Anda di halaman 1dari 10

Implementasi Kebijakan Pengembangan Wisata

di Kawasan Penyangga Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK)


Kabupaten Pandeglang - Banten

Oleh : Bambang Kurniawan

1. Latar Belakang Masalah


Indonesia, sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam (natural resources),
nampak nya harus terus melakukan breaktrough dalam upayanya mendapatkan
benefit dari comparative advantage yang dimilikinya ini. Berawal dari fakta bahwa
tidak semua negara dapat memiliki keuntungan yang dianugerahkan oleh Tuhan
Yang Maha Esa kepada Negara Indonesia berupa melimpahnya sumber daya alam,
flora, fauna, peninggalan sejarah keanekaragaman seni dan budaya ini semua
merupakan modal pembangunan di sektor kepariwisataan yang seharusnya dapat
memberikan efek ganda (multiplier effect) bagi tumbuhnya kesejahteraan
masyarakat Indonesia.
Berkembang pesatnya dunia digital informasi dan usaha ekonomi kreatif sebagai
salah satu turunan bisnisnya dalam kurun waktu 1 dasawarsa kebelakang ini turut
memberikan kontribusi bagi pengembangan sektor pembangunan pariwisata di
Indonesia. Gerakan Nasional Pesona Indonesia atau yang disingkat GENPI, adalah
salah satu bentuk kepedulian anak-anak muda Lombok ( pada saat itu masih
bernama WLS = Woderful Lombok Sumbawa) yang memiliki hobi travelling, hiking
dan photography kemudian mencoba untuk mempromosikan wisata di daerahnya
masing-masing melalui media sosial (IG, Facebook, twitter, dll). GENPI pertama kali
dibentuk di Lembang Jawa Barat di fasilitasi oleh Kementerian Pariwisata pada
tanggal 06 Agustus 2016. Kemudian terus terbentuk di Provinsi DI Aceh, Provinsi
NTB-Lombok, Provinsi Sumatera Barat dan seterusnya, sampai saat ini GENPI sudah
terbentuk di 34 Provinsi di Indonesia. Selain GENPI, saat ini gerakan nasional
masyarakat peduli kepada pemasyarakatan pariwisata dan industri kreatif lainnya
juga muncul seperti GEKRAF’s (Gerakan Kreatif Nasional), organisasi ini berdiri pada
tranggal 22 Januari 2019, lalu ada Exciting Banten yang dilaunching pada tanggal 11
Desemvber 2014 di Serang Banten, Organisasi-organisasi serupa juga tumbuh cukup
massif di beberapa daerah di Indonesia, sebagai wujud kepedulian dan

Page 1 of 10
kebertanggungjawaban mereka dalam meningkatkan dan mengembangkan
kreatifitas yang menunjang tumbuhnya sektor pariwisata di Indonesia, khususnya
yang berbasis pada masyarakat.
Salah satu indikator keberhasilan dari program dan kebijakan pengembangan wisata
adalah dengan mengukur tingkat kunjungan wisatawan ke destinasi wisata tersebut.
Menurut data statistik yang didapat, kunjungan wisatawan mancanegara di
Indonesia dari tahun 2018 sampai tahun 2019 mengalami kenaikan. Pada tahun 2018
Kunjungan Wisatawan Mancanegara berjumlah 15.810.305 orang, sementara pada
tahun 2019 berjumlah 16.106.954 wisatawan (bps.go.id;2020), atau mengalami
kenaikan sekitar 1.9 %.
Wisatawan mancanegara (wisman) sendiri memiliki pengertian adalah setiap
orang/pengunjung yang melakukan kegiatan perjalanan dan dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam
jangka waktu sementara (Pasal 1 UU No 10 tahun 1990 ttg Pariwisata). Berikut 10 besar
Wisatawan Mancanegara yang berkunjung ke Indonesia selama tahun 2018-2019
berdasarkan negara asal.
Tabel 1
Kunjungan Wisatawan Mancanegara Ke Indonesia Tahun 2018 dan 2019

N Jumlah
Negara
o 2018 2019
1 Malaysia 2 503 344 2.980.753
2 Tiongkok 2 139 161 2.072.079
3 Singapura 1 768 744 1.934.445
4 Australia 1 301 478 1.386.803
5 Timor Leste 1 762 422 1.178.381
6 India 595 636 657.300
7 Jepang 530 573 519.623
8 Amerika Serikat 387 856 457.832
9 Inggris 392 112 397 624
10 Korea Selatan 358 885 388.316

Sumber : bps.go.id 2020

Page 2 of 10
Dari jumlah tersebut dapat kita pilah jumlah wisatawan mancanegara yang
berkunjung ke Provinsi Banten pada tahun 2018 berjumlah 252.663 orang dan Pada
tahun 2019 berjumlah 308.044 orang. Sedangkan Wisatawan Domestik pada tahun
2018 berjumlah 16.656.370 orang dan pada tahun 2019 berjumlah 21.364.248
orang. Sehingga Jumlah total Wisatawan (domestic dan mancanegara) yang
berkunjung ke Banten berjumlah 16.909.033 untuk tahun 2018 dan untuk tahun
2019 berjumlah 21.672.292 orang. Orang atau mengalami kenaikan sebesar
28.17 %.
Banyaknya jumlah wisatawan ini berdampak pada tingkat hunian/occupancy Hotel,
tingkat kunjungan dan spending money wisatawan pada restoran-restorant, objek-
objek wisata yang dikunjungi dan juga berdampak secara langsung pada tumbuhnya
sector-sektor ekonomi di masyarakat. Beberapa pusat wisata menjadi “hidup” dan
bergerak seiring dengan tumbuhnya tingkat kesejahetraan masyarakat sekitar
wilayah destinasi wisata, terutama di sektor ekonomi menengah seperti UMKM
(Usaha Mikro Kecil Menengah). Akan tetapi di masa Pandemic Covid 19 yang mulai
masuk ke Indonesia di awal Maret 2020 telah memberikan dampak yang cukup
signifikan bagi pertumbuhan dan perkembangan dunia pariwisata, tidak hanya di
Indonesia akan tetapi juga memukul dunia kepariwisataan di seluruh dunia.
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sampai kepada Kebijakan Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang mulai efektif berlaku di
tanggal 3 Juli s.d. 20 Juli 2021 ini jelas membuat sektor wisata semakin mengalami
penurunan aktivitasnya secara drastis. Sehingga perlu ada langkah kebijakan
strategis yang bisa dilakukan oleh pemerintah sambil juga pelaku di sektor wisata ini
melakukan pembenahan dan persiapan-persiapan memasuki era normal baru di
pasca Pandemic Covid 19 ini.
Salah satu Destinasi Wisata di Provinsi Banten yang memiliki keunikan tinggi adalah
di Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang terletak di Kabupaten
Pandeglang Banten. Daerah ini merupakan area yang memiliki sumber daya alam
yang sangat indah dan menarik, di topang oleh daya dukung alamnya yang sangat
mempesona membuat kawasan ini dapat dengan cepat tumbuh sebagai destinasi
wisata. Selain juga dikarenakan Kawasan ini menjadi Kawasan Taman Nasional yang

Page 3 of 10
dilindungi oleh Dunia berdasarkan keputusan UNESCO (United Nations Educational,
Scientific and Cultural Organization) sebagai Natural World Heritage Site (Situs
Warisan Alam Dunia) dengan Surat Keputusan Nomor: SC/Eco/5867.2.409 Tanggal 1
Februari 1992. Pemerintah Kabupaten Pandeglang pun telah menetapkan kawasan
disekitar TNUK ini dengan sebutan sebagai Daerah Penyangga TNUK, berdasarkan
Perda No. 2 tahun 2013 tentang Pengelolaan Daerah Penyangga Taman Nasional
Ujung Kulon.
Akan tetapi sangatlah disayangkan, berdasarkan hasil observasi awal terlihat
aksesibilitas menuju lokasi Desa Taman Jaya misalnya, kondisi jalannya tidak cukup
baik untuk dilalui kendaraan roda 4. Untuk Jarak tempuh dari Kecamatan Sumur
menuju Desa Taman Jaya yang berjarak 12 km harus ditempuh selama kurang lebih 1
Jam 15 menit (Juni 2021). Kondisi ini sangatlah mempengaruhi tingkat kunjungan
wisatawan menuju Desa Tamanjaya, yang dikenal sebagai Desa Pintu Gerbangnya
Kawasan Wisata Penyangga Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), belum lagi dampak
dari pemberlakuan PPKM Mikro dan Darurat yang saat ini tengah dilaksanakan.
Daerah Penyangga TNUK adalah wilayah yang berada di luar kawasan TNUK dan
ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah No. 2 tahun 2013 tentang Pengelolaan
Daerah Penyangga Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).
Desa Taman Jaya juga merupakan salah satu desa penyangga di Kawasan TNUK yang
memiliki posisi strategis secara geografis baik sebagai kawasan yang berbatasan
langsung dengan TNUK, maupun sebagai gerbang penerimaan para wisatawan yang
akan melakukan kegiatan ekowisatanya. Desa Taman Jaya menurut peraturan
daerah tersebut diharuskan memiliki kemampuan untuk dapat menjaga keutuhan
TNUK termasuk ekosistem yang dimilikinya baik dari aspek kesadaran masyarakat
akan pentingnya memelihara dan melestarikan Kawasan TNUK juga dari kemampuan
desa dan masyarakatnya dalam membatasi gerak wisatawan yang sedang melakukan
kegiatan wisata alam (ecowisata), tujuannya adalah agar tidak mengganggu habitat
dan ekosistem flora dan fauna di TNUK.

2. Rumusan Masalah
Dengan berlandaskan pada keadaan eksisting di lapangan mengenai situasi dan
kondisi keadaan destinasi wisata di kawasan penyangga Taman Nasional Ujung Kulon

Page 4 of 10
dan juga melihat dampak langsung dari pemberlakuan PPKM Darurat pada
kehidupan sosial masyarakat di beberapa desa yang menjadi desa penyangga
Kawasan penyangga TNUK maka perlu dilakukan sebuah kajian strategis mengenai
kebijakan pengembangan wisata yang dapat dilakukan. Dalam kondisi seperti
apapun, kehidupan dan kesejahteraan masyarakat adalah merupakan tanggung
jawab pemerintah sebagai manifestasi atau perwujudan dari entitas sebuah negara.
Berangkat dari situasi seperti ini nampaknya pemerintah perlu melakukan upaya-
upaya serius yang dapat mendorong tumbuh kembangnya lagi sektor pariwisata
khususnya yang berada di daerah penyangga Kawasan TNUK. Apalagi TNUK sudah
ditetapkan sebagai the seven wonder dalam destinasi wisata yang dicanangkan oleh
Pemerintah Provinsi Banten, dan sudah terlanjur dipasarkan sejak Maret 2017 silam,
dan sudah cukup mendapatkan simpati dari tingkat Nasional bahkan sampai dunia
internasional. Dengan kata lain pemerintah (baik pusat maupun daerah) harus
memiliki daya agile yang tinggi (terutama dalam menghasilkan kebijakan-kebijakan)
ketika menghadapi sikon yang berubah lebih cepat, volatile dan seringkali juga
unpredictable.
Berdasarkan Rumusan masalah tersebut di atas, maka yang menjadi topik masalah
penelitian ini adalah :
“Bagaimana Implementasi Kebijakan Pengembangan Wisata di Kawasan Penyangga
Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dapat dilakukan? khususnya dalam menghadapi
penyesuaian kebijakan program wisata di era new normal.”

3. Kerangka Teori
Dalam kajian atau riset ini akan dikemukakan beberapa Grand Theory yang
digunakan sebagai alat bantu (tools) bagi percepatan proses penyusunan dan
pemecahan masalah yang sudah diajukan dalam rumusan masalah diatas, diantara
teori tersebut adalah Teori Pertama yakni tentang Teori Dynamic Government dari
Neo & Chen, 2007 menyebutkan bahwa “dynamic, cut across many decisions,
involve the need for continuous learning, and rest on effective and rapid
implementation (Porter, dalam Neo & Chen, 2007, p. viii), hal ini menandakan bahwa
Kompleksitas permasalahan yang dihadapi oleh setiap pemerintahan dari berbagai
negara dewasa ini sangatlah dinamis dan membutuhkan pendekatan tersendiri yang

Page 5 of 10
disesuaikan dengan potensi sumber daya (alam, non alam, dan manusia) dan
kemampuan pemerintah dalam merumuskan kebjakan-kebijakan stretagis. Untuk
dapat mendukung analisis tersebut dibutuhkan creative thinking dan critical
thinking, dalam menghadapi kondisi berkembangnya permasalahan di lapangan.
Mengidentifikasikan bahwa good government dan good policies saja tidak cukup
akan tetapi harus juga dibarengi oleh kemampuan pemerintah dalam mengelola
sumberdaya-sumber daya lainnya. (Mudiyati, R: 2019).
Sebagai Teori Kedua, kemudian peneliti juga menggunakan teori Administrasi Publik
dari John.M.Pfiffner tentang keterkaitan antara administrasi public dan kebijakan
public dalam konteks The New Public Administration sebagai sebuah bentuk
bermetamorfosisnya ilmu administrasi publik dari waktu ke waktu guna menjawab
tantangan zaman. Merujuk kepada pendapat Pfiffner bahwa administrasi publik
dapat dirumuskan sebagai koordinasi dari usaha-usaha individu dan kelompok untuk
melaksanakan kebijakan publik (Thoha, 1992:68), maka upaya melihat bagaimana
kebijakan publik dalam pengembangan wisata di kawasan penyangga Taman
Nasional Ujung Kulon (TNUK) terutama memasuki era new normal pasca pandemic
covid19 menjadi kajian menarik yang harus dilakukan. Topik masalah ini juga
menyangkut seberapa jauh pihak pemerintah dalam hal ini Pemerintah Pusat,
Pemerintah Provinsi Banten dan Pemerintah Kabupaten Pandeglang mampu
bersinergi dalam upayanya mengembangkan destinasi wisata di Kawasan sekitar
TNUK juga menjadi penting, termasuk didalamnya adalah keterlibatan Organisasi
Masyarakat dan organisasi atau individu pemerhati lainnya. Hal ini mengingat
Kawasan Cagar Dunia TNUK haruslah tetap dilestarikan dan dijaga keberlanjutannya
secara sinergis dan kolaboratif, terutama dengan aktivitas penduduk yang
berbatasan langsung dengan Kawasan TNUK.
Asumsi yang berkembang adalah kesejahteraan masyarakat di Kawasan sekitar TNUK
haruslah menjadi perhatian utama dari pemerintah, disamping juga faktor
pendidikan dan pengetahuan masyarakatnya yang harus di tingkatkan terutama
dalam pemahaman mengenai kelestarian TNUK. Jika saja 2 hal mendasar ini
terpenuhi maka “infiltrasi” masyarakat sekitar bahkan para wisatawan terhadap
kelangsungan dan kelestarian TNUK dapat terjaga. Oleh sebab itu Public Policy
sebagai salah satu dimensi dari Administrasi Publik harus mampu merumuskan

Page 6 of 10
kebijakan, merencanakan, melaksanakan dan mengawasi kebijakan itu sendiri untuk
dapat memastikan terpenuhinya kesejahteraan masyarakat. (Kartasasmita, 1996:24).

Teori ketiga yang akan digunakan dalam melakukan kajian ini adalah mengenai
Implementasi kebijakan. Sebagai salah satu bagian dari sebuah proses kebijakan
public, maka implementasi kebijakan memiliki peran sangat penting terutama dalam
kaitannya dengan pemecahan masalah dan sekaligus menjawab berbagai pertanyaan
mendasar mengenai isu atau topik masalah yang sedang di bahas. Implementasi
kebijakan ini sangatlah erat terkait dengan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah. Implementasi Kebijakan juga tentunya memiliki berbagai macam
persyaratan jika ingin mendapatkan hasil sesuai dengan yang telah direncanakan.
Dalam kesempatan lain Implementasi Kebijakan juga tidak terlepas dari adanya
penyimpangan atau bias di lapangan. Edward III ( 1980) mengemukakan
pandangannya bahwa untuk berhasilnya sebuah kebijakan diimplementasikan, maka
terdapat 4 faktor kritis yang harus diperhatikan, yaitu : Faktor Komunikasi, Faktor
Sumber daya, Faktor Disposisi, dan Faktor Struktur Kinerja Birokrasi. Keempat aspek
ini yang nanti akan dilakukan elaborasinya saat akan melakukan riset tentang
Pengembangan Wisata di Kawasan Penyangga TNUK Kabupaten Pandeglang.
Ditambah dengan komponen teori pendukung lainnya seperti teori tentang
pengembangan masyarakat (community development) dan Teori Administrasi
Pembangunan.
Berikut akan disampaikan kerangka pemikiran yang dapat mewakili gagasan peneliti
dalam proses pelaksanaan penelitian dilapangan nantinya.

Page 7 of 10
Peraturan-peraturan
sebagai sebuah Output
Kebijakan

Implementasi Kebijakan
Pengembangan Wisata di
Kawasan Penyangga TNUK

Implementation Gap

Kondisi eksisting Pandemic Destinasi Wisata dengan 5


Pengembangan Wisata COVID-19 Unsur Utama dan
yang belum optimal (Topik Pengembangan Wisata
Masalah) Berbasis Masyarakat

TEORI-TEORI Utama
dan Pendukung

Proses HASIL
Penelitian PENELITIAN

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran

4. Metodologi
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dengan Metode Kualitatif,
mengapa menggunakan pendekatan/metode kualitatif dikarenakan peneliti ingin

Page 8 of 10
menggali permasalahan/tema masalah riset secara lebih mendalam baik dari sisi
konten isu maupun dari aspek implementasi kebijakan pengembangan wisata di
kawasan penyangga Taman Nasional Ujung Kulon. Sebagai sumber data primer
dalam penelitian ini akan diambil dari warga masyarakat yang tinggal di desa Taman
Jaya, Desa Ujung Jaya dan Desa Tunggal Jaya. Selain juga akan didapati sumber data
dari pihak Aparatur Desa, Aparatur Kecamatan Sumur, Dinas Pariwisata Kabupaten
Pandeglang, Dinas Pariwisata Provinsi Banten, Balai Besar TNUK Kementerian
Kehutan dan LH, dan Para pelaku Usaha Wisata yang ada di daerah penyangga
Kawasan TNUK tersebut.
Teknik Pengumpulan Data dilakukan secara Observasi langsung (direct observation),
wawancara mendalam dengan para key infroman (Indepth Interview) dan studi
literasi (penelusuran ejurnal, ebook dan juga hasil penelitian serupa sebelumnya).
Kemudian pengumpulan dan analisis data dilakukan secara simultan dan terukur
dimana saat data dan informasi dikumpulkan juga bisa secara langsung dilakukan
analisi datanya. Seperti dikemukakan oleh Creswell (1994:153), “ data analysis as an
activity simultaneously with data collection, data interpretation and narrative
reporting writing.” Untuk mendapatkan data yang akurat juga akan dilakukan teknik
triangulasi terhadap data-data yang ada, sehingga penarikan kesimpulan akan
semakin focus dan terarah, sesuai tujuan dilakukannya riset ini.

Daftar Pustaka :
A. Internet :
1. https://www.bps.go.id/indicator/16/1821/1/jumlah-kunjungan-wisatawan-
mancanegara-ke-indonesia-menurut-kebangsaan.html
2. https://ejournal.fisip.unjani.ac.id/index.php/jurnal-academia-
praja/article/view/116

B. Buku dan Ebook


3. Chen and Neon., 2007 Dynamic governance : embedding culture, capabilities and
change in Singapore / by Neo Boon Siong & Geraldine Chen; World Scientific
Publishing Co. Pte. Ltd-Singapore, 2007
4. Edward III, George C. 1980. Implementing Public Policy. Washington DC:
Congressional Quarterly Press

Page 9 of 10
5. Grindle, Merilee S., 1980, Policy Content and context in Implementation, in the third
world. New Jersey: Princeton University Press.
6. I Putu Anom dan I Gusti Agung Oka, 2019: Hand Book Ilmu Pariwisata; Karakter dan
Proses, Prenada Media Group Press.
7. Pfiffner, John M, 1946, Public Administration, New York, The Ronal Press Company
8. Mudiyati Rahmatunissa, 2019; Jurnal Academia Praja, FISIP Unjani, Dialektika Konsep
Dynamic Government: Universitas Jenderal Ahmad Yani (UNJANI), Vol 2 No.02 tahun
2019
9. Moleong J. Lexy, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya Bandung
10. Walter Fernandes dan Rajesh Tandon., 1993 : Riset Partisipatoris Riset Pembebasan
(Participatory Research and Evaluation)., PT Gramedia Pustaka Utama

C. Peraturan-peraturan
11. UU No. 10 tahun 2009 tentang KEPARIWISATAAN
12. Perda No. 06 tahun 2009 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Provinsi Banten (RIPPDA) 2018 – 2025
13. Perda No 02 tahun 2013 tentang Pengelolaan Daerah Penyangga Taman Nasional
Ujung Kulon (TNUK).

Tangerang, 03 Juli 2021


Terima Kasih

Page 10 of 10

Anda mungkin juga menyukai