Anda di halaman 1dari 16

TINDAK LANJUT PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENGELOLAAN

PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA ERA TERBITNYA UU


NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA


Yogyakarta, Oct 22th, 2015
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara
I. TINDAKLANJUT, TANTANGAN DAN UPAYA TEROBOSAN
PENGELOLAAN PERTAMBANGAN PASCA UU NO. 23/2014
TINDAKLANJUT PENGELOLAAN PERTAMBANGAN PASCA UU NO. 23/2014
(1) KEWENANGAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERBA

Penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang pertambangan mineral dan batubara dibagi antara pemerintah
pusat dan provinsi, urusan pemerintahan bidang mineral dan batubara tidak lagi menjadi kewenangan
pemerintah kabupaten/kota sejak 2 Oktober 2014 yang diperjelas dengan SE Mendagri No.120/253/SJ
tanggal 16 Januari 2015 dan Edaran Menteri ESDM No. 04.E/30/DJB/2015 tanggal 30 April 2015

Kewenangan Pusat:
1. Penerbitan IUP Mineral logam, batubara, mineral bukan logam dan batuan pada :
a. Wil Izin Usaha Pertambangan yg berada pada wil lintas daerah lintas Provinsi
b. Wil Izin Usaha Pertambangan yg berbatasan langsung dgn neg lain dan
c. Wil laut lbh dari 12 mil.
2. Penerbitan Izin UsahaPertambangan dlm rangka PMA.
3. Pemberian Izin Usaha pertambangan khusus mineral dan batu bara.

Kewenangan Provinsi:
1. Penerbitan Izin Usaha Pertambangan Mineral logam, bkn logam ,batu bara dan batuan dlm rangka
PMDN pd WIUP Daerah yg berada dlm 1 Daerah Prov termasuk wil laut sd 12 mil laut.
2. Penerbitan Izin Pertambangan rakyat utk komoditas mineral logam, batubara, mineral bkn logam dan
batuan dlm wil pertambangan rakyat.
TINDAKLANJUT PENGELOLAAN PERTAMBANGAN PASCA UU NO. 23/2014

1. Meminta Gubernur dan Bupati untuk melaksanakan SE Menteri ESDM No. 04.E/30/DJB/2015
antara lain :
a) Meminta Bupati/Walikota segera menyerahterimakan dokumen perizinan IUP yang ada di
Kabupaten/Kota kepada Gubernur sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014;
b) Meminta Gubernur memproses permohonan perizinan mineral bukan logam dan batuan
termasuk pemrosesan peningkatan IUP Eksplorasi menjadi IUP Operasi Produksi,
perpanjangan IUP, termasuk penetapan WPR dan penerbitan IPR;
c) Meminta Gubernur untuk mencabut IUP Non CNC yang tidak memenuhi kewajiban,
Pemerintah Pusat akan mengeluarkan kebijakan terkait dengan tindak lanjut ini;
d) Dalam masa transisi meminta Kadis ESDM Provinsi secara ex oficio selaku kepala inspektur
tambang Provinsi untuk melaksanakan kegiatan pengawasan terhadap pemegang IUP yang
berada dalam satu Provinsi.
2. Meminta Kadis ESDM Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk melaksanakan surat Sekjen
Kementerian ESDM No. 3815/70/SJN.P/2015 tgl 25 Mei 2015 perihal data inspektur tambang
dan jajak minat menjadi inspektur tambang.
TINDAKLANJUT PENGELOLAAN PERTAMBANGAN PASCA UU NO. 23/2014

3. Penyerahan pengelolaan IUP PMA dan IUP BUMN dari Bupati/Walikota/Gubernur kepada
Menteri, berikut dokumen pendukung (sesuai Edaran Menteri ESDM No. 01.E/30/DJB/2015 dan
02..E/30/DJB/2015 tanggal 07 April 2015)
4. Pemerintah Provinsi membentuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan payung hukum
perizinan untuk mempermudah perizinan pasca UU No. 23/2014 dengan tetap melibatkan
Pemerintah Kab/Kota.
5. Gubernur dapat membentuk UPTD di kabupaten/kota untuk pelayanan yang lebih efektif dan
efisien.
6. Gubernur mulai mengembangkan dan memperkuat database pertambangan minerba dan selalu
koordinasi dengan Pusat dalam rangka rekonsiliasi data IUP
7. Meminta Kementerian Dalam Negeri untuk menyelesaikan permasalahan batas wilayah
administrasi kabupaten/kota.
8. Bupati/Walikota tetap bertanggung jawab untuk menagih dan memberikan peringatan kepada
pemegang IUP yang tidak melaksanakan kewajiban pelunasan PNBP sebelum Gubernur
mencabut IUP
TANTANGAN DAN UPAYA TEROBOSAN
NO TANTANGAN UPAYA TEROBOSAN
1. Koordinasi Pusat dan Daerah sebagai a. Revisi UU No 4/2009 beserta peraturan pelaksanaanya
tindak lanjut Provinsi membentuk pelayanan yang mudah dan aman bagi
UU No 23/2014 penerbitan IUP di Provinsi dengan melibatkan
kabupaten/kota
2. Peningkatan kualitas pelayanan a. Membentuk Unit Pelaksana Teknis yang khusus menangani
publik Pelayanan Terpadu Satu Pintu
b. Melakukan harmonisasi pelayanan publik (reformasi
perizinan) dengan sektor lain, terutama dengan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (contoh Izin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan agar jangka waktu penerbitan izin dapat di
atur)
c. Pembayaran PNBP secara online

3. Persyaratan CnC untuk IUP yang CnC tidak perlukan untuk IUP yang diterbitkan setelah WP
terbit setelah penetapan WP
II. PENGELOLAAN INSPEKTUR TAMBANG DAN
PENGAWASAN PASCA UU NO. 23 TAHUN 2014

Kementerian ESDM Republik Indonesia 7


Dasar Hukum

1. UU Nomor 4 Tahun 2009 :


Pasal 73 Ayat 3 menyatakan bahwa Inspektur Tambang adalah pejabat fungsional.
Pasal 141 Ayat 1, Ayat 2 dan Ayat 3 bahwa pengawasan oleh menteri berjumlah 15 aspek
dilaksanakan oleh Inspektur Tambang sebanyak 6 aspek dan lainnya oleh pejabat pengawas yaitu :
a.Teknis pertambangan
b.Keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan
c.Keselamatan operasi pertambangan
d.Keselamatan operasi pertambangan
e.Pengelolaan lingkungan hidup,reklamasi dan pascatambang
f.Pemanfaatan barang,jasa teknologi, dan kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam negeri
2. PP Nomor 55 Tahun 2010 :
Pelaksana pengawasan dibidang pertambangan mineral dan batubara dilaksanakan oleh Inspektur
Tambang dan Pejabat Pengawas.
3. UU No 23 Tahun 2014 :
Inspektur Tambang dan Pejabat Pengawas menjadi kewengan Pusat
4. Keputusan Bersama MESDM dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 1247.K/70/MEM/2002 dan
No/ 17 Tahun 2002
INSPEKTUR TAMBANG adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan
hak untuk melakukan pelaksanaan inspeksi tambang.

Kementerian ESDM Republik Indonesia 8


PERBANDINGAN SISTEM PENGELOLAAN INSPEKTUR TAMBANG
MENURUT UU NO. 32 TAHUN 2004 DAN UU NO. 23 TAHUN 2014

UU No. 32 Tahun 2004 UU No. 23 Tahun 2014

Inspektur Tambang di Pusat diangkat oleh Menteri Semua Inspektur Tambang diangkat
Inspektur tambang di Provinsi diangkat oleh oleh Menteri.
Gubernur Semua Inspektur Tambang diangkat
Inspektur Tambang di Kabupaten/Kota diangkat oleh oleh Menteri.
Bupati/Walikota Semua Inspektur Tambang diangkat
Inspektur Tambang di kabupaten/Kota dipimpin oleh oleh Menteri.
Kepala Inspektur Tambang yang melekat dengan
jabatan Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Tidak Ada Lagi
Kabupaten/Kota
Inspektur Tambang di Provinsi dipimpin oleh Kepala
Inspektur Tambang yang melekat dengan jabatan
Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi.
Tidak Ada Lagi

Kementerian ESDM Republik Indonesia 9


PERBANDINGAN SISTEM PENGELOLAAN INSPEKTUR TAMBANG
MENURUT UU NO. 32 TAHUN 2004 DAN UU NO. 23 TAHUN 2014

UU No. 32 Tahun 2004 UU No. 23 Tahun 2014

Inspektur Tambang Kabupaten/Kota memiliki Inspektur Tambang memiliki


kewenangan untuk mengawasi IUP yang diterbitkan kewenangan pengawasan di Seluruh
oleh Bupati/Walikota. Indonesia sesuai dengan praturan
perundang-undangan.
Inspektur Tambang Provinsi memiliki kewenangan
untuk mengawasi IUP yang diterbitkan oleh Tetap Berlaku
Gubernur.

Inspektur Tambang Pusat memiliki kewenangan Tetap Berlaku


untuk mengawasi PKP2B/KK/IUP yang diterbitkan
oleh Menteri.

Kementerian ESDM Republik Indonesia 10


IMPLIKASI TERHADAP PENGELOLAAN DAN PENGAWASAN
INSPEKTUR TAMBANG

Pengelolaan Inspektur Tambang dan Pejabat Pengawas menjadi kewenangan Pemerintah


Pusat dalam hal ini Kementerian ESDM, mulai dari penerimaan, penempatan, karier,
penggajian dan operasional penugasan pegawai.
Pengawasan terhadap kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara menjadi urusan
Kementerian ESDM melalui Inspektur Tambang dan Pejabat Pengawas. Pemerintah Provinsi
hanya melakukan pengelolaan pengusahaan, sehingga pengawasan tidak dapat
didekonsentrasikan.
Semua pejabat fungsional Inspektur Tambang harus dimutasi menjadi ASN Kementerian
ESDM, untuk dapat melakukan pengawasan dan Kepala Dinas Provinsi tidak lagi ex-officio
Kepala Inspektur Tambang, karena Inspektur Tambang sudah menjadi kewenangan Pusat.
Bentuk organisasi Inspektur Tambang di lapangan dapat berbentuk Unit Pelaksana Teknis
(UPT) dengan meminta izin dari Gubernur setempat atau dalam bentuk Satuan kerja Non
Vertikal Tertentu (SNVT) pada tiap Provinsi.

Kementerian ESDM Republik Indonesia 11


UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN

Pelaksanaan Jajak Minat bagi Pejabat Fungsional Inspektur Tambang dan


Calon Inspektur Tambang menjadi Pejabat Fungsional Inspektur Tambang
Pusat
Sesuai Surat Sekretariat Jenderal Nomor 3815/70/SJN.P/2015 tentang Data
Inspektur tambang dan jajak minat menjadi Inspektur Tambang ASN Pusat
kepada Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi dan Kabupaten/Kota
seluruh Indonesia didapatkan data 299 orang (IT 67 org;CaIT 36 org;
struktural 86 org ; fungsional umum 111 org) yang berminat untuk menjadi IT
dari ASN Pusat

Kementerian ESDM Republik Indonesia 12


III. PENUTUP

Kementerian ESDM Republik Indonesia 13


PENUTUP
Penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang pertambangan mineral dan batubara dibagi
antara pemerintah pusat dan provinsi, urusan pemerintahan bidang mineral dan batubara
tidak lagi menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota sejak 2 Oktober 2014.
Dalam rangka implementasi UU 23/2015 dan Pelaksanaan SE Menteri ESDM No.
04.E/30/DJB/2015 Berdasarkan ketentuan Pasal 14 jo. Pasal 15 jo. Lampiran UU Nomor 23
Tahun 2014, kewenangan sub sektor mineral dan batubara dibagi antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah Provinsi, di mana kewenangan penerbitan Izin Usaha
Pertambangan dalam rangka Pensinaman Modal Asing menjadi kewenangan Pemerintah
Pusat.
Pasca UU 23/2014 pengelolaan Inspektur Tambang dan Pejabat Pengawas menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian ESDM, mulai dari penerimaan,
penempatan, karier, penggajian dan operasional penugasan pegawai.
Perlu adanya kesepakatan bersama dengan Kementerian/Instansi terkait dalam pelaksanaan
pembinaan dan pengawasan kegiatan pertambangan mineral dan batubara agar tercipta
kerjsama yang sinergi antara semua pihak.

Kementerian ESDM Republik Indonesia 14


www.esdm.go.id

Kementerian ESDM Republik Indonesia 15


UU No. 4 Tahun 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
(PASAL 141)
Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan
usaha pertambangan yang dilakukan oleh pemegang IUP, IPR, atau IUPK, berupa :
a. Teknis pertambangan;
b. Pemasaran;
c. Keuangan;
d. Pengolahan data mineral dan batubara;
e. Keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;
f. Keselamatan operasi pertambangan;
g. Keselamatan operasi pertambangan;
h. Pengelolaan lingkungan hidup,reklamasi dan pascatambang;
i. Pemanfaatan barang,jasa teknologi, dan kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam negeri;
j. Pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan;
k. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat;
l. Penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan;
m. Kegiatan-kegiatan lain di bidang kegiatan usaha pertambangan yang menyangkut kepentingan umum
n. Pengelolaan IUP atau IUPK; dan
o. Jumlah, jenis, dan mutu hasil usaha pertambangan.

Pengawasan huruf a, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, dan huruf I


dilakukan oleh inspektur tambang Kementerian ESDM Republik Indonesia 16

Anda mungkin juga menyukai