Anda di halaman 1dari 10

BAB III

DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. DATA
No Otot Lurik Otot Polos
Berat Beban Panjang Otot Berat Beban Panjang Otot
1 Tanpa Beben 2,5 Cm (P01) Tanpa Beban 3 Cm (P02)
2 10 Gram 2,7 Cm (P10) 10 Gram 5 Cm (P10)
3 20 Gram 2,8 Cm (P20) 20 Gram 5,1 Cm (P20)
4 30 Gram 2,9 Cm (P30) 30 Gram 5,2 Cm (P30)
5 40 Gram 3,1 Cm (P40) 40 Gram 5,3 Cm (P40)
6 50 Gram 3,2 Cm (P50) 50 Gram 6 Cm (P50)

- Panjang otot lurik sebelum ditarik 2,5 cm


- Panjang otot polos sebelum ditarik 3 cm

B. ANALISIS DATA
Untuk kegiatan perlakuan pada otot rangka yang di ambil dari otot
rectus abdominalis, sebelum otot ditarik dengan bebean panjang otot 2,5 cm
(P01), didapatkan hasil bahwa ketika ditambahkan beban 10 gr, otot
mengalami pemanjangan menjadi 2,7 cm (P10). Kemudian untuk penambahan
beban 10 gr kedua, otot mengalami pemanjangan menjadi 2,7 cm. Lalu untuk
penambahan beban 10 gr ketiga, otot mengalami pemanjangan menjadi 2,8
cm. Selanjutnya untuk penambahan beban 10 gr ke empat otot mengalami
pemanjangan menjadi 3,1 cm. Dan yang terakhir adalah penambahan beban 10
gr yag ke lima, otot mengalami pemanjangan menjadi 3,2 cm (P50). Pada
perlakuan penambahan tersebut dapat dilihat bahwa terjadi penambahan
panjang otot pada setiap penambahan beban. Tetapi pertambahan panjang otot
tiap kali penambahan beban 10 gr sampai beban ke lima tidak konstan.
Untuk perlakuan pada otot polos yang di ambil dari saluran pencernaan
dengan panjang awal otot 3 cm (P02). Didapatkan hasil bahwa ketika
penambahan beban 10 gr pertama panjang otot bertambah menjadi 5 cm.
Untuk penambahan beban 10 gr kedua, panjang otot bertambah menjadi 5,1
cm. Untuk penambahan beban 10 gr ke ketiga, panjang otot bertambah
menjadi 5,2 cm. Untuk penambahan beban 10 gr ke empat, panjang otot
bertambah menjadi 5,3 cm. Selanjutnya untuk penambahan beban 10 gr
kelima, panjang otot bertambah menjadi 6 cm (P50). Sama halnya dengan
perlakuan pada otot rectus abdominalis, otot mengalami pemanjangan pada
setiap penambahan 10 gr beban hingga beban terakhir, namum pemanjangan
pada setiap penamabahan beban tersebut tidak konstan

C. PEMBAHASAN
Pratikum Ekstenbilitas dan Elastisitas yang dilakukan pada tanggal 19
Mei 2017 di Laboratorium IAIN Tulungagung. Praktikum ini dilakukan
dengan tujuan untuk mempelajari tentang sifat ekstensibilitas dan elastisitas
otot polos dan otot lurik, serta mampu mengembangkannya lewat penelitian.
Percobaan tersebut dilakukan dengan menggunakan potongan dari otot lurik
(otot rectus abdominalis) dan otot polos yang dipotong berukuran panjang
sekitar 2-3 cm. Yang pertama dilakukan pengukuran panjang otot antara dua
ikatan sebelum diberi beban kemudian berturut-turut tambahkan 10 gram
beban sampai 50 gram.

1. Otot
Otot merupakan suatu jaringan terbesar dalam tubuh yang dapat
dieksitasi dimana kegiatannya berupa kontraksi. Secara fisiologis otot
dibagi menjadi 3 jenis yaitu otot rangka, otot jantung, dan otot polos.
Dalam tubuh manusia terdapa lebih dari 500 otot skleletal dan merupakan
otot yang membentuk 40% tubuh. Otot ini terdiri dari serabut otot (muscle
fiber) yang berdiameter sekitar 10-80 mikron dan panjang meliputi hampir
seluruh panjang otot serta dipersarafi oleh satu saraf.1
Secara histologi otot rangka merupakan jaringan kontraktil yang
memiliki sel-sel yang dapat dirangsang secara kimiawi, listrik dan
mekanik untuk membangkitkan potensial aksi yang dihantarkan sepanjang
membran sehingga timbul kontraksi. Mekanisme kontraktil otot rangka
tergantung dari protein miosin, aktin, tropomiosin, dan troponin. Hampir

1
Lesmana,Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Terhadap Kekuatan dan Daya Tahan
Otot Biceps Brachialis Ditinjau dari Perbedaan Gender, Jurnal Fisioterapi Indonusa, V
(2),2013
seluruh otot rangka berawal dan berakhir di tendon dan serat-serat otot
rangka tersusun sejajar diantara ujung-ujung tendon, sehingga daya
kontraksi setiap unit akan saling menguatkan.2
Setiap otot baik otot serat lintang, otot polos maupun otot jantung
memiliki simpanan glikogen didalam otot. Glikogen merupakan bentuk
lain dari glukosa yang diubah untuk dijadikan sebagai cadangan energi.
Glikogen di dalam tubuh banyak disimpan didalam hati dan otot. Apabila
dibutuhkan maka glikogen dapat diubah menjadi glukosa yang merupakan
sumbr energi didalam tubuh. Setiap satu molekul glukosa akan diubah
menjadi 40 ATP. Tanpa ATP tubuh tidak dapat melakukan menjadi
metabolisme, sehingga kekuangan ATP dapat menyebabkan prose
kematian sel.3
2. Ekstensibilitas dan Elastisitas
Kontraksi otot terjadi setelah otot menerima rangsangan pada saraf
motoris atau rangsangan langsung pada otot tersebut. Pada keadaan
fisiologis rangsangan melalui saraf motoris yang berasal dari susunan saraf
pusat atau sum-sum tulang belakang melalui saraf eferen. Impuls tersebut
dipindahkan dari saraf ke saraf lain yang akhirnya mencapai
neuromuscular junction yang akhirnya mengeluarkan neurontransmitter
yaitu acetylcholin. Acetylcholin akan meningkatkan elastisitas membran
muscle fiber.4
Jaringan otot mempunyai kemampuan untuk ekstensibilitas yaitu
kemam-puan otot untuk mengulur atau memanjang. Elastisitas yaitu
kemampuan otot untuk kembali kepanjang semula atau normal.
2
Halimah A,Beda Pengaruh Antara Microwave Diathermy, Transverse Friction dan
Mills Manipulasi Dengan Microwave Diathermy dan Transverse Friction Terhadap
Penurunan Nyeri Akibat Tennis Elbow Tipe II, Jurnal Fisioterapi Indonusa, VII (2),2007,
122
3
Juliarto, dkk, The Role of Cause of Death by Ligature Asphyksia and Blooding Pricking
to Rigor Mortis Mechanism at New Zealand White Rabbit,(Semarang:UNDIP Press,)

4
Sulistyo, W., 2010, Pengaruh Latihan Half Squat dan Latihan Quarter Squat
pada Kecepatan Tendangan dan Daya Ledak Otot Tungkai, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Irritabilitas yaitu kemampuan otot untuk merespon rangsang.
Kontraktibilitas yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan memendek,
kemampuan ini dimiliki oleh semua jenis otot baik otot jantung, otot
rangka atau skeletal maupun otot polos.
Dari pengamatan yang kami amati dapat diketahui Ekstenbilitas
otot rectus abdominalis dan otot polos.
Ekstenbilitas otot rectus abdominalis

Esktensibilitas = P50-P01 X 100

P01

= 3,2 2,5 X 100

2,5

= 0,7 X 100

2,5

= 0,28 X 100 % = 28 %

Ekstenbilitas otot polos

ekstensibilitas = P50-P01 X 100

P01

= 63 X 100

= 3 X 100

= 1 X 100 % = 100 %
Sel-sel otot dikatakan memiliki sifat ekstenbilitas apabila dapat meregang
atau memanjang pada batas tertentu apabila diberikan beban. Jadi dapat
disimpulkan bahwa ekstenbilitas yang dimiliki oleh otot polos lebih besar yaitu
100% dibandingkan otot rectus abdominallis yaitu 28%.

Ekstensibilitas adalah kemampuan bertambahnya atau meningkatnya


pemanjangan otot Sifat ekstensibilitas umumnya terdapat pada beberapa jaringan
biologis, seperti pada otot lurik dan otot polos. Pada pengamatan praktikum kali
ini kami mendapatkan ekstensibilitas otot rektus abdominis dari katak sebesar
28%. Pertambahan panjang dari otot lurik katak ini tidak konstan meskipun beban
yang diberikan atau ditambahkan sama yaitu 10 gram setiap penambahan.

Penambahan beban yang diberikan pada otot rectus abdominis memiliki


pengaruh, yang akan terjadi pada komponen elastin (aktin dan miosin) dan
tegangan dalam otot tmeningkat dengan tajam, sarkomer memanjang dan bila
dilakukan terus menerus otot akan beradaptasi untuk meregang atau memanjang
namun dalam waktu yang sementara, karena ketika beban dikurangi atau
dilepaskan otot akan kembali kepada kondisiawal (elastis).

Hal ini sesuai teori, respon mekanik otot terhadap peregangan bergantung
pada myofibril dan sarkomer otot. Setiap otot tersusun dari beberapa serabut otot.
Satu serabut otot terdiri atas beberapa myofibril. Serabut myofibril tersusun dari
beberapa sarkomer yang terletak sejajar dengan serabut otot. Sarkomer merupakan
unit kontraktildari myofibril dan terdiri atas filament aktin dan miosin yang saling
tumpang tindih.

Sarkomer memberikan kemampuan pada otot untuk berkontraksi dan


relaksasi, serta mempunyai kemampuan elastisitas jika diregangkan. Sehingga
dapat ditarik kesimpulan alasan apa yang menyebabkan otot lurik ini tidak
mengalami pemanjangan yang stabil atau konstan meskipun beban yang diberikan
selalu sama setiap penambahan beban adalah seperti yang dipaparkan diatas
karena aktin dan myosin dan tegangan dalam otot meningkat, sarkomernya pun
juga memanjang dan ketika beban terus ditambah otot akan beradaptasi meregang
dan memanjang akan tetapi pertambahan panjang ini tidaklah permanen,
melainkan hanya sementara

Ekstensibilitas otot polos


Otot polos adalah otot dengan struktur tidak memiliki garis melintang
seperti otot skeletal (otot lurik). Otot polos banyak dijumpai di organ viseral
sehingga sering disebut dengan otot viseral. Sel otot polos memiliki bentuk seperti
gelendong dengan struktur saling beranastomosis satu sama lain.
Pertautan/hubungan kelistrikan antar sel otot polos melalui struktur gap junction
yang memungkinkan sekelompok sel pada area tertentu dapat berkontraksi
sebagai unit fungsional tunggal.
Struktur dari sel otot polos menunjukkan sebuah bundles/berkas
miofilamen kontraktil terdiri atas aktin dan miosin yang menancap pada satu
bagian ujung dari dense area di membran plasma dan bagian ujung yang lain
melalui dense bodies pada filamen intermediate. Struktur internal sel-sel otot
polos tampak kurang terorganisasi dengan baik jika dibandingkan dengan otot
rangka (lurik) dan otot jantung. Susunan filamen tebal dan filamen tipis dalam
otot polos tampak hampir acak, organisasi sarkomerik dan pita Z-nya tidak ada.
Proporsi dan organisasi filamen tebal dan filamen tipisnya berbeda, tidak tersusun
sejajar tetapi saling menyilang membentuk kisi-kisi. Rasio filamen tebal dan tipis
pada otot polos sebesar 1 : 16 sedangkan pada otot rangka (lurik) sebesar 1:2.
Filamen tipis hanya mengandung aktin dan tropomiosin tanpa troponin. Pada
kondisi relaksasi miofilamen kontraktil terorientasi dengan model memanjang
pada sel otot polos, dan pada saat terjadi sliding filamen aktin dan miosin, sel
akan memendek.
Otot polos berdasarkan aktivitasnya dibedakan menjadi dua yaitu otot
polos unit tunggal (single unit) dan otot polos unit jamak (multiple unit). Otot
polos multiple unit merupakan otot polos yang memiliki sifat gabungan antara
otot lurik dan otot polos single unit. Otot polos multiple unit memiliki unit-unit yg
terpisah dan mirip seperti unit motor otot lurik/skeletal sehingga memiliki sifat
neurogenik. Akan tetapi, berbeda dengan otot skeletal, respon kontraktil pada otot
polos multiple unit adalah potensial depolarisasi bertingkat. Kekuatan kontraksi
tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah unit yang terstimulasi dan kecepatan
stimulasi, tetapi juga oleh hormon dan obat yang bersirkulasi. Contoh tempat yang
banyak mengandung otot polos multiple unit yaitu dinding pembuluh darah besar,
otot lensa, otot iris, saluran udara besar paru, dan otot folikel rambut
Otot polos single unit juga disebut dengan otot polos viseral. Disebut
sebagai otot polos unit tunggal karena serabut otot polos menjadi aktif dan
berkontraksi secara serempak sebagai suatu unit tunggal. Otot polos unit tunggal
mempunyai sistem electrical junction/unit kelistrikan dan mekanik sebagai suatu
unit yang dikenal sebagai sinsitium fungsional. Otot polos unit tunggal mampu
membangkitkan stimulus pada selnya sendiri tanpa stimulus melalui saraf self
excitable. Sel otot polos unit tunggal juga tidak memiliki potensial istirahat yang
konstan dan fluktuasi potensial membrannya tanpa pengaruh eksternal sama
sekali. Depolarisasi spontan pada otot polos unit tunggal akibat adanya
pacemaker dan potensial gelombang lambat (slow-wave potentials). Kemampuan
otot polos unit tunggal untuk berkontraksi tanpa stimulus dari saraf disebut
sebagai aktivitas miogenik . Usus adalah salah satu otot polos single unit atau otot
polos viseral.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diperoleh, diketahui bahwa
panjang awal usus sebelum diberi beban (P01) adalah 3 cm sedangkan panjang
usus setelah diberi beban 50 gram (P50) adalah 6 cm. Setelah dilakukan analisis
data dengan cara perhitungan menggunakan rumus, diperoleh hasil bahwa
ekstensibilitas otot polos adalah sebesar 100%. Jika kita membandingkannya
dengan otot lurik, maka dapat dikatakan bahwa ekstensibilitas otot polos jauh
lebih besar daripada otot lurik yang ekstensibilitasnya hanya sebesar 28%. Hal ini
dikarenakan otot lurik memiliki sarkomer sedangkan otot polos tidak. Itulah yang
menyebabkan otot lurik memiliki ekstensibilitas yang lebih kecil daripada otot
polos.
BAB IV
PENUTUP
1. Sel-sel otot memiliki sifat khusus yang tidak dimiliki oleh sel-sel lain
yaitu sifat ekstensibilitas (sel-sel dapat meregang /memanjang sampai
batas tertentu apabila kepadanya diberikan gaya/ beban/tarikan),
2. Setelah dilakukannya percobaan ekstensibilitas pada otot lurik dan otot
polos maka didapatkan hasil/nilai sebagai berikut:
Ekstensibilitas otot lurik (otot rectus abdominis) adalah 28%,
elastisitas otot lurik (otot rectus abdominis) adalah 100%.

Daftar Rujukan

Lesmana, S. I., 2013, Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Terhadap Kekuatan


dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditinjau dari Perbedaan Gender,
Jurnal Fisioterapi Indonusa, V (2), 1

Halimah, A., 2007, Beda Pengaruh Antara Microwave Diathermy, Transverse Friction
dan Mills Manipulasi Dengan Microwave Diathermy dan Transverse Friction
Terhadap Penurunan Nyeri Akibat Tennis Elbow Tipe II, Jurnal Fisioterapi
Indonusa, VII (2), 122
Juliarto, F., Saddad, A, R., dan Santoso, The Role of Cause of Death by Ligature
Asphyksia and Blooding Pricking to Rigor Mortis Mechanism at New
Zealand White Rabbit, Universitas Diponegoro, Semarang.

Sulistyo, W., 2010, Pengaruh Latihan Half Squat dan Latihan Quarter Squat pada
Kecepatan Tendangan dan Daya Ledak Otot Tungkai, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai