Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Propinsi DIY mempunyai pantai sepanjang kurang lebih 110 km yang


mempunyai potensi sumberdaya perikanan sangat besar. Potensi lestari sumberdaya
ikan di Samudra Indonesia masih sangat besar seperti yang dijelaskan pada
(Gambar 1.1). Namun potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Usaha
penangkapan ikan masih menggunakan kapal-kapal kecil dengan motor tempel,
yang hanya beroperasi di wilayah pantai, belum mencapai daerah lepas pantai dan
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Untuk dapat meningkatkan hasil tangkapan
diperlukan kapal besar yang dapat beroperasi di lepas pantai dan ZEE. Penggunaan
kapal-kapal besar tersebut memerlukan adanya pelabuhan besar.

Lokasi Rencana
Pelabuhan Glagah

Gambar 1.1. Peta Potensi Ikan Perairan Indonesia


(Sumber http://www.kkp.go.id/)
Muara Sungai Serang di Pantai Glagah mempunyai potensi untuk
dikembangkan sebagai pelabuhan perikanan. Pengembangan pelabuhan tersebut
dapat mendukung penanggulangan banjir muara sungai serang. Pembangunan
pelabuhan diharapkan menjadi pemicu bagi pengembangan wilayah di sekitarnya,
yaitu DIY dan Jawa Tengah bagian selatan. Hal ini mengingat adanya beberapa
factor pendukung berikut ini:

1
1. Potensi ikan sangat besar dan bernilai ekonomi tinggi.
2. Lahan di sekitarnya masih luas dan belum banyak dimanfaatkan sehingga
memungkinkan perkembangan kawasan pelabuhan.
3. Lokasi rencana pelabuhan hanya sekitar 2,5 km dari jalan negara lintas selatan
yang menghubungkan Yogyakarta dan Purworejo.
4. Rencana Lokasi sekitar Pelabuhan Glagah mempunyai daerah yng subur, padat
penduduk, ketersediaan lahan di sepanjang pantai cukup luas, dan fasilitas
pendukung seperti listrik dan air bersih mencukupi.

5. Lokasi tersebut didukung oleh aksesibilitas yang mudah, daerah pengaruh


(hinterland) yang baik yaitu dekat dengan kota-kota besar di sekitarnya, seperti:
Wates (10 km), Yogyakarta (40 km), Purworejo (25 km), Kebumen (45 km),
dan Magelang (60 km).

Namun lokasi tersebut terbuka ke Samudra Indonesia dengan gelombang besar.


Untuk itu perlu dibangun pemecah gelombang untuk melindungi alur pelayaran dan
kolam pelabuhan.

Di Pantai Glagah, bermuara Sungai Serang. Muara Sungai Serang dapat


dimanfaatkan sebagai alur pelayaran, sedang kolam pelabuhan dapat ditempatkan
di sebelah timur sungai. Untuk melindungi alur pelayaran tersebut perlu dibangun
pemecah gelombang yang ditempatkan di kedua sisi mulut sungai. Gambar 1.2 ,
menunjukkan muara sungai serang dan lokasi pekerjaan.

Gambar 1.2. Sketsa Muara Sungai Serang dan Peta lokasi Pantai Glagah
(Sumber : https://fadlyfauzie.wordpress.com/page/9/)

2
Pada musim kemarau muara sungai Serang selalu tertutup oleh endapan
pasir, pada musim penghujan endapan pasir tersebut mengganggu kelancaran
pengaliran debit banjir ke laut, sehingga menyebabkan terjadinya banjir di bagian
hulu sungai.

Lokasi rencana pembangunan Pelabuhan Perikanan Glagah terbuka kelaut


lepas dengan gelombang besar. Persyaratan penting dari suatu pelabuhan adalah
adanya perairan yang tenang dan terlindung terhadap gangguan gelombang,
sehingga kapal dapat berlabuh untuk melakukan kegiatan menurunkan hasil
tangkapan ikan. Untuk itu, pelabuhan harus dilindungi terhadap gangguan
gelombang dengan membuat pemecah gelombang.

1.2 Rumusan Evaluasi


Guna melindungi Pelabuhan Perikanan Pantai Glagah dan untuk
menanggulangi banjir pada bagian hulu Sungai Serang maka, dibangunlah
bangunan pemecah gelombang (jetty) Glagah. Proses pembangunan pemecah
gelombang Glagah telah dimulai dilaksanakan pada tahun anggaran 2005 s/d 2012
dengan panjang jetty barat 250 m tegak lurus garis pantai dan elevasi ujunr jetty -
9,00 (sesuai dengan perencanaan), sedangkan pemecah gelombang Glagah bagian
timur panjang jetty baru mencapai 220 m tegak lurus garis pantai dan elevasi ujung
jetty -7,00. (sesuai perencanaan, panjang jetty bagian timur 300 m tegak lurus garis
pantai dan elevasi ujung jetty -12,00). Untuk penyelesaian pembangunan pemecah
gelombang bagian timur akan dilaksanakan pada tahun anggaran (TA) 2013-2014.
Pemecah gelombang pantai Glagah yang sudah dibangun, saat ini
mempunyai beberapa permasalahan yang saling terkait satu dengan yang lainya,
Permasalahan pertama diawali oleh proses pendangkalan pada muara sungai Serang
(Glagah) disebabkan gelombang pecah terjadi pada ujung pemecah gelombang
(dangkal) kemudian mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan aliran air pada
daerah tersebut. Aliran air yang tidak stabil kemudian menerobos struktur yang
porus pada celah-celah badan pemecah gelombang sambil mengangkut butiran
halus yang berada pada struktur fondasi pemecah gelombang, setelah beberapa
waktu terjadilah penurunan struktur pemecah gelombang yang diikuti dengan
longsornya tumpukan tetrapod. Permasalahan kedua adalah kerusakan pemecah

3
gelombang yang saat ini terjadi disebabkan lapis lindung pada ujung dan lengan
pemecah gelombang tidak direncanakan dan dilaksanakan dengan baik seperti :
perencanaan berat batu lapis lindung, jumlah lapisan yang digunakan, dan cara
penataan di lapangan, tidak sesuai dengan kaidah perencanaan lapis lindung
pemecah gelombang.

Dengan adanya permasalahan tersebut, maka penulis akan melakukan


analisis yang tertuang dalam bentuk Tugas Akhir yang berjudul Evaluasi
Perencanaan Pemecah gelombang Pelabuhan Perikanan Pantai Glagah,
Kulonprogo, Yogyakarta .

1.3 Batasan Evaluasi


Agar materi penelitian dalam tugas akhir ini lebih terarah, maka dilakukan
batasan masalah sebagai berikut.

1. Penelitian dilakukan berdasarkan data sekunder yang ada.


2. Bangunan pemecah gelombang ditetapkan sebagai bangunan sisi miring dan
menggunakan lapis lindung tetrapod

3. Tidak dilakukan pengukuran di lapangan, hanya akan dilakukan pengamatan


lapangan.

1.4 Tujuan Evaluasi


Tujuan dari Perencanaan ini adalah untuk melakukan evaluasi perancangan
pemecah gelombang Glagah bagian timur dan bagian barat agar mampu
memberikan perlindungan optimal bagi kolam labuh dan alur pelayaran dari
gempuran gelombang serta untuk mengurangi sedimentasi.

1.5 Manfaat Evaluasi


Hasil evaluasi perencanaan ini diharapkan dapat dipergunakan untuk
memberikan masukan dalam perbaikan dan pernyempurnaan perancangan
pemecah gelombang Glagah. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai
pertimbangan pengambilan kebijakan di masa yang akan datang dalam
pengembangan pemecah gelombang nonovertopping yang menggunakan lapis
lindung tetrapod sebagai batu lapis lindungnya. Selain itu juga terdapat manfaat
yang lain dari hasil evaluasi perencanaan ini yaitu :
1. Bagi dunia ekonomi,
Pemecah gelombang yang kokoh akan dapat melindungi pelabuhan dari
gempuran gelombang, sehingga pelabuhan dapat dioptimalkan operasionalnya
dalam memanfaatkan potensi sumber daya perikanan di samudra Indonesia.
Secara terpadu akan memberikan hasil yang positif dalam mengembangkan
daerah sekitar pelabuhan menjadi daerah industri dan wisata.

2. Bagi peneliti, menambah wawasan dalam hal tata cara perencanaan pemecah
gelombang yang baik, terutama dalam hal analisis lapis lindung pemecah
gelombang
3. Bagi universitas, bermanfaat untuk membangun kerja sama dengan industri
dalam bidang akademik.
1.6 Lokasi Evaluasi

Pantai Glagah berada di desa Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon


Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Koordinat lokasi ini 7o 54 57 LS,
dan 110o 04 46,8 BT, pada zona 49 M. Pantai ini berjarak sekitar 10 km sebelah
barat kota wates. Di pantai ini bermuara Sungai Serang yang mempunyai panjang
33,5 km dan luas daerah pengaliran sungai (DAS) kurang lebih 235 km2. Di bagian
hulu sungai Serang terdapat waduk sermo. Di sepanjang pantai terdapat gumuk
pasir (sand dunes) dengan lebar sekitar 1 km dan tinggi 2-3 m di atas muka air laut.
Gumuk pasir tersebut memisahkan antara daerah daratan dan lautan.

Gambar 1.3. Peta Jawa Tengah dan DI.Yogyakarta


(Sumber : joglosemarco.id)

5
Gambar 1.4. Foto satelit peta situasi wilayah pantai Glagah dan sekitarnya
(sumber: wikimapia.org)

1.7 Keaslian Evaluasi


Beberapa peneliti telah melakukan penelitian, studi, dan analisis terdahulu
tentang perencanaan pemecah gelombang. Penelitian yang pernah dilakukan adalah
sebagai berikut :

1. Karsa Prawira (2008), mengadakan penelitian tentang review desain pemecah


gelombang Glagah.

2. Indra Kusuma (2008), mengadakan penelitian tentang studi perencanaan


pemecah gelombang pada pelabuhan pangkalan TNI Angkatan Laut di Desa
Karangwuni kabupaten Kulonprogo.

3. Yudi Wiarsa (2006), mengadakan penelitian mengenai perencanaan pemecah


gelombang pada reklamasi Pantai Wameo.

4. Asih Probo Soesilo (2005), meneliti tentang perencanaan pemecah gelombang


(breakwater) pada pelabuhan ikan pantai pasir Kebumen.

5. Irnovia Berliana Pakpahan (2012), mengadakan evaluasi perencanaan pemecah


gelombang pelabuhan perikanan Tanjung Adikarta.
Berdasarkan keaslian data yang ada, analisa yang saya lakukan memiliki
kesamaan dengan peneliti ke-enam yakni studi kasusnya tentang evaluasi pemecah
gelombang Pantai Glagah dengan data gelombang dari Proyek Bali (JICA, 1989),
namun dalam Tugas Akhir saya ini saya mencoba menganalisa ulang perencanaan
pemecah gelombang Pantai Glagah dengan menggunakan Tinggi Gelombang
Rencana (HD) yang berbeda, cara perhitungan yang berbeda, dan hasil yang
berbeda sehingga dengan evaluasi ini diharapkan dapat melengkapi penelitian-
penelitian terdahulu dan dapat digunakan sebaik-baiknya dalam mengembangkan
pemecah gelombang pelabuhan Pantai Glagah agar lebih optimal lagi di masa yang
akan datang.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ii
PERNYATAAN .......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR SIMBOL ..................................................................................... xi
INTISARI ..................................................................................................... xiv
ABSTARCT................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................... 4
1.6 Lokasi penelitian ................................................................................. 5
1.7 Keaslian Penelitian ................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 8
2.1 Pemecah Gelombang (Breakwater) ........................................................ 8
2.2 Studi Perbandingan ................................................................................. 13
BAB III LANDASAN TEORI ................................................................................ 18
3.1 Gelombang .................................................................................................... 18
3.1.1. Teori Gelombang Airy .................................................................. 18
3.1.2. Klasifkasi Gelombang Menurut Kedalaman Relatif ................... 20
3.2 Deformasi Gelombang ............................................................................ 21
3.2.1. Gelombang Laut Dalam Ekivalen ............................................... 21
3.2.2. Refraksi gelombang ....................................................................... 22
3.2.3. Difraksi gelombang ....................................................................... 26
3.2.4. Refleksi gelombang ........................................................................ 27
3.2.5. Gelombang Pecah ........................................................................... 28
3.2.6. Run-up dan run-down.................................................................... 31
3.3 Analisis Statik Gelombang ....................................................................... 34
3.3.1. Kenaikan Muka Air Laut karena Gelombang (Wave Set Up) ...... 34
3.3.2. Kenaikan Muka Air Laut karena Angin (Wind Set Up) ............... 36
3.3.3. Pasang Surut.................................................................................... 38
3.3.4. Elevasi Muka Air Laut Rencana .................................................... 40
3.4 Statistik dan Peramalan Gelombang di Laut Dalam .............................. 41
3.4.1. Gelombang Representatif............................................................... 42
3.4.2. Perkiraan Gelombang dengan Periode Ulang ............................... 42
3.4.3. Penentuan Gelombang Rencana (HD) .......................................... 44
3.5 Transpor Sedimen ..................................................................................... 45
3.5.1. Arus Menyusus Pantai.................................................................... 46
3.5.2. Rumus CERC 1984 ............................................................................ 47
3.5.3. Zona Pergerakan Material .............................................................. 48
3.5.4. Volume Tampungan Sedimen ....................................................... 48
3.6 Perencanaan Pemecah Gelombang .......................................................... 49
3.6.1. Perhitungan Elevasi Puncak Pemecah Gelombang ...................... 50
3.6.2. Perhitungan Stabilitas Batu Lapis Lindung ................................. 51
3.6.3. Perhitungan Lebar Puncak Pemecah Gelombang ......................... 54
3.6.4. Perhitungan Tebal Lapis Lindung.................................................. 54
3.6.5. Perhitungan Stabilitas Pelindung Kaki ......................................... 55
3.6.6. Perencanaan Alur Pelayaran .......................................................... 56
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 59
4.1 Pengumpulan Data .................................................................................... 59
4.2 Peninjauan Lokasi ..................................................................................... 64
4.3 Bagan Alir Evaluasi ................................................................................. 71
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN .......................................................... 72
5.1 Perhitungan Transpor Sedimen ........................................................... 72
5.1.1. Metode Grafis CERC 1984 ............................................................ 74

vi
5.2 Zona Pergerakan Material ....................................................................... 78
5.3 Tata Letak Pemecah Gelombang ........................................................... 81
5.4 Perencanaan Pemecah Gelombang
5.4.1. Analisis Letak dan Tinggi Gelombang Pecah ............................. 82
5.4.2. Tinggi Gelombang Rencana (HD) ............................................... 85
5.4.3. Daerah Pergerakan Material Sedimen .......................................... 86
5.4.4. Perencanaan Detail Pemecah Gelomang ...................................... 87
5.4.5. Perencanaan Alur Pelayaran ......................................................... 93
5.5 Diskusi Evaluasi Perencanaan Breakwater ............................................ 98
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 99
6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 102
6.2 Saran ................................................................................................ 105
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 106
LAMPIRAN

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................. 2


Daftar Isi ............................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 4
1.2 Tujuan ..................................................................................................................... 4
1.3 Sistematika Penulisan ............................................................................................. 5

BAB II DASAR TEORI


2.1 Pengertian Pemecah Gelombang ............................................................................ 6
2.2 Fungsi Pemecah Gelombang .................................................................................. 7
2.3 Material Pemecah Gelombang ................................................................................ 7

vi
BAB III JENIS-JENIS PEMECAH GELOMBANG
1.1 Berdasarkan Bentuk Model Penampang Melintangnya ........................................ 12
1.2 Berdasarkan Letaknya ........................................................................................... 16

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI ................................................ 21


BAB V DAMPAK LINGKUNGAN ............................................................................... 26
BAB VI KESIMPULAN ................................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 30

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wilayah pantai merupakan daerah yang intensif dimanfaatkan untuk kegiatan
manusia seperti kawasan pusat pemerintahan, pemukiman, industri, pelabuhan,
pertambakan, pertanian, perikanan, pariwisata dan sebagainya.
Pantai juga merupakan bagian dari lingkungan kawasan pesisir yang dinamis
dan selalu berubah. Proses perubahan yang terjadi di pantai merupakan akibat
kombinasi berbagai gaya yang bekerja di pantai meliputi angin, gelombang
(Triatmodjo,1999).
Permasalahan yang sering muncul pada daerah pantai adalah abrasi pantai yang
terutama disebabkan oleh akivitas gelombang laut. Salah satu metode penanggulangi
abrasi pantai adalah penggunaan struktur penahan gelombang pada area tertentu.
Gempuran gelombang yang besar dapat diredam dengan cara mengurangi energi

Konstruksi Bangunan Sipil, Pemecah Gelombang 3 Sipil 2 Pagi 2013 11


gelombang datang, sehingga gelombang yang menuju pantai energinya menjadi
kecil.
Untuk dapat menanggulangi kerusakan pantai akibat gempuran gelombang di
pantai maka diperlukan konstruksi pemecah gelombang yang berfungsi untuk
memecahkan, merefleksikan dan mentransmisikan energi gelombang sebelum tiba
di pantai. Struktur penahan energi gelombang ini dapat terbuat dari struktur yang
masif/kaku dan bisa juga dengan yang fleksibel (tanaman hidup, struktur apung, dan
lainnya). Salah satu struktur pantai yang dapat mereduksi energi gelombang adalah
breakwater, yang merupakan bangunan penahan gelombang yang sangat efektif
untuk digunakan sebagai pelindung pantai terhadap abrasi dengan menghancurkan
energi gelombang sebelum mencapai pantai.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari tugas besar ini adalah :
1) Tujuan umum adalah agar kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
konstruksi bangunan sipil di semester V.
2) Tujuan khusus adalah bahwa dengan selesainya tugas makalah ini, mahasiswa
diharapkan dapat memahami mengapa diperlukan, jenis-jenisnya, pelaksanaan,
dan perawatan konstruksi pemecah gelombang tersebut saat di lapangan.

1.3 Sistematika Penulisan


BAB I, berisi tentang pendahuluan dan gambaran tentang isi dari penulisan.

BAB II, berisi tentang dasar teori yang digunakan dalam menjelaskan topik.

BAB III, berisi tentang jenis-jenis pemecah gelombang.

BAB IV, berisi tentang metode pelaksanaan pemecah gelombang.

BAB V, berisi tentang dampak lingkungan dari pemecah gelombang.

BAB VI, berisi tentang kesimpulan.


BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Pemecah Gelombang


Pemecah gelombang atau dikenal sebagai juga sebagai Pemecah ombak atau
bahasa Inggris breakwater adalah prasanana yang dibangun untuk memecahkan
ombak/ gelombang, dengan menyerap sebagian energi gelombang. Pemecah
gelombang digunakan untuk mengendalikan abrasi yang menggerus garis pantai
dan untuk menenangkan gelombang dipelabuhan sehingga kapal dapat merapat
dipelabuhan dengan lebih mudah dan cepat.
Pemecah gelombang harus didesain sedemikian sehingga arus laut tidak
menyebabkan pendangkalan karena pasir yang ikut dalam arus mengendap di
kolam pelabuhan. Bila hal ini terjadi maka pelabuhan perlu dikeruk secara reguler.
Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua

Konstruksi Bangunan Sipil, Pemecah Gelombang 3 Sipil 2 Pagi 2013 13


macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe
pertama banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe
kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Secara umum kondisi perencanaan
kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe pertama perlu ditinjau karakteristik
gelombang di beberapa lokasi di sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya
pada perencanaan groin dan jetty. Penjelasan lebih rinci mengenai pemecah
gelombang sambung pantai lebih cenderung berkaitan dengan palabuhan dan bukan
dengan perlindungan pantai terhadap erosi. Selanjutnya dalam tinjauan lebih
difokuskan pada pemecah gelombang lepas pantai.
Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah
bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis
pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan
pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum
sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang bangunan. Endapan ini
dapat menghalangi transport sedimen sepanjang pantai.
Seperti disebutkan diatas bahwa pemecah gelombang lepas pantai dibuat sejajar
pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai, maka tergantung pada
panjang pantai yang dilindungi, pemecah gelombang lepas pantai dapat dibuat dari
satu pemecah gelombang atau suatu seri bangunan yang terdiri dari beberapa ruas
pemecah gelombang yang dipisahkan oleh celah.

2.2 Fungsi Pemecah Gelombang


Bangunan ini berfungsi untuk melindungi pantai yang terletak dibelakangnya
dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan erosi pada pantai.
Perlindungan oleh pemecahan gelombang lepas pantai terjadi karena berkurangnya
energi gelombang yang sampai di perairan di belakang bangunan. Karena pemecah
gelombang ini dibuat terpisah ke arah lepas pantai, tetapi masih di dalam zona
gelombang pecah (breaking zone). Maka bagian sisi luar pemecah gelombang
memberikan perlindungan dengan meredam energi gelombang sehingga gelombang
dan arus di belakangnya dapat dikurangi.
Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam
gelombang sebagian energinya akan dipantulkan (refleksi), sebagian diteruskan
(transmisi) dan sebagian dihancurkan (dissipasi) melalui pecahnya gelombang,
kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya. Pembagian besarnya energi
gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan diteruskan tergantung
karakteristik gelombang datang (periode, tinggi, kedalaman air), tipe bangunan
peredam gelombang (permukaan halus dan kasar, lulus air dan tidak lulus air) dan
geometrik bangunan peredam (kemiringan, elevasi, dan puncak bangunan).
Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi
pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang
pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang
bangunan. Pantai di belakang struktur akan stabil dengan terbentuknya endapan
sediment tersebut.

2.3 Material Pemecah Gelombang


Untuk material yang digunakan tergantung dari tipe bangunan itu sendiri.
Seperti halnya bangunan pantai kebanyakan, pemecah gelombang lepas pantai
dilihat dari bentuk strukturnya bisa dibedakan menjadi dua tipe yaitu: sisi tegak
dan sisi miring.
Untuk tipe sisi tegak pemecah gelombang bisa dibuat dari material -
material seperti pasangan batu, sel turap baja yang didalamnya di isi tanah atau
batu, tumpukan buis beton, dinding turap baja atau beton, kaison beton dan lain
sebagainya.
Dari beberapa jenis tersebut, kaison beton merupakan material yang paling
umum di jumpai pada konstruksi bangunan pantai sisi tegak. Kaison beton pada
pemecah gelombang lepas pantai adalah konstruksi berbentuk kotak dari beton
bertulang yang didalamnya diisi pasir atau batu. Pada pemecah
gelombang sisi tegak kaison beton diletakkan diatas tumpukan batu yang berfungsi
sebagai fondasi. Untuk menanggulangi gerusan pada pondasi maka dibuat
perlindungan kaki yang terbuat dari batu atau blok beton.
Sementara untuk tipe bangunan sisi miring, pemecah gelombang lepas pantai
bisa dibuat dari beberapa lapisan material yang di tumpuk dan di bentuk
sedemikian rupa (pada umumnya apabila dilihat potongan melintangnya
membentuk trapesium) sehingga terlihat seperti sebuah gundukan besar batu,

Konstruksi Bangunan Sipil, Pemecah Gelombang 3 Sipil 2 Pagi 2013 15


Dengan lapisan terluar dari material dengan ukuran butiran sangat besar.

Gambar 2.1 Lapisan-lapisan material pemecah gelombang

Dari gambar dapat kita lihat bahwa konstruksi terdiri dari beberapa lapisan
yaitu:

1. Inti(core) pada umumnya terdiri dari agregat galian kasar, tanpa partikel-partikel
halus dari debu dan pasir.
2. Lapisan bawah pertama(under layer) disebut juga lapisan penyaring (filter
layer) yang melindungi bagian inti(core)terhadap penghanyutan material,
biasanya terdiri dari potongan-potongan tunggal batu dengan berat bervariasi
dari 500 kg sampai dengan 1 ton.
3. Lapisan pelindung utama (main armor layer) sepertinamanya, merupakan
pertahanan utama dari pemecah gelombang terhadap serangan gelombang pada
lapisan inilah biasanya batu-batuan ukuran besar dengan berat antara 1-3 ton
atau bisa juga menggunakan batu buatan dari beton dengan bentuk khusus dan
ukuran yang sangat besar seperti tetrapod, quadripod, dolos, tribar, xbloc
accropode dan lain-lain

Secara umum, batu buatan dibuat dari beton tidak bertulang konvensional
kecuali beberapa unit dengan banyak lubang yang menggunakan perkuatan
serat baja. Untuk unit-unit yang lebih kecil, seperti Dolos dengan rasio keliling
kecil, berbagai tipe dari beton berkekuatan tinggi dan beton bertulang (tulangan
konvensional, prategang, fiber, besi, profil-profil baja) telah dipertimbangkan
sebagai solusi untuk meningkatkan kekuatan struktur unit-unit batu buatan ini.
Tetapi solusi-solusi ini secara umum kurang hemat biaya, dan jarang digunakan.

Gam
bar
2.2
Bebe
rapa
maca
m
mate
rial
batu
buat
an

Seiring perkembangan jaman dalam konstruksi pemecah gelombang


lepas pantai juga mengalami perkembangan. Belakangan juga dikenal konstruksi
pemecah gelombang komposit. Yaitu dengan menggabungkan bangunan sisi tegak
dan bangunan sisi miring. Dalam penggunaan matrial pun dikombinasikan
misalnya antara kaison beton dengan batu-batuan sebagai pondasinya.
Selain itu pula terdapat bangunan pemecah gelombang dari potongan bambu
yang dianyam, dan dari ban-ban bekas yang biayanya lebih murah namun
masih dipertanyakan mengenai keramahan lingkungannya.
Untuk melindungi daerah pantai dari serangan gelombang, suatu pantai

Konstruksi Bangunan Sipil, Pemecah Gelombang 3 Sipil 2 Pagi 2013 17


memerlukan bangunan peredam gelombang. Peredam gelombang adalah suatu
bangunan yang bertujuan untuk mereduksi atau menghancurkan energi gelombang.
Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang sebagian
energinya akan dipantulkan (refleksi), sebagian diteruskan (transmisi) dan sebagian
dihancurkan (dissipasi) melalui pecahnya gelombang, kekentalan fluida, gesekan
dasar dan lain-lainnya. Pembagian besarnya energi gelombang yang dipantulkan,
dihancurkan dan diteruskan tergantung karakteristik gelombang datang (periode,
tinggi, kedalaman air), tipe bangunan peredam gelombang (permukaan halus dan
kasar).
Peredam gelombang bentuk kubus adalah merupakan peredam gelombang
yang mempunyai permukaan lebih kecil/sempit dikarenakan cara pemasangannya
disesuaikan dengan sifat dan arah datangnya gelombang, sehingga
menyebabkan gelombang akan kehilangan energi lebih besar karena gesekan
dengan permukaanperedam gelombang datar (kubus).
Breakwater berbentuk kubus sangat efektif untuk meredam energi
gelombang, dengan cara pemasangan sudut menghadap arah datangnya gelombang.
Gelombang akan dipecah oleh sudut kubus sehingga energi yang dibawa oleh
gelombang berkurang, seterusnya energi yang sudah tereduksi diterima kembali oleh
kubus dibelakangnya, demikian seterusnya sampai gelombang laut benar-benar
berkurang energinya.
BAB III
JENIS JENIS PEMECAH GELOMBANG

Dalam pemilihan pemecah gelombang ditentukan dengan melihat hal-hal sebagai


berikut :
a. Bahan yang tersedia disekitar lokasi
b. Besar gelombang
c. Pasang surut air laut
d. Kondisi tanah dasar laut
e. Peralatan yang digunakan untuk pembuatannya

Untuk perencanaan bentuk dan kestabilan pemecah gelombang perlu diketahui :


a. Tinggi muka air laut akibat adanya pasang surut
b. Tinggi puncak gelombang dari permukaan air tenang
c. Perkiraan tinggi dan panjang gelombang
d. Run up gelombang

3.1 Berdasarkan Bentuk Model Penampang Melintangnya (Triatmodjo, 1999):


1. Pemecah gelombang dengan sisi miring
Pemecah gelombang dengan sisi miring dibuat dari beberapa lapisan material
yang ditumpuk dan dibentuk sedemikian rupa sehingga terlihat seperti sebuah
gundukan besar batu alam dengan lapisan terluar dari material dengan butiran sangat
besar yang dilindungi oleh lapis pelindung berupa batu besar atau beton dengan

Konstruksi Bangunan Sipil, Pemecah Gelombang 3 Sipil 2 Pagi 2013 19


ukuran tertentu. Pemecah gelombang tipe ini bersifat fleksibel. Kerusakan yang
terjadi karena serangan gelombang tidak secara tiba-tiba. Jenis lapis pelindung
pemecah gelombang tipe ini adalah Quadripod, Tetrapod, Dolos. Pemecah
gelombang dengan sisi miring dibuat untuk kedalaman kolam labuh yang relative
dangkal.

Gambar 3.1 Breakwater sisi miring

2. Pemecah gelombang dengan sisi tegak


Untuk tipe sisi tegak pemecah gelombang dibuat dari material-material seperti
pasangan batu, sel turap baja yang didalamnya diisi tanah atau batu, tumpukan buis
beton, dinding turap baja atau beton, kaison beton dan lain sebagainya.
Pemecah gelombang tipe ini ditempatkan di laut dengan kedalaman kolam labuh
yang lebih besar dari tinggi gelombang. Dimaksudkan untuk mengurangi jumlah
material penyusunnya. Pemecah ini dibuat apabila tanah dasar mempunyai daya
dukung besar dan tahan terhadap erosi. Bisa dibuat dari blok-blok beton massa yang
disusun secara vertikal, kaison beton, turap beton atau baja.

Syarat yang harus diperhatikan pada tipe pemecah gelombang sisi miring adalah:
1. Tinggi gelombang maksimum rencana harus ditentukan dengan baik

2. Tinggi dinding harus cukup untuk memungkinkan

3. Pondasi dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi erosi pada kaki bangunan
yang dapat membahayakan stabilitas bangunan

Konstruksi Bangunan Sipil, Pemecah Gelombang 3 Sipil 2 Pagi 2013 21


Gambar 3.2 Berbagai jenis breakwater sisi tegak
3. Pemecah gelombang bertipe campuran.
Ketiga model breakwater seperti ini, dicontohkan dengan tipe cellular cofferdam
yaitu suatu konstruksi yang menggunakan sheet pile secara langsung, dimana pile
tersebut saling menutup atau mengunci (interlocking ) satu dengan yang lain
sehingga membentuk suatu rangkaian elemen (cell) dimana cell tersebut berisikan
material yang tak kohesif seperti pasir untuk pemberat struktur di bagian bawahnya
sedangkan bagian atasnya terdiri dari batu lindung yang dapat berfungsi menjaga
stabilitas struktur akibat pengaruh gelombang.
Konstruksi breakwater tipe cellular cofferdam seperti halnya beberapa jenis
Offshore Breakwater yang lain dibangun dengan puncak elevasi struktur yang
mendekati Mean Sea Level (MSL), sehingga hal tersebut memungkinkan energi
yang menyertai terjadinya gelombang dapat diteruskan melalui breakwater. Kondisi
tersebut dinamakan dengan istilah keadaan overtopping atau kondisi gelombang
dapat melimpas. Alasan struktur dibangun dengan kondisi overtopping adalah untuk
pertimbangan disain secara ekonomis, dan juga karena pertimbangan kondisi
gelombang rata-rata yang terjadi cukup kecil.

Pemecah gelombang tipe ini dibuat apabila kedalaman air sangat besar dan tanah
dasar tidak mampu menahan beban dari pemecah gelombang sisi tegak. Ada tiga
macam pertimbangan tinggi sisi tegak dengan tumpukan batunya :
1. Tumpukan batu dibuat sampai setinggi air yang tertinggi, sedangkan bangunan
sisi tegak hanya sebagai penutup bagian atas

2. Tumpukan batu setinggi air terendah sedang bangunan sisi tegak harus menahan
air tertinggi

3. Tumpukan batu hanya merupakan tambahan pondasi dari bangunan sisi tegak

3.2 Berdasarkan Letaknya


Pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pemecah
gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe pertama banyak digunakan pada
perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk perlindungan pantai
terhadap erosi. Secara umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya

Konstruksi Bangunan Sipil, Pemecah Gelombang 3 Sipil 2 Pagi 2013 23


pada tipe pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi di
sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan groin dan jetty.
Selanjutnya dalam bagian ini tinjauan lebih difokuskan pada pemecah gelombang
lepas pantai.
1. Pemecah gelombang sambung pantai (Shore-connected Breakwater)
Tipe ini banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan. perlu ditinjau
karakteristik gelombang di beberapa lokasi di sepanjang pemecah gelombang,
seperti halnya pada perencanaan groin dan jetty.

Gambar 3.3 Pemecah gelombang sambung pantai

2. Pemecah gelombang lepas pantai (Offshore Breakwater)


Pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai
dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Bangunan ini direncanakan untuk
melindungi pantai yang terletak dibelakangnya dan serangan gelombang.
Tergantung pada panjang pantai yang dilindungi, pemecah gelombang lepas pantai
dapat dibuat dari satu pemecah gelombang atau suatu seri bangunan yang terdiri dari
beberapa ruas pemecah gelombang yang dipisahkan oleh celah.
Perlindungan oleh pemecahan gelombang lepas pantai terjadi karena
berkurangnya energi gelombang yang sampai di perairan di belakang bangunan.
Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi pengiriman
sedimen di daerah tersebut. Pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari
daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan. Pengendapan tersebut
menyebabkan terbentuknya cuspate. Apabila bangunan ini cukup panjang terhadap
jaraknya dari garis pantai, maka akan terbentuk tombolo.
Pengaruh pemecah gelombang lepas pantai terhadap perubahan bentuk garis
pantai dapat dijelaskan sebagai berikut ini. Apabila garis puncak gelombang pecah
sejajar dengan garis pantai asli, terjadi difraksi di daerah terlindung di belakang
bangunan, di mana garis puncak gelombang membelok dan berbentuk busur
lingkaran. Perambatan gelombang yang terdifraksi tersebut disertai dengan angkutan
sedimen menuju ke daerah terlindung dan diendapkan di perairan di belakang
bangunan.
Penambahan Suplai Pasir di Pantai (Sand Nourishment). Pantai berpasir
mempunyai kemampuan perlindungan alami terhadap serangan gelombang dan arus.
Perlindungan tersebut berupa kemiringan dasar pantai di daerah nearshore yang
menyebabkan gelombang pecah di lepas pantai, dan kemudian energinya
dihancurkan selama dalam penjalaran menuju garis pantai di surf zone. Dalam
proses pecahnya gelombang tersebut sering terbentuk offshore bar di ujung luar surf
zone yang dapat berfungsi sebagai penghalang gelombang yang datang
(menyebabkan gelombang pecah).
Erosi pantai terjadi apabila di suatu pantai yang ditinjau terdapat kekurangan
suplai pasir. Stabilisasi pantai dapat dilakukan dengan penambahan suplay pasir ke
daerah tersebut. Apabila pantai mengalami erosi secara terus menerus, maka
penambahan pasir tersebut perlu dilakukan secara berkala, dengan laju sama dengan
kehilangan pasir yang disebabkan oleh erosi.

Gambar 3.4 Pemecah gelombang lepas pantai

Untuk mencegah hilangnya pasir yang ditimbun di ruas pantai karena terangkut

Konstruksi Bangunan Sipil, Pemecah Gelombang 3 Sipil 2 Pagi 2013 25


oleh arus sepanjang pantai, sering dibuat sistem groin. Dengan adanya groin tersebut,
pasir yang ditimbun akan tertahan dalam ruas-ruas pantai di dalam sistem groin. Tetapi
perlu dipikirkan pula bahwa pembuatan groin tersebut dapat menghalangi suplay
sedimen ke daerah hilir, yang dapat menimbulkan permasalahan baru di daerah tersebut.

1. Memasang karang Buatan


Karang buatan yang dikembangkan pertama kali di Selandia Baru mulai tahun 1996,
energi gelombang akan berkurang sampai 70 persen ketika sampai di pantai.
Pembangunan konstruksi di bawah laut itu juga memungkinkan tumbuhnya terumbu
karang baru.

2. Kubus Beton Tumpuk


Terlepas garis pantai terlindungi atau tidak, upaya menghentikan terjadinya abrasi
secara terus menerus perlu dilakukan langkah-langkah penanggulangannya.
Terdapat banyak metode dalam penanggulangan abrasi namun prinsip pokok
penanggulangannya adalah memecah gelombang atau meredam energi gelombang
yang terjadi.

Gambar 3.5 Pemecah gelombang kubus beton tumbuk untuk melindungi kapal dari
gelombang
Untuk mendapatkan type pemecah/peredam energi gelombang yang efektif perlu
dilakukan pengkajian yang mendalam terhadap :
1. Sifat dari pada karakteristik dan tinggi gelombang

2. Kondisi tanah

3. Pasang surut Bathimetry dan gradient pantai

Memperlihatkan kondisi tanah dan fungsi dari pada Breakwater itu sendiri, maka
type pemecah/peredam energi gelombang ada bermacam-macam dan salah satunya
adalah type box-beton (kubus beton), tipe ini memiliki beberapa keuntungan seperti :
1. Dari segi teknis sangat efektif sebagai peredam energi gelombang Kubus Beton
memiliki perbedaan berat jenis sekitar 2,4 kali dari berat jenis air atau sekitar 2,4 ton
untuk 1 m3 beton

2. Dari segi pelaksanaan data dibuat di tempat dan mudah dalam penataan. Bentuk
kubus memudahkan kita untuk menata bentuk breakwater sesuai keinginan kita.
Kadang breakwater murni kita gunakan sebagai pemecah gelombang namun kita
dapat juga menyusunnya hanya untuk mengurangi energi gelombangnya saja
dengan bentuk susunan berpori.

3. Untuk kondisi tertentu dari segi biaya jauh lebih murah. Untuk daerah-daerah yang
tidak memiliki tambang kelas C yang menyangkut batu gunung mulai berat 5 kg
700 kg keputusan untuk menggunakan kubus beton dapat membantu dan
mengurangi biaya pengadaan dan mobilisasinya.

Konstruksi Bangunan Sipil, Pemecah Gelombang 3 Sipil 2 Pagi 2013 27


BAB IV
METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Ada berbagai macam metode dalam pelaksanaan pembangunan konstruksi


pemecah gelombang lepas pantai baik itu sisi tegak maupun sisi miring. Untuk sisi
tegak ada sebuah metode pelaksanaan yang cukup unik pada sebuah konstruksi
pemecah gelombang kaison. Metode ini agak berbeda dan sempat mejadi
pertentangan pada saat ditemukan.

Adapun gambaran umum metode pelaksanannya adalah sebagai berikut:

Kaison yang terbuat dari beton pracetak diletakan dipermukaan air dengan
bagian dasarnya yang terbuka menghadap ke bawah. Dengan mengatur tekanan
udara didalam kaison, maka tingkat pengapungannya dapat dikendalikan untuk
memastikan stabilitas dan mengatur aliran udaranya selama pemindahan ke
lokasi pemasangannya.

Gambar 4.1 Ilustrasi kaison yang diapungkan dengan mengontrol tekanan udara

Adapun untuk proses pemindahan kaison kelokasi pemasangan bisa dilakukan


dengan berbagai cara, salah satunya dengan didorong menggunakan sebuah
tugboat.
Gambar 4.2 Ilustrasi pemindahan kaison dengan cara didorong tugboat

Pada saat sudah berada dilokasi pemasangan, udara didalam kaison dikeluarkan
dan kaison ditenggelamkan ke dasar laut dengan mengandalkan beratnya
sendiri. Kemudian setelah kaison ditenggelamkan dan berada pada posisi yang
telah direncanakan, maka kaison diisi dengan material pengisi untuk
meningkatkan kekuatan strukturnya.
Karena kaison tebuka dibagian dasarnya maka bagian ujungnya hanya
mempunyai luasan permukaan yang sangat kecil jika dibandingkan dengan area
yang dicakup oleh kaison itu sendiri. Luas permukaan ujung yang kecil ini
digabungkan dengan berat kaison yang besar mengakibatkan kaison lebih
mudah ditenggelamkan hinga menancap ke dasar laut dengan dengan
kedalaman yang cukup. Ini untuk memastikan kaison dapat menahan
pergerakan horisontal dari struktur setelah dipasang. Disamping itu juga
dimaksudkan agar material dasar laut yang berada dalam cakupan kaison dapat
dijadikan sebagai bahan pengisi kaison itu sendiri sebagai salah satu solusi
menghemat pemakaian material pengisi.
Sedangkan jika tanah di dasar laut terlalu lunak untuk mendukung kaison
selama pengisian dan setelah dinding-dinding vertikal menembus dasar laut
sampai kedalaman yang diinginkan, penurunan selanjutnya dapat dicegah
dengan memelihara udara bertekanan yang ada di dalam kaison.
Kaison itu kemudian diisi dengan cara memompa masuk material kerukan
melalui suatu lubang masuk. Ketika material kerukan seperti lumpur dan/atau
pasir dipompa masuk kedalam kaison, udara bertekanan yang tersisa dalam
kaison itu dikurangi seperti yang dilakukan pada air yang mengisi kaison,
sehingga struktur itu berada dibawah dukungan hidrolik sementara.
Pada akhirnya setelah kaison itu cukup diisi dengan material padat, maka
lubang-lubang udara dan hidrolik ditutup dengan beton atau material lain.

Gambar 4.3 Ilustrasi kaison yang sudah berada pada lokasi pemasangan dan diisi
dengan material pengisi

Sedangkan untuk tipe bangunan sisi miring metode pelaksanaannya tidak jauh
berbeda dengan bangunan pelindung pantai lainya seperti groin dan jeti yang juga
menggunakan konstruksi sisi miring. Yang membedakan hanya cara pemindahan
material dan alat-alat beratnya saja. Karena pemecah gelombang lepas
pantai dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai maka
untuk pemidahan material dan alat berat ke lokasi pemasangan menggunakan alat
transportasi air misalnya kapal atau tongkang pengangkut material.

Adapun metode pelaksanaannya dapat dipilah per lapisan sebagai berikut:

Untuk lapisan inti (core) material ditumpahkan ke dalam laut menggunakan


dump truk. untuk memudahkan penimbunan material oleh truk, bagian
inti(core) idealnya mempunyai lebar antara 4-5 meter pada bagian puncak dan
kira-kira 0,5 meter di atas level menengah permukaan laut, ketika ada suatu
daerah pasang surut yang besar, sebaiknya berada diatas level tertinggi air
pasang.
Gambar 4.4 Pengurugan lapisan inti dengan dump truk

Lapisan bawah pertama(under layer) yang terdiri dari potongan-potongan


tunggal batu. Penempatan batu-batu lapisan ini dapat dilakukan menggunakan
ekskavator hidrolis, selain itu juga bisa dengan menggunakan sebuah mobile
crane normal jika tersedia ruang yang cukup untuk landasannya. Jangan pernah
menggunakan crane dengan ban karet pada lokasi yang tidak rata tanpa
landasan yang cukup luas. Ekskavator harus menempatkan batuan yang lebih
berat secepat mungkin sehingga bagian inti(core) tidak mengalami hempasan
ombak. Jika suatu ombak badai mengenai lokasi dimana terlalu banyak bagian
inti(core) yang mengalaminya, maka ada suatu bahaya yang serius pada bagian
inti(core) yaitu penggerusan material. Gambar 9 menunjukkan susunan lapisan
bawah. Dalam hal ini kemiringan lerengnya adalah 2,5/1 dan jarak H, adalah
ketinggian dari puncak lapisan bawah ke dasar laut. Suatu tiang dari kayu harus
ditempatkan pada bagian atas inti (core) dan disemen untuk meperkokohnya.
Pada jarak sama dengan 2,5 x H, sebuah batu ladung yang berat dengan sebuah
pelampung penanda harus ditempatkan di dasar laut. Sebuah senar nilon
berwarna terang akan direntangkan dari batu ladung ke ketinggian yang
diperlukan (H) pada tiang. Prosedur ini harus diulangi setiap 5 m untuk
membantu operator crane atau ekskavator untuk menempatkan puncak lapisan
di tingkatan yang benar. Seorang perenang dapat memastikan bahwa masing-
masing batu batuan yang terpisah ditempatkan di dalam profil yang dibatasi
oleh senar nilon.
Gambar 4.5 Penempatan batuan lapisan bawah menggunakan ekskavator

Lapisan pelindung utama (main armor layer). Dalam pelaksanaan penempatan


batu maupun batu bauatan dapat menggunakan crawler crane (crane penggerak
roda kelabang) atau tracked crane (crane dengan rel). Crane jenis tersebut
adalah alat berat yang paling cocok untuk pekerjaan menempatkan batuan
berukuran besar. Batu-batu yang besar harus diangkat satu demi satu
menggunakan sling atau pencengkram dan harus ditempatkan didalam air
dengan pengawasan dari seorang penyelam. Ia harus ditempatkan satu demi
satu berdasar urutannya untuk memastikan ia saling berkesinambungan. Hal ini
untuk meyakinkan bahwa ombak tidak bisa menarik satu batu ke luar, yang
menyebabkan batu-batu pada bagian atas longsor, menerobos lapisan pelindung
dan mengakibatkan terbukanya bagian bawah yang batuannya lebih kecil.

Gambar 4.6 Ilustrasi penempatan batu lapisan pelindung utama menggunakan


crane

Untuk memastikan bahwa batu-batu ditempatkan dengan baik, penyelam


tadi perlu mengarahkan operator crane setiap kali suatu batu ditempatkan
sampai lapisan pelindung ini menerobos permukaan air. Sama seperti lapisan
bawah, diperlukan dua lapisan pelindung untuk menyelesaikan lapisan
pelindung utama. Profil kemiringan dapat diatur pada interval tetap 5 m
menggunakan prosedur yang sama.
BAB V
DAMPAK LINGKUNGAN

Seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya di bab 3 tentang jenis- jenis


pemecah ombak dilihat dari sisi letaknya, bahwa berkurangnya energi gelombang
di daerah terlindung oleh pemecah gelombang akan mengurangi pengiriman
sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai yang
berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan.
Pengendapan tersebut menyebabkan terbentuknya cuspate. Apabila bangunan ini
cukup panjang terhadap jaraknya dari garis pantai, maka akan terbentuk tombolo.

Gambar 5.1 Contoh Tombolo Paximadhi Eboea, Yunani

Sedangkan pengaruh pemecah gelombang lepas pantai terhadap perubahan


bentuk garis pantai dapat dijelaskan sebagai berikut.
Apabila garis puncak gelombang pecah sejajar dengan garis pantai asli, terjadi
difraksi di daerah terlindung di belakang bangunan, di mana garis puncak
gelombang membelok dan berbentuk busur lingkaran. Perambatan gelombang yang
terdifraksi tersebut disertai dengan angkutan sedimen menuju ke daerah terlindung
dan diendapkan di perairan di belakang bangunan. Pengendapan sedimen tersebut
menyebabkan terbentuknya cuspate dibelakang bangunan. Proses tersebut akan
berlanjut sampai garis pantai yang terjadi sejajar dengan garis puncak gelombang
yang terdifraksi. Pada keadaan tersebut transport sedimen sepanjang pantai
menjadi nol.

Dengan demikian pembentukan tombolo tergantung pada panjang pemecah


gelombang lepas pantai dan jarak antara bangunan dengan garis pantai.
Biasanya tombolo tidak terbentuk apabila panjang pemecah gelombang lebih kecil
dari jaraknya terhadap garis pantai. Jika bangunan menjadi lebih panjang dari pada
jaraknya terhadap garis pantai maka kemungkinan terjadinya tombolo semakin
tinggi.

Apabila gelombang datang membentuk sudut dengan garis pantai maka laju
transport sedimen sepanjang pantai akan berkurang, yang menyebabkan
pengendapan sedimen dan terbentuknya cuspate. Pengendapan berlanjut sehingga
pembentukan cuspate terus berkembang hingga akhirnya
terbentuk tombolo. Tombolo yang terbentuk akan merintangi/menangkap transport
sedimen sepanjang pantai. Sehingga suplai sedimen kedaerah hilir terhenti yang
dapat berakibat terjadinya erosi pantai di hilir bangunan.

Pemecah gelombang lepas pantai dapat direncanakan sedimikian sehingga


terjadi limpasan gelombang yang dapat membantu mencegah
terbentuknya tombolo. Manfaat lain dari cara ini adalah membuat garis pantai
dari cuspate menjadi lebih rata dan menyebar ke arah samping sepanjang pantai.

Teknologi Pemecah Gelombang Ambang Rendah (PEGAR) hasil dari


pengembangan Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Air. Keunggulan
teknologi ini

- lebih ramah lingkungan karena tidak mengganggu pemandangan ke arah


laut.
- gelombang laut diatur, sehingga respon pantai relatif seragam pada arah
memanjang.
- energi gelombang dibelakang PEGAR banyak berkurang sehingga perairan
dibelakangnya relatif aman untuk masyarakat yang gemar berenang di
pantai.

Teknologi ini telah mulai diterapkan pada beberapa daerah pantai, antara
lain :

- Konservasi Pulau Nipah di perbatasan Singapura


- Proyek pengaman Pantai Rembang
- Sea Wall pada penelitian DAM Lepas Pantai Semarang
- Skenario pulau buatan dan rencana tol Tanjung Benoa
BAB VI
KESIMPULAN

Breakwater sangat berpengaruh guna menghambat proses sedimentasi serta


abrasi oleh ombak dari lautan oleh karena itu pembuatan breakwater di daerah
pinggiran laut telah dilaksanakan karena dampaknya sangat positif sekali jika
dibuat serta ditangani oleh para ahlinya.

Salah satu fungsi dari breakwater yaitu jika berkurangnya energi gelombang di
daerah terlindung akan mengurangi pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka
pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan
diendapkan dibelakang bangunan. Pantai di belakang struktur akan stabil dengan
terbentuknya endapan sediment tersebut

Dalam pembuatan breakwater di pantai dilakukan guna mengurangi dampak


dari abrasi yang terjadi, disamping itu pula pembangunan breakwater ini dapat
dijadikan tempat sebagai tempat wisata dan tempat area memancing, tempat ini
wisata ini dikelola oleh warga setempat.

Kondisi abrasi ini perlu ditangani bersama antara instansi-instansi terkait guna
mencegah akibat yang berkelanjutan dan jika mungkin mengembalikan
(merehabilitasi/merestorasi) fungsi pantai sebagai kawasan umum, wisata, dan
prasarana social-religius masyarakat. Dalam hal ini pemerintah memiliki peranan
sangat besar yakni dalam usaha membangun pengaman pantai. Pengaman pantai
bertujuan untuk mencegah erosi pantai dan penggenangan daerah pantai akibat
limpasan gelombang (overtopping).

Anda mungkin juga menyukai