PENDAHULUAN
Pengetahuan dan kebenaran adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
hasil dari rasa ingin tahu. Jadi antara pengetahuan dan kebenaran selalu bersama-
sama. Hasrat ingin tahu seseorang terpuaskan kalau dia memperoleh pengetahuan
maupun kebenaran yang mengatakan keduanya saling terkait. Akan tetapi banyak
PEMBAHASAN
(knowledge is justified tru blief). Dalam mengetahui yaitu paham suatu subjek
terhadap objek yang dihadapinya. Subjek di sini tentunya manusia yang memiliki
akal, perasaan, hati nurani, intuisi, dan panca indera. Pekerjaan tahu tersebut
adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah
semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil
proses dari usaha manusia untuk tahu, atau segenap apa yang diketahui tentang
suatu objek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu, seni, dan agama (Qalbi,
2013).
oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui objek dengan indera dan
sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh teori, tetapi
Jadi pengetahuan menurut tiga ahli filsup di atas adalah segala sesuatu
yang diketahui, yang diperoleh dari panca indera, termasuk melihat, mendengar,
merasakan, dan berpikir terhadap objek yang diamati. Pengguanaan panca indera
tersebut akan diolah dan menjadi sebuah ingatan, yang akan disampaikan
dikemudian hari.
dengan istilah common sense, dan yang diartikan dengan good sense,
itu dikatakan bulat karena memang berbentuk bulat, air jika dipanaskan
suatu objek. Hasil dari penelitian ini dibuktikan dengan kegiatan ilmiah
dengan kritis sehingga dapat diketahui secara mendalam tetntang apa yang
sedang dikaji.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
telinga.
dengan pembentukan manusia untuk hidup secara lebih baik dan lebih sempurna.
Manusia adalah makhluk yang sadar dan mempunyai pengetahuan akan dirinya.
Selain itu, manusia juga mempunyai pengetahuan akan dunia sebagai tempat
dirinya bereksistensi. Dunia yang dimaksud disini adalah dunia yang mampu
pengalaman batin. Pengetahuan ini biasanya bersifat mutlak dimana tidak perlu
karena pengetahuan berawal mula dari kenyataan yang dapat diinderai. Paham
seperti ini dapat juga disebut dengan realisme, yaitu paham yang berpendapat
2. Nalar (Reason)
pemikiran yang dianggap dapat diterima oleh akal (rasional) untuk memperoleh
pengetahuan baru.
3. Otoritas (Authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan
diakui oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan karena
yang diperoleh melalui otoritas ini biasanya tidak diujikan lagi kebenarannya,
karena kewibawaan sang penguasa. Jadi sebagai kesimpulan bahwa yang terjadi
karena adanya otoritas adalah pengetahuan yang terjadi melalui wibawa seseorang
ada atau tidaknya suatu rangsangan yang mampu membuat suatu pernyataan yang
ada dalam diri manusia dan mampu melahirkan suatu pengetahuan. Pengetahuan
yang diperoleh dari intuisi ini tidak dapat dibuktikan melalui kanyataan, namun
5. Wahyu (Revelation)
Wahyu ini merupakan sesuatu yang mutlak, karena sumbernya berasala dari
II.3 Kebenaran
Kata benar bermakna (1) sesuai sebagaimana adanya (seharusnya), (2) tidak
berat sebelah, (3) lurus hati, (4) dapat dipercaya (cocok dengan keadaan yang
sebenarnya), (5) sah, dan (sangat). Kata kebenaran bermakna (1) keadaan yang
adanya, misalnya kebenaran yang diajarkan oleh agama, dan kelurusan hati:
kejujuran, misalnya tidak ada seseorang yang sangsi akan kebaikan dan kebenaran
hati.
fakta yang dirumuskan melelui pemikiran yang logis dengan suatu standar atau
aturan tertentu. Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan
harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia
juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana
Kebenaran sebagai ruang lingkup dan objek piker manusia sudah lama
konflik spikologis.
pertama yang dialami manusia. Sesuatu dikatakan benar jika dapat dilihat
melalui indara, diolah pula dengan rasio. Sehingga kebenaran dapat diakui
3. Tingkat filosofis, kebenaran pada tingkatan ini diperoleh dari rasio dan
Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman
dan kepercayaan. Kebenaran ini bisa juga dikatakan kebenaran yang mistis
bahkan juga proses dan cara terjadinya, disamping potensi subyek yang
menyadarinya. Potensi subyek yang dimaksud disini ialah aspek kepribadian yang
subyek yang menangkapnya ialah panca indra. Kebenaran itu ialah fungsi
Menurut Dee (2011) dalam sejarah filsafat, terdapat beberapa teori tentang
kebenaran, diantaranya tiga yang utama, yakni: Pertama, teori kebenaran sebagai
atau disebut juga sebagai teori koherensi; dan ketiga, teori pragmatis (the
pendapat:
benar apabila berkaitan dengan pernyataan lain (terdahulu) yang bernilai benar.
Suatu pernyataan bernilai benar bila mempunyai hubungan logis bernilai benar
seorang pemberani yang melawan penjajah. Dari pernyataan ini, kita dapat
Pernyataan terakhir ini bernilai benar apabila kita menggunakan sebutan pahlwan
Teori ini kadang disebut The Accordance Theory of Truth. Teori ini
menjelaskan bahwa suatu kebenaran atau sesuatu keadaan benar bila ada
kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan
contoh, Misalnya, pernyataan Meja itu berwarna merah. Adalah benar apabila
mata kita dapat melihat meja itu memang berwarna merah. Ahmad adalah anak
oaring kaya. Bernilai benar apabila orang tua Ahmad memang adalah orang kaya
dikatakan memenuhi standar kebenaran. Teori ini sering dianut oleh realisme atau
pendapatnya keadaan benar ini terletak dalam kesesuaian antara esensi atau arti
yang kita berikan dengan esensi yang terdapat dalam objeknya (Riezkyckky,
2012).
apabila dapat digunakan dan bermanfaat pada orang yang maemiliki pengetahuan
itu. Paham ini disebut apaham tradisional atau paham pragmatisme (utility
pinciple). Kebenaran sama artinya dengan kegunaan. Jadi ide, konsep, pernyataan,
atau hipotesis yang benar adalah ide yang berguna. Ide yang benara adalah ide
segi maknanya. Pernyataan itu menunujkkan makna yang sesungguhnya, atau jug
arti yang bersifay definitif yang jelas denga menunjukkan cirri khas yang ada.
Misalnya, bulan bersina. Bulan Januari terdiri atas 31 hari. Dua kata bulan di sini
mempunyai arti yang berbeda, dan ditentuka oleh latar belakang kalimatnya. Kata
bulan yang pertama merujuk kepada benda fisik yang mengeluarkan cahaya,
sedangkan kata bulan yang kedua merujuk kepada suatu sistem penanggalan. Jadi
kebenaran suatu pernyataan sangat bergantung pada situasi dan konteksnya (Dee,
2011).
benar kalau pernyataan itu menciptakan realitas. Jadi, pernyataan yang benar
pernyataan itu. Contohnya: Sesuatu dianggap benar bila memang dpt diaktualkan
sebagian yg lain mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu (Fatayati,
2013).
dalam buku Banasuru (2014 : 110) menyebutkan kebenaran itu atas tiga macam
yakni (1) kebenaran epistemologis, (2) kebenaran ontologism dan (3) kebenaran
dengan pengetahuan manusia. Kebenaran jenis ini disebut veritas conitionis atau
veritas logica. Kebenaran ontological adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang
melekat kepada segala sesuatu yang ada ataupun yang diadakan. Apabila
sebagai dasar yang ada di dalam objek pengetahuan itu sendiri. Kebenaran dalam
arti semantikal adalah kebenaran yang terdapat serta melekat didalam tutur kata
dan bahasa. Kebenaran semantkal disebut juga kebenaran moral atau varitas
moral. Hal ini disebabkan karena tutur kata dan bahasa itu mengkhianati atau
yang logis dan empiris itu akhirnya dapat diterapkan dan digunakan bagi
kehidupan manusia. Atas dasar ini, kita dapat mengatakan bahwa kebenaran
ilmiah selalu mempunyai paling sedikit tiga sifat dasar, yaitu struktur yang
dapat menggunakan akal budinya secara baik, bisa memahami kebenaran ilmiah.
Atas dasar ini, kebenaran ilmiah dianggap kebenaran yang berlaku universal.
pun juga kebenaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan yang ada. bahkan,
dan empiris di atas dunia ini. Sifat pragmatis terutama menggabungkan kedua
sifat kebenaran yaitu logis dan empiris, artinya kalau sebuah pernyataan dianggap
benar secara logis dan empiris, pernyataan tersebut juga harus berguna dalam
cabang-cabang ilmu dalam filsafat ilmu. Benar dalam makna filsafati terkait
1. Kebenaran epistemologik ;
2. Kebenaran positivistic
4. Kebenaran phenomenologik
terhadap fenomena yang fana adalah suatu kebenaran yang telah ditemukan
Sebaliknya, banyak juga kebenaran terhadap fenomena yang fana tidak melalui
oleh tiga hal, yaitu: adanya koheren, adanya korespondensi, dan adanya
keilmuan (ilmiah). Kebenaran ini tidak mutlak dan tidak samad (langgeng),
pendekatan. Tegasnya, apa yang dewasa ini kita pegang teguh sebagai kebenaran
2011:40).
Kebenaran yang sekarang ini pun, mungkin suatu waktu nanti akan
ternyata hanya pendekatan kasar saja dari suatu kebenaran yang lebih nyata lagi.
ternyata tak lebih dari keyakinan yang salah. Sudah diketahui bahwa kebenaran
pada sains secara mutlak tidak pernah ada, atau dengan kata lain, kebenaran pada
sains bersifat tentatif. Oleh karena itu, seorang scientist seyogianya bersifat
skeptik terhadap kebenaran pada sains, sehingga timbul hasrat untuk menguji
berdasarkan data yang didapatkan pada saat pengujian kebenaran tersebut, maka
kebenaran tersebut dianggap batal dan diganti dengan kebenaran yang baru.
Pengetahuan dan kebenaran adalah merupakan dua hal yang berbeda dan
itu terdiri dari dua macam, yaitu kebenaran ilmiah dan kebenaran non ilmiah.
dengan urutan tertentu agar dapat dicapai pengetahuan yang benar. Pengetahuan
yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah pada umumnya melalui penelitian yang
berdasar pada suatu teori tertentu. Teori itu berkembang melalui penelitian ilmiah,
ilmiah juga banyak digunakan. Sebagian besar manusia di dunia ini memiliki
menyepelekan atau menganggap sudut pandang semacam itu tidak ada atau tidak
berarti, kita akan dihadang masalah besar. Agama, jika dipandang dari makna
istilahnya yang biasa kita gunakan, mungkin tidak ilmiah. Namun, jika
berdasarkan proses penelitian dan penalaran logika ilmiah. Lalu, kebenaran non
ilmiah adalah kebalikan dari kebenaran ilmiah, yang mana pada kebenaran non
ilmiah ini lebih mengacu pada kebenaran karena kebetulan, kebenaran karena akal
sehat, kebenaran agama dan wahyu, kebenaran intuitif, kebenaran karena trial dan
dan kebenaran yang dihubungkan dengan hakikat ilmu pengetahuan, terdapat dua
1. Teori Realisme, teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Menurut
sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata. Gambaran sebenarnya inilah
yang memuat kebenaran. Artinya bahwa jika pandangan terhadap alam itu tidak
sesuai dengan realitas yang ada (terdapat penyimpangan) atau tidak benar, maka
maka kebenaran yang disampiakan itulah yang disebut pengetahuan yang benar,
dan jika informasi yang disampaikannya salah maka itulah yang dikategorikan
pengetahuan salah.
mental/ psikologis yang bersifat subjektif. Sifat dari pandangan idealisme ini lebih
menitik beratkan pada pengumpulan data yang bersifat subjektif yang dirumuskan
tak lebih dari sebuah gambaran subjektif tentang sesuatu yang ada dalam alam
yang di dasarkan pada pendapat atau penglihatan orang yang mengalami dan
sangat bersifat subjektif di mana premis pokok yang dijadikan landasan adalah
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
dari usaha manusia untuk tahu, atau segenap apa yang diketahui tentang
suatu objek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu, seni, dan agama
posteriori.
3. Kebenaran berdasarkan pada siapa dan apa yang di anggap benar. Jadi
yang dirumuskan melelui pemikiran yang logis dengan suatu standar atau
aturan tertentu.
6. Hakikat kebenaran itu terdiri dari dua macam, yaitu kebenaran ilmiah dan
Hakikat pengetahuan dapat diketahui melalui dua teori yaitu realisme dan
idealisme.
III.2 Saran
dan kebenaran.