH PERTAMBANGAN (LANJUTAN)
Wilayah Pencadangan Negara (WPN)
WPN adalah bagian dari WP yang dicadangkan untuk kepentingan strategis nasional.

Kriteria WPN :
WPN tidak terikat dengan batasan administrasi
pemerintahan;
Memiliki singkapan geologi untuk mineral radioaktif,
WPN logam dan/atau batubara berdasarkan peta/data geologi
WIUPK 1 Mempunyai batas dengan koordinat geografis pada
sistim lembar peta rupa bumi Indonesia skala 1:250.000
dari Bakosurtanal;
Komoditi andalan meliputi batubara dan mineral logam:
Sn, Fe, Au, Ni, Cu dan Al serta mineral lain yang
dinyatakan strategis;
Mempunyai potensi sebagai pusat pertumbuhan
WUPK WIUPK 2 ekonomi;
Fungsi sebagai daerah konservasi dalam rangka
menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan;
Daerah-daerah dan/atau pulau-pulau yang berbatasan
dengan negara lain;
WIUPK 3 Terdiri dari satu atau lebih Wilayah Izin Usaha
Pertambangan Khusus (WIUPK);
WIUPK dapat berada di dalam dan/atau di luar kawasan
lindung.
13
II. PENYESUAIAN KP/SIPD/SIPR MENJADI IUP/IPR
1. Latar Belakang
Dengan terbitnya UU 22/1999 yang diamandemen menjadi UU 32/2004 tentang Pemerintah Daerah
(Pemda), Pemda (Bupati/Walikota/Gubernur)/Pemerintah sesuai kewenangan dapat menerbitkan izin KP.
Maka dalam periode 2000-2009 terdapat banyak KP (kuasa Pertambangan yang diterbitkan oleh
Pemerintah Daerah

UU No 4/2009 telah mengakhiri skema kontrak/perjanjian dan untuk selanjutnya seluruh


perizinan menggunakan pola Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang terdiri atas IUP Eksplorasi
dan IUP Operasi Produksi. Seluruh KP yang ada diwajibkan untuk dikonversi menjadi IUP.

Dalam rangka penataan seluruh IUP yang diterbitkan oleh Pemda, maka berdasarkan UU
4/2009 dilaksanakan rekonsiliasi nasional IUP, yang terdiri dari inventarisasi, verifikasi dan
klasifikasi, sehingga akan dihasilkan sistem informasi IUP nasional yang komprehensif.

Kegiatan penataan IUP tersebut amat penting bagi optimalisasi target-target Pemerintah
(penerimaan negara, pengelolaan lingkungan, peningkatan nilai tambah, usaha jasa, tenaga
kerja, dll)
2. Dasar Hukum
Pasal 112 Ayat (4) :
Kuasa pertambangan, surat izin pertambangan daerah, dan surat izin pertambangan rakyat, yang
diberikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum ditetapkannya Peraturan
Pemerintah ini tetap diberlakukan sampai jangka waktu berakhir serta wajib:
a. disesuaikan menjadi IUP atau IPR sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini
dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak berlakunya Peraturan Pemerintah
ini dan khusus BUMN dan BUMD, untuk IUP Operasi Produksi merupakan IUP Operasi
Produksi pertama;
b. menyampaikan rencana kegiatan pada seluruh wilayah kuasa pertambangan sampai dengan
jangka waktu berakhirnya kuasa pertambangan kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya;
c. melakukan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri dalam jangka waktu paling lambat 5
(lima) tahun sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara.

Pasal 112 Ayat (5)


Permohonan Kuasa Pertambangan yang telah diterima Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sebelum terbitnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara dan telah mendapatkan Pencadangan Wilayah dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya dapat diproses perizinannya dalam bentuk IUP tanpa melalui lelang
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
3. Persyaratan Penyesuaian KP menjadi IUP
A. Persyaratan Penyesuaian KP Menjadi IUP :
Surat pengantar dari Gubernur/Bupati/Walikota kepada Dirjen Minerba dengan menyebutkan
perusahaan pemegang KP, dilampirkan dengan foto copy :
a. Laporan rencana kegiatan KP (PU, Eksplorasi dan Eksploitasi)
b. SK KP dari Gubernur, Bupati, Walikota (yang lama) lengkap dengan lampiran peta beserta
koordinatnya.
c. Foto copy bukti pemenuhan kewajiban keuangan

B. Peningkatan KP PU ke KP Eksplorasi
Surat pengantar dari Gubernur/Bupati/Walikota kepada Dirjen Minerba dengan menyebutkan
perusahaan pemegang KP serta jenis permohonan peningkatan tahap kegiatan dengan melampirkan :
a. Surat permohonan
b. SK KP dari Gubernur/Bupati/Walikota (yang lama) lengkap dengan lampirannya
c. Peta Wilayah dan Batas Koordinat
d. Foto copy bukti pemenuhan kewajiban keuangan dan pelaporan
e. Surat persetujuan laporan akhir tahap kegiatan KP (PU atau Eksplorasi)
f. Surat persetujuan laporan FS (untuk KP Eksplorasi ke IUP Operasi Produksi)
g. Surat persetujuan AMDAL/UKL/UPL (untuk KP Eksplorasi ke IUP Operasi Produksi)
h. Berkas persyaratan administrasi, finansial dan teknis
3. Persyaratan Penyesuaian KP menjadi IUP (lanjutan)

C. Permohonan Baru Yang Diterima Sebelum 12 Januari 2009 dan telah


mendapatkan Pencadangan Wilayah
Surat pengantar dari Gubernur/Bupati/Walikota kepada Dirjen Minerba dengan
menyebutkan perusahaan pemohon serta jenis permohonan KP, PKP2B, KK, SIPD
dengan melampirkan :
a. Surat permohonan dengan berkas permohonan pencadangan
b. Surat pencadangan wilayah
c. Peta wilayah dan batas koordinat
d. Foto copy bukti pemenuhan kewajiban keuangan (penempatan jaminan
kesungguhan)
e. Berkas persyaratan administrasi, finansial, teknis dan lingkungan
4. PROSES PENATAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN

A. DIAGRAM ALIR PENATAAN IUP


Verifikasi dan Klasifikasi data IUP
REKONSILISASI NASIONAL Diperoleh data IUP Nasional berdasarkan dokumen
DATA IUP secara Nasional yang disampaikan
(Pengumuman 1 Juli 2011)

Clean and clear Non Clean and Clear


Tidak bermasalah secara administrasi Bermasalah secara administrasi atau
Tidak ada tumpang tindih Tumpang tindih

Pada tanggal 3-6 Mei 2011 KESDM c.q Ditjen Minerba mengadakan Rekonsiliasi Nasional Data IUP
yang bertujuan untuk Penataan IUP yang diterbitkan Pemda seluruh Indonesia.
Pemda (Bupati/Walikota/Gubernur) menyampaikan seluruh IUP yang diterbitkan dilengkapi dengan
seluruh dokumen pendukungnya antara lain: SK IUP yang masih berlaku dengan lampiran peta dan
koordinat, tidak tumpang tindih, kewajiban keuangan, tidak masuk kawasan konservasi, dan
persetujuan AMDAL. Berdasarkan verifikasi dan klasifikasi, IUP dikelompokkan menjadi : IUP Clear
and Clean serta IUP Non Clean and Clear
4. PROSES PENATAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (lanjutan)

A. DIAGRAM ALIR PENATAAN IUP (lanjutan)


IUP Non Clean and Clear
IUP Clean and clear 1. IUP terbit setelah 30 April 2010
2. Tumpang tindih sama komoditi
3. Tumpang tindih beda komoditi
4. Tumpang tindih lintas kewenangan
WILAYAH 5. Dokumen pendukung tidak lengkap
IZIN USAHA PERTAMBANGAN 6. Koordinat tidak sesuai dengan sk
7. KP yang belum penyesuaian menjadi IUP

WILAYAH
USAHA PERTAMBANGAN Diselesaikan berdasarkan
kategori permasalahan

IUP Clear and Clean adalah IUP yang perizinannnya tidak bermasalah dan wilayahnya tidak
tumpang tindih sehingga dapat masuk dalam Wilayah Usaha Pertambangan.
IUP Non Clear and Clean adalah IUP yang perizinannya bermasalah dan/atau wilayahnya
tumpang tindih yang terinventarisasi terbagi atas 7 permasalahan.
7 permasalahan IUP Non Clear and Clean diselesaikan berdasarkan kategori permasalahan sehingga
setelah memenuhi syarat dapat menjadi IUP Non Clear and Clean
4. PROSES PENATAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (lanjutan)

B. KEGUNAAN DATA NASIONAL IUP

1. Dasar hukum dalam pelaksanaan kegiatan pertambangan


2. Bahan koordinasi dengan instansi lain dalam penentuan tata ruang sehingga dapat
mengetahui tumpang tindih antara daerah, tumpang tindih antar sektor, dan tumpang
tindih antar pemegang iup
3. Optimalisasi penerimaan negara bukan pajak (iuran tetap, royalti, penjualan hasil
tambang) dari izin usaha pertambangan
4. Peluang untuk peningkatan nilai tambah mineral dan batubara
5. Mengetahui produksi nasional mineral dan batubara
6. Dasar penentuan pemenuhan kebutuhan domestik (dmo)
7. Peningkatan kontribusi usaha jasa pertambangan nasional
8. Peningkatan kebutuhan sumber daya manusia
9. Pengelolaan lingkungan
5. PERMASALAHAN IUP NON-CNC

NO PERMASALAHAN IUP KETERANGAN DASAR HUKUM


1. a IUP CnC Terbit Setelah 30
April 2010
Pencadangan setelah 12
Januari 2009

Sesuai PP 23/2010, PP 23 Tahun 2010


1.b IUP CnC Terbit Setelah 30 penerbitan IUP selambatnya 3 Pasal 112
April 2010 bulan setelah PP diberlakukan (penyesuaian menjadi
(30 April 2010) dan sudah IUP paling lambat 3
Pencadangan Wilayah dicadangkan sebelum UU bulan sejak terbitnya
sebelum 12 Januari 2009 4/2009 (12 Januari 2009) PP 23/2010)
1.c IUP CnC Terbit Setelah 30
April 2010
Telah ada KP sebelumnya,
disesuaikan menjadi IUP
setelah 30 April 2010
5. PERMASALAHAN IUP NON-CNC (lanjutan)

NO PERMASALAHAN IUP KETERANGAN DASAR HUKUM

2 Tumpang Tindih (TT) WIUP Tumpang tindih sama Kepmen ESDM 1603
sama komoditi komoditas tidak tahun 2003 tentang
diperbolehkan Pedoman
Pencadangan
Wilayah
3 Tumpang Tindih Beda Komoditas tambang lainnya PP 23 Tahun 2010
Komoditi bukan asosiasi mineral, Pasal 44, boleh
pemegang IUP memperoleh namun dengan
keutamaan dalam persyaratan
mengusahakan komoditas
tambang lainnya yang
ditemukan
5. PERMASALAHAN IUP NON-CNC (Lanjutan)

NO PERMASALAHAN IUP KETERANGAN DASAR HUKUM

4 Tumpang Tindih Tumpang tindih pemberian Permendagri Nomor 1


Kewenangan IUP pada wilayah yang bukan Tahun 2006 tentang
wewenangnya (Bupati vs Pedoman Penegasan
Bupati, Bupati vs Gubernur) Batas Daerah
5 Dokumen SK Pendukung SK IUP tidak dilengkapi PP 23 tahun 2010
tidak lengkap dan format SK persyaratan dan dokumen pasal 23
tidak sesuai pendukung
6 Koordinat tidak sesuai Koordinat wilayah IUP harus Kepmen ESDM 1603
dengan SK sesuai dengan SK IUP Tahun 2003 tentang
Pedoman
Pencadangan Wilayah
7 KP, SIPD yang belum KP/SIPD/SIPR disesuaikan PP 23 tahun 2010
disesuaikan menjadi IUP menjadi IUP/IPR sesuai Pasal 112
ketentuan PP ini paling
lambat 3 bulan sejak
berlakunya PP ini (30 April
2010

Anda mungkin juga menyukai