Anda di halaman 1dari 34

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS RIAU

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PEKANBARU

PENGARUH PENGGUNAAN DOLLAR SINGAPURA DI KAWASAN


WISATA LAGOI BINTAN TERHADAP PEREKONOMIAN DOMESTIK
2009-2011

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi serta Melengkapi Syarat-Syarat


Pada Mata Kuliah Seminar Ekonomi Politik Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau Pekanbaru

OLEH:

DEVI NATASYA YUSAZ


NIM: 1101120275

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2014

BAB I

PENDAHULUAN

1
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Proposal penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh penggunaan

dollar Singapura di Kawasan Wisata Lagoi Bintan terhadap perekonomian

domestik.
Dewasa ini, globalisasi merupakan topik pembicaraan utama yang hangat

diperbincangkan di dalam sistem internasional. Namun sejauh ini tidak ada

definisi yang diterima secara luas mengenai globalisasi meskipun telah lama

menjadi bahan pembicaraan dimana-mana. Sebenarnya, definisi dari globalisasi

ini terus meluas. Para ahli atau ilmuwan-ilmuwan sosial hanya berusaha

menjelaskan implikasi-implikasi politik, sosial, lingkungan, sejarah, geografi dan

bahkan implikasi budaya dari globalisasi tersebut.1

Salah satu konsekuensi dalam globalisasi ekonomi adalah maraknya

investasi dalam bidang pariwisata yang gencar dilakukan oleh banyak negara.

Tidak hanya negara maju, namun juga menjadi trend bagi negara berkembang.

Aktor yang terlibat pun mulai bergeser dari pemerintah suatu negara ke

perusahaan-perusahaan besar atau yang biasa disebut dengan sector corporate.

Sector corporate dalam hubungan internasional merupakan pola kerjasama

dimana pemerintah merangkul investor-investor asing sebagai partner. Contohnya

saja dalam bidang pariwisata, pola hubungan kerjasama dapat mencakup usaha

penerbangan, bank, hotel, tour operator maupun industri atau pembangunan

pariwisata yang bertaraf internasional.2

1 R.F.M. Lubbers, General Introduction: The Globalization of Economy and Society, December 30, 1996.
2 Gamal Suwantoro. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi Publisher. 2004. Hal 39-40

2
Pariwisata itu sendiri merupakan salah satu pola kerjasama dalam politik

internasional yang kini banyak diminati oleh masyarakat dunia. 3 Dalam hubungan

internasional, terdapat beberapa literatur yang turut menyediakan konsep-konsep

dalam menelaah fenomena pariwisata dari sudut padang politik, yaitu:4 Pertama,

dilihat dari hubungan transnasional, yang menyatakan bahwa hubungan yang

bermakna bukan hanya terjadi antar negara-bangsa, tetapi juga akan melibatkan

negara-bangsa dengan pihak swasta seperti perusahaan multinasional, lembaga

swadaya masyarakat maupun individu. Kedua, dilihat dari sisi ekonomi politik

internasional yang menekankan bahwa pemahaman yang lengkap mengenai

hubungan internasional yang mengharuskan untuk melihat fenomena domestik

internasional dan ekonomi-politik dari satu perspektif. Selain itu, pariwisata juga

merupakan sebuah lahan yang luas. Bisa dianggap seperti itu karena pariwisata

telah memberikan peluang di berbagai bidang dalam satu lahan. Sebut saja

ekonomi, sosial, politik, tenaga kerja, budaya, dan sebagainya. Jadi tak heran jika

di beberapa negara, pariwisata menjadi salah satu bidang penting yang

diunggulkan oleh negaranya. Tak hanya dinikmati oleh warga negaranya sendiri,

tetapi juga warga dunia.

Pariwisata pada dasarnya merupakan salah satu bentuk investasi yang

gencar dilaksanakan oleh negara-negara di dunia. Negara dengan kekayaan alam

yang berlimpah akan memanfaatkan sektor ini sebagai daya tarik bagi investor

asing. Investasi menjadi salah satu kata kunci dalam setiap upaya menciptakan

3 Delly Sandika. 2009. Hubungan Internasional: Travel dan Pariwisata. Diunduh pada tanggal 01 Maret
2014 pukul 18.30 WIB
4 Mohtar Masoed. Ekonomi-Politik Internasional dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1994. Hal
118-119

3
pertumbuhan ekonomi baru bagi perluasan penciptaan lapangan kerja,

peningkatan pendapatan dan penanggulangan kemiskinan.5 Melalui peningkatan

kegiatan investasi, baik dalam bentuk akumulasi kapital domestik maupun luar

negeri, akan menjadi faktor pengungkit yang sangat dibutuhkan bagi suatu negara

dalam menggerakan mesin ekonomi untuk mengawali pertumbuhan yang

berkelanjutan. Di Indonesia sendiri, investasi asing merupakan faktor penggerak

ekonomi terutama bagi daerah, sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-

Undang No. 1 Tahun 1967.6

Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di

dunia yang terdiri dari sekitar 17.508 pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km2

atau 62 % dari luas teritorialnya dan bentangan garis pantai sepanjang 81.000 km.

Sebagian besar dari pulau-pulau tersebut merupakan pulau-pulau kecil yang

memiliki kekayaan sumber daya alam dan jasajasa lingkungan (enviromental

services) yang sangat potensial untuk pembangunan ekonomi.7

Pulau-pulau kecil di Indonesia mempunyai prospek untuk dikembangkan

karena berbagai potensi yang dimilikinya seperti keaneka ragaman hayati

ekosistem dengan produktivitas hayati tinggi seperti terumbu karang, padang

lamun (sea grass), rumput laut (sea weeds) dan hutan bakau (mangrove), ikan

hias, kerapu dan kerang mutiara. Disamping itu potensi wisata bahari pulau-pulau

kecil memiliki prospek yang cukup bagus untuk dikembangkan.

5 Soebagyo. Strategi Pengembangan Pariwisata di Indonesia, dalam Jurnal Liquidity Vol.1, No.2 (Jakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila, 2012), Hal 153-158.
6 Kadin-Indonesia. Waspada Daya Saing Nasional. Hal.21-22. Diakses dari www.kadin-indonesia.or.id.
pada tanggal 01 Maret pukul 17.18 WIB
7 Tulus Tambunan. Upaya-Upaya Meningkatkan Daya Saing Daerah. Diakses dari www.Kadin-
Indonesia.or.id pada tanggal 01 Maret 2014 pukul 18.45 WIB.

4
Keanekaragaman merupakan hal istimewa yang dimiliki oleh Indonesia,

yang menjadikan negara ini berbeda dengan negara lainnya. Keanekaragaman ini

ditandai dengan banyaknya kekayaan pilar budaya dan potensi wisata yang

membentang di sepanjang zamrud khatulistiwa. Objek wisata di wilayah

perbatasan adalah bagian dari ragam wisata di Indonesia. Dalam beberapa tahun

terakhir, menurut tinjauan dunia pariwisata, ternyata wisata di wilayah perbatasan

berjalan kurang optimal dan tersendat, ditambah lagi hanya bisa dinikmati oleh

wisatawan mancanegara.

Pulau Bintan adalah salah satu pulau yang terletak di wilayah perbatasan

dan merupakan pulau yang terbesar di gugusan Kepulauan Riau yang baru saja

diresmikan dalam otonomi daerah sebagai provinsi pada tahun 2004, dengan

Tanjung Pinang sebagai Ibu Kota provinsinya. Pulau Bintan ini terletak sekitar 50

mil sebelah selatan Singapura. Kegiatan ekonomi utama pulau Bintan, selain

penambangan dan perdagangan antar pulau, tourism merupakan kontribusi yang

terbesar bagi pendapatan daerah. Kekayaan alam pulau Bintan yang berlimpah

dan masih luasnya lahan yang tersedia untuk dieksplorasikan oleh pemerintah

daerah membuat para investor dari negara-negara tetangga berlomba-lomba untuk

memanfaatkan kesempatan ini, khususnya investor asing dari negara Singapura.

Letak geografis yang berdekatan dan nilai ekonomis pulau Bintan yang kaya akan

budaya serta sumber daya alam menjadi nilai tambah bagi para investor asing.

Berikut ini adalah data kunjungan wisatawan ke Pulau Bintan Provinsi

Kepulauan Riau periode 2009 sampai dengan tahun 2011:

5
Tabel 1.1

Tingkat Kunjungan Wisatawan ke Pulau Bintan Provinsi Kepulauan Riau

(Jiwa)

Periode 2009 2011

TAHUN
BULAN 2009 2010 2011

Januari 23.916,00 21.604,00 22.663,00

Februari 19.502,00 23.718,00 25.662,00

Maret 24.749,00 27.100,00 28.523,00

23.816,00 22.281,00 26.206,00


April

Mei 23.431,00 26.349,00 25.487,00


Juni 28.918,00 29.928,00 32.372,00
25.722,00 27.000,00 31.694,00
Juli
29.542,00 26.653,00 32.806,00
Agustus

September 21.729,00 23.187,00 25.208,00

Oktober 24.265,00 25.435,00 27.097,00

November 20.829,00 26.029,00 25.425,00

Desember 29.810,00 34.661,00 34.210,00


Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau8

Berdasarkan tabel 1.1 tingkat kunjungan wisatawan ke Pulau Bintan diatas

dapat disimpulkan bahwa kunjungan wisatawan selalu meningkat di setiap

tahunnya, terutama di akhir tahun. Hal ini dikarenakan iklim dan kondisi alam

yang eksotis mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang
8 Tabel Tingkat Kunjungan Wisatawan ke Pulau Bintan 2009-2011, diakses dari Kepri.Bps.go.id/site/tabel
pada tanggal 05 Maret 2014 pukul 19.38 WIB

6
berkunjung. Daya tarik ini akhirnya menjadi sebuah peluang penting bagi para

investor asing. Dari pemerintah daerah Bintan sendiri juga tak ingin ketinggalan

untuk memanfaatkan kesempatan ini. Untuk menarik minat investor, pemerintah

setempat telah mengalokasikan lahan seluas 500 ha di Kijang dan 100 ha di

Bintan Barat sebagai areal hutan industri dan pengembangan pantai.

Pengembangan pariwisata dilakukan dengan bekerja sama dengan Singapura

untuk membangun Bintan Utara. Salah satu proyek yang dihasilkan oleh

kerjasama ini adalah Kawasan Wisata Lagoi Bintan, yaitu sebuah kawasan wisata

bertaraf internasional yang merupakan surga bagi para turis, baik turis lokal

maupun turis mancanegara. Namun kawasan ini terkenal dengan julukan dollar

area atau restricted area dimana masyarakat umum tidak bisa dengan

mudahnya mengakses fasilitas serta menggunakan mata uang asing sebagai alat

transaksi pembayaran yang sah. Namun penggunaan mata uang asing ini tetap

berlangsung hingga bertahun-tahun tanpa adanya peraturan yang tegas dari

pemerintah meskipun sudah dikeluarkan Undang-Undang nomor 7 tahun 2011

tentang mata uang. Hal ini dikarenakan penggunaan mata uang asing turut

mempengaruhi peningkatan income suatu negara, khususnya bagi daerah yang

menjadi lokasi pembangunan. Fenomena inilah yang ingin diteliti oleh penulis,

terkait penggunaan mata uang asing yang sudah lama menjadi permasalahan di

Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

7
Keberhasilan pemerintah Kabupaten Bintan dalam meningkatkan

kemajuan pariwsata dan budayanya sudah menjadi sorotan wisatawan, baik

wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Pulau Bintan yang pada

awalnya tidak terlalu terkenal di dalam daftar pariwisata Indonesia kini bangkit

sebagai new trendsetter dan menjadi tujuan utama pariwisata nasional bahkan

pariwisata dunia setelah Pulau Bali, Lombok, Kawasan Bromo atau Bangka

Belitung yang sudah lebih dulu mendunia.

Bintan diibaratkan seperti mutiara yang terpendam. Setelah sekian lama

diresmikan akhirnya kini media mengangkat keindahan pulau di wilayah

perbatasan itu sebagai kawasan wisata dengan potensi sumber daya alam (SDA)

yang luar biasa. Sejumlah pengamat melihat, potensi pariwisata di Bintan telah

menjadi daya tarik karena dikelola dengan baik. Bahkan telah berkali-kali menjadi

bahan studi banding dari berbagai kalangan pemerintah, swasta, anggota dewan

dan perguruan tinggi yang datang untuk melihat dan mempelajari kemajuan

pariwisata Bintan.

Keberhasilan pengembangan wisata di pulau Bintan tidak bisa dilepaskan

dari peran pemerintah daerah yang juga bekerjasama dengan pemerintah pusat

yang disertai dengan kemudahan dalam pemberian izin bagi para investor asing

yang ingin menanamkan modalnya di kawasan tersebut. Dengan adanya

kemudahan dalam hal perizininan, menarik minat para investor untuk

mengembangkan potensi bisnis dan pariwisata yang meningkat di setiap tahunnya.

Bahkan setelah keberhasilan Singapura, kini negara-negara lainpun bermunculan

8
untuk berinvestasi di pulau Bintan. Sebut saja Malaysia, India bahkan Rusia. Hal

ini akan menjadi agenda penting bagi pemerintah daerah serta pemerintah pusat

untuk terus mengoptimalkan potensi wisata di wilayah perbatasan seperti Bintan.

Kawasan Wisata Lagoi Bintan merupakan areal yang strategis dan terletak

di wilayah perbatasan. Konsep wilayah perbatasan itu sendiri merujuk kepada

pengertian secara geografis, yaitu letaknya yang berbatasan langsung dengan

negara-negara tetangga.9 Konsep ini menimbulkan banyak implikasi bagi

pemerintah daerah setempat dimana pemerintah daerah akan memilik banyak

tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan dengan daerah-daerah lain yang

tidak berada di wilayah perbatasan.10 Selain itu, wilayah perbatasan akan sangat

rentan dengan konsep geopolitis, ekonomis, pertahanan dan keamanan serta

menyangkut juga tentang sosial budaya masyarakat yang bertempat tinggal di

wilayah tersebut.

Wilayah perbatasan merupakan sebuah pemikiran baru dalam

pengembangan wilayah. Munculnya wilayah baru disebabkan oleh pengaruh

globalisasi ataupun desentralisasi dalam kebijakan pemerintah. 11 Maka tak heran

apabila perkembangan wilayah perbatasan sering ditandai dengan adanya peran

perdagangan dan investasi sebagai sebuah proses dalam pengembangan kawasan

perbatasan yang menuju pada dunia tanpa batas.12 Sebagian besar wilayah

9 Abd. Asis Thaba, Pembangunan Politik Daerah Perbatasan: Studi Tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah
di Kabupaten Daerah Tingkat II Kepulauan Riau, dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Pekanbaru:
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, 1996), hal 44.
10 Taliziduhu Ndraha, Metodologi Pemerintahan di Indonesia. Jakarta: Bina Aksara. 1988. Hal 4-7.
11 Edgington, D.W., Fernandez, A. L. and Hoshino, C. (eds). New Regional Development Paradigm. Vol. 2.
London: Greenwood Press.
12 K. Ohmae, 1995. The end of nations state: the rise of regional economics. New York: Free Press.

9
perbatasan memegang peranan penting dalam rantai global perekonomian. Peran

tersebut sangat menarik terutama pada wilayah perbatasan yang terpencil dan

berperan sebagai fungsi keamanan sekaligus kesempatannya sebagai motor

pertumbuhan perekonomian nasional, regional, dan internasional. Peran tersebut

menuju pada sebuah pendekatan yang berbeda dengan tipe pengembangan

wilayah yang lain.

Pengembangan di wilayah perbatasan memiliki karakteristik wilayah yang

berbeda dengan wilayah lainnya. Dimensi ekonomi sangat mewarnai sifat dari

wilayah perbatasan, apakah kemungkinan tersebut menjadi sebuah keuntungan

ataupun kerugian dari wilayah perbatasan sangat tergantung pada lokalitas dan

peran dari pemerintah sebagai pemangku kebijakan.13

Ada beberapa corak sosial-ekonomi-politik yang akan menjadi

konsekuensi bagi daerah yang berada di wilayah perbatasan. Pertama; terdapat

kepentingan politik pemerintah pusat yang sangat besar di daerah ini. Hal ini

dikarenakan wilayah perbatasan merupakan wilayah yang rawan akan serangan

pertahanan dan keamanan serta rawan akan permasalahan kedaulatan. Kedua;

adanya kepentingan ekonomi pusat yang besar. Wilayah perbatasan berpotensi

sebagai akses masuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman

Modal Asing (PMA), yang menjadikan daerah ini sebagai ajang penetrasi kapital

nasional, internasional dan negara-negara tetangga.14 Ketiga; wilayah perbatasan

rentan akan pengaruh globalisasi, komersialisasi dan liberalisasi yang akan turut
13 C. T. Wu, 2001. Cross-Border Development in a Changing World: Redefining Regional Development
Policies. In Edgington, D.W., Fernandez, A. L. and Hoshino, C. (eds). New Regional Development Paradigm.
Vol. 2. London: Greenwood Press.
14 Raja Sofyam Samad, Integrasi Nasional dan Pembangunan Politik di Daerah Perbatasan: Kasus Daerah
Riau Kepulauan, dalam Jurnal Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia, 1987), hal 63-64.

10
mempengaruhi ketahanan sosial budaya masyarakat setempat. Keempat;

eksploitasi sumber daya alam yang ternyata tidak terlalu memberikan pengaruh

bagi kesejahteraan masyarakat lokal.

Kawasan Wisata Lagoi Bintan merupakan surga pantai nan eksotis yang

berlokasi di kecamatan Bintan Utara, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan

Riau. Kawasan ini berada di persimpangan Singapura, Malaysia dan Pulau

Sumatera. Letak kawasan wisata Lagoi Bintan yang berdekatan dengan Singapura

dan Malaysia memudahkan para wisatawan dari kedua negara tersebut untuk

datang. Jarak dan waktu bukanlah persoalan yang perlu dikhawatirkan. Bahkan

wisatawan asing mendapatkan akses yang lebih mudah untuk masuk ke wilayah

tersebut dibandingkan dengan masyarakat umum.

Kawasan Wisata Lagoi Bintan juga dikenal sebagai Kawasan Bintan

Beach International Resorts (BBIR) yang merupakan proyek wisata yang dikelola

dan dikembangkan oleh PT. Bintan Resorts Cakrawala yang terletak di kawasan

Lagoi. Pengembangan kawasan wisata ini sudah dimulai sejak tahun 1991 sampai

dengan tahun 2004. Kawasan Bintan Beach International Resorts diresmikan pada

18 Juli 1996 oleh Presiden Soeharto (Indonesia) dan Perdana Menteri Goh Chok

Tong (Singapura). Dari awal pengembangannya hingga saat ini, Bintan Beach

International Resorts telah memiliki 7 resorts mewah yaitu Bintan Lagoon Resort,

Angsana Resort, Bayan Tree Resort, Ria Bintan Resort, Nirwana Resort, Club

Med dan Laluna Beach.15 Semua resort di dalam kawasan ini merupakan resort

15 Sejarah PT. Bintan Resorts Cakrawala, diakses dari www.Bintan-resort.com pada tanggal 05 Maret
2014 pukul 20.00 WIB

11
dengan fasilitas terbaik, mewah, serta pelayanan yang memuaskan para wisatawan

yang datang. Selain good service, kawasan ini juga menawarkan pemandangan

alam yang luar biasa indah karena langsung berhadapan dengan pantai pasir putih

serta suasana yang nyaman.16

Pengembangan Kawasan Wisata Lagoi Bintan tak bisa dilepaskan dari

pengaruh investasi negara tetangga, yaitu Singapura. Sebagai negara maju di

kawasan Asia Tenggara, Singapura mencari peluang untuk menanamkan modal di

beberapa negara tetangga demi mendapatkan keuntungan. Dikarenakan letaknya

yang berdekatan dan merupakan lokasi yang strategis, Singapura melihat berbagai

peluang penting pada pulau Bintan. Melihat kurangnya pengelolaan pemerintah

pusat dan pemerintah daerah setempat, Singapura akhirnya menawarkan diri

sebagai investor yang akan membantu pengembangan Bintan sebagai pusat

pariwisata bertaraf internasional.

Dibalik kesuksesan para investor Singapura yang bekerjasama dengan

pemerintah daerah Bintan dan pemerintah pusat, pengembangan kawasan wisata

ini menuai pro dan kontra dari masyarakat lokal. Sejak diresmikan pada tahun

1996, Kawasan Wisata Lagoi Bintan bangkit sebagai new trendsetter pariwisata

Indonesia dan menjadi tujuan utama para wisatawan asing setelah Bali. Keindahan

Lagoi Bintan mampu menyaingi pesona pulau Bali selama beberapa tahun

terakhir, terutama ketika media mengangkat berbagai berita tentang keindahan

kawasan Lagoi dan menjulukinya sebagai Surga di Pesisir Pulau Sumatera.

Keberhasilan investor Singapura dalam mengelola dan mengembangkan kawasan

16 Ibid.

12
Lagoi Bintan memberikan keuntungan yang besar bagi pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah. Kini pariwisata di Bintan merupakan salah satu andalan

pemasukan bagi pendapatan Asli daerah (PAD) Bintan dan menjadi salah satu

penyumbang devisa negara melalui aspek pariwisata bertaraf internasional. Lebih

dari Rp70 miliar PAD dihasilkan dari kawasan Lagoi setiap tahunnya. 17 Resort di

Lagoi dibangun tanpa menggunakan sedikitpun dana pemerintah. Semuanya

dibiayai oleh investor pariwisata dari Singapura. Pemerintah kabupaten Bintan

mendapat pajak hotel dan restoran sebagai hasil PAD daerah kabupaten Bintan.

Maka tak heran apabila pemerintah daerah setempat serta pemerintah pusat

mengandalkan Bintan sebagai jalan masuk untuk peningkatan devisa negara.

Terlepas dari kesuksesan para investor asing dalam mengelola dan

mengembangkan Kawasan wisata Lagoi, ternyata masih banyak masyarakat

setempat yang belum pernah menikmati keindahan alam atau bahkan belum tahu

keberadaan lokasinya. Hal ini dikarenakan kawasan wisata Lagoi Bintan dibangun

dan dikembangkan oleh pihak asing. Karena itu Lagoi Bintan lebih banyak

dikunjungi oleh wisatawan asing, sementara wisatawan lokal sangat dibatasi.

Untuk masuk ke dalam kawasan ini layaknya masuk ke dalam kawasan bandara

atau fasilitas militer. Terdapat pemeriksaan yang berlapis-lapis, para wisatawan

harus menunjukkan kartu identitas, dan tidak semua resort mengizinkan para

wisatawan lokal untuk masuk.

17 Bintan Mutiara Yang Terpendam, Haluan Kepri, diakses dari http://www.haluankepri.com/fokus/17412-


bintan-mutiara-yang-terpendam.html, pada tanggal 05 Maret 2014 pukul 20.25 WIB

13
Selain harus menjalani pemeriksaan yang ketat, kawasan wisata ini juga

menetapkan Dollar Singapura dan Dollar Amerika Serikat sebagai mata uang yang

resmi untuk melakukan transaksi pembayaran. Penggunaan mata uang asing ini

dikarenakan kawasan wisata Lagoi Bintan dikelola hampir sepenuhnya oleh pihak

investor Singapura, sehingga hanya Dollar Singapura yang berhak menjadi mata

uang selama berada di kawasan ini. Mata uang ini berlaku tidak hanya untuk biaya

penginapan, tetapi juga berlaku untuk seluruh restoran bahkan bagi pedagang-

pedagang kecil yang berada disana. Disamping penggunaan mata uang asing,

bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Di dalam kawasan Lagoi Bintan

para wisatawan lokal tidak akan menemui papan petunjuk dengan bahasa

Indonesia, hanya terdapat papan petunjuk dengan tulisan berbahasa Inggris. Maka

tidak heran hal ini menimbulkan protes dari masyarakat lokal. Kawasan Lagoi

Bintan dijuluki sebagai Kawasan Dollar atau Restricted Area karena tidak

sembarang orang yang bisa masuk dan menikmati fasilitas, dan hal ini juga

berlaku bagi masyarakat lokal. Tidak banyak wisawatawan lokal yang berada di

kawasan Lagoi, 80% hanya diisi oleh wisatawan asing yang datang dari berbagai

negara seperti Singapura, Malaysia, Korea, Jepang, beberapa negara Eropa dan

Amerika Serikat. Kawasan Lagoi Bintan tidak dibuka sebagai objek wisata umum,

melainkan objek wisata berbayar karena harus membayar penginapan untuk

menikmati keindahan alam di pesisir pantai.

Dibalik pro dan kontra yang telah dijelaskan di atas, penggunaan mata

uang asing di Indonesia khususnya di Kawasan Wisata Lagoi Bintan ternyata

memberikan efek khusus yang sangat berpengaruh bagi kawasan tersebut.

14
Sehingga yang menjadi research question dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana pengaruh penggunaan mata uang dollar Singapura terhadap

perekonomian domestik Lagoi?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh penggunaan mata uang asing khususnya dollar

Singapura di wilayah perbatasan seperti Pulau Bintan.


2. Mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi domestik terkait dengan

penggunaan dollar Singapura di kawasan wisata Lagoi Bintan yang

merupakan salah satu penyumbang devisa negara.


1.3.2 Kegunaan Penelitian
1. Penulis berharap dapat menjelaskan tentang pengaruh penggunaan

mata uang asing di wilayah perbatasan dengan studi kasus penggunaan

mata uang dollar Singapura di pulau Bintan pada tahun 2009 sampai

dengan tahun 2011.


2. Memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh penggunaan mata

uang asing di wilayah perbatasan sehingga dapat menambah

pengetahuan serta wawasan bagi para peminat dan pemerhati isu-isu

hubungan internasional saat ini.

1.4 Tinjauan Teoritis


Basis bagi perkembangan pengetahuan yang layak dipercaya dan berdasar

kenyataan adalah penggunaan teori yang baik. Teori yang dapat membantu

menjelaskan dan meramalkan fenomena ekonomi dan politik yang ada dan dengan

demikinan dapat membantu pembuatan kebijakan praktis. Untuk membahas

permasalahan yang telah dipaparkan di atas, penulis merasa perlu untuk

15
mengemukakan perspektif dan beberapa teori serta konsep sebagai jembatan

menuju hipotesa. Adapun yang menjadi kerangka dasar teoritis dalam penelitian

ini adalah perspektif neoliberal, konsep kepentingan nasional, teori competitive

liberalization, konsep valuta asing dan konsep pencitraan di dunia internasional.


1.4.1 Perspektif Neoliberal
Pada tataran globalisasi, perspektif neoliberal memandang globalisasi yang

dicirikan oleh liberalisasi ekonomi sebagai proses yang menciptakan positive sum

game.18 Artinya semua partisipan berpeluang untuk mendapatkan keuntungan dari

globalisasi ekonomi dengan syarat negara atau masyarakat tersebut mampu

meningkatkan daya saingnya dalam percaturan dan perdagangan global, termasuk

salah satunya dalam menentukan investasi ke luar negeri.

Neoliberalisme berpandangan kontradiktif, menganggap bahwa dengan

semakin banyaknya organisasi dan institusi internasional menandakan bahwa

merekalah aktor hubungan internasional. Peran mereka yang begitu penting

bahkan membuat mereka memiliki peran melebihi peran yang dimiliki oleh

negara. Neoliberalisme juga tidak serta merta menyangkal adanya negara sebagai

aktor hubungan internasional. Negara tetap dianggap sebagai aktor penting namun

dalam era kontemporer peran organisasi dan institusi jauh lebih besar dari pada

negara dan tidak dapat dipungkiri jika negara sangat membutuhkan kehadiran

organisasi dan institusi internasional. Salah satu pandangan kaum neoliberal,

dikemukakan salah satunya oleh James Rosenau, mengemukakan bahwa

hubungan internasional tidak hanya hubungan antar negara saja, melainkan di

18 Aleksius Jemadu. Politik Global dalam Teori dan Praktek. (Bandung: Graha Ilmu, 2005). Hal 231

16
dalamnya terdapat individu yang secara signifikan terlibat dalam interaksinya.19

Komunikasi juga terlihat dari adanya interaksi dengan kelompok masyarakat

swasta. Hubungan antara negara, individu, dan kelompok masyarakat swasta yang

saling tumpang tindih dan menjadi kooperatif ini dikenal dengan jaring laba-laba.

Dengan meluasnya hubungan transnasional ini akan membawa kehidupan yang

lebih damai. Kerjasama yang diakomodasi oleh institusi dan organisasi

internasional yang menitikberatkan pada perdagangan merupakan bentuk dari

adanya interdependensi internasional. Interdependensi internasional ini kemudian

tercermin oleh adanya transaksi global yang melintasi batas negara, contohnya

perdagangan dan investasi asing. Selain itu, perspektif neoliberal juga mengkaji 2

hal penting yaitu transnational activities dan interdependency dengan

menciptakan liberalisasi perdagangan dan investasi melalui institusi dan

organisasi internasional.

1.4.2 Konsep Kepentingan Nasional

Dalam kerangka dasar teori ini, penulis menggunakan konsep kepentingan

nasional yang dikemukakan oleh Donald E. Nuechterlein. Menurut Nuechterlein,

konsep kepentingan nasional dibagi menjadi empat poin yang biasanya disebut

dengan kepentingan dasar suatu negara, yaitu :20

19 Jackson, Robert & Sorensen, Georg (1999) Introduction to International Relations, Oxford University
Press.

20 Donal E, Nuechterlein. The Concept of National Interest : A Time for New Approach. Orbis, Spring,
1979, page 57-75.

17
a. Kepentingan pertahanan (Defense Interest), yaitu kepentingan bagi

negara yang menyangkut perlindungan terhadap warga negaranya dan sistem

politiknya dari ancaman negara lain baik berupa intervensi maupun propaganda.

b. Kepentingan ekonomi (Economic Interest), yaitu kepentingan

pemerintah dalam meningkatkan perekonomian Negara melalui hubungan

ekonomi dengan Negara lain.

c. Kepentingan tatanan dunia (World-Order Interest), yaitu kepentingan

Negara untuk mempertahankan atau mewujudkan sistem politik dan ekonomi

yang menguntungkan bagi negaranya.

d. Kepentingan ideologi (Ideological Interest), yaitu kepentingan untuk

mempertahankan atau melindungi negaranya dari ancaman ideologi Negara lain.

1.4.3 Teori Competitive Liberalization

Konsep kepentingan nasional diatas didukung juga oleh teori competitive

liberalization (persaingan liberalisasi), dimana teori ini dilakukan karena masing-

masing negara berusaha untuk membuat situasi dan kondisi ekonomis di

negaranya menjadi sesuatu yang menarik bagi pihak luar atau investor asing. 21

Persaingan global telah mendorong terjadinya competitive liberalization di

berbagai kawasan, termasuk di kawasan Asia Pasifik. Berkaitan dengan teori ini,

21 A.J. Smit, The competitive advantage of nations: is Porters Diamond Framework a new theory that
explains the international competitiveness of countries?, diakses dari
http://www.law.umn.edu/uploads/o5/xW/o5xWlcCGhL9D0rYaQVItNA/wto-Hockett.pdf pada tanggal 18
Maret 2014 pukul 21.30 WIB

18
bahwa pihak Indonesia khususnya pemerintah daerah Bintan dan pihak investor

dari Singapura memiliki keinginan yang sama untuk meningkatkan kondisi

kepariwisataannya. Ketika kedua belah pihak memiliki tujuan yang sama untuk

mengamankan kepentingan dasar ekonomi negaranya, maka potensi untuk

mengadakan kerjasama akan lebih besar. Potensi inilah yang dimanfaatkan oleh

Indonesia melalui peningkatan kerjasama pemerintah daerah dan pihak investor

asing demi tercapainya daya saing di dunia internasional.

1.4.4 Konsep Valuta Asing

Valuta Asing (valas) atau foreign exchange (forex) ataupun foreign

currency adalah mata uang asing yang difungsikan sebagai alat pembayaran untuk

membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan juga mempunyai

catatan kurs resmi pada bank sentral. Mata uang yang sering digunakan sebagai

alat pembayaran dalam transaksi ekonomi keuangan internasional disebut dengan

hard currency, yaitu mata uang yang berasal dari negara maju dan nilainya relatif

stabil serta kadang mengalami apresiasi atau kenaikan nilai dibanding mata uang

dari negara lainnya. Sebaliknya mata uang yang berasal dari negara berkembang

atau negara dunia ketiga jarang digunakan sebagai alat pembayaran antar negara

karena nilainya relatif tidak stabil dan kadang mengalami depresiasi atau

penurunan nilai, mata uang tersebut sering disebut dengan soft currency.

Hard currency berasal dari negara-negara maju seperti Dollar-Amerika

serikat (USD), Yen-Jepang (JPY), Euro (EUR), Poundsterling-Inggris (GBP),

19
Dollar-Canada (CAD), Swiss-Franc (CHF), Dollar-Australia (AUD), Dollar-

Singapura (SGD), dan lain-lain. Sedangkan soft currency pada umumnya berasal

dari negara berkembang seperti Rupiah-Indonesia (IDR), Bath-Thailand (THB),

Peso-Philipina (PHP), Rupee-India (INR), dan lain sebagainya.

Donald A. Ball menyebutkan bahwa dollar Singapura termasuk mata uang

yang lebih likuid dibandingkan mata uang lainnya seperti rupiah Indonesia, won

Korea Selatan, dollar Taiwan atau dong Vietnam yang terkadang dijuluki Asia

Minor.22 Di Singapura sendiri terdapat pusat perdagangan valas asing terbesar

keempat di dunia yang dibangun oleh Standar Chartered Bank.

1.4.5 Konsep Pencitraan

Citra adalah segala sesuatu yang telah dipelajari seseorang yang

relevan dengan situasi dan dengan tindakan yang bisa terjadi di dalamnya. Citra

membantu memberikan alasan yang dapat diterima secara subjektif tentang

mengapa segala sesuatu hadir sebagaimana tampaknya tentang preferensi politik

ataupun yang lainnya. Pencitraan berasal dari dalam namun dinilai oleh pihak luar

mengenai meningkat atau tidaknya suatu citra. Penilaian atau tanggapan suatu

negara ataupun masyarakat tersebut dapat menimbulkan rasa hormat, kesan yang

baik dan menguntungkan terhadap pencitraan suatu negara yang mana landasan

22 Donald A. Ball, et al., International Business: Tantangan Persaingan Global, edisi 9. (Jakarta: Penerbit
Salemba Empat, 2005), hal 252.

20
pencitraan itu biasanya dari nilai-nilai kepercayaan ataupun budaya masyarakat

yang terbentuk.23 Adapun pengertian pencitraan menurut Aleksius Jemadu adalah:

Upaya suatu bangsa untuk mendefinisikan dirinya baik kepada

rakyatnya sendiri maupun dalam pergaulan internasional dengan menonjolkan

keunggulan nilai-nilai budaya yang dimilikinya dengan tujuan untuk menciptakan

pengaruh internasional yang sangat diperlukan untuk pencapaian tujuan politik

luar negeri dan diplomasi secara umum.24

Proses pembentukan citra bukanlah hal yang sederhana, karena tidak

hanya sekedar membentuk persepsi baik dan buruk, citra harus lebih spesifik.

Citra merupakan hal yang penting dalam suatu pemasaran pariwisata, karena citra

terhadap tempat tujuan pariwisata merupakan akumulasi dari kesan yang dimiliki

seseorang tentang tempat tujuan tersebut. Citra dapat memberikan dampak yang

positif bagi suatu tempat tujuan wisata, namun citra juga dapat memberikan

dampak negatif. Jika citra suatu tempat tujuan wisata itu sudah jelek, maka

wisatawan akan mengurungkan niat untuk berkunjung ke tempat tersebut,

demikian pula sebaliknya. Hal inilah yang tetap dijaga oleh pemerintah Bintan

untuk tetap menjaga kawasan wisatanya agar tidak cacat di mata dunia

internasional. Dengan memberikan kelonggaran bagi investor asing dan para turis

mancanegara yang datang, maka citra kawasan Lagoi Bintan akan selalu baik

sehingga menimbulkan kesan aman dan nyaman untuk dikunjungi.

23 Dan Nimmo. 2006. Komunikasi Politik Khalayak dan Efek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hal. 4.
24 Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal 120.

21
1.5 Hipotesa
Melihat perumusan masalah di atas dan mengacu pada kerangka dasar

teori yang telah penulis ajukan, maka peneliti merumuskan hipotesa: Pengaruh

penggunaan Dollar Singapura di Kawasan Wisata Lagoi Bintan yaitu

mampu meningkatkan income perekonomian domestik.


1.5.4 Variabel Independen
Variabel yang termasuk independen dalam penelitian ini adalah :

Penggunaan Dollar Singapura di Kawasan Wisata Lagoi Bintan.


Dengan indikator :
1. Kesepakatan di antara Pemerintah dan Pihak Investor Singapura yang

merupakan pelaku industri pariwisata untuk menggunakan tiga mata

uang yaitu dollar Singapura, dollar Amerika Serikat dan rupiah

Indonesia.
2. Dollar Singapura merupakan mata uang tertinggi dalam melakukan

transaksi pembayaran di Kawasan Wisata Lagoi Bintan. Hal ini

disebabkan oleh pemilik industri pariwisata di Lagoi Bintan adalah

negara Singapura, sehingga mata uang yang digunakan harus sesuai

dengan pihak pengelola untuk memudahkan segala transaksi

pembayaran.
3. Kecenderungan wisatawan asing untuk menggunakan dollar Singapura

yang nilainya lebih stabil dibandingkan dengan rupiah Indonesia. Hal

ini didasari pada perhitungan hard currency dan soft currency dalam

konsep valuta asing di dunia.


1.5.5 Variabel Dependen
Variabel yang termasuk dependen dalam penelitian ini adalah :

Meningkatkan income perekonomian domestik.


Dengan indikator :
1. Jumlah wisatawan yang meningkat di kawasan wisata Lagoi dari tahun

2009-2011, yaitu 296.229 jiwa (tahun 2009), 313.945 jiwa (tahun

22
2010), dan 337.353 jiwa (tahun 2011) sehingga menambah pendapatan

asli daerah (PAD) Bintan dan meningkatkan devisa negara Indonesia.


2. Banyak diselenggarakannya event-event internasional yang mampu

meningkatkan pendapatan masyarakat lokal seperti Bintan Cultural

Festival, Bintan Triathlon, Kiteboard Tour Asia (KTA) dan Tour De

Bintan yang selalu melibatkan pemerintah daerah dan wisatawan

mancanegara dari berbagai belahan dunia.


3. Kawasan wisata Lagoi merupakan salah satu pendongkrak laju

pertumbuhan perekonomian domestik. Pertumbuhan ekonomi Bintan

meningkat dari 5,52 % menjadi 6,14% melalui sektor pariwisata dan

menjadi salah satu penyumbang devisa negara selain pariwisata di

Bali, Lombok, Makassar dan beberapa daerah di Indonesia.


4. Pada tahun 2011 perolehan devisa dari sektor pariwisata mencapai

USD 8.5 miliar, naik 11.8% dibandingkan dengan tahun 2010. Sektor

pariwisata menempati urutan ketiga setelah migas dan tekstil, salah

satunya disumbangkan oleh daerah Bintan.


1.6 Definisi Konsepsional

Sebelum penulis melanjutkan pembahasan ini, untuk memudahkan

penafsiran terhadap persoalan yang sedang diteliti, maka penulis akan

memberikan penjelasan terhadap beberapa konsep yang digunakan dalam

penelitian ini.

Globalisasi adalah kecenderungan umum terintegrasinya kehidupan

masyarakat domestik/lokal ke dalam komunitas global di berbagai bidang.

Pertukaran barang dan jasa, pertukaran dan perkembangan ide-ide mengenai

demokratisasi, hak asasi manusia (HAM) dan lingkungan hidup, migrasi dan

23
berbagai fenomena human trafficking lainnya yang melintasi batas-batas lokalitas

dan nasional. Dalam arti lain, komunitas domestik atau lokal kini adalah bagian

dari rantai perdagangan, pertukaran ide dan perusahaan transnasional.25

Investasi, sebagaimana yang telah dirumuskan dalam teori ekonomi

didefinisikan sebagai pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan

peralatan peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama

menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan

untuk memproduksikan barang dan jasa di masa depan. Di Indonesia sendiri

investasi dikenal dengan penanaman modal, baik dalam negeri maupun asing.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal, Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal

untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan

oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya

maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.26 Hal inilah yang

dilakukan oleh pihak investor Singapura di Pulau Bintan.

Pariwisata, pengertian mengenai pariwisata telah dirumuskan oleh dua

pakar pariwisata berkebangsaan Swiss yaitu Prof. Hunziker dan Prof. Kraph yang

merumuskan sebagai berikut27 : Pariwisata merupakan keseluruhan (gejala) dan

hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia

25 Riza Noer Arfani, Globalisasi: Karakteristik dan Implikasi, diakses dari


http://mirror.unpad.ac.id/orari/library/cd-al-manaar-digilib/bahan/8.%20EKONOMI
%20POLITIK/1.%20Globalisasi%20Karakteristik%20dan%20Implikasi.pdf pada tanggal 10 Maret 2014
pukul 19.38 WIB
26 Penanaman Modal Asing di Indonesia, diakses dari www.Kemendagri.go.id pada tanggal 10 Maret
2014 pukul 21.13 WIB
27 Meutia Hatta Swasono, Strategi Pembangunan dan Pengembangan Pariwisata Menjelang AFTA 2003,
diakses dari http://www.bappenas.go.id pada tanggal 10 Maret 2014 pukul 20.58 WIB

24
di luar tempat tinggalnya dengan maksud bukan untuk tinggal menetap dan tidak

berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah.

Wilayah Perbatasan dapat diartikan sebagai suatu wilayah yang berada di

perbatasan antar daerah dalam satu negara, atau daerah yang berada di perbatasan

antar negara. Pada wilayah seperti ini komunikasi atau interaksi antar penduduk di

dua daerah atau dua negara yang berbatasan biasanya cukup intensif. Sedangkan

pengertian daerah perbatasan menurut UU no. 26 Tahun 2007 adalah wilayah

kabupaten/kota yang langsung berhadapan dengan negara tetangga dan/atau laut

lepas. Kawasan perbatasan negara meliputi kawasan perbatasan darat dan

kawasan perbatasan laut termasuk pulau-pulau kecil terluar.28

Kerjasama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu kegiatan

atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang (baik lembaga maupun

pemerintah) untuk mencapai tujuan bersama.

Mata Uang Asing, menurut Choi, Frost dan Meek adalah a currency

other than the entity reporting currency.29 Berarti mata uang asing adalah mata

uang selain yang dipakai dalam melaporkan laporan keuangan suatu negara atau

sebuah badan usaha. Jika lembaga negara atau suatu badan usaha tersebut ada di

Indonesia maka mata uang yang dipakai adalah rupiah, sehingga mata uang selain

rupiah merupakan mata uang asing.

Nilai Tukar Uang, menurut David K. Eiteman adalah harga salah satu

mata uang yang dinyatakan menurut mata uang lainnya. Jadi dapat disimpulkan
28 Pengertian Kawasan Perbatasan, diakses dari Puslit.Kemsos.go.id pada tanggal 10 Maret 2014 pukul
20.55 WIB
29 Choi, Frederick D.S., Carol Ann Frost, dan Gary K. Meek, International Accounting, Prentice Hall
International Inc., 3rd edition, 1999

25
bahwa nilai tukar (exchange rate) adalah nilai tukar yang menunjukkan jumlah

unit mata uang tertentu yang dapat ditukar dengan satu mata uang lain.30

1.7 Definisi Operasional

Definisi Operasional menurut Mohtar Masoed adalah serangkaian

prosedur yang mendeskripsikan kegiatan yang harus dilakukan kalau kita hendak

mengetahui eksistensi empirik suatu konsep.

Globalisasi ekonomi yang marak diperbincangkan di sepanjang

perpolitikan internasional telah memaksa negara-negara untuk mencari alternatif

lain dalam meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Kegiatan ekonomi tidak lagi

sebatas hubungan antar satu negara dengan negara lain, akan tetapi juga

mempengaruhi pola hubungan kerjasama antara perusahaan multinasional serta

pemerintah daerah di dalam suatu negara.

Pengaruh yang dihasilkan oleh adanya globalisasi adalah kaburnya batas-

batas negara dan semakin mudahnya akses untuk masuk ke negara lain. Tidak

hanya perpindahan manusia, tetapi juga perpindahan mobilitas barang dan jasa.

Salah satu konsekuensi dalam globalisasi ekonomi adalah maraknya investasi

dalam bidang pariwisata yang gencar dilakukan oleh banyak negara. Tidak hanya

negara maju, namun juga menjadi trend bagi negara berkembang. Aktor yang

terlibat pun mulai bergeser dari pemerintah suatu negara ke perusahaan-

perusahaan besar atau yang biasa disebut dengan sector corporate.

30 David K. Eiteman, Michael H. Moffett, Arthur I. Stonehill. Fundamentals of Multinational Finance.


(Addison Wesley: 2003), hal 103

26
Pariwisata di wilayah perbatasan adalah bagian dari ragam wisata di

Indonesia. Pariwiterus berkembang dan menjadi daya tarik bagi investor asing

yang ingin menanamkan modalnya, khususnya di pulau Bintan. Nilai ekonomis

Bintan sebagai daerah yang kaya akan sumber daya alam dan lahan yang luas

menjadi nilai tambah yang dimanfaatkan oleh pihak investor untuk mengelola dan

melakukan pengembangan pariwisata.

Kawasan Wisata Lagoi Bintan adalah sebuah objek wisata bertaraf

internasional yang dihasilkan oleh kerjasama pemerintah Indoenesia dan

Singapura. Secara teknis pelaksanaan, kawasan wisata ini adalah kesepakatan

bersama di antara pemerintah daerah Kabupaten Bintan dan pihak investor dari

Singapura yaitu PT. Bintan Resorts Cakrawala yang diresmikan pada tahun 1996.

Namun kawasan wisata ini menuai pro dan kontra di antara masyarakat lokal dan

pemerintah dimana masyarakat memprotes dengan adanya restricted area di

dalam negara sendiri serta penggunaan mata uang asing yang ditetapkan sebagai

alat pembayaran yang utama di daerah tersebut. Menanggapi permasalahan ini,

tidak ada sanksi yang tegas dalam menindak pelaku usaha yang menetapkan mata

uang asing selama bertahun-tahun dikarenakan peraturan perundang-undangan

yang lemah. Selain itu adanya dilema yang dirasakan oleh pemerintah daerah

maupun pemerintah pusat dimana kawasan wisata Lagoi Bintan merupaka aset

penting dalam bidang pariwisata yang meningkatkan devisa negara serta

pendapatan daerah Bintan.

1.8 Metode Penelitian

27
Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

metode kualitatif dengan sifat deskriptif analitis yaitu dengan mengumpulkan,

menyusun, menginterpretasikan data yang ada, kemudian dilanjutkan dengan

meneliti dan menelaahnya secara lebih jelas lagi dari faktor-faktor yang

berhubungan dengan situasi, kondisi dan fenomena yang diselidiki.

Sementara teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan data dari berbagai literatur

berupa buku, jurnal dan internet yang sesuai dengan permasalahan yang ingin

dikemukakan oleh penulis.

1.9 Ruang Lingkup Penelitian

Peneliti merasa perlu untuk memberikan batasan waktu terhadap fenomena

atau permasalahan yang hendak diteliti pada penelitian ini. Batasan waktu sangat

perlu diperhatikan agar penelitian yang dilakukan menjadi lebih jelas dan lebih

terfokus. Adapun batasan waktu yang dimaksud adalah tahun 2009-2011 saja,

yaitu tahun dimana penggunaan mata uang dollar Singapura mulai meningkat di

kawasan wisata Lagoi Bintan seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan

asing yang berkunjung ke Pulau Bintan.

1.10 Sistematika Penulisan

Hasil penelitian yang dilakukan penulis dilaporkan dalam sistematika

penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

28
Pada bagian awal ini dipaparkan Latar Belakang Penelitian,

Perumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kerangka

Dasar Teoritis, Hipotesa dengan Variabel Independen dan Variabel

Dependen, Definisi Konsepsional, Definisi Operasional, Metode

dan Teknik Penelitian, Ruang Lingkup Penelitian dan Sistematika

Penulisan.

BAB II: GAMBARAN UMUM KAWASAN WISATA LAGOI BINTAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah dan profil pulau

Bintan, faktor-faktor pendukung pariwisata di Bintan, potensi

sumber daya alam (SDA) Bintan, kerjasama Bintan dan investor

Singapura, dan profil Kawasan Wisata Lagoi Bintan.

BAB III: PENGGUNAAN MATA UANG ASING DI WILAYAH

PERBATASAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai penggunaan mata uang

asing di wilayah perbatasan khususnya di Kawasan Wisata Lagoi

Bintan dan penggunaan dollar Singapura di Lagoi Bintan pada

tahun 2009-2011.

BAB IV: PENINGKATAN INCOME PEREKONOMIAN DOMESTIK

Pada bab ini akan dipaparkan peningkatan income perekonomian

domestik setelah meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara

29
terkait pariwisata sebagai pendorong laju pertumbuhan ekonomi di

Indonesia.

BAB V: PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan berdasarkan hasil analisis atau kajian

terhadap permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA :

BUKU :

Choi, Frederick D.S., Carol Ann Frost, dan Gary K. Meek, International

Accounting, Prentice Hall International Inc., 3rd edition, 1999

David K. Eiteman, Michael H. Moffett, Arthur I. Stonehill. Fundamentals of

Multinational Finance. (Addison Wesley: 2003)

Donald A. Ball, et al., International Business: Tantangan Persaingan Global,

edisi 9. (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2005)

Edgington, D.W., Fernandez, A. L. and Hoshino, C. (eds). New Regional

Development Paradigm. Vol. 2. London: Greenwood Press.

Jackson, Robert & Sorensen, Georg (1999) Introduction to International

Relations, Oxford University Press.

30
Jemadu, Aleksius. Politik Global dalam Teori dan Praktek. (Bandung: Graha

Ilmu, 2005).

Lubbers, R.F.M, General Introduction: The Globalization of Economy and

Society, December 30, 1996.

Masoed, Mohtar. Ekonomi-Politik Internasional dan Pembangunan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. 1994.

Ndraha, Taliziduhu. Metodologi Pemerintahan di Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.

1988.

Nimmo, Dan. 2006. Komunikasi Politik Khalayak dan Efek. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Nuechterlein, E. Donal, The Concept of National Interest : A Time for New

Approach. Orbis, Spring, 1979

Ohmae, K. 1995. The end of nations state: the rise of regional economics. New

York: Free Press.

Suwantoro, Gamal. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi Publisher. 2004.

Wu, C. T. 2001. Cross-Border Development in a Changing World: Redefining

Regional Development Policies. In Edgington, D.W., Fernandez, A. L.

and Hoshino, C. (eds). New Regional Development Paradigm. Vol. 2.

London: Greenwood Press.

JURNAL :

31
Arfani, Noer Riza. Globalisasi: Karakteristik dan Implikasi, dalam Ekonomi

Politik Digital Journal Al-Manr Edisi I/2004, diakses dari

http://mirror.unpad.ac.id/orari/library/cd-al-manaar-

digilib/bahan/8.%20EKONOMI%20POLITIK/1.%20Globalisasi

%20Karakteristik%20dan%20Implikasi.pdf pada tanggal 10 Maret 2014

pukul 19.38 WIB

Gunawan, Iwan. Pengelolaan Potensi Wilayah Perbatasan Indonesia-Singapura

Dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Perbatasan,

dalam Jurnal Online Westphalia, Vol.11, No.2 (Bandung: Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung)

Mahi, Raksaka. 2005. Peran Pendapatan Asli Daerah di Era Otonomi Daerah,

dalam Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol.6, No.1.

Samad, Raja Sofyam. Integrasi Nasional dan Pembangunan Politik di Daerah

Perbatasan: Kasus Daerah Riau Kepulauan, dalam Jurnal Ilmu Politik

(Jakarta: Gramedia, 1987)

Smit, A.J., The competitive advantage of nations: is Porters Diamond

Framework a new theory that explains the international competitiveness

of countries?, diakses dari

http://www.law.umn.edu/uploads/o5/xW/o5xWlcCGhL9D0rYaQVItNA/

wto-Hockett.pdf pada tanggal 18 Maret 2014 pukul 21.30 WIB

Soebagyo. Strategi Pengembangan Pariwisata di Indonesia, dalam Jurnal

Liquidity Vol.1, No.2 (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila,

2012)

32
Thaba, Abd. Asis. Pembangunan Politik Daerah Perbatasan: Studi Tentang

Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Daerah Tingkat II

Kepulauan Riau, dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Pekanbaru:

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, 1996)

INTERNET :

Bintan Mutiara Yang Terpendam, Haluan Kepri, diakses dari

http://www.haluankepri.com/fokus/17412-bintan-mutiara-yang-

terpendam.html, pada tanggal 05 Maret 2014 pukul 20.25 WIB

Penanaman Modal Asing di Indonesia, diakses dari www.Kemendagri.go.id

pada tanggal 10 Maret 2014 pukul 21.13 WIB

Pengertian Kawasan Perbatasan, diakses dari Puslit.Kemsos.go.id pada

tanggal 10 Maret 2014 pukul 20.55 WIB

Sejarah PT. Bintan Resorts Cakrawala, diakses dari www.Bintan-resort.com

pada tanggal 05 Maret 2014 pukul 20.00 WIB

Tabel Tingkat Kunjungan Wisatawan ke Pulau Bintan 2009-2011, diakses dari

Kepri.Bps.go.id/site/tabel pada tanggal 05 Maret 2014 pukul 19.38 WIB

Kadin-Indonesia. Waspada Daya Saing Nasional. Diakses dari www.Kadin-

Indonesia.or.id pada tanggal 01 Maret pukul 17.18 WIB

Meutia Hatta Swasono, Strategi Pembangunan dan Pengembangan Pariwisata

Menjelang AFTA 2003, diakses dari http://www.bappenas.go.id pada

tanggal 10 Maret 2014 pukul 20.58 WIB

33
Sandika, Delly. 2009. Hubungan Internasional: Travel dan Pariwisata. Diunduh

pada tanggal 01 Maret 2014 pukul 18.30 WIB

Tambunan, Tulus. Upaya-Upaya Meningkatkan Daya Saing Daerah. Diakses

dari www.Kadin-Indonesia.or.id pada tanggal 01 Maret 2014 pukul 18.45

WIB

34

Anda mungkin juga menyukai