Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan pada proses pembekuan darah, dapat berupa kelainan yang


diturunkan secara genetik atau kelainan yang didapat. Gangguan pembekuan yang
didapat bisa disebabkan oleh adanya gangguan faktor koagulasi karena
kekurangan faktor pembekuan yang tergantung vitamin K, penyakit hati,
percepatan penghancuran faktor koagulasi dan inhibitor koagulasi. Kekurangan
vitamin K sering ditemukan pada dua kelompok pasien, yaitu pasien yang
mengalami gangguan absorpsi usus dan bayi prematur baru lahir. Pada bayi
dengan defisiensi vitamin K mengalami penurunan faktor dependen vitamin K
seperti faktor II, VII, IX, dan X.1
Acquired Prothrombin Complex Deficiency (APCD) merupakan bentuk
lanjutan dari Vitamin K Deficiency Bleeding (VKDB) dan disebut sebagai
defisiensi kompleks protrombin sekunder. APCD terjadi mulai usia 8 hari hingga
6 bulan, dengan insiden tertinggi usia 3-8 minggu. Perdarahan intrakranial
merupakan 80-90% dari manifestasi klinis APCD yang mana menyebabkan
mortalitas pada anak sekitar 10-25% serta menyebabkan kecacatan sekitar 40-
65%.2
VKDB merupakan gangguan perdarahan yang telah dilaporkan dari
berbagai negara didunia termasuk Amerika bagian Utara, Eropa, Australia, dan
juga Asia. Angka kematian yang diakibatkan oleh APCD di Asia mencapai
1:1200 hingga 1:1400 per kelahiran, hal ini terjadi di beberapa daerah Asia yang
tidak memberikan profilaksis vitamin K secara rutin pada bayi yang baru lahir.3,4
Berdasarkan studi retrospektif yang telah dilakukan dibangsal anak RSUP
Dr. M. Djamil Padang dari bulan januari 2004 sampai dengan bulan desember
2007 mengenai perdarahan intra kranial pada anak yang dilihat berdasarkan CT-
Scan, telah dijumpai sebanyak 15 bayi mengalami perdarahan intrakranial dengan
rentang usia 3-20 minggu yang mana tidak satupun dari bayi tersebut yang
mendapatkan profilaksis vitamin K setelah lahir.5
Di Jepang, insidensi VKDB berkisar antara 20-25 pasien per 100.000
kelahiran, sedangkan di Vietnam kasus VKDB dilaporkan berkisar antara 116

1
2

pasien per 100.000 kelahiran. Sebuah insiden APCD yang tinggi dijumpai di
negara Thailand, yaitu sekitar 35 anak dari 100.000 kelahiran.3,4
Indonesia, pada tahun 2004 telah dijumpai kasus APCD sebanyak 35
kasus, yaitu 21 kasus ditemukan di RSCM Jakarta, 6 kasus di RS Dr Sardjito
Yogyakarta, dan 8 kasus ditemukan di RSU Dr Soetomo Surabaya.4
3

BAB III
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Definisi

APCD merupakan bentuk lanjutan dari Vitamin K Deficiency Bleeding


(VKDB) dan disebut sebagai defisiensi kompleks protrombin sekunder atau
VKBD tipe lambat.2

2.2 Etiologi

Defisiensi kompleks protrombin seperi faktor II, VII, IX, dan X


merupakan penyebab terjadinya gangguan koagulasi darah yang mana
memerlukan vitamin K untuk proses sintesisnya. Penyebab dari APCD tersering
adalah akibat defisiensi vitamin K yang dialami oleh bayi karena:2,4
1. Rendahnya kadar vitamin K dalam plasma dan cadangan hati
2. Rendahnya kadar vitamin K dalam ASI
3. Tidak mendapatkan injeksi vitamin K pada saat bayi baru lahir

Kekurangan vitamin K pada bayi sebagian besar disebabkan oleh karena


pada saat lahir belum tersedianya vitamin K dalam tubuhnya dan kebutuhan
tersebut hanya dapat diperoleh dari asi, sedangkan kadar vitamin K dari asi sendiri
tidak mencukupi kebutuhan tubuh bayi, yang mana kadar vitamin K didalam asi
kurang dari 5 mg/ml.4
Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi
vitamin K pada anak antara lain akibat obat-obatan yang mengganggu
metabolisme vitamin K yang dikonsumsi ibu selama kehamilan, seperti
antikonvulsan (karbamazepin, fenitoin, fenobarbital), antibiotik (sefalosporin),
antituberkulostatik (Isoniazid, rifampisin), dan antikoagulan seperti warfarin.4

2.3 Gangguan Koagulan Akibat Defisiensi Vitamin K

Vitamin K merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak, yang
mana vitamin ini diperlukan dalam mensintesis produk-produk untuk pembekuan
darah, seperti faktor II, VII, IX, dan X, yang mana produk-produk ini disebut
4

sebagai kompleks protrombin serta protein C dan S yang berperan sebagai


antikoagulan.4
Molekul-molekul faktor II, VII, IX, dan X pertama kali disintesis dalam
sel hati dan disimpan dalam bentuk prekusor yang tidak aktif. Vitamin K
diperlukan untuk konversi prekursor tidak aktif menjadi faktor pembekuan yang
aktif. Apabila terjadi kekurangan vitamin K maka akan menyebabkan terjadinya
gangguan proses koagulasi yang mengakibatkan terjadinya perdarahan.4
Pada kondisi defisiensi vitamin K, rantai polipeptida dari faktor koagulasi
yang diperoleh dari vitamin K tetap terbentuk normal, namun fase karboksilasi
tidak terjadi. Sehingga bentuk akarboksi dari faktor II, VII, IX, dan X tidak
mampu berikatan dengan ion kalsium serta tidak dapat berubah menjadi bentuk
aktif yang mana diperlukan dalam proses koagulasi.

2.4 Beberapa Hal yang Harus Dipantau2

Evaluasi Skala Koma Glasgow, refleks okulosefalik (Dolls eye


movement), pola napas, ubun-ubun besar, dan kejang
Monitor balans cairan dan elektrolit
Konsultasi ke departemen rehabilitasi medis jika pasien sudah stabil untuk
mobilisasi bertahap, mencegah spastisitas, dan kontraktur
Monitor tumbuh kembang

2.5 Pencegahan4

Untuk pencegahan dapat diberikan profilaksis vitamin K, yang mana


vitamin K sendiri memiliki tiga bentuk, yaitu :
1. Vitamin K1 (phylloquinone) yang terdapat di dalam syur-sayuran
2. Vitamin K2 (Menaquinone) yang disintesis oleh flora normal usus
3. Vitamin K3 (menadione) merupakan vitamin K sintetis yang sekarang
jarang digunakan karena dapat menyebabkan anemia hemolitik

Pemberian vitamin K secara oral kurang efektif digunakan untuk


pencegahan APCD. Amerika Serikat merekomendasikan penggunaan
phytonadione yang merupakan suatu sintesis analog dari vitamin K1 yang larut
dalam lemak serta diberikan secara intra muskular pada semua bayi yang baru
5

lahir. Dosis vitamin K yang direkomendasikan adalah 0,5 mg sampai 1 mg dosis


tunggal intramuskular pada semua bayi baru lahir.4,6
6

BAB IV
ANALISA KASUS

Acquired Prothrombin Complex Deficiency (APCD) merupakan bentuk


lanjutan dari Vitamin K Deficiency Bleeding (VKDB) dan disebut sebagai
defisiensi kompleks protrombin sekunder. APCD terjadi mulai usia 8 hari hingga
6 bulan, dengan insiden tertinggi usia 3-8 minggu. Perdarahan intrakranial
merupakan 80-90% dari manifestasi klinis APCD yang mana menyebabkan
mortalitas pada anak sekitar 10-25% serta menyebabkan kecacatan sekitar 40-
65%. (Pudjiadi, 2009). APCD merupakan bentuk lanjutan dari Vitamin K
Deficiency Bleeding (VKDB) dan disebut sebagai defisiensi kompleks protrombin
sekunder atau VKBD tipe lambat.2
Penegakan diagnosis APCD dapat ditegakkan berdasarkan:
A. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan2 :
Bayi kecil (usia 1-6 bulan) yang sebelumnya sehat dan tiba-tiba
terlihat pucat, lemah, malas minum, dan banyak tidur
Tidak mendapatkan vitamin K saat lahir
Kejang fokal
.
Defisiensi kompleks protrombin seperi faktor II, VII, IX, dan X
merupakan penyebab terjadinya gangguan koagulasi darah yang mana
memerlukan vitamin K untuk proses sintesisnya. Penyebab dari APCD tersering
adalah akibat defisiensi vitamin K yang dialami oleh bayi karena:2,4
1. Rendahnya kadar vitamin K dalam plasma dan cadangan hati
2. Rendahnya kadar vitamin K dalam ASI
3. Tidak mendapatkan injeksi vitamin K pada saat bayi baru lahir

Kekurangan vitamin K pada bayi sebagian besar disebabkan oleh karena


pada saat lahir belum tersedianya vitamin K dalam tubuhnya dan kebutuhan
tersebut hanya dapat diperoleh dari asi, sedangkan kadar vitamin K dari asi sendiri
tidak mencukupi kebutuhan tubuh bayi, yang mana kadar vitamin K didalam asi
kurang dari 5 mg/ml.4,6
7

Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi


vitamin K pada anak antara lain akibat obat-obatan yang mengganggu
metabolisme vitamin K yang dikonsumsi ibu selama kehamilan, seperti
antikonvulsan (karbamazepin, fenitoin, fenobarbital), antibiotik (sefalosporin),
antituberkulostatik (Isoniazid, rifampisin), dan antikoagulan seperti warfarin.4
Adapun penyebab lain dari gangguan pembekuan darah pada anak yang
dapat dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 2.1 Faktor penyebab gangguan koagulasi pada anak.4

Berdasarkan hasil anamnesis pada pasien ditemukan pasien usia 28 hari


datang dengan keluhan kejang 1 kali sebelum masuk Rumah Sakit. Kejang
dirasakan seperti kaki dan tangan kaku yang berlangsung 1 menit. Kejang
diawali dengan demam yang dirasakan tidak begitu tinggi. Dua hari sebelum
masuk rumah sakit pasien sudah pucat, lemas dan malas minum ASI. Pasien tidak
mendapatkan vitamin K segera setelah lahir.
8

B. Pemeriksaan Fisik.2
bayi tampak pucat tanpa ada perdarahan yang nyata
terjadinya peningkatan tekanan intra kranial yang tampak dengan
gejala ubun-ubun terlihat membonjol, penurunan kesadaran, dan papil
edema
adanya defisit neurologis, seperti kejang fokal, hemiparesis, paresis
nervus kranialis
Dari hasil pemeriksaan fisik pada pasien ditemukan bayi mengalami
penurunan kesadaran, tampak pucat dan lemas, ubun-ubun yang menonjol, bibir
kering. Pasien sempat mengalami kejang 1 kali sebelum masuk Rumah Sakit.
Pasien juga mengalami muntah 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Muntah
berisikan cairan dengan volume aqua gelas.

C. Pemeriksaan Penunjang.2
Darah perifer lengkap, maka akan dijumpai anemia berat dengan
jumlah trombosit yang normal
Pemeriksaan PT akan dijumpai memanjang dan APTT dapat
memanjang ataupun normal
USG kepala ataupun CT-Scan kepala akan dijumpai adanya
perdarahan intra kranial, sehingga tekanan intra kranial meningkat

Dari hasil pemeriksaan penunjang hasil darah rutin Hb: 9,8 mg/dl dan
trombosit dalam batas normal. Berdasarkan hasil CT-Scan ditemukan perdarahan
intrakranial berupa SAH, SDH dan udema cerebri.

D. Penatalaksanaan2
Mengatasi Perdarahan
Vitamin K1 1 mg IM selama 3 hari berturut-turut
Transfusi Fresh Frozen Plasma 10-15 ml/kgBB
Transfusi Packed Red Cel sesuai kadar hemoglobin
Tatalaksana kejang dan peningkatan tekanan intrakranial
o Manitol 0,51 gr/kgBB/kali atau furosemid 1 mg/kgBB/kali
dapat diberikan untuk menurunkan tekanan intrakranial dan
9

memerlukan pemantauan yang ketat untuk terjadinya syok atau


perdarahan yang terus meningkat
o Konsultasi ke bedah syaraf untuk tindakan operatif tergantung
seberapa besar perdarahan yang terjadi dan defisit neurologis
yang timbul. Kriteria yang memerlukan tindakan operatif yaitu
volume perdarahan yang luas serta menekan batang otak, dan
adanya sumbatan aliran liquor serebrospinalis akibat
perdarahan

Pemberian fresh frozen plasma (FFP) dapat dipertimbangkan pada bayi


dengan perdarahan yang sangat luas dengan dosis 10-15 ml/kgBB, yang mana
FFP ini mampu meningkatkan kadar faktor koagulasi yang tergantung dengan
vitamin K sampai 0,1-0,2 Unit/ml. Respon FFP biasanya muncul dalam waktu 4-6
jam setelah pemberian yang ditadai dengan berhentinya perdarahan dan
hemostasis membaik. Pada bayi yang cukup bulan apabila tidak ada perbaikan
dalam waktu 24 jam, maka harus dicurigai adanya kelainan lain, seperti penyakit
hati.4
Pada pasien telah diberikan:
Ampicillin 2 x 75 mg IV
Gentamicin 2 x 6 mg IV
Neo K/24 jam selama 3 hari IM
Furosemide 2,7 mg/12 jam IV
Phenitoin 7 mg/12 jam IV
Dexametasone 1gr/12 jam IV
Transfusi PRC 30 cc
10

BAB V
KESIMPULAN

APCD merupakan bentuk lanjutan dari Vitamin K Deficiency Bleeding


(VKDB) dan disebut sebagai defisiensi kompleks protrombin sekunder atau
VKBD tipe lambat. Penyebab dari APCD tersering adalah akibat defisiensi
vitamin K. Kekurangan vitamin K pada bayi sebagian besar disebabkan oleh
karena pada saat lahir belum tersedianya vitamin K dalam tubuhnya dan
kebutuhan tersebut hanya dapat diperoleh dari asi, sedangkan kadar vitamin K
dari asi sendiri tidak mencukupi kebutuhan tubuh bayi, yang mana kadar vitamin
K didalam asi kurang dari 5 mg/ml, sehingga dibutuhkan segera penyuntikan
vitamin K1 0,5 mg sampai 1mg intramuskular.
11

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Schwartz, William M. Pedoman Klinis Pediatri. Editor: Mahanani DA, Susi N.


EGC. Jakarta. 2005. Hal: 167-168.

2. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati


ED. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. IDAI. 2011.
Hal: 41-42.

3. Pansatiankul B, Jitapunkul S. Risk Factors of Acquaried Prothrombin Complex


Deficiency Syndrome: A Case-Control Study. J Med Assoc Thai. 2008. Vol:
91. Hal: 1-5.

4. Bambang P, Mia RA, Ugrasena IDG. Perdarahan yang Terjadi Akibat


Defisiensi Kompleks Protrombin. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak
XXXV. 2005. Hal: 1-16.

5. Izzah AZ, Syarif I. Perdarahan Intrakranial pada Bayi di Rumah Sakit Dr. M.
Djamil. Majalah Kedokteran Andalas. 2008. No:1. Vol: 32. Hal: 89-92

6. Asrul, Ervany N, Lubis BM, Azlin E, Emsyah L, Lubis B, Tjipta GD.


Perbandingan Pemberian Vitamin K Dosis Tunggal Intramuskular pada Bayi
Prematur dan Aterm Terhadap Masa Protrombin. Sari Pediatri. 2007. No:1.
Vol: 9. Hal: 17-22.

Anda mungkin juga menyukai