Anda di halaman 1dari 9

TEORI AKUNTANSI KEUANGAN

PERTEMUAN KE- 2
RISET DAN TEORI AKUNTANSI

OLEH:

Kelompok 3:

Putu Ayu Anggya Agustina (1781611016)

A. A. Sg. Ary Nur Arista (1781611018)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017

0
RISET DAN TEORI AKUNTANSI

1. METODE SAINTIFIK DAN RISET AKUNTANSI

Kehadiran suatu teori memberikan manfaat dalam kehidupan. Hal ini dikarenakan
teori dapat menjelaskan hubungan ataupun memprediksi fenomena. Teori ini terbentuk dari
sekumpulan dasar pikiran yang biasa disebut asumsi atau dalil. Pembentukkan dasar pikiran
asumsi ini harus jelas ketika dibangun, sehingga dapat diuji dengan kesimpulan statistik yang
biasa disebut hipotesis. Hasil dari pembentukkan dasar pikiran dalam sebuah teori akan
melahirkan sekelompok konklusi atau kesimpulan yang berasal dari premis. Kemudian
kesimpulan ini dapat dibagi menjadi dua jenis penalaran logis, yaitu deduksi maupun induksi.

1.1. Penalaran Deduksi dan Induksi


Perbandingan dua jenis penalaran tersebut dapat dilihat dari penyajian Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1 Jenis Penalaran Logis pada Kesimpulan


Penalaran Deduksi Penalaran Induksi
Bergerak dari hal umum ke khusus Bergerak dari hal khusus ke umum
Aksioma-aksioma yang formalisasikan Memeriksa data sampel untuk menarik
mungkin digunakan untuk menurunkan simpulan tentang populasi
berbagai autran akuntansi
Limited used to-date More frequently used to-date

Berdasarkan penjelasan dari penyajian tabel tersebut, penalaran deduktif dan induktif
dapat dicontohkan sebagai berikut:
1) Contoh penalaran deduktif
Pernyataan 1 : Akuntansi sektor publik adalah sistem akuntansi yang dipakai oleh
lembaga-lembaga publik sebagai salah satu pertanggungjawaban
kepada publik.
Pernyataan 2 : Sekarang terdapat perhatian yang semakin besar terhadap praktek
akuntansi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga publik, baik akuntansi
sektor pemerintahan maupun lembaga publik non-pemerintah.
Kesimpuan 1 : Lembaga publik mendapat tuntutan dari masyarakat untuk dikelola
secara akuntabel, transparan, dan bertanggungjawab.

2) Contoh penalaran induktif (Rahmanurrasjid, 2008)

1
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor Nomor 53 Tahun 2004
tersebut memberikan kejelasan terhadap bentuk partisipasi masyarakat dalam proses
kebijakan publik, yakni melalui orang pribadi, organisasi sosial, LSM, Media massa, maupun
lembaga publik. Sedangkan untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan publik
dilakukan konsultasi dengan stakeholder dan melakukan mediasai antar pihak yang
bermasalah, maka atas inisiatif masyarakat dan prakarsa masyarakat dapat dibentuk Komisi
Patisipasi masyarakat. Sebagai konsekuensi atas perda, apabila lembaga publik tidak
melaksanakan ketentuan Perda Nomor 53 Tahun 2004 tersebut maka dapat dikenakan sanksi
adminsitratif sesuai ketentuan yang berlaku. Perda ini mempunyai jangka waktu peninjauan
kembali terhadap kebijakan publik yaitu paling lama 90 (sembilan puluh) hari kalender.

1.2. Riset Akuntansi Positif


Hasil riset diawal menyatakan bahwa penelitian induktif mengabaikan mengapa
akuntansi alternatif tertentu dipilih sedangkan riset akuntansi positif memfokuskan pada
pemahaman mengapa akuntansi alternatif dipilih, mendeskripsikan what is, tidak berkata
apa yang seharusnya

1.3. Teori Normatif dan Deskriptif


Teori lainnya dapat juga diklassifikasikan menjadi normatif dan deskriptif (Wolk, 2001).
a. Teori Normatif
Teori Normatif (preskriptif) menjelaskan bagaimana suatu hal seharusnya (how they
are should be), dan bukan bagaimana mereka sebenarnya (not how they are). Sistem deduktif
pada umumnya normatif. Teori normatif menggunakan nilai pertimbangan; terkandung
minimal satu premis didalamnya. Sebagai contoh, pelaporan akuntansi harus diukur
berdasarkan pada nilai bersih asset yang menunjukan sebuah sistem normatif.
b. Teori Deskriptif
Teori Deskriptif menceritakan bagaimana suatu hal (tell us how things are), dan bukan
bagaimana seharusnya mereka (not how they should be). Sistem Induktif pada umumnya
deskriptif. Riset induktif mempunyai model yang berbeda dalam akuntansi, sehingga dapat
membantu menerangkan hubungan dan fenomena yang sedang berlangsung pada lingkungan
bisnis. Sebagai contoh, pada proses pengambilan kebijakan, metode deduktif membantu
memutuskan aturan yang telah ditentukan karena metode induktif dan deduktif dapat
digunakan bersama dan bukan metode yang saling eksklusif meskipun tidak mungkin
menjaga riset induktif agar menjadi bebas nilai (value-free).

2
1.4. Teori Global dan Partikular
Lebih mendalam didefinisikan perbedaan antara sistem deduktif dan induktif adalah
sistem deduktif terkadang bersifat global (makro) dalam isinya, sedangkan induktif biasanya
merupakan particular (mikro). Teori ini menjelaskan bahwa premis sistem deduktif adalah
jumlah secara totalannya dan kesimpulan harus merupakan bagian dari semuanya. Sedangkan
sistem induktif, karena menjelaskan kenyataan mengenai hubungan yang sebenarnya,
terfokus hanya pada lingkup kecil dari lingkungan yang relevan.

2. APAKAH AKUNTANSI MERUPAKAN SUATU SAIN ATAU SUATU SENI


Semakin banyak literatur-literatur akuntansi yang sudah dilahirkan, maka semakin
banyak juga pertanyaan penulis terkait dengan apakah akuntansi merupakan sebuah ilmu
(sains) atau seni. Beberapa penulis menyatakan bahwa akuntansi merupakan suatu ilmu,
sedangkan yang lainnya menyatakan akuntansi sebagai bagian dari sebuah seni. Namun
kedua penulis tersebut tidak menyatakan kriteria nyata sebagai pertimbangan.
Lahirnya literatur atau artikel ini, membuat salah satu penulis yaitu Sterling yang
berusaha mengklarifikasi akuntansi sebagai ilmu. Beliau menunjukan bahwa seni sangat
bergantung pada interpretasi dari praktisi. Sdedangkan beliau percaya bahwa akuntansi
menampilkan praktek yang jauh dari seni, karena akuntan adalah untuk memecahkan
masalah. Sebagai contoh, depresiasi. Jika dapat menentukan metode depresiasi, umur aktiva,
dan nilai sisa yang dimiliki oleh suatu asset, maka depreseasi dapat diukur secara objektif.
Penilaian tidak dapat dinyatakan secara objektif apabila tidak disajikan sesuai dengan aturan
yang berlaku.
Penulis lainnya yang berpendapat bahwa akuntansi adalah seni atau keahlian
menyarankan agar keahlian akuntansi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pedagang
yang baik harus diajarkan dan memerlukan adanya pendekatan legalistik terhadap
akuntansi. Para pendukung akuntansi adalah ilmu yang sebaliknya menyarankan agar
mengajarkan model pengukuran akuntansi untuk dapat memberikan pandangan yang lebih
konseptual mengenai apa yang terkait dalam akuntansi akrual konvensional dalam memenuhi
sasaran umum guna melayani kebutuhan para penggunanya.
Sesuai dengan pendapat Sterling, akuntansi memiliki potensi sebagai ilmu, namun
secara garis besar akuntansi itu sendiri kurang lebih tergantung pada pengendalian elemen
manusia daripada fenomena yang diukur dari ilmu alam. Konsekuensinya, diharapkan
akuntansi sebagai ekonomi dan ilmu sosial lainnya, dapat memberikan sedikit ketepatan
dalam pengukuran dan memprediksi daripada ilmu alam. Argumen ini sesuai dengan

3
pandangan yang dikenal luas saat ini bahwa akuntansi adalah suatu ilmu sosial yang lengkap.
Argumentasi ini dijabarkan dengan sangat tepat oleh Mautz sebagai berikut (Belkaoui, 2006):
Akuntansi berhubungan dengan perusahaan, yang tentunya merupakan kelompok sosial;
akuntansi berkepentingan dalam transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian ekonomi lainnya
yang memiliki konsekuensi dan mempunyai dampak atas hubungan sosial; akuntansi
menghasilkan pengetahuan yang berguna dan berarti bagi orang-orang yang terlibat dalam
aktivitas-aktivitas yang memiliki implikasi sosial; akuntansi pada hakikatnya bersifat mental.
Menurut dasar pedoman-pedoman yang ada, akuntansi adalah suatu ilmu sosial.

Pandangan terhadap akuntansi sebagai suatu ilmu sosial telah meresap ke dalam
lingkungan akademik dan riset mengenai akuntansi, menimbulkan terjadinya perpecahan
dalam bidang profesi ini. Terdapat cukup banyak bukti yang menunjukkan telah terjadi
perpecahan. Hal ini dibuktikan oleh respons yang diberikan terhadap survey AICPA atas para
anggota institusi di bidang pendidikan berikut ini:

1. Masalah terpenting yang dihadapi oleh CPA dalam bidang pendidikan adalah adanya
kenyataan bahwa bidang akademi telah terpisah terlalu jauh dari profesi akuntansi.
2. Riset akuntansi yang saat ini kebanyakan dijalankan tidak relevan sama sekali dengan
akuntansi di dunia nyata.
3. Para pengajar seringkali kurang berinteraksi dengan para praktisi.

3. ARAH RISET AKUNTANSI


Pendekatan-pendekatan berikut mewakili perubahan yang signifikan melampaui riset
normatif murni pada generasi yang lalu (Belkaoui, 2006).

3.1 Pendekatan Model-Keputusan (The Decision-Model Approach)


Model ini menyatakan informasi apa yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan.
Dari sudut pandang ini laporan keuangan didasarkan pada nilai masuk (entry value), nilai
keluar (exit value), dan kualifikasi diskon aliran kas (discounted cash flows) yang memenuhi
syarat berkemungkinan mempunyai manfaat. Pendekatan ini tidak menyatakan informasi
yang diinginkan pengguna melainkan lebih berkonsentrasi pada informasi yang dibutuhkan
dalam pengambilan keputusan tertentu. Orientasi dapat mencakup normatif dan deduktif.
Premis yang mendasari riset ini adalah pembuat keputusan yang perlu diingat adalah
bagaimana menggunakan informasi jika riset tidak familiar dengan informasi tersebut.

3.2. Riset Pasar Modal (Capital Market Research)

4
Riset pada pasar modal menjelaskan bahwa hasil yang signifikan dari penelitian
empiris (induktif) menunjukan bahwa harga saham yang diperdagangkan bebas bereaksi
dengan cepat dalam kondisi yang tidak biasa terhadap informasi yang baru. Hal ini
disebebkan karena harga pasar diasumsikan dapat merefleksikan secara utuh semua informasi
yang tersedia untuk publik. Proposisi ini secara prinsip dari disiplin keuangan diketahui
sebagai efficient market hypothesis atau hipotesis pasar efisien. Ketika informasi secara cepat
direfleksikan dalam harga sekuritas, maka ada permintaan untuk meningkatkan
pengungkapan akuntansi.

3.3. Riset Keperilakuan (Behavioral Research)


Riset keperilakuan adalah cakupan penting lainnya dari penyelidikan. Konsentrasi
utama dalam penelitian perilaku adalah bagaimana pengguna informasi akuntansi membuat
keputusan dan informasi apa mereka yang mereka perlukan. Pendekatan yang digunakan
adalah deskriptif, sedangkan pendekatan decision model adalah normatif. Riset lain
menemukan adanya tendensi untuk menggunakan laporan keuangan yang dipublikasikan
untuk tujuan pengambilan keputusan manajerial. Sebagai contoh, McIntyre yang berusaha
untuk mencari apakah informasi biaya pengganti lebih berguna daripada informasi biaya
historis dalam mengevaluasi nilai sebenarnya tingkat pengembalian tahunan (Wolk, 2001).
Tingkat pengembalian tahunan yang sebenarnya dirumuskan sebagai berikut:

r=

dimana:
n = lama periode penyimpanan dalam tahun
D = deviden yang diterima selama periode peyimpanan
M = nilai pasar dari saham pada saat awal periode penyimpanan
M = perubahan nilai pasar saham selama periode penyimpanan.

Meskipun terdapat kualifikasi yang cukup, McIntyre gagal menunjukan keuntungan


kepada pengguna biaya pengganti pada laporan keuangan. Sementara riset perilaku masih
pada tahap dini, terdapat beberapa hal yang menarik ditemukan. Banyak penelitian yang
menunjukan ketidakcocokan antara model keputusan normatif dan proses keputusan yang
sebenarnya dari pengguna. Sementara penelitian perilaku merupakan pendekatan deskriptif
dan positif, sangat mudah beralih pada kesimpulan normatif bahwa penggunaan data
akuntansi untuk tujuan pengambilan keputusan dapat diperbaiki.

5
3.4 Teori Agensi (Agency Theory sering disebut Contracting Theory)
Teori keagenan sekarang merupakan sebuah topik penting dalam riset akuntansi saat
ini. Teori keagenan mempelajari deduktif atau induktif walaupun akar teori keagenan pada
keuangan dan ekonomi lebih dari psikologi dan sosiologi, sebagai contoh pemeriksaan
laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat oleh manajemen yang
menunjukan kondisi perusahaan tersebut. Manajemen mempunyai tujuan untuk mengelola
perusahaannya sebaik mungkin untuk meningkatkan pendapatan dan meingkatkan bonus.
Sedangkan di satu sisi, para pemilik juga menginginkan hasil yang terbaik dari perusahaan
yang mereka miliki. Hal ini membuat pemilik perusahaan mendatangkan tim pemeriksa
eksternal untuk memeriksa apakah laporan keuangan yang dibuat manajemen telah sesuai
dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Kesenjangan tujuan antara manajemen dan
pemilik inilah yang dinamakan teori keagenan.
Asumsi yang mendasari adalah reaksi individu pada saat terjadi konflik antara
kepentingannya dengan kepentingan perusahaan. Asumsi lain yang penting dari teori ini
adalah titik persimpangan antara banyak tipe kontrak di antara manajemen, pemilik, kreditur
dan pemerintah. Hasilnya teori keagenan memperhatikan variasi cost dari hubungan
pemantauan dan pelaksanaan di antara kelompok yang beragam.
Pada teori ini, individu bertindak sesuai dengan kepentingan terbaik bagi mereka,
perusahaan merupakan titik pertemuan (intersection) berbagai tipe hubungan kontraktual
antara manajemen, pemilik, kreditur, dan pemerintah. Berkaitan dengan biaya pengawasan
dan penguatan hubungan antara berbagai kelompok riset informasi ekonomi, memfokuskan
pada biaya untuk menghasilkan informasi akuntansi.

3.5. Informasi Ekonomi


Akuntan menjadi meningkat kesadarannya terhadap cost dan benefit dalam
menghasilkan informasi akuntansi. Hal ini menyebabkan penelitian baru dalam akuntansi
yaitu informasi ekonomi. Penelitian informasi ekonomi selalu merupakan analitikal atau
deduktif. Informasi ekonomi mutakhir termasuk asumsi teori keagenan dan analisa situasi
dalam analisanya. Hal ini karena pembagian resiko antara prinsip dan agen adalah koneksi
dekat dengan isu apakah keduanya memiliki informasi yang penuh atau apakah akan terjadi
informasi yang timpang pada saat salah satu terpisah (biasanya agen) memiliki informasi
yang lebih banyak dari yang lain. Tujuan dari analisa teori informasi adalah menentukan
bagaimana rancangan kontrak dioptimalkan untuk menegosiasikan insentif dan pembagian

6
resiko. Riset juga memperlihatkan pentingnya fungsi pelayanan akuntansi (menilai kinerja
manajemen relatif penting untuk menentukan insentif dan reward manajemen).

3.6. Riset Critical Accounting


Critical Accounting merupakan cabang dari teori akuntansi yang memandang
akuntansi memiliki peran sebagai poros dalam mengendalikan konflik antara perusahaan dan
konstituen sosial seperti buruh, konsumen dan masyarakat umum. Critical Accounting
penggabungan dari dua bidang akuntansi yang dikembangkan tahun 1960, yaitu akuntansi
sektor publik dan akuntansi sosial. Akuntansi sektor publik memfokuskan pada pekerjaan
pro bono (gratis) pajak dan konsultasi keuangan untuk kelompok, individu, dan usaha
kecil yang tidak mampu membayar untuk layanan ini. untuk mengukur dan mengalokasikan
biaya eksternal seperti polusi ke dalam laporan pendapatan perusahaan. Critical Accounting
jauh lebih luas daripada akuntansi sektor publik dan akuntansi sosial. Riset Critical
Accounting meyakini bahwa akuntansi harus lebih ditekankan untuk mencoba menyelesaikan
masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

7
Anugriani, Mulya. 2014. Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, dan Pengawasan terhadap
Kinerja Anggaran Berkonsep Value for Money pada Instansi Pemerintah di Kabupaten
Bone. Skripsi. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Belkaoui, Ahmed Riahi, 2006. Teori Akuntansi, Buku 1 Edisi Kelima. Jakarta: Salemba
Empat.
Rahmanurrasjid, Amin. 2008. Akuntabilitas Dan Trasnparansi Dalam Pertanggungjawaban
Pemerintah Daerah Untuk Mewujudkan Pemerintahan Yang Baik Di Daerah (Studi
Di Kabupaten Kebumen). Tesis. Program Magister Ilmu Hukum, Program Pasca
Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Wolk, Harry. I., Michael G, Tearney., James. L. Dodd, 2001. Accounting Theory : A
Conceptual and Institutional Approach, Fifth Edition. South Western Collage
Publishing, Cincinnati, Ohio.

Anda mungkin juga menyukai