Anda di halaman 1dari 19

TATAAN TEKTONIK VS VOLCANO TYPE

I. Pengertian Lempeng
Lempeng adalah batuan padat, berbentuk menyerupai balok yangbersifat kaku dan
berukuran sangat besar.
Kata tektonik berasal dari bahasa Yunani yang artinya membangun. Teori tektonik
lempeng menyatakan bahwa lapisan terluar bumi tersusun dari fragmen-fragmen yang
berjumlah lebih dari selusin yang terdiri dari lempeng-lempeng besar maupun kecil,
dimana lempeng-lempeng tersebut saling bergeser satu dan lainnya diatas lapisan material
yang bersifat mobile dan panas.
Beberapa ahli kebumian mempercayai bahwa benua-benua yang ada saat ini
merupakan hasil pemisahan dari daratan yang sangat luas yang disebut sebagai
supercontinent Pangea. Teori tektonik lempeng pada dasarnya adalah suatu teori yang
menjelaskan mengenai sifat-sifat bumi yang mobil/dinamis yang disebabkan oleh gaya
yang berasal dari dalam bumi. Konsepdari tektonik lempeng adalah bahwasanya lapisan
kerak Bumi (litosfir) terpecah-pecah dalam 13 lempeng besar dan beberapa lempeng kecil.
Adapun lempeng-lempeng tersebut, sebagai berikut:
Lempeng Pasifik (Pasific plate)
Lempeng Eurasia (Eurasian plate)
Lempeng India-Australia (Indian-Australian plate)
Lempeng Afrika (African plate)
Lempeng Amerika Utara (North American plate)
Lempeng Amerika Selatan (South American plate)
Lempeng Antartika ( Antartic plate)
Dan beberapa lempeng kecil seperti :
Lempeng Nasca (Nasca plate)
Lempeng Arab(Arabian plate)
Lempeng Karibia (Caribian plate)
Lempeng Philippines (Phillippines plate)
Lempeng Scotia (Scotia plate)
Lempeng Cocos (Cocos plate
Lempeng-lempeng utara litosfer

Lempeng tersebut diatas dapat dibedakan berdasarkan interaksi antara lempengnya sebagai
berikut :
1. Batas Konvergen:
Batas konvergen adalah batas antar lempeng yang saling bertumbukan. Batas
lempeng konvergen dapat berupa batas Subduksi (Subduction) atau Obduksi(Obduction).
Batas subduksi adalah batas lempeng yang berupa tumbukan lempeng dimana lsalah satu
empeng menyusup ke dalam perut bumi dan lempeng lainnya terangkatke permukaan.
Contoh batas lempeng konvergen dengan tipe subduksi adalah Kepulauan Indonesia
sebagai bagian dari lempeng benua Asia Tenggara dengan lempeng samudraHindia
Australia di sebelah selatan Sumatra-Jawa-NTB dan NTT. Batas kedua lempeng ini
berupa suatu zona subduksi yang terletak di laut yang berbentuk palung (trench) yang
memanjang dari Sumatra, Jawa, hingga ke Nusa Tenggara Timur. Contoh lainnya adalah
kepulauan Philipina, sebagai hasil subduksi antara lempeng samudra Philipina dengan
lempeng samudra Pasifik. Obduksi adalah batas lempeng yang merupakan hasil
tumbukanlempeng benua dengan benua yang membentuk suatu rangkaian pegunungan.
Contoh batas lempeng tipe obduksi adalah pegunungan Himalaya yang merupakan hasil
tumbukan lempeng benua India dengan lempeng benua Eurasia.
2. Batas Divergen:
Batas divergen adalah batas antar lempeng yang saling menjauh satu danlainnya.
Pemisahan ini disebabkan karena adanya gaya tarik (tensional force) yang mengakibatkan
naiknya magma kepermukaan dan membentuk material baru berupa lava yang kemudian
berdampak pada lempeng yang saling menjauh. Contoh yang paling terkenal dari batas
lempeng jenis divergen adalah Punggung Tengah Samudra (Mid OceanicRidges) yang
berada di dasar samudra Atlantik, disamping itu contoh lainnya adalah rifting yang terjadi
antara benua Afrika dengan Jazirah Arab yang membentuk laut merah.
3. Batas Transform:
Batas transform adalah batas antar lempeng yang saling berpapasan dansaling
bergeser satu dan lainnya menghasilkan suatu sesar mendatar jenis Strike SlipFault.
Contoh batas lempeng jenis transforms adalah patahan San Andreas di Amerika Serikat
yang merupakan pergeseran lempeng samudra Pasifik dengan lempeng benua Amerika
Utara. Berdasarkan teori tektonik lempeng, lempeng-lempeng yang ada saling bergerak
dan berinteraksi satu dengan lainnya. Pergerakan lempeng lempeng tersebut juga secara
tidak langsung dipengaruhi oleh rotasi bumi pada sumbunya. Sebagaimana diketahui
bahwa kecepatan rotasi yang terjadi bola bumi akan akan semakin cepat ke arah ekuator.

Batas-batas lempeng: Konvergen, Divergen dan Transforms.


I. TATANAN TEKTONIK
Tatanan tektonik yang ada disuatu wilayah sangat dipengaruhi oleh posisi tektonik yang
bekerja di wilayah tersebut. Interaksi antar lempeng yang terjadi pada batas-batas lempeng
konvergen, divergen dan transform akanmenghasilkan tatanan tektonik tertentu.

Tataan tektonik pada batas lempeng konvergen, batas divergen, dan bataa transform

Tatanan tektonik yang terjadi pada batas lempeng konvergen, dimana lempeng
samudra dan lempeng samudra saling bertemu akan menghasilkan suatu rangkaian busur
gunungapi(volcanic arc) yang arahnya sejajar / simetri dengan arah palung (trench).
Cekungan Busur Belakang(Back Arc Basin) berkembang dibagian belakang busur
gunungapi (gambar 5-4). Contoh kasus darimodel ini adalah rangkaian gunungapi di
kepulauan Philipina yang merupakan hasil tumbukanlempeng laut Philipina dengan
lempeng samudra Pasifik.
Tatanan Tektonik pada Batas Lempeng Konvergen (lempengsamudra dan lempeng samudra)

Pada batas lempeng konvergen, dimana terjadi tumbukan antara lempeng samudra
danlempeng benua), maka tatanan tektoniknya dicirikan oleh Palung (Trench),
PrismaAkresi (Accretion Prism), Cekungan Busur Muka (Forearc Basin), Busur
Kepulauan Gunungapi(Volcanic Island Arc), dan Cekungan Busur Belakang (Backarc
Basin).
Contoh klasik dari batas lempeng konvergen, dimana terjadi tumbukan antara lempeng
samudra dan lempeng benua adalah kepulauan Indonesia, khususnya jalur pulau-pulau:
Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan berakhir di
kepulauan Banda. Pada gambar diatas diperlihatkan batas konvergensi antara lempeng
India-Australia dan lempeng benua Eurasia (pulau Sumatra). Kedua lempeng dibatasi
oleh suatu lajur yang dikenal sebagai Palung Laut Subduksi (Subduction Trench) yang
merupakan hasil subduksi antara kedua lempeng tersebut diatas.
Komponen komponen pada Zona Subduksi (lempeng samudra dan lempeng benua) :
Palung (Trench), Struktur Tinggian / Prisma Akresi (Structural High);
Cekungan Busur Muka (Forearc Basin),
Jalur Busur Gunungapi (Volcanic Arc);
dan Cekungan Busur Belakang (Back arc Basin).

Gambar diatas memperlihatkan tatanan tektonik pulau Sumatra yang tersusun dari
Prisma Akrasi/Accretionary Wedge (Pulau Siemelue, P.Nias, P. Telo, P.Engganau, P.
Batu, P. Mentawai); Cekungan Busur Luar / Muka (Forearc Basin); Busur Gunungapi
(Volcanic Arc) dan Cekungan Busur Belakang (Backarc Basin). Batas lempeng konvergen
yang berupa batas suture dapat kita lihat antara pertemuan lempeng benua India dengan
lempeng benua Eurasia. Kedua lempeng tersebut dibatasi oleh suatu jalur pegunungan
yang dikenal dengan pegunungan Himalaya. Pada gambar 5-8 ditandai oleh garis warna
biru. Tatanan tektonik pada batas lempeng Divergen, dimana lempeng benua mengalami
pemekaran (continental rifting) dengan terbentuknya laut baru dapat kita lihat terutama di
Pematang Tengah Samudra (Pemisahan Benua Amerika dan Afrika), Laut Merah (Benua
Afrika dan Semenanjung Sinai / Jazirah Arab) serta Rifting yang terjadi di Afrika Timur
Bagian Utara.
Batas Lempeng Konvergen (Lempeng Benua India-Australia dan Lempeng Benua Eurasia
diwakili oleh pulau Sumatra)

Tatanan Tektonik Pulau Sumatra: Palung Sunda (Sunda Trench),


Jalur Prisma Akresi (P.Simelue, P. Nias, P. Nias, P. Enggano),
Cekungan Busur Muka (Forearc Basin),
Jalur Gunungapi (Volcanic Arc),
dan Cekungan Busur Belakang (Backarc Basin).
4.3 OROGENESA
Sebagaimana diketahui bahwa sifat bumi yang dinamis digerakan oleh energi yang berasal
dari dalam bumi (gaya endogen) yang merubah struktur kulit bumi melalui proses
deformasi, yaitu melalui gempabumi, volkanisme, orogenesa, dan epirogenesa. Bentuk-
bentuk bentangalam yang nampak mencuat tinggi secara tiba tiba dari dataran rendah
disekitarnya tidak lain merupkan hasil dari proses orogenesa. Kata orogenesa sendiri
berasal dari bahasa latin, yaitu Oros = Pegunungan dan Gennao= menghasilkan. Dengan
demikian orogenesa berarti pembentukan pegunungan. Sebagaimana diketahui bahwa
deformasi kerakbumi (batuan) dan pembentukan pegunungan umumnya terjadi pada
wilayah wilayah yang berada pada batas interaksi lempeng. Menurut Gilbert (1890)
orogenesa adalah pergeseran pergeseran yang berlangsung dalam kerak bumi yang
menghasilkan rangkaian pegunungan. Sebagai contoh, pegunungan Rocky Mountain
dan pegunungan Cordillera di Amerika Utara, sebagai hasil interaksi konvergen antara
lempeng Pasifik dan Lempeng Amerika Utara, dan pegunungan Andes di Amerika
Selatan sebagai hasil interaksi antara lempeng Pasifik (Nazca) dengan lempeng Amerika
Selatan.
Pembentukan pegunungan di Amerika Utara dan Amerika Selatan sebagai hasil
konvergensi lempeng
Menurut Stille (1920), orogenesa adalah perubahan yang terjadi secara episodik
pada pola batuan. Disini secara jelas dinyatakan adanya suatu faktor waktu kejadian atau
peristiwa, disamping juga berlangsungnya suatu proses.
Haarmann (1930) menyatakan bahwa pembentukan pegunungan sebagai
pembentukan bentuk tinggian tentang alam di permukaan bumi.
sedangkan Upham (1984) menekankan peran proses pembentukan pegunungan
oleh gejala perlipatan, patahan dan pensesaran yang menyebabkan terbentuknya
punggungan punggungan yang sempit yang terangkat. Dengan kata lain bahwa setiap
pembahasan tentang orogenesa, harus dijelaskan dengan menerapkan konsep tegasan pada
kerak bumi untuk proses fisiknya, serta perubahan perubahan fisiografi yang
ditimbulkannya.
a. Setiap gejala orogenesa akan ditandai oleh suatu proses perlipatan atau
pengangkatan yang menghasilkan gejala ketidak-selarasan bersudut. Sifat umum
suatu jalur orogen ditandai oleh poros lipatan yang berbeda beda dan ketidak
selarasan. Orogen yang telah diketahui lokasi dan waktu terjadinya, lazimnya akan
diberi nama. Ada beberapa cara yang diterapkan untuk menentukan umur atau
waktu berlangsungnya suatu orogen, antara lain: Dengan cara menentukan umur
gejala ketidak selarasan;
b. Umur Radiometrik;
c. Umur Batuan Metamorfis;
d. Endapan-endapan produk orogen (sedimen flysch atau mollase).
Zona dimana telah berlangsung terjadinya gejala orogenesa adalah suatu wilayah
yang sebelumnya merupakan suatu cekungan panjang, sempit yang mempunyai endapan
sedimen yang tebal.
Geosinklin adalah suatu struktur lekukan yang sangat sangat panjang dimana di dalamnya
diendapkan sedimen yang sangat tebal.

Peran dari proses pembentukan pegunungan yang disebabkan oleh konsep tegasan.
Tahapan proses pembentukan pegunungan lipatan dan patahan yang terjadi pada batas
konvergen (gambar A E).
Hasil uji laboratorium yang memperlihatkan proses pembentukan pegunungan lipatan dan
patahan pada batas lempeng konvergen
II. VULKANISME
Istilah vulkanisme berasal dari kata latin vulkanismus nama dari sebuah pulau
yang legendaris di Yunani. Tidak ada yang lebih menakjubkan diatas muka bumi ini
dibandingkan dengan gejala vulkanisme dan produknya, yang pemunculannya kerapkali
menimbulkan kesan-kesan religiuos. Letusannya yang dahsyat dengan semburan bara dan
debu yang menjulang tinggi, atau keluar dan mengalirnya bahan pijar dari lubang
dipermukaan, kemudian bentuk kerucutnya yang sangat mempesona, tidak mengherankan
apabila dimasa lampau dan mungkin juga sekarang masih ada sekelompok masyarakat
yang memuja atau mengkeramatkannya seperti halnya di pegunungan Tengger (Gn.berapi
Bromo) di Jawa Timur.
Vulkanisme dapat didefinisikan sebagai tempat atau lubang diatas muka Bumi
dimana daripadanya dikeluarkan bahan atau bebatuan yang pijar atau gas yang berasal dari
bagian dalam bumi ke permukaan, yang kemudian produknya akan disusun dan
membentuk sebuah kerucut atau gunung.

Kerucut gunungapi yang disusun oleh perselingan material piroklastik dan aliran lava
Penampang melintang gunungapi strato yang tersusun dari perselingan material piroklastik
dan aliran lava

Adapun sejumlah bahan-bahan yang dikeluarkan melalui lubang, yang kemudian


dikenal sebagai pipa kepundan, terdiri dari pecahan-pecahan batuan yang tua yang telah
ada sebelumnya yang membentuk tubuh gunung-berapi, maupun bebatuan yang baru
samasekali yang bersumber dari magma di bagian yang dalam dari litosfir yang
selanjutnya disemburkan oleh gas yang terbebas. Magma tersebut akan dapat keluar
mencapai permukaan bumi apabila geraknya cukup cepat melalui rekahan atau patahan
dalam litosfir sehingga tidak ada waktu baginya untuk mendingin dan membeku. Terdapat
dua sifat dari magma yang dapat memberikan potensi untuk bertindak demikian, dan itu
adalah pertama kadar gas yang ada didalam magma dan yang kedua adalah kekentalannya.
Sebab sebab terjadinya vulkanisme adalah diawali dengan proses pembentukan magma
dalam litosfir akibat peleburan dari batuan yang sudah ada, kemudian magma naik
kepermukaan melalui rekahan, patahan dan bukaan lainnya dalam litosfir menuju dan
mencapai permukaan bumi dari magma di bagian yang dalam dari litosfir yang
selanjutnya disemburkan oleh gas yang terbebas. Magma tersebut akan dapat keluar
mencapai permukaan bumi apabila geraknya cukup cepat melalui rekahan atau patahan
dalam litosfir sehingga tidak ada waktu baginya untuk mendingin dan membeku. Terdapat
dua sifat dari magma yang dapat memberikan potensi untuk bertindak demikian, dan itu
adalah pertama kadar gas yang ada didalam magma dan yang kedua adalah kekentalannya.
Sebab sebab terjadinya vulkanisme adalah diawali dengan proses pembentukan magma
dalam litosfir akibat peleburan dari batuan yang sudah ada, kemudian magma naik
kepermukaan melalui rekahan, patahan dan bukaan lainnya dalam litosfir menuju dan
mencapai permukaan bumi

Proses terjadinya vulkanisme melalui tumbukan lempeng konvergen, dimana


penyusupan salah satu lempeng kedalam astenosfir akan mengalami pelelehan yang
kemudian naik kepermukaan bumi melalui rekahan, patahan atau bukaan menjadi
gunungapi.
Wilayah-wilayah sepanjang batas lempeng dimana dua lempeng litosfir saling
berinteraksi akan merupakan tempat yang berpotensi untuk terjadinya gejala vulkanisma.
Gejala vulkanisma juga dapat terjadi ditempat-tempat dimana astenosfir melalui pola
rekahan dalam litosfir naik dengan cepat dan mencapai permukaan. Tempat-tempat seperti
itu dapat diamati pada batas lempeng litosfir yang saling memisah-diri seperti pada
punggung tengah samudra, atau pada litosfir yang membentuk lantai samudra. Tidak
semua gunung-berapi yang sekarang ada dimuka Bumi ini, memperlihatkan kegiatannya
dengan cara mengeluarkan bahan-bahan dari dalam Bumi.
Untuk itu gunungapi dikelompokan menjadi gunung berapi aktip, hampir berhenti
dan gunung-berapi yang telah mati.
Gunung-berapi yang digolongkan kedalam yang hampir mati, adalah gunung-gunung-
berapi yang tidak memperlihatkan kegiatannya saat ini, tetapi diduga bahwa gunungapi itu
kemungkinan besar masih akan aktip dimasa mendatang. Biasanya gunung-berapi ini
memperlihatkan indikasi-indikasi kearah bangunnya kembali, seperti adanya sumber
panas dekat permukaan yang menyebabkan timbulnya sumber dan uap air panas, dll.
Gunung-berapi yang telah mati atau punah adalah gunung-berapi yang telah lama sekali
tidak menunjukkan kegiatan dan juga tidak memperlihatkan tanda-tanda kearah itu.
Erupsi Gunungapi.
Gunung berapi disamping merupakan gejala geologi yang berupa keluarnya
bahan-bahan yang bersumber dari magma, baik itu yang berwujud sebagai gas, lelehan
maupun benda padat berupa fragmen-fragmen batuan ke permukaan Bumi, dinamakan
erupsi atau erupsi gunung-berapi. Erupsi dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Jenis bahan yang dikeluarkan melalui lubang kepundan, atau lokasi dari tempat
keluarnya bahan-bahan dari magma.
Berdasarkan jenis bahan yang dikeluarkan, kita mengenal sebutan erupsi efusip
apabila bahan yang dikeluarkan hampir seluruhnya terdiri dari lelehan magma yang
disebut lava. Sedangkan sebutan erupsi piroklastik, apabila bahan yang dikeluarkan
sebagian besar terdiri dari fragmen-fragmen batuan, abu dan gas.
2. Erupsi juga dapat dikelompokan berdasarkan lokasi atau letak serta bentuk dari
tempat keluarnya bahan-bahan magma dari dalam Bumi. Keluarnya bahan-bahan
tersebut dapat melalui suatu lubang dipermukaan Bumi yang dihubungkan dengan
pipa kedalam magma, atau suatu rekahan yang mencapai tempat berhimpunnya
magma. Untuk ini dikenali adanya 2 (dua) tipe erupsi, yaitu:
(1). Erupsi sentral, apabila tempat keluarnya bahan-bahan itu berupa lubang yang
yang dihubungkan dengan pipa, atau kepundan, dan berada di bagian tengah dari
tubuh gunung-berapi;
(2). Erupsi rekahan, apabila bahan-bahan berasal dari magma dikeluarkan melalui
rekahan dalam kerak bumi yang bentuknya memanjang. Rekahan seperti itu terjadi
sebagai akibat dari gejala regangan pada kerak yang sedang memisah diri.
Bahan yang dikeluarkan melalui erupsi seperti ini umumnya berupa lelehan pijar
dari magma atau lava. Meskipun pada umumnya bentuk erupsi sentral yang terdapat
pada gunung-berapi terutama didarat berbentuk lubang yang dihubungkan dengan
pipa, namun tidak tertutup kemungkinan juga dapat berupa rekahan. Umumnya
lokasi erupsi berlangsung pada bagian tengah puncak gunung-berapi, tetapi kadang-
kadang juga terjadi pada bagian lereng. Dan apabila ini yang terjadi, maka gejala
tersebut dinamakan flank atau lateral eruption.
Adapula erupsi gunung-berapi terjadi pada pada bagian kaki gunung-
berapi, maka erupsi seperti itu dinamakan erupsi eksentrik atau erupsi parasitik.
Erupsi yang berlangsung pada bagian puncak dinamakan juga erupsi terminal,
sedangkan yang terjadi pada bagian lereng disebut sub-terminal. Keduanya selalu
dianggap sebagai erupsi puncak, dimana yang sub-terminal merupakan pemisahan
saja dari erupsi terminal. Erupsi puncak tidak akan menyebabkan penurunan
terhadap kedudukan dari dapur magma, sedangkan erupsi eksentrik justru akan
menyebabkan peningkatan kegiatan gas dibagian puncaknya.
Gerak dari Bahan Bahan Piroklastika
Bahan piroklastika yang dikeluarkan saat terjadinya erupsi gunung-berapi, selanjutnya
dapat dialirkan dari pusatnya kewilayah sekitar gunung-berapi dengan media gas yang
keluar bersama piroklastik, atau melalui media air meteorik. Dengan bantuan media gas :
Awan panas atauglowing avalance atau nuee ardente. Karena bentuk awannya yang
saat itu sangat menonjol, maka fenomena tersebut diberi nama awan pijar, yang
sebenarnya adalah teridiri dari fragmen-fragmen pijar yang mengalir dengan kecepatan
tinggi melalui lembah sebagaimana halnya aliran lava atau air. Awan yang terlihat
sebenarnya adalah hanya debu yang naik keudara dari aliran tersebut. Karena itu istilah
awan akhir-akhir ini cenderung untuk dirubah menjadi glowing avalance.
Berdasarkan penelitian terhadap bahan yang diendapkan oleh awan panas,
ternyata sebagian besar fragmen-fragmennya ternyata terdiri dari batuan yang baru
membeku dari magma. Hanya Didasarkan kepada cara-cara mekanisma keluarnya awan
panas dari kepundan, dapat dibedakan adanya tiga tipe, yaitu :
(a) Tipe Pelee
Sumber lava yang terkumpul dibawah kubah secara-diam-diam akan menghimpun
energi. Apabila kemudian meletus, maka ia akan menyembur melalui bagian yang
lemah dibawah kubah dan mengarah horisontal menyapu lembah, bukit, menuruni
lereng dan menyebar seperti kipas.

(b) Tipe Soufriere


Disimpulkan bahwa bahan-bahan panas disemburkan vertikal keatas dan awan
panas yang jatuh kemudian menuruni lereng gunung-berapi
(c) Tipe Merapi
Awan panas pada dasarnya sedikit sekali atau hampir tidak mengendapkan
bahannya di bagian lereng gunung-api tersebut. Namun mereka mempunyai daya
pengikisan yang kuat dan mampu menoreh lembah-lembah. Pada dinding lembah
akan dapat dijumpai goresan-goresan sebagai akibat dari torehannya. Awan panas
umumnya akan mengendapkan bahan-bahannya di bagian yang landai dibawah
setelah kehilangan energinya. Endapannya terdiri dari pencampuran yang sangat
lekat berupa bahan berukuran halus (debu) dan bongkah-bongkah menyudut
dengan garis tengah beberapa meter serta kadang juga terdapat batu-apung
didalamnya.
Tipe-tipe Erupsi Gunungapi
1. Erupsi efusip:
Erupsi efusip berjalan tenang, tidak disertai letusan-letusan yang dahsyat dan
melibatkan lava yang bersifat basaltis. Umumnya tidak menghasilkan piroklastik dalam
jumlah besar.
2. Erupsi sentral:
Melalui satu lubang utama yang terletak ditengah, lava basaltis akan mengalir
kesegala arah dalam jumlah yang hampir sama. Erupsi-erupsi yang terjadi berulang kali
kemudian akan membangun sebuah gunungapi yang berbentuk perisai. Gunung-berapi
yang terjadi dengan cara seperti ini disebut gunung-berapi perisai. Gunung-berapi ini
mempuyai lereng yang sangat landai karena lava basaltis yang encer yang mampu
mengalir dalam jarak yang jauh dari sumbernya, sehingga tidak mampu membangun
kerucut yang tinggi. Contoh klasik gunungapi tipe ini dan yang paling banyak dipelajari
adalah gunung-berapi yang membentuk Pulau Hawaii yang terletak di Samudra Pasifik.
Pulau Hawaii sendiri terdiri dari 5 buah gunung-berapi perisai, dimana yang terbesar
adalah Mauna Kea dan Mauna Loa dengan ketinggian puncaknya masing-masing 4205
dan 4170 meter. Dasarnya terletak pada dasar samudra yang dalamnya 5000 meter,
sehingga dengan demikian apabila diukur dari kakinya, maka ketinggiannya mencapai
9000 meter. Dan ini adalah lebih tinggi dari gunung tertinggi di darat yaitu Mt.Everest
di Pegunungan Himalaya. Mauna Loa dengan ketinggian seperti itu merupakan
tumpukan lava dari berulang kali erupsi sejak 750.000 tahun yang lalu.
3. Erupsi rekahan:
Tipe erupsi ini banyak dijumpai di wilayah lantai samudra. Rekahan terjadi
sebagai akibat dari proses pemisahan pada litosfir, atau interaksi divergen lempeng
litosfir, dengan ukuran panjang hingga beberapa puluh kilometer. Contoh klasik erupsi
rekahan seperti ini dijumpai di Iceland yang terletak tepat diatas punggung-tengah-
Samudra Atlantik. Lava yang keluar dari rekahan seperti ini bersifat sangat encer, akan
menyebar ke-kedua arah dari rekahan dengan laju kecepatan hampir 20 kiliometer/jam.
Urut-urutan keluarnya lava akan membentuk suatu dataran yang kadang tinggi dan
disebut dataran basalt (plateau basalt) , atauflood basalt.

Erupsi Sentral Erupsi Rekahan


Tipe erupsi sentral (kiri) dan tipe erupsi rekahan (kanan)
4. Erupsi dibawah permukaan laut
Erupsi efusip yang terjadi 300-1000 meter dibawah permukaan laut atau disebut
jugasubmarine , umumnya berlangsung tenang. Lava yang dikeluarkan akan membeku
dan membentuk lava bantal. Tipe erupsi ini sedikit sekali mendapat perhatian karena
terjadinya jauh dibawah pengamatan. Lava yang membeku membentuk akan
membentuk lava bantal (pillow lava). Bentuknya melonjong dengan ukuran kurang
dari 1.5 meter dan penampang 30 Cm, dengan dasar yang mendatar dan bagian atasnya
membulat.

5. Erupsi piroklastik atau erupsi eksplosip


Erupsi piroklastik terjadi pada magma yang kental, mengandung banyak gas dan
mempunyai sifat letusan berkisar antara sedang dan sangat dahsyat. Erupsi explosip
umumnya banyak menghasilkan piroklastika dan sedikit lava. Karena sifat magmanya
yang kental maka lava yang mengalir tidak akan dapat menempuh jarak yang jauh dari
sumbernya, lubang kepundan.

Anda mungkin juga menyukai