Anda di halaman 1dari 20

Untuk negara berkembang seperti Indonesia, penanaman modal asing

dianggap mampu menggerakkan kegiatan ekonomi yang lesu akibat kurang nya

modal bagi pelaksanaan pembangunan ekonomi di segala aspek insfrastruktur.

Pemfokusan pembagunan yang selalu diletakkan di Ibu Kota Jakarta

menyebabkan daerah lain terpacu melakukan pembagunan sendiri.

Dengan disahkannya rezim otonomi daerah oleh pemerintah Indonesia

menyebabkan setiap daerah menyupayakan kehadiran investor asing untuk

mendukukng harapan tersebut melalui kegiatan investasi , termasuk di daerah

provinsi RIAU. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan investor swasta dalam

negeri untuk menopang seluruh pembangunan yang diharapkan bisa terwujud di

daerah provinsi Riau. Kegiatan inverstasi asing atau yang juga akan disebut dalam

tulisan ini dengan istilah penanaman modal asing merupakan salah satu factor

yang sangat penting untuk menciptakan sarana dan prasarana dalam pembangunan

ekonomi suatu daerah. Karena penanaman modal pada hakekatnya adalah

rangkaian kegiatan untuk metransformasikan sumber daya potensial menjadi

ekonomi yang nyata.

Dengan adanya penanaman modal asing makan beriringan pula transfer

tekhnologi dan keahlian manjemen yang diberikan oleh investore asing tersebut

untuk kemudian disesuaikan dan dimanfaatkan dengan proses pembagunan

Negara maupun wilayah tujuan penanaman modal tersebut. Dengan begitu

pemanfaatan modal asing tidak akan mengatasi masalah ketebelakangan teknologi

dan kelangkaan modal, namun lebih jauh dari itu akan membawa serta

keterampilan teknik, tenaga kerja ahli, pengalaman organisai, informasi pasar,

teknik produksi yang maju serta pembaharuan dan diversifikasi produk.

2
Riau salah satu provinsi yang dimanjakan dengan sumber daya alam

berlimpah ruah, secara detail dapat dikatakan hampir semua sector yang

dibutuhkan oleh investor asing ada di Riau. Terutama disektor pertanian, industri,

perdagangan, keuangan dan lain sebagainya. Riau menunjukan angka yang

signifikan dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Investasi yang masuk

ke Riau memberikan efek positif. Pertumbuhan ekonomi Pekanbaru dan Batam

sudah dapat merasakan multiplier efek yang di sebabkan oleh Investasi

sedangkan untuk wilayah lainnya belum begitu baik atau multiplier efeknya yang

masih cederung kecil.2

Lembaga yang menangani penanaman modal dengan tegas ditunjuk dalam

Undang-undang Penanaman Modal (UUPM) yakni Badan Koordinasi Penanaman

Modal (BKPM) tepatnya dalam Pasal 27 UUPM. Adanya penegasan posisi

BKPM yang dicantumkan dalam UUPM semakin memperkuat kedudukan

lembaga yang menangani langsung tentang penanaman modal,seperti yang

dijelaskan dalam Pasal 27 UUPM, kepala BKPM bertanggung jawab langsung

kepada Presiden. Dalam penjelasan Pasal 27 ayat(3) disebutkan, yang dimaksud

dengan bertanggung jawab langsung kepada presiden adalah bahwa BKPM

dalam melaksanakan tugasnya, menjalankan fungsi dan menyampaikan tanggung

jawabnya langsung kepada presiden. Sebagaimana telah dijelaskan dalam uraian

sebelumnya pasca diterbitkannya Undang-undang tentang Pemerintah Daerah,

sebagian kewenangan pengelolaan investasi diserahkan kepada pemerintah

daerah. Dengan diterbitkannya UUPM, secara yuridis formal, BKPM diberikan

otoritas untuk mengkoordinasikan berbagai hal tentang pengelolaan investasi.3

2
Almasdi.unri.ac.id
3
Sentosa sembiring 2007, Hukum Investasi, Bandung,hlm. 218-219.

3
BKPM merupakan lembaga non departemen yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Presiden. BKPM dipimpin oleh seorang kepala yang

diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, sehingga BKPM bertanggung jawab

secara langsung kepada Presiden sebagaimana ketentuan Pasal 27 ayat (3) dan (4)

Undang-undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Sebagai lembaga

koordinasi, BKPM mengatur secara rinci pedoman dan tata cara permohonan

penanaman modal yang didirikan dalam rangka PMDN maupun PMA, baik yang

menyangkut permohonan penanaman modal baru, permohonan perluasan

penanaman modal, dan permohonan perubahan penanaman modal.4

Dengan dikeluarkannya Perpres No.90 Tahun 2007 ini memperkuat

kedudukan BKPM sebagai lembaga non departemen dibidang penanaman modal

di Indonesia. Dalam Perpres No.90 Tahun 2007 BKPM mempunyai tugas dan

fungsi diantaranya mengkoordinasikan kebijakan dan pelayanan dibidang

penanaman modal, mengkaji dan mengusulkan perencanaan serta kebijakan

pelayaan penanaman modal.5 Disetiap provinsi di Indonesia terdapat Badan

Penanaman Modal Daerah (BPMD). BPMD dipimpin oleh ketua yang

bertanggung jawab kepada Gubernur.6

Untuk di daerah provinsi Riau lembaga yang dibentuk tersebut adalah

Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah (BPMPD) Provinsi Riau yang pada

tahun 2017 sudah berubah nama menjadi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Riau. Sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya, Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah telah menetapkan

4
Ibid . hlm. 252-253.
5
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2007 Tentang Badan Koordinasi
Penanaman Modal. Lembara Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 1.
6
Ibid.hlm.245

4
berbagai kebijakan, program dan kegiatan berdasarkan Rencana Strategis

Kementerian PPN/Bappenas periode 2014-2019. Seluruh kebijakan, program dan

kegiatan tersebut akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan sasaran strategis

organisasi yang telah ditetapkan dalam penetapan kinerja Badan Penanaman

Modal dan Promosi Daerah Tahun 2015. Penetapan Kinerja tersebut memuat

berbagai indikator dan target yang terukur sesuai dengan masing-masing

pencapaian sasaran strategis dan tujuan organisasi Badan Penanaman Modal dan

Promosi Daerah

Kebijakan, program dan kegiatan tersebut telah dijabarkan setiap tahun

menjadi dokumen Rencana Kerja (Renja) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran

(RKA) sebagai pedoman dalam Penetapan Kinerja (Penja) Tahunan, baik ditingkat

SKPD(Kepala Dinas), unit organisasi (Eselon 3) dan satuan kerja (Eselon 4).

Tahun 2015 merupakan tahun kedua penjabaran Renstra Badan Penanaman Modal

dan Promosi Daerah Provinsi Riau periode 2014-2019.

Seiring perkembangan yang terjadi sampai saat ini Provinsi Riau memiliki

12 wilayah administratif Kota dan Kabupaten yang memilikifungsi otonomi

daerah sendiri. Pesatnya pembangunan yang terjadi di Provinsi Riau tentu saja

didukung oleh berbagai pihak seperti iklim investasi di Provinsi Riau yang

semakin berkembang. Perkembangan tingkat investasi dalam negeri ataupun asing

di Provinsi Riau juga menjadi salah satu permsalahan yang sampai saat ini

dihadapi oleh pemerintah Provinsi Riau yakni mengenai permasalahan perizinan

dan non perizinan.

Perizinan adalah dokumen dan bukti legalitas yang membolehkan

perbuatan hukum oleh seseorang atau sekelompok orang dalam ranah hukum

5
administrasi negara atas sesuatu perbuatan yang dilarang berdasarkan peraturan

perundang-undangan. Sedangkan Pelayanan Perizinan Terpadu adalah

penyelenggaraan pelayanan perizinan yang pengelolaannya mulai dari tahap

permohonan sampai ketahap terbitnya dokumen dilakukan oleh Badan Pelayanaan

Perizinan Terpadu (BP2T) Provinsi Riau.

1.1.1 Perkembangan BP2T Sebelum Bergabung Menjadi DPMPTSP

Menghadapi permasalahan perizinan dan non perizinan di Provinsi Riau,

maka pemerintah Provinsi Riau melakukan beberapa terobosan yang bertujuan

untuk memudahkan proses pengurusan birokrasi perizinan dan non perizinan bagi

masyarakat dari investor. Kemudahan pengurusan perizinan dan non perizinan ini

diharapkan lebih mampu mendorong berkembangnya lagi kegiatan investasi di

Provinsi Riau.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006

tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan

meningkatkan pelayanan publik yang prima dan transparan, maka pemerintah

pusat juga mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 tahun 2008

mengenai pedoman pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan

Perizinan Terpadu di daerah.

Dengan adanya pembentukan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

Provinsi Riau maka Pemerintah Provinsi Riau mengeluarkan Peraturan Gubernur

Nomor 26 Tahun 2010 mengenai pelimpahan kewenangan penandatanganan

perizinan dan non perizinan dari pemerintah Provinsi Riau kepada Kepala Badan

Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Provinsi Riau. Yang diharapkan dengan

adanya pelimpahan kewenangan penandantanganan perizinan dan non perizinan

6
dari pemerintah Provinsi Riau kepada Kepala Badan Pelayan Perizinan Terpadu

mampu memudahkan masyarakat untuk mengurus perizinan dan non perizinan

serta memperpendek mata rantai birokrasi perizinan dan non perizinan di Provinsi

Riau.

Kewenangan adalah hak yang diberikan Pemerintah Provinsi Riau untuk

melakukan atautidak melakukan kepada Kepala Badan Pelayanan Perizinan

Terpadu (BP2T) sesuatu agar tercapai tujuan tertentu. Pelimpahan kewenangan

penanda tanganan perizinan dan non perizinan dari Pemerintah Provinsi Riau

kepada Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Provinsi Riau yang

didasarkan pada Peraturan Gubernur Nomor 26 tahun 2010 secara

implementasinya masih terdapat beberapa kendala administrasi.

Pelimpahan kewenangan penandatanganan perizinan dan non perizinan

kepada Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Provinsi Riau telah

berlangsung sejak tahun 2010. Namun dalam implementasi peraturan tersebut

masih belum terlaksana secara maksimal. Dalam pelaksanaan pelimpahan

kewenangan penandatanganan perizinan masih terdapat beberapa faktor kendala

teknis seperti kurangnya sosialisasi peraturan kepada masyarakat sehingga

masyarakat tidak mengetahui mengenai mekanisme birokrasi pengurusan

perizinan dan non perizinan.

Selain itu, keengganan dan kurang tanggapnya masing-masing dinas

terkait untuk bekerjasama dan mendelegasikan kewenangan pengurusan perizinan

dan non perizinan kepada Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu (BP2T)

Provinsi Riau juga menjadi faktor penghambat implementasi kebijakan ini. Dalam

proses pengurusan perizinan Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu (BP2T)

7
Provinsi Riau tetap menggunakan peraturan dari masing-masing Dinas dan hanya

penanda tanganan kewenangan perizinan saja yang berada pada Badan Pelayanan

dan Perizinan Terpadu (BP2T) Provinsi Riau.

Secara harfiah, perizinan adalah dokumen dan bukti legalitas yang

membolehkan perbuatan hukum oleh seseorang atau sekelompok orang dalam

ranah hukum administrasi negara atas sesuatu perbuatan yang dilarang

berdasarkanperaturan perundang-undangan dan pelayanan perizinan merupakan

proses pemberian izin kepada orang/badan hukum untuk melakukan aktifitas

usaha dan/atau kegiatan bukan usaha berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Implementasi sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan

instrumen pertanggungjawaban, perencanaan strategis merupakan langkah awal

untuk melakukan pengukuran kinerja instansi pemerintah itu sendiri.

Dalam kaitan ini, maka untuk melaksanakan kegiatan perizinan dan non

perizinan yang sesuai dengan prosedur, maka pemerintah Indonesia berinisiatif

melakukan dan melaksanakan kegiatan pelayanan perizinan terpadu. Pelayanan

Perizinan Terpadu adalah penyelenggaraan pelayanan perizinan yang

pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai ketahap terbitnya dokumen

dilakukan oleh Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu (BP2T) Provinsi Riau.

Pembentukan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Provinsi Riau

merupakan integrasi antara keahlian sumber daya manusia dan sumber daya lain

agar mampu menjawab tuntutan perkembangan lingkungan strategis yang terus-

menerus berkembang. Selanjutnya dalam rangka meningkatkan efisiensi dan

efektifitas program pelayanan perizinan dan non perizinan agar mampu eksis dan

unggul, maka Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Provinsi Riau sebagai

8
suatu instansi terus menerus melakukan perubahan kearah perbaikan. Perubahan

tersebut perlu disusun dalam suatu tahapan yang konsisten dan berkelanjutan,

sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas dan kinerja yang berorientasi pada

pencapaian hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Pada tahun 2017 lembaga Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T)

telah bergabung dengan Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah (BPMPD)

menjadi ikatan dinas yang dinamakan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP). Agar tercapainya tujuan yang lebih efektif dan

hasil yang maksimal.

Saat ini, tercatat sudah ada beberapa korporasi raksasa dari luar negeri

yang akan berinvestasi di Riau. Negara Asing yang sangat berminat berinvestasi

di Riau seperti Brunai Darussalam, Malaysia, Singapore, serta Thailand. Ke empat

Negara asing tersebut sangat berminat berinvestasi di bidang sentra perkebunan

sawit dan minyak bumi di Provinsi Riau.7 Berdasarkan data terakhir realisasi

investasi RIAU mencapai Rp. 10,44 triliun pada semester 1/2016. Realisasi

tersebut akan bertambah sekitar Rp. 5 triliun pada kuartal 3/2016. Pemerintah

Provinsi RIAU terus berupaya menggaet investor di sisa tahun 2016 kemarin.

Salah satu perusahaan yang tertarik membangun industry hilir minyak bumi ialah

perusahaan besi dan baja dari investor Cina serta Taiwan.

Maka dari itu, berdasarkan dari latar belakang yang sudah di ujabarkan

maka penulis tertarik untuk memilih topik penelitian mengenai Dampak

Kebijakan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal terhadap

Daya Tarik Investasi Perusahaan Asing di Provinsi RIAU Tahun 2013-2016.

7
Kemendag.go.id (diakases pada tanggal 5 februari 2017 pada pukul 10.25 WIB)

9
1.2 Rumusan Masalah

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat, pada

tahun 2002 Pemerintah Kota Pekanbaru telah mengambil suatu kebijakan

membentuk Unit Pelayanan Satu Atap yang dibentuk berdasarkan Peraturan

Daerah Kota Pekanbaru Nomor 02 Tahun 2002. Unit tersebut dibentuk sebagai

salah satu pencerminan Pemerintah Kota Pekanbaru untuk menciptakan iklim

yang mendorong kearah terciptanya keseragaman pola dan langkah

penyelenggaraan dan pelayanan oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat dan

agar adanya keterpaduan yang terkoordinasi dalam proses pemberian perizinan

maupun non perizinan. Namun demikian dalam perkembangannya keberadaan

dan keefektifan Unit ini masih dirasakan kurang maksimal sehingga belum dapat

memenuhi harapan masyarakat.

Dengan dasar filosofis, bahwa untuk memenuhi harapan masyarakat dalam

proses perizinan perlu dilakukan berbagai perbaikan, meliputi penyederhanaan

sistem perizinan, perbaikan pelayanan publik, dan peningkatan iklim investasi

dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan perizinan, Pemerintah Kota

Pekanbaru membentuk lembaga yang diharapkan dapat melayani kepentingan

masyarakat dalam mengurus perizinan dengan lebih baik.

Berangkat dari latar belakang masalah yang seperti diuraikan dimuka,

maka peneliti mengajukan pernyataan pokok sebagai rumusan masalah:

Bagaimana Dampak Kebijalan Pelayanan Perizinan Terpadu dan

Penanaman Modal terhadap Daya Tarik Investasi Asing di Provinsi Riau

Tahun 2013-2016?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

10
1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak

Kebijakan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal terhadap Daya

Tarik Investasi Asing di Provinsi Riau adalah

1. Mengetahui apa saja kebijakan pelayanan perizinan terpadu dan penanaman

modal di Provinsi Riau.

2. Mengetahui apa saja Investasi aing yang ada di Pronvisi Riau.

3. Untuk mengetahui apa dampak kebijakan pelayanan perizinan terpadu dan

penanaman modal terhadap investasi asing di Provinsi Riau.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi ilmiah yang dapat memberikan tambahan wawasan

pengetahuan bagi para peminat dan pemerhati masalah-masalah hubungan

Internasional yang berkaitan dengan Dampak Kebijakan Pelayanan

Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal terhadap Daya Tarik Investasi

Asing di Provinsi Riau.


2. Bagai bahan masukan bagi instansi atau pihak terkait dalam mengetahui

peningkatan investasi asing di Provinsi Riau.


3. Sebagai refernsi bagi peneliti berikutnya dengan mengangkat topik yang sama

dengan penelitian ini.

1.4 Kerangka Dasar Teori

Penulis dalam menemukan dan mengarahkan penelitian ini menggunakan

teori dan tingkat analisa untuk membantu peulis dalam mendeskripsikan

permalahan dalam penelitian ini. Teori adalah alat terpenting suatu ilmu

pengetahuan. Artinya, tanpa teori berarti hanya ada serangkaian fakta atau data

saja tidak ada ilmu pengetahuan. Teori itu: menyimpulkan generalisasi fakta-fakta,

11
memberi kerangka orientasi untuk analisa dan klasifikasi fakta-fakta, meramalkan

gejala-gejala baru, mengisi kekosongan pengetahuan tentang gejala-gejala yang

telah ada atau sedang terjadi.

Teori merupakan definisi yang dipakai peneliti untuk menggambarkan

secara abstrak atau fenomena social ataupun fenomena alami, Teori, serangkaian

konsep, defenisi, dan proposisi yang saling berkaitan dan bertujuan untuk

memberikan gambaran sistematis tentang suatu fenomena. Secara umum, teoti

adalah sebuah system konsep abstrak yang mengindikasikan adanya hubungan

diantara konsep-konsep tersebut yang membantu penulis dalam memahami

sebuah fenomena, sehingga bias dikatakan bahwa suatu teori adalah suatu

kerangka kerja konseptual utuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu

cetak biru untuk melakuka beberapa tindakan selanjutnya.

Teori megandung tiga hal: pertama, teori merupakan serangkaian prosisi

antara konsep-konsep yang saling berhubungan. kedua, teori menerangkan secara

sistematis suatu fenomena social dengan cara menentukan hubungan social antara

konsep. Ketiga, teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara menentukan

konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk

hubungannya.8 Hal inilah yang mendukung perkembangan sebuah teori.

1.4.1 Persfektif Liberalisme

Dalam penulisan ini penelitian ini, teoti yang penulis gunakan untuk

menjelaskan permasalahan diatas yaitu teori Liberalisme. Dipelopori oleh David

Ricardo & Adam Smith, Konsepsi liberal ini lebih didasarkan pada gagasan

8
Baca: Singarimbun&Effendi,1989,Metode Penelitian Survei,hlm.17

12
mengenai kedaulatan pasar dalam ekonomi, dengan mengansumsikan bahwa

semua manusia secara alamiah memiliki keselarasan kepentingan.

Liberalisme adalah pendekatan dalam ilmu hubungan intenasional yang

secara ontologis, memiliki asumsi-asumsi dasar sebagai berikut. Pertama, sifat

manusia dalam hokum alam adalah baik, rassional, dan mampu bekerja sama.

Kedua, manusia lebih damai dari pada konflik. Ketiga, demokrasi adalah system

pemerintahan terbaik. Keempat, negra dibentuk oleh manusia dan oleh karena itu

mampu menuruti hukum alam yang sama dengan manusia.

Liberalisme mempertanyakan batas-batas kewajiban Negara dalam alam

domestic dan iternasional, membawa kemungkinan system intenasional yang

damai, membutuhkan pertaynyan tentang actor utama, keuntungan, dan level

analisis dalam ilmu hubungan internasional, menekankan penting nya

internasionalisme melalui tajuk liberalism intenasional, dan sangast erat dengan

studi etika politik internasional dan keadilan intenasional.

Seacra epistemologis, liberalism mengelaborasi hubungan Negara dengan

masyarakat serta pengaruh nya terhadap prilaku Negara dalam politik dunia.

Individu dan prilaku mereka dalam berbagai level masyarakat menjadi domain

penjelasan atas tindakan Negara dinamika masyarakat menciptakan preferensi

Negara, yang manat penting dalam politik dunia. Asumi-asumsi dasranya adalah

Pertama, actor non Negara adalah entitas yang penting dalam politik dunia.

Kedua, negara bukan lah actor uniter. Ketiga, negara bukanlah actor rasional.

Keempat, politik internasional memiliki banyak agenda yang dapat menjadi

bahasan.

13
Studi hubungan intenasional dalam mengindetifikasikan tingkat eksplanasi

diperlukan tingkat analisa demi memperjelas proses pembentukan teori. Tingkat

analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat anlisa negara bangsa

(nation state). Analisa yang menekankan tingkat ini beramsumsi bahwa semua

pembuat keputusan dimanapun berada pada dasarya berprilaku sama apabila

menghadapi situasi yang sama, karena itu alisan menekankan variasi atau

perbedaan antara prilaku sekelompok pembuat keputusan disuatu negra dengan

negara lain dianggap sia-sia. Analisa para ilmuan seharusnya ditekankan pada

prilaku unit negara bangsa, karena hubungan intenasional pada dasarnya

didominasi oleh prilaku negara bangsa.

1.4.2 Teori Kebijakan

Kebijakan Ekonomi adalah cara yang ditempuh atau tindakan yang

diambil pemerintah dengan maksud mengatur kehidupan ekonomi nasional guna

mencapai tujuan tertentu. 9

Untuk menjelaskan kebijakan badan pelayanan perizinan terpadu dan

penanaman modal terhadap daya tarik investasi asing di Riau tahun 2013-2016

ini, peneliti menggunakan teori pembuatan kebijakan politik luar negeri yang

dikenalkan oleh Richad Synder.

Teori Richard Snyder membahas mengenai faktor-faktor yang mendukung

kebijakan luar negeri suatu negara. Menurutnya kebijakan politik luar negeri suatu

negara dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor internal adalah faktor-faktor yang datang dari dalam atau

domestik negara itu sendiri seperti keadaan dan situasi lingkungan

9
Gilarso, 2004:255

14
domestik negara. Baik dibidang politik, ekonomi, budaya, sosial dan

pertahanan keamanan.

2. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang datang dari luar negaranya

yaitu dari negara-negara lain atau dari dunia internasional, seperti situasi

politik internasional, aliansi internasional, konflik internasional.10

Oleh karena itu, kebijakan pemerintah provinsi Riau menetapkan

kebijakan pelayanan perizinan terpadu dan penanaman modal terhadap daya tarik

investasi asing dipengaruhi oleh faktor internal. Faktor internal sangat

mempengaruhi kebijakan pemerintah provinsi Riau karena akan berdampak pada

pendapatan daerah.

1.5 Hipotesa Penelitian

Berdasarkan pada kerangka pemikiran dan latar belakang diatas, penulis

kemudian menarik hepotesis dari: Dampak Kebijakan Pelayanan Perizinan

Terpadu dan Penanaman Modal Terhadap Daya Tarik Investasi Di Provinsi Riau

tahun 2013-2016. Berdampak Positif bagi perekonomian di provinsi Riau

melalui kebijakan insentif di bidang penanaman modal asing dengan indicator:

1. Fasilitas Perpajakan
a. pajak Penghasilan melalui pengurangan penghasilan, netto sampai tingkat

tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu

tertentu
b. pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin,

atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi

dalam negeri;
10
Ricard Snyder. Foreign Policy Decision Making. 1962. New York: free Pass. 1962

15
c. pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong

untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan

tertentu;
d. pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang

modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum

dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu;


e. penyusutan11dan amortisasi12 yang di percepati;
f. keringanan Pajak Bumi dan Bangunan;
2. Fasilitas Perizinan
a. Hak atas Tanah
b. Pelayanan Keimigrasian
c. Perizinan Impor
1.6 Definisi Konsepsional
Sebelum penulis melanjutkan pembahasan ini, untuk memudahkan

penafsiran terhadap persoalan yang sedang diteliti, maka penulis akan

memberikan penjelasan terhadap beberapa konsep yang digunakan dalam

penelitian ini.
Kebijakan adalah serangkaian tindakan yang diajukan seseorang, group,

dan pemerintah dalam lingkungan tertentu dengan mencantumkan kendala-

kendala yang dihadapi serta kesempatan yang memungkingkan pelaksanaan

usulan tersebut dalam upaya mencapai tujuan.13


BKPM adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia.

Sebagai penghubung utama antara dunia usaha dan pemerintah, BKPM diberi

mandat untuk mendorong investasi langsung, baik dari dalam negeri maupun luar

11
Penyusutan diartikan sebagai pengeluaran untuk memperoleh hart berwujud yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun harus dibebankan sebagai biaya utuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan dengan cara mengalokasikan pengeluaran tersebut selama
masa manfaat harta tersebut melalui penyusutan. Muhammad Rusjidi, PPH:Pajak Penghasilan,
(Jakarta: PT.Indeks, 2004), hlm 17-1
12
Amortisasi diartikan sebagai pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan
pengeluaran lainnya termasuk biaya perpanjangan hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak
pakai yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang dipergunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, dilakukan dalam bagian-bagian yang sama
besar atau dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, dengan cara menerapkan
tariff amortisasi atas pengeluaran tersebut. Ibid.,hlm 17-14
13
Imron, Ali.2002. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

16
negeri, melalui penciptaan iklim investasi yang kondusif. Setelah BKPM

dikembalikan statusnya menjadi kementerian di tahun 2009 dan melapor langsung

kepada Presiden Republik Indonesia, maka sasaran lembaga promosi investasi ini

tidak hanya untuk meningkatkan jumlah investasi yang lebih besar dari dalam

maupun luar negeri, namun juga untuk mendapatkan investasi bermutu yang dapat

memperbaiki kesenjangan sosial dan mengurangi pengangguran.14


Lembaga ini tidak semata bertindak sebagai advokat yang proaktif di

bidang investasi, namun juga sebagai fasilitator antara pemerintah dan investor.

Sejak bulan July 2016, BKPM dipimpin oleh Thomas Lembong atau dikenal

dengan Tom Lembong.


BPMPD adalah Badan Penanaman Modal Promosi Daerah yang mana

setiap provinsi di Indonesia memliki Badan Penanama Modal Promosi Daerah nya

sendiri sesuai dengan wewenang, kebiijakan dan peraturan daerah yang dimiliki

oleh setiap provinsi tersebut. Untuk provinsi Riau badan tersebut adalah Badan

Penaman Modal Promosi Daerah Provinsi Riau.


BP2T merupakan kepanjangan dari Badan Pelayanan dan Perizinan

Terpadu, Pelayanan Perizinan Terpadu adalah penyelenggaraan pelayanan

perizinan yang pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai ketahap

terbitnya dokumen dilakukan oleh Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu

(BP2T) Provinsi Riau.


DPMPTSP adalah kepanjangan dari Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu, dimana lembaga ini adalah gabungan dari BPMPD

dan BP2T pada tahun 2013.

Investasi Asing merupakan jenis investasi yang sumber modalnya berasal

dari luar negeri, investasi asing adalah investasi swasta yang mana investasi yang

dilakukan oleh sektor swasta aing atau disebut Penanaman Modal Asing
14
http://www.bkpm.go.id/id/lembaga (diakses pada tanggal 6 Februari 2017 pada jam 19.35 WIB)

17
(PMA).Investasi yang dilakukan swasta bertujuan untuk mencari keuntungan dan

memperoleh pendapatan serta didorong oleh adanya pertambahan pendapatan.Jika

pendapatan bertambah konsumsi pun bertambah dan bertambah pula

effectivedemand. Investasi timbul diakibatkan oleh bertambahnya permintaan

yang sumbernya terletak pada penambahan pendapatan disebut induced

investment.

1.7 Definisi Operasional


Definisi opersional menurut Mohtar Masoed adalah serangkaian prosedur

yang mendeskripsikan kegiatan yang harus dilakukan kalau kita hendak

mengetahui eksistensi empiric suatu konsep. Penanaman modal merupakan suatu

upaya mengelola uang dengan cara menyisihkan sebagian dari uang tersebut

untuk di tanam pada bidang-bidang tertentu dengan harapan mendapat keuntungan

di masa datang.
(BP2T) Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Propinsi Riau merupakan

unsur penunjang tugas tertentu Pemerintah Propinsi Riau yang dipimpin oleh

seorang Kepala Badan berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur

Riau melalui Sekretaris Daerah Propinsi Riau. BP2T Propinsi Riau mempunyai

tugas melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi

dibidang perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi,

sinkronisasi, simplifikasi, keamanan, dan kepastian.

(BPMPD) Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah Provinsi Riau

terus berupaya meningkatkan perannya sebagai penyusunan dan pelaksanaan

kebijakan/program dan kegiatan, serta memberikan kontribusi yang signifikan

18
dalam menyelesaikan permasalahan di Provinsi Riau melalui kegiatan

perencanaan pembangunan nasional dan kegiatan-kegiatan strategis lainnya yang

bersifat mendukung kegiatan perencanaan pembangunan Provinsi Riau.15

1.8 Metodologi Penelitian


1.8.1 Metode Penelitian
Metodologi yang diguakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

deskriftif. Metode ini dijalankan dengan mengumpulkan data, meramalkan,

meyusun, menginterpestasikan dan menjelaskan data data atau fenomena yang

terjadi, kemudian dilanjutkan dengan menganalisa data sehingga memperoleh

kesimpulan yang objektif dan akurat sebagai jawaban atas pertanyaan.


1.8.2 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan untuk memperoleh data-data dan fakta

dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian data primer / riset

lapangan, wawancara dan menggunakan penelitian kepustakaan (library research)

yang berupa junal, buku-buku, kamus, dan artikel. Disertakan juga dengan

penggunakan internet dan dokumentasi ilmiah yang terkait masalah.


Untuk analisis masalah, level atau pendekatan yang digunakan adalah

Negara (state) dan Negara (state). Dalam ilmu hubungan Internasioanal, level

analisis ini setara dengan peran Negara terhadap perekonomian.

1.9 Ruang Lingkup

Ruang lingkup merupakan sejauh mana penulis memaparkan masalah yang

akan diteliti, serta memepermudah dan menghindari terjadinya ketidakpastian di

dalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis akan membahas tentang

DAMPAK KEBIJAKAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN

PENANAMAN MODAL TERHADAP DAYA TARIK INVESTASI ASING DI

PROVINSI RIAU TAHUN 2013-2016. Terfokus pada lembaga negara yang


15
http://bpmpd.riau.go.id/media/file/46794046694LAKIP_BPMPD.pdf (diakses pada tanggal 8
Februari 2017 pada jam 14.27 WIB)

19
terkait dan investasi dari negara asing yang masuk di provinsi Riau.

1.10 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan membantu penulis menyampaikan gagasan dalam

pembahasan kasus dalam skripsi ini. Penulis menggunakan sistematika empat bab
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini, latar belakang pengambilan kasus dan gambaran umum

kasus yang akan dibahas dalam skripsi menjadi pemaparan utama.

Selain itu, penegasan teori yang digunakan akan membantu

memahami isi tulisan ini selanjutnya serta alur pemikiran kasus.

BAB II : BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN

PENANAMAN MODAL

Pada bab ini, dijelaskan mengenai gambaran mengenai Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal.

BAB III : INVESTASI ASING DI PROVINSI RIAU


Bab ini merupakan analisis dari dua bab sebelumnya. Setelah

mengethaui dinamika secara histori dan ekonomi investasi asing di

Provinsi Riau.

BAB IV :DAMPAK KEBIJAKAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

DAN PENANAMAN MODAL TERHADAP DAYA TARIK

INVESTASI ASING DI PROVINSI RIAU TAHUN 2013-2016

Bab ini lebih fokus membahas hasil penelitian mengenai Dampak

Kebijakan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal

terhadap Daya Tarik Investasi Asing di provinsi Riau Tahun 2013-

2016.

BAB V : KESIMPULAN.

20
Dalam bab ini, Kesimpulan dari analisi kasus dipaparkan

berdasarkan hasil penelitian.

21

Anda mungkin juga menyukai