Anda di halaman 1dari 10

Konsep Entitas

Konsep entitas adalah konsep yang paling dasar di dalam akuntansi karena ia
memberikan suatu batasan di sekitar organisasi yang berkepentingan. Yaitu bahwa
transaksi dari setiap entitas diperhitungkan secara terpisah dari transaksi organisasi
ataupun orang yang lainnya, termasuk para pemilik dari entitas tersebut. Pemisahan ini
memudahkan kita untuk mengukur prestasi kerja dan posisi keuangan dari entitas secara
sendiri terpisah dari semua entitas lainnya.
Suatu entitas usaha dapat berupa perusahan perseorangan, persekutuan dari dua
orang atau lebih, atau suatu perusahaan terbatas seperti (PT). Konsep entitas dapat
diterapkan pada semua jenis dan ukuran organisasi dengan cara yang sama. Pemilik dari
agen perjalanan, misalnya, memperhitungkan transaksi pribadinya terpisah dari transaksi
usahanya. Pembagian ini membuatnya dapat mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan
dari agen perjalanan tersebut. Jika ia mencampurkan catatan akuntansi pribadinya
dengan catatan usahanya, kemungkinan ia akan kehilangan informasi yang
dibutuhkannya untuk mengevaluasi usaha itu sendiri.
Konsep Kesinambungan
Dengan konsep kesinambungan ini diasumsikan bahwa suatu perusahaan akan
terus melanjutkan usaha seterusnya dan tidak akan dibubarkan, kecuali ada bukti
sebaliknya.Jika suatu usaha dihentikan, maka usaha tersebut akan menjual aktiva-
aktivanya, menukarkannya menjadi uangkas. Proses ini disebut likuidasi. Dengan uang kas
tersebut, perusahaan akan melunasi semuakewajibannya, dan para pemiliknya
mendapatkan sisa yang masih ada dari uang kas tersebut. Pada saat likuidasi, jumlah uang
kas yang diterima dari penjualan aktiva itu merupakan nilai kontannya. Begitu pula
kewajiban dibayarkan menurut nilai kontannya. Walaupun demikian, jika usaha tersebut
tidak dibubarkan, bagaimanakah cara pelaporan aktiva dan kewajiban tersebut di dalam
neraca?
Untuk tujuan kesinambungan, maka neraca akan melaporkan aktiva dan
kewajiban berdasarkan hargaperolehannya. Jika kita mempertimbangkan berapa harga
yang dapat direalisasikan/harga sesungguhnya di pasar saat itu maka akan membutuhkan
suatu perkiraan atau estimasi tertentu. Hal ini mungkin dapat bersifat objektif dan dapat
pula tidak objektif. Dengan menggunakan konsep kesinambungan, diasumsikan bahwa
entitas tersebut akan melanjutkan usahanya dalam waktu yangcukup lama untuk dapat
menutup harga perolehan dari aktiva-aktivanya.
Konsep kesinambungan memperbolehkan pelaporan dari aktiva dan kewajib- an
sebagai aktiva dan kewajiban lancar atau jangka panjang, suatu pembedaan yang sangat
berguna bagi para investor dan kreditor untuk mengevaluasi suatu perusaha- an. Misalnya
seorang kreditor ingin mengetahui bagian dari kewajiban perusahaan yang akan jatuh
tempo di tahun berikutnya dan bagian yang akan jatuh tempo sesudah satu tahun.
Asumsinya adalah bahwa entitas tersebut akan terus melanjutkan usahanya dan
mempertahankan keterikatan/komitmennya.

Konsep Periodisasi
Konsep Periodisasimemberikan jaminan bahwa informasi akuntansi dilaporkan
pada periode (interval) waktu yang teratur. Penyajian data akuntansi secara teratur ini
akan membantu dalam membandingkan hasil operasi perusaha- an menurut waktunya;
seperti dari tahun ke tahun, setiap kuartalan, dan seterusnya. Para manajer, para pemilik,
para pemberi pinjaman, dan masyarakat sertaperusahaan lainnya membutuhkan laporan
yang teratur untuk dapat mengetahui keberhasilan atau kegagalansuatu usahanya.
Walaupun keberhasilan yang sesungguhnya dari suatu perusahaan hanya dapat
diketahui dengan tepat dan pasti pada saat perusahaan dilikuidasi, akan tetapi para
pembuat keputusantersebut tidak dapat menunggu sampai saat perusahaan dilikuidasi
untuk dapat mengetahui apakah perusahaan itu menghasilkan laba.
Hampir seluruh perusahaan menggunakan periode tahunan sebagai periode waktu
dasar mereka. Laporan tahunan biasa dibuat di dalam usaha. Perusahaan juga
menyiapkan laporan kuartalan dan bulanan (yang disebut laporan interim) untuk
memenuhi kebutuhan para manajer, investor, dan para kreditor akan informasi yang
tepat waktu.
Konsep periode waktu juga mendasari penggunaan metode akrual. Misalkan
periode akuntansi suatu perusahaan berakhir pada tanggal 31 Desember dan perusahaan
telah berhutang/mengakui hutang - tetapi belum akan dibayar hingga periode akuntansi
yang berikutnya - sebesar Rp 900.000 atas beban gaji. Untuk mengaitkan beban ini pada
periode yang sesuai, maka dibuat ayat jurnal penyesuaian sebagai berikut:

31 Des Beban Gaji 900.000


Hutang Gaji 900.000
Ayat-ayat akrual menempatkan pendapatan dan beban pada periode akuntansi
yang tepat sehingga dapat membantu memberikan laporan-laporan keuangan yang
berarti.

Konsep Unit Monetery


Informasi akuntansi dinyatakan dalam moneter. Unit moneter adalah alat utama
dalam pengukuran aktiva. Pengukuran ini menggunakan uang sebagai denominator
umum dalam transaksi usaha. Konsep unit moneter ini memberikan suatu basis yang
teratur dalam memperlakukan nilai sisa yang digunakan dalam laporan keuangan.
Tidak seperti alat ukur lain, misalnya liter, meter, kilogram, nilai dari unit moneter
ini dapat berubah-ubah setiap waktu. Kita mengenal inflasi. Barang yang tiga tahun lalu
seharga Rp 5000 mungkin sekarang sudah seharga Rp6.000. Nilai uang selalu berubah.
Walaupun pada kenyataannya nilai uang selalu berubah namun dalam akuntansi yang
konvensional daya beliuang (dalam hal ini rupiah) diasumsi- kan tidak berubah.
Perusahaan akan mencatat seluruh aktiva dan kewajibannya berdasarkan nilai
perolehannya. Setiap aktiva dan kewajiban yang ada di dalam neraca adalah jumlah nilai
rupiah secara individual yang ditambah-tambahkan setiap waktu. Misalnya jika suatu
perusahaan membeli 1000 m2 tanah pada tahun 1975 seharga Rp 60.000.000 dan 100
m2 lagi pada tahun 1992 seharga Rp 300.000.000, maka nilai aktiva Tanah di dalam neraca
mempunyai nilai sisa sebesar Rp 360.000.000, artinya perubahan dalam daya beli rupiah
tersebut diabaikan. Konsep satuan moneter stabil adalah suatu dasar untuk
mengabaikan dampak dari inflasi tidak memerlukan pernyataan kembali untuk setiap
perubahan dalam nilai rupiah. Mari kita melihat kelemahan dari konsep ini.
Misalkan sebuah perusahaan lainnya membayar sebesar Rp 600.000.000 untuk
tanah dengan luas yang sama yaitu 200 m2 pada tahun 1995. Tanah tersebut sama
dengan tanah yang dimiliki oleh perusahaan yang terdahulu, tetapi neraca perusahaan
menunjukkan nilai tanah yang lebih besar daripada perusahaan terdahulu. Bagaimana
kita dapat membandingkan neraca kedua perusahaan tersebut? Perbandingan yang
didasarkan atas konsep unit moneter stabil tidak dapat kitalakukan karena
membandingkan nilai rupiah pada saat yang berbeda sama seperti membandingkan apel
dengan jeruk.

D. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI
Prinsip Keandalan (Objektivitas)
Prinsip keandalan menuntut agar informasi akuntansi dapat diandalkan (bebas
dari kesalahan dan bias yang sangat besar). Para pemakai informasi akuntansi
bergantung pada kebenaran informasi tersebut. Agar dapat diandalkan, maka informasi
tersebut harus dapat diuji kebenarannya oleh orang luar usaha itu. Para pemakai
laporan keuangan akan menganggap bahwa informasi tersebut dapat diandalkan jika
para ahli atau para pengukur yang independen benar-benar sepakat bahwa informasi itu
didasarkan atas suatu pengukuran yang jujur dan objektif.
Informasi yang bias yaitu data yang disiapkan dari suatu sudut pandang tertentu dan
bukan berdasarkan atas fakta-fakta yang objektif. Misalkan suatu perusahaan membeli
persediaan barang seharga Rp 25.000. Pada akhir periode akuntansi, persediaan
tersebut sudah menurun nilainya dan mempunyai harga sebesar Rp 20.000. Berdasarkan
aturanLowerofcostormarket (LCM rule), perusahaan harus mencatat suatu kerugian sebesar
Rp 5.000 ataspenurunan nilai persediaan tersebut. Manajemen perusahaan menganggap
bahwa nilai yang tepat untuk persediaan tersebut adalah Rp 22.000, tetapi hal itu
hanyalah berdasarkan suatu pendapat saja. Jika manajemen melaporkan seharga Rp
22.000, maka jumlah aktiva dan ekuitas pemilik total akan kelebihan di dalam laporan
neraca. Dan pendapatanpun akan kelebihan di dalam laporan laba rugi.
Untuk mendapatkan gambaran nilai persediaan yang dapat diandalkan,
manajemen dapat melihat pada daftar harga yang terbaru dari pemasok persediaan atau
menghubungi penilai profesional di luar perusahaan untuk menilai kembali harga
persediaan tersebut. Bukti yang dikumpulkan dari luar perusahaan akan memberikan
informasi yang dapat diandalkan dan juga dapat diuji kebenarannya. Prinsip keandalan
diterapkan pada semua informasi akuntansi di dalam neraca dan dari pendapatan hingga
laba bersih di dalam laporan laba-rugi.

Prinsip dapat Dibandingkan


Prinsip keterbandingan mencakup dua hal. Pertama, informasi akuntansi harus
dapat dibandingkan antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Kedua, laporan
keuangan dari suatu perusahaan harus dapat dibandingkan antara satu periode dengan
periode berikutnya.
Bentuk laporan keuangan yang standar akan membantu perbandingan antara
perusahaan yang berbeda. Dengan menggunakanistilah yang sama untuk unsur di dalam
laporan: aktiva, kewajiban, pendapatan dan seterusnya juga akan membantu proses
perbandingan.Walaupun demikian,antara perusahaan yang sama menggunakan bentuk
laporan dan istilah yang standar, proses perbandingan ini akan jauh dari sempurna,
karena adanya pelbagai alternatif penggunaan metode akuntansi. Perbandinganantara
perusahaan yang menggunakan metode persedia- an yang berbeda misalnya, LIFO dan
FIFO, akan menjadi sulit dilakukan.
Prinsip dapat dibandingkan ditekankan bahwa pada setiap perusahaan itu sendiri
harus dapat menyediakan informasi akuntansi yang dapat dibandingkanantar periode.
Untukitu maka perusahaan harus menerapkan praktik metode akuntansi yang sama
dari periode ke periode(konsistensi).Suatu perusahaan yang menggunakan FIFO
untuk persediaannya dan metode penyusutan garis lurus dalam satu periode harus
menerapkan metode yang sama pada periode berikut- nya. Kalau tidak, seorang
pemakai laporan keuangan tidak dapat mengetahui apakah perubahan di dalam
pendapatan dan aktiva berasal dari operasinya ataukah berasal dari cara perusahaan
melakukan operasinya.
Perusahaan masih dapat mengubah metode akuntansi yang digunakan jika ada
perubahan dalam operasi usahanya. Misalnya perusahaan dapat menambah suatu lini
produk baru yang memerlukan metode persediaan yang berbeda. Sifat, pengaruh
sertaalasan dilakukannya perubahan tersebut harus diungkapkan dalam laporan
keuangan periode terjadinya perubahan itu.

Prinsip Biaya
Prinsip biaya menyatakan bahwa aktiva dan jasa dicatat berdasarkan harga
perolehannya atau "harga pertukaran" dan bahwa catatan akuntansi dari aktiva terus
didasarkan atas harga tersebut bukan berdasarkan nilai harga pasar yang berlaku. Dengan
menetapkan bahwa aktiva harus dicatat pada harga perolehannya, prinsip biaya ini juga
mengatur pencatatan dari kewajiban dan ekuitas pemilik. Misalkan sebuah developer
tanah membeli 20 hektar tanah seharga Rp 50.000.000. Biaya-biayatambahan termasuk
fee untuk pemerintah daerah (Rp 1.500.000), pemindahan bangunan yang tidakdiperlukan
(Rp 10.000.000), dan landscaping (Rp 20.000.000), menjadikan total biaya Rp81.500.000.
Maka akun tanah mencakup nilai tersebut karena nilai tersebut merupakan harga
tanah yang sesungguhnya hingga tanah itu dapat digunakan. Jika diasumsi- kan bahwa
developer itu memiliki tanah tersebut selama satu tahun, kemudian ia menawarkan untuk
dijual seharga Rp 200.000.000. Maka prinsip biaya menetapkan bahwa nilai akuntansi
dari tanah tersebut tetap sebesar Rp 81.500.000.

Prinsip Pendapatan
Prinsip pendapatan memberikan panduan untuk menentukan waktu/saat
dilakukannya pencatatan suatu pendapatan dan jumlah dari pendapatan yang harus
dicatat. Hukum yang berlaku umum adalah bahwa pendapatan harus di catat pada
saat transaksi untukmenghasilkan pendapatan tersebut telah terjadi dan bukan
sebelumnya.Beberapa pendapatan, seperti bunga dan sewa, akan diterima kemudian
sejalandengan berlalunya waktu. Saat dan jumlah pen- dapatan sangat mudah
untuk diperhitungkan. Jumlah pendapatan yang dihasil- kan akan dicatat pada setiap
periode waktu.
Beberapa pendapatan lainnya dihasilkan dengan cara menjual barang atau
memberikan jasa-jasa. Menentukan kapan saatnya pendapatan tersebut diakui tergantung
pada lebih banyak faktor daripada hanya sekedar berlalunya waktu. Berdasarkan
prinsip pendapatan, ada lima kondisi yang harus dipenuhi sebelum pendapatan
tersebut dicatat:
1. Perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat
kepemilikan barang pada pembeli
2. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian yang efektif atas barang
yang dijual
3. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal
4.Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir
kepada perusahaan tersebut
5. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat
diukur dengan andal.

Jumlah pendapatan yang harus dicatat adalah nilai dari aktiva yang diterima -
biasanya kas atau piutang. Walaupun demikian, dapat timbul situasi-situasi di mana
jumlah pendapatan atau saat dari diakuinya suatu pendapatan tidak mudah untuk
ditentukan. Ada empat metode yang dapat dijadikanpanduan untuk menerap- kan prinsip
pendapatan ini dalam keadaan yang berbeda-beda.
METODE PENJUALAN.Berdasarkan metode ini, pendapatan diakui pada saat
terjadinya penjualan atau pada tanggal penjualan, biasanya merupakan tanggal
pemindahan hak milik/risiko kepada langganan (menurut SAK). Misalkan pada penjualan
eceran di sebuah toko perangkat keras. Pada saat terjadinya penjualan, langganan
membayar kepada toko dan mengambil barang yang dibelinya. Toko akan mencatat
penjualan itu dengan mendebit Kas dan mengkredit Pendapatan Penjualan. Pada situasi
lain, saat penjualan (point of sales) terjadi ketika penjual mengirimkan barang kepada
pembeli.
METODE PENERIMAAN UANG.Metode ini digunakan hanya jika penerimaan uang
kas dianggap masih belum pasti. Yaitu dalam hal terdapat ketidakpastian yang besar
mengenai kolektibilitas piutang yang timbul dari penjualan barang/jasa, maka pengakuan
pendapatan dapat ditunda sampai saat diterimanya kas. Berdasarkan metode ini, penjual
menunggu hingga uang kas benar-benarditerima untuk dapat mencatat suatu penjualan.
Para profesional seperti dokter dan pengacara menggunakan metode penerimaan
uang, karena mereka seringkali sulit untuk melakukan penagihan atas piutang-piutangnya.
Mereka tidak dapat menentukan begitu saja bahwa mereka dapat melakukan penagihan
atas pendapatannya, sehingga mereka akan menunggu hingga benar-benar menerima
uang kas untuk mencatat pendapatan tersebut. Metode penerimaan uang ini bersifat
konservatif karena pendapatan tidak akan dicatatsebelum penerimaan uang kas.
METODE ANGSURAN.Suatu jenis dari metode penerimaan uang yang digunakan
pada penjualan dengan angsuran. Pada suatu penjualan angsuran tertentu, pembeli
memberikan uangmuka terlebih dahulu pada saat kontrak ditandatangani dan akan
membayar sisanya dengan angsuran. Dengan metode angsuran, laba kotor
(pendapatan penjualan dikurangi harga pokok penjualan) akan dicatat pada saat kas
ditagih.
Misalkandeveloper real estat menjual tanah seharga Rp 80.000.000 ditam- bah
tiga kali angsuran tahunan sebesar Rp 120.000.000, Rp 140.000.000 dan Rp
160.000.000 (total Rp 500.000.000). Harga perolehan tanah tersebut sebesar Rp
300.000.000, jadi laba kotornya Rp 200.000.000, yang dihitung sebagai berikut:
Penjualan Angsuran Rp 500.000.000
Harga Pokok Penjualan Tanah Rp 300.000.000
Laba Kotor Rp 200.000.000

Untuk menentukan laba kotor yang berkaitan dengan setiap penagihan


berdasarkan metode angsuran ini, kita harus menghitung dahulu persentase laba kotornya,
yaitu :
Laba Kotor
Persentase
Laba Kotor
40 %
=

Penjualan Angsuran
=

Rp 200.000.000
Rp 500.000.000
=

Kemudian kita menerapkan persentase laba kotor ini pada tiap penagihan. Hasilnya
adalah jumlah laba kotor yang dicatat sebagai pendapatan pada saat kas diterima.
Persentase
Tahun Penagihan Laba Kotor
Laba Kotor
Rp 0.4 Rp
1
80.000.000 32.000.000
2 120.000.000 0.4 48.000.000
3 140.000.000 0.4 56.000.000
4 160.000.000 0.4 64.000.000
Total Rp 0.4 Rp
500.000.000 200.000.000

Pada tahun pertama laba kotor yang dicatat sebesar Rp 32.000.000, pada tahun
kedua Rp 48.000.000, dan seterusnya. Jumlah laba kotor total (Rp 200.000.000) sama
dengan jumlah menurut metode penjualan. Dengan metode penjualan, jumlah total laba
kotor sebesar Rp 200.000.000 dicatat saat awal dari kontrak. Penjualan setiap tahunnya
akan mempunyai persentase laba kotor yang berbeda-beda. Contoh di atas, penjualan
angsuran ditahun pertama menghasilkan laba kotor 40%. Misalkan penjualan tahun ke-
2 menghasilkan laba kotor 45%, tahun ke-3 penjualan menghasilkan 42%, dan tahun ke-4
penjualan menghasilkan 35%. Jumlah laba kotor total untuk satu tahun adalah jumlah
seluruh laba kotor yang tercatat pada penagihan kas yang dilakukan pada tahun itu.
Dengan menggunakan penerimaan kas yang diasumsikan pada penjualan
angsuranyang dilakukan pada tahun-tahun ke-2,3, dan 4, maka penghitungan laba kotor
untuk tahun-tahun 1 hingga 4 adalah sebagai berikut. Semua jumlah di tahun ke-1
diambil dari penghitungan yang telah kita lakukan di atas.

Tabel 1. Perhitungan Laba Kotor Menurut Tahunnya


Penerimaan Kas x Persentase Laba Kotor
%Laba
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4
Kotor
Penjualan tahun ke 40% Rp 80.000.000 x 0,40 Rp Rp Rp
1 120.000.000x0,40 140.000.000x0,40 160.000.000x0,40
= Rp 32.000.000 = Rp 48.000.000 = Rp 56.000.000 = Rp 64.000.000
Penjualan tahun ke 45% 90.000.0000x0,45 100.000.000x0.45 20.000.000x0,45
2 = Rp 40.500.000 = Rp 45.000.000 = Rp 9.000.000
Penjualan tahun ke 42% 75.000.000x0,42 65.000.000x0,42
3 = Rp. 31.500.000 = Rp 27.300.000
Penjualan tahun ke 35% 30.000.000 x 0,35
4 = Rp 10.500.000
Total Laba kotor Rp 32.000.000 Rp 88.500.000 Rp 132.500.000 Rp 110.800.000

Metode angsuran ini sangat menarik untuk tujuan pajak pendapatan karena ia
menunda pencatatan suatu pendapatan dan begitu puladengan pembayaran pajaknya.
Walaupun demikian, metode ini hanya dapat diterapkan pada keadaan yang sangat
terbatas -misalnya penjualan pada perusahaan real estat. Menurut prinsip akuntansi
yang lazim, metode ini hanya diperbolehkan jika tidak ada lagi dasar untuk
memperkirakan penghitungan yang lazim dan cukup bisa diterima.
METODE PERSENTASE PENYELESAIAN. Pembangunan gedung-gedung
perkantoran, jambatan-jembatan, bendungan, dan aktiva-aktiva besar lainnya sering- kali
mencakup beberapa tahun lamanys. Masalah akuntansi untuk perusahaan kontraktor
ini adalah kapan saatnya mencatat pendapatan. Pendekatan yang paling konservatif
adalah mencatat semua pendapatan yang dihasilkan dalam proyek tersebutpada periode
diselesaikannya proyek itu. Prosedurini, disebutjuga metode kontrak selesai, dapat
diterima untuk situasi-situasi tertentu.
Menurut metode yang lebih disukai, yaitu metode persentase penyelesaian,
perusahaan kontraktor akanmengakui pendapatan atas dasar persentase pekerjaan yang
diselesaikan. Setiap tahun perusahaan akan memperkirakan persentase penyelesaian
pekerjaan sejalan dengan perkembangan pekerjaan tersebut. Salah satu cara untuk
membuat perkiraan tersebut adalah dengan membandingkan biaya yang terjadi pada
tahun itu dengan total taksiran biaya proyek. Persentase ini kemudian dikalikan dengan
jumlah total pendapatan proyek untuk mendapatkan pendapatan konstruksi/proyek pada
tahun tersebut. Laba proyek pembangunan untuk tahun itu adalah pendapatan dikurangi
biayanya.

Misalkan PT Tenaga Abadi menerima suatu kontrak untuk membangun sebuah


pembangkit tenaga listrik dengan nilai Rp 42 milyar. Perkiraan perusahaan untuk
totalbiaya selama 3 tahun periode konstruksi adalah Rp 36 milyar : Rp 6 milyar di tahun 1,
Kp 18 milyar ditahun 2 dan Rp 12 milyar di tahun 3. Pendapatan dan laba dari konstruksi
tersebut dalam waktu 3 tahun adalah: (dalam milyar rupiah).
v

Anda mungkin juga menyukai