Block Chain Inovation
Block Chain Inovation
2
10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04
Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Industri Minyak Goreng;
11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
14 Tahun 2012 tentang Penugasan Sebagian
Kewenangan Pengenaan Sanksi Administratif Kepada
Deputi Menteri Negara Lingkungan Hidup Bidang
Penaatan Hukum Lingkungan;
12. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun
2013 tentang Pedoman Penerapan Sanksi Administratif
di Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
13. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa
Barat Nomor 6 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah
Cair Bagi Kegiatan Industri di Jawa Barat;
MEMUTUSKAN :
3
e. menyimpan limbah B3 berupa oli bekas, lampu TL
bekas, fly ash dan bottom ash, kain majun
terkontaminasi limbah B3 dan filter oli bekas di
Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) limbah B3;
f. menetapkan titik penaatan untuk pengambilan contoh
uji;
g. melakukan pengujian emisi cerobong boiler dan emisi
cerobong genset;
h. memiliki Izin Penyimpanan Sementara Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun;
i. memiliki kontrak kerjasama penyerahan limbah B3
dengan pemanfaat atau penimbun atau pengolah atau
pengumpul limbah B3 yang memiliki izin;
j. membuat dan menyampaikan laporan catatan limbah
B3 kepada instansi lingkungan hidup; dan
k. menyampaikan laporan debit harian air limbah,
pencatatan produk bulanan, pemantauan harian kadar
parameter air limbah secara berkala kepada instansi
lingkungan hidup.
4
3. Pasal 5 Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor: Kep-
01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan
Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun, yang menyatakan bahwa:
Tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan
dan pengumpulan limbah B3 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
5
Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
industri minyak goreng wajib:
a. menaati baku mutu air limbah;
b. melakukan pengolahan air limbah sehingga mutu
air limbah yang dibuang tidak melampaui baku
mutu air limbah.
4. Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 angka 1 Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat
Nomor 6 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah
Cair Bagi Kegiatan Industri di Jawa Barat, yang
menyatakan bahwa:
Pasal 2 ayat (1)
Setiap jenis industri yang menghasilkan limbah
cair wajib memenuhi baku mutu limbah cair sesuai
dengan lampiran yang merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari Keputusan ini.
Pasal 3 angka 1
Setiap penanggung jawab kegiatan industri wajib
melakukan pengelolaan limbah cair sehingga mutu
limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak
melampaui baku mutu limbah cair yang telah
ditentukan.
6
d. cerobong emisi boiler tidak sesuai persyaratan teknis.
Hal ini melanggar ketentuan:
1. Pasal 30 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara, yang menyatakan bahwa:
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
dari sumber tidak bergerak yang mengeluarkan
emisi wajib menaati ketentuan persyaratan teknis.
2. Pasal 6 huruf a Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2007 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel
Uap, yang menyatakan bahwa:
Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang
mengoperasikan ketel uap wajib membuang emisi
gas melalui cerobong yang dilengkapi dengan sarana
pendukung dan alat pengaman sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
3. Pasal 1 ayat (2) huruf c Keputusan Kepala BAPEDAL
Nomor: KEP-205/BAPEDAL/07/1996 tentang
Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara
Sumber Tidak Bergerak, yang menyatakan bahwa:
Pedoman teknis pengendalian pencemaran udara
sumber tidak bergerak untuk persyaratan cerobong
sebagaimana tersebut dalam Lampiran III yang
meliputi pengaturan cerobong, lubang sampling dan
sarana pendukung.
7
Pasal 59 ayat (4)
Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
2. Pasal 9 ayat (5) dan Pasal 40 ayat (1) huruf a
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun, yang menyatakan bahwa:
Pasal 9 ayat (5)
Penyerahan limbah B3 kepada pemanfaat tidak
mengurangi tanggung jawab penghasil limbah B3
untuk mengolah limbah B3 yang dihasilkannya.
Pasal 40 ayat (1) huruf a
Setiap badan usaha yang melakukan kegiatan
penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan,
pengolahan dan/atau penimbunan limbah B3 wajib
memiliki izin operasi dari kepala instansi yang
bertanggung jawab.
8
2. Pasal 1 ayat (2) huruf a Keputusan Kepala
BAPEDAL Nomor: KEP-205/BAPEDAL/07/1996
tentang Pedoman Teknis Pengendalian
Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak, yang
menyatakan bahwa:
Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara
Sumber Tidak Bergerak ini diperlukan sebagai
pedoman teknis dalam upaya pengendalian
pencemaran udara bagi pelaksanaan pemantauan
kualitas udara sebagaimana tersebut dalam
Lampiran I yang meliputi mekanisme kunjungan
pendahuluan, periode pemantauan, penetapan
lokasi pemantauan emisi dan ambien, pemasangan
alat pemantauan kualitas udara dan pelaporan.
9
Badan usaha yang melakukan kegiatan
penyimpanan sementara dan/atau pengumpulan
limbah B3 wajib mengajukan permohonan izin
kepada bupati/walikota untuk izin penyimpanan
sementara dan izin pengumpulan limbah B3 skala
kabupaten/kota.
10
k. tidak menyampaikan laporan debit harian air limbah,
pencatatan produk bulanan, pemantauan harian kadar
parameter air limbah secara berkala kepada instansi
lingkungan hidup.
Hal ini melanggar ketentuan:
1. Pasal 8 huruf k Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2010 tentang
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau
Kegiatan Industri Minyak Goreng, yang menyatakan
bahwa:
Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
industri minyak goreng wajib menyampaikan
laporan debit harian air limbah, pencatatan produk
bulanan, pemantauan harian kadar parameter air
limbah, dan hasil analisa laboratorium terhadap
baku mutu air limbah secara berkala paling sedikit
1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan kepada
bupati/walikota dengan tembusan kepada
gubernur, Menteri, dan instansi terkait sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
2. Pasal 3 angka 8 Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 6 Tahun 1999
tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Industri di Jawa Barat, yang menyatakan bahwa:
Setiap penanggung jawab kegiatan industri wajib
menyampaikan laporan tentang catatan debit
harian, kadar parameter baku mutu limbah cair,
produksi dan/atau bahan baku bulanan senyatanya
sekurang-kurangnya tiga bulan sekali kepada
Gubernur Kepala Daerah dengan tembusan kepada
instansi terkait.
SUDARIYONO
13