Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Spektrum Garis Berbagai Jenis Atom ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai panjang gelombang spektrum garis
atom gas mulia dan logam. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran
demi perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ni dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Makassar, Agustus 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan perkembangan zaman, teori-teori atom pun
mengalami perkembangan dan meruntuhkan teori sebelumnya. Dari teori
atom pertama yaitu teori atom Dalton, kemudian teori atom Thompson.
Kemudian muncul teori atom Rutherford, kemudian teori atom Bohr.
Sumber informasi yang sangat penting dalam mempelajari struktur
dan komposisi atom adalah spektrum. Spektrum dapat dibedakan menjadi
spektrum garis, spektrum pita dan spektrum malar. Spektrum terdiri dari
kumpulan garis-garis spektrum yang banyak yang saling berdekatan
dengan rapat. Biasanya spektrum ini dihasilkan oleh molekul-molekul,
sedangkan spektrum garis khusus oleh atom-atom. Spektrum ini terdiri
dari garis-garis tunggal yang dapat dikategorikan dalam berbagai
kelompok sesuai dengan sifatnya masing-masing.
Spektrum emisi yang dapat dihasilkan suatu atom dapat diamati
dengan menggunakan alat spektrometer, Spektrum garis membentuk suatu
deretan warna cahaya dengan panjang gelombang berbeda. Adanya
spektrum garis yang dihasilkan setiap unsur yang terdiri atas deretan
warna dengan panjang gelombang yang berbeda-beda pertama kali diamati
pada gas hidrogen oleh Niels Bohr.
Eksperimen ini dilakukan untuk melakukan pengamatan terhadap
spektrum garis yang dihasilkan dari beberapa jenis atom, serta menentukan
panjang gelombang dari setiap spektrum garis yang dihasilkan atom-atom
tersebut. Pengamatan juga dilakukan untuk mengetahui besarnya sudut
yang dibentuk setiap spketrum warna yang akan dianalisis untuk
memperoleh panjang gelombang dari setiap deretan warna spektrum garis
yang dihasilkan atom tersebut dengan menggunakan persamaan yang ada
pada teori
B. RUMUSAN MASALAH
1. Menunjukkan adanya spektrum diskrit/garis atom hidrogen/gas mulia
dan logam lainnya.
2. Menentukan panjang gelombang spektrum garis atom gas mulia dan
logam.
3. Menggunakan rumus Balmer untuk menentukan konstanta Rydberg
untuk atom hidrogen.
C. TUJUAN
1. Menunjukkan adanya spectrum diskrit/garis atom hidrogen/gas mulia
dan logam lainnya.
2. Menentukan panjang gelombang spektrum garis atom gas mulia dan
logam.
3. Menggunakan rumus Balmer untuk menentukan konstanta Rydberg
untuk atom hidrogen.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. DASAR TEORI
Setelah Rutherford mengemukakan bahwa massa dan muatan positif atom
terhimpun pada suatu daerah kecil dipusatnya, fisikawan Denmark, Niels Bohr
pada tahun 1913 mengemukakan bahwa atom ternyata mirip system planet
mini, dengan electron-elektron mengedari inti atom seperti planet-planet
mengedari matahari (Bunga, 2008).
Spektrum emisi didapatkan dari alat yang disebut spektrometer.
Terdapat beberapa tipe spektrum emisi yaitu spektrum kontinu, spektrum
pita dan spektrum garis. Spektrum pita terdiri dari kelompok garis-garis
yang sangat berdekatan. Spektrum garis diperoleh saat bahan pengemisi
cahaya berupa atom. Oleh karena itu sering disebut spektrum atomic.
Spektrum garis tergantung pada tipe atom. Asal spektrum garis dapat
dijelaskan menggunakan dasar teori Bohr. Jika atom berada pada keadaan
dasar, elektron-elektronnya berada pada tingkat-tingkat energi terendah.
Ketika atom tereksitasi, elektronelektronnya bergerak ke tingkat energi di
atasnya. Elektron tereksitasi mengemisikan foton ketika kembali ke
tingkat energi di bawahnya. Radiasi emisi dari atom tereksitasi
membentuk garis spektral diskrit (Chatwal & Anand, 1985).
Jumlah garis spektral atom unsur tergantung pada konfigurasi elektron
atau banyaknya elektron dalam orbital yang terdapat pada suatu sub kulit.
Karakteristik suatu garis spektra ditentukan oleh panjang gelombang dan
intensitas garis spektra tersebut. Jika gas atomik atau uap atomik yang
bertekanan sedikit di bawah tekanan atmosfer dieksitasi dengan
mengalirkan arus listrik radiasi yang dipancarkan hanya mempunyai
spektrum yang berisi panjang gelombang tertentu saja (Beiser, 1991).
Pada abad 19 ditemukan bahwa panjang gelombang yang terdapat
pada spektrum atomik jatuh pada kumpulan tertentu yang disebut deret
spektral. J. J Balmer pada tahun 1885 mempelajari bagian tampak dari
spektrum hidrogen. Rumus Balmer untuk panjang gelombang dalam deret
memenuhi persamaan:
1 1 1
= R [22 u2 ] , u = 3, 4, 5 (1)

Nilai R disebut tetapan Rydberg, R = 1,097x103 A01 . Dalam


daerah ultraviolet terdapat deret Lyman dengan persamaan:
1 1 1
= R [12 u2 ] , u = 2, 3, 4 (2)

Dalam daerah inframerah telah didapatkan 3 deret spektral yaitu:


Paschen
1 1 1
= R [32 u2 ] , u = 4, 5, 6 (3)

Brackett
1 1 1
= R [42 u2 ] , u = 5, 6, 7 (4)

Pfund
1 1 1
= R [52 u2 ] , u = 6, 7, 8 (5)

Pada tahun 1913, Niels Bohr mengembangkan sebuah model atom yang
dapat menjelaskan hubungan antara struktur atom khususnya yang berkenaan
dengan masalah stabilitas atom dengan frekuensi atau panjang gelombang
garis-garis spektrum atom tersebut. Model atom Bohr didasarkan kepada
postulat-postulatnya sebagai berikut:
a. Sebuah elektron dalam sebuah atom bergerak mengelilingi inti atom dalam
sebuah lintasan atau orbit yang berbentuk lingkaran.
b. Sebuah elektron hanya dapat bergerak dalam sebuah orbit sedemikian
sehingga momentum sudut orbit L sama dengan bilangan bulat dikalikan
dengan.
c. Elektron yang bergerak dalam sebuah orbit sesuai dengan postulat (b)
tidak mengalami percepatan, sehingga tidak memancarkan radiasi
elektromagnetik, jadi energinya tetap.
d. Sebuah elektron yang pada mulanya bergerak pada orbit dengan energi
total yang lebih tinggi yakni , berpindah (secara diskrit) ke orbit lain
dengan energi total yang lebih rendah yakni , akan memancarkan radiasi
elektromagnetik (Saharuddin, 1992).
Spektrum atomik yang dipelajari adalah spektrum gas yang bersuhu tinggi
dan ditempatkan didalam suatu tabung yang diberi potensial cukup tinggi yang
memancarkan spektrum garis dengan pola yang teratur. Spektrum gas ini
belum dapat dijelaskan secara teoritis meskipun alat untuk pengukuran
spektrum cahaya sudah berkembang sejak akhir abad ke-19. Baru pada tahun
1885 JJ. Balmer di swiss mencoba melakukan perhitungan mengenai spektrum
yang dipancarkan gas hidrogen. Cahaya terdifraksidikisi, panjang gelombang
yang sama mengalami superposisi dan menghasilkan intensitas maksimum.
Hubungan antara difraksi dan panjang gelombang adalah linear (sin ~ )
pada spektrum normal. Kita dapat menentukan panjang gelombang yang
datang dari suatu cahaya yang melalui kisi dengan menggunakan spectrometer
(Rosana, 2003).
B. TEKNIK ANALISIS

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Beiser, A. 1991. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga.
Bunga, dkk. 2008. Fisika Kuantum. Badan Penerbit UNM. Makassar.
Chatwal, G dan Anand, S. 1985. Spectroscopy (Atomic and Molecular).
Bombay: Himalaya Publishing Hous.
Rosana, Dadan,.dkk. 2003. Konsep Dasar Fisika Modern. Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Malang. Yogyakarta.
Saharuddin. 1992. Fisika Kuantum. Penerbit IKIP Ujung Pandang. Makassar.

Anda mungkin juga menyukai