Anda di halaman 1dari 5

Sabtu, 1 Oktober 2016

Nama : Siti Nurcholifah


NIM : 166020310111009
Kelas : Joint Program regular 2

REVIEW

1. Sumber : Koroy, Tri Ramaraya. 2008. Pendeteksian Kecurangan (Fraud)


Laporan Keuangan oleh Auditor Eksternal. Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
VOL. 10, No. 1, Mei 2008: 22-33. Banjarmasin: STIE Nasional Banjarmasin,
Indonesia.
Jurnal ini membahas terkait masalah karakteristik terjadinya kecurangan
sehingga menyulitkan proses pendeteksian, standar pengauditan belum cukup
memadai untuk menunjang pendeteksian yang sepantasnya, dan lingkungan kerja
audit dapat mengurangi kualitas audit dan keempat metode dan prosedur audit yang
ada tidak cukup efektif untuk melakukan pendeteksian kecurangan. Permasalahan
yang disampaikan adalah terkait pentingnya peran auditor dalam mengaudit untuk
mendeteksi kecurangan dan kekeliruan yang dilakukan oleh beberapa perusahaan
dalam penyususnan laporan keuangan dan keterbatasan auditor dalam pendeteksian
kecurangan. Karena selama ini, auditor masih banyak melakukan kesalahan terkait
dengan proses audit sehingga merugikan beberapa perusahaan. Tanggung jawab
auditor dalam mendeteksi kecurangan perlu mempertimbangkan asas-asas dan
ketentuan berdasarkan standar audit yang sudah ditetapkan. Sehingga hal ini dapat
meminimalisir kesalahan auditor dalam melakukan proses audit.

2. Sumber : Sari, Maylia Pramono. 2013. Model Deteksi Kecurangan Berbasis


Fraud Triangle (Studi Kasus Pada Perusahaan Publik di Indonesia). Jurnal
Akuntansi dan Auditing Volume 9/ No. 2 Mei 2013 : 199-225. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Permasalahan pada jurnal ini terkait dengan model yang digunakan dalam
mendeteksi kecurangan terkait fraud Triangle, Yautu rasionalisasi, peluang dan
tekanan. Peneliti ingin mengkaji praktik pengungkapan kasus pelanggaran
perusahaan public di Indonesia. Hal ini dikarenakan banyak kasus pelanggaran atas
keterbukaan emiten dan perusahaan public terhadap transaksi transaksi terkait,
penyajian laporan keuangan dan lain-lain. Perusahan sektor publik maupun privat
masih banyak yang menutupi atau menyembunyikan permasalahan di dalam
perusahaan/instansi. kasus tersebut sering dilakukan pada kecurangan atas laporan
keuangan terkait transasksi sehingga merugikan pihak internal, karena umumnya
yang dilaporkan hanyalah kinerja yang baik-baik saja terhadap pihak eksternal.
Sehingga perlu adanya penerapan metode dalam membedah kasus-kasus
kecurangan tersebut.

3. Sumber : Anugerah, Rita. 2014. Peranan Good Corporate Governance Dalam


Pencegahan Fraud. Jurnal AKuntansi, Vol. 3, No. 1, Oktober 2014 : 101-113.
Riau: Fakultas Ekonomi Universitas Riau.
Penerapan tata kelola perusahaan yang baik dan peran komite audit berperan
penting dalam mencegah kecurangan fraud. Jurnal ini membahas terkait dengan
tanggung jawab komite audit dalam pelaksanaan Good Corporate Governance
dalam mengurangi atau mencegah fraud. Struktur tatakelola perusahan dibentuk
berdasarkan mekanisme tatakelola internal dan mekanisme tatakelola eksternal.
Pentingnya tatakelola tersebut sangat diperlukan untuk melindungi investor dan
pemangku kepentingan lainnya dari penyalahgunaan dan salah urus perusahaan.
Selain itu, pengendalian internal yang lemah juga memungkinkan individu atau
kelompok untuk melakukan fraud. Faktor internal adalah seseorang atau kelompok
yang terdorong dalam melakukan fraud karena adanya tekanan, peluang dan
rasionalisasi. Sementara faktor eksternal adalah lingkungan organisasi dengan
lemahnya pengendalian internal. Jurnal ini juga menjelaskan terkait dengan
kecurangan fraud yang sering dilakuakn yaitu, korupsi, penyalahgunaan aset dan
laporan yang dimanipulasi.

4. Sumber : Anggriawan, Eko Ferry. 2014. Pengaruh Pengalaman Kerja,


Skeptisme Profesional Dan Tekanan Waktu Terhadap Kemampuan Auditor
Dalam Mendeteksi Fraud (Studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik di DIY).
Jurnal Nominal/Volume III Nomor 2/Tahun 2014. Yogyakarta: Prodi Akuntansi
Universitas Negeri Yogyakarta.
Jurnal ini menjelaskan bahwa terjadinya kecurangan atau kesalahan atas
laporan keuangan karena adanya tindakan yang disengaja atau tidak disengaja.
Fraud yang dilakukan oleh individu atau kelompok semakin berkembang, sehingga
kemampuan auditor dalam mendeteksi fraud tersebut juga perlu dikembangkan.
Sementara auditor memiliki keterbatasan dalam mendeteksi kecurangan tersebut
sehingga menyebabkan adanya kesenjangan antara pemegang jasa auditor. Dalam
mendeteksi kecurangan, masing-masing auditor memiliki kemampuan yang
berbeda sehingga pengalaman kerja, sikap skeptisme, dan tekanan waktu menjadi
faktor yang kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan.

5. Sumber : Putri, Resi Utami, dan Istiyanto, Juzi Eko. 2012. Analisis Forensik
Jaringan Studi Kasus Serangan SQL Injection Pada Server Universitas Gajah
Mada. IJCCS, Vol.6,No.2,July 2012, pp. 101-112. Yogyakarta: Program Studi
S2 Ilmu Komunikasi FMIPA UGM Yogyakarta.
Forensik jaringan merupakan bagian dari forensik digital. Bukti pada forensik
jaringan tersebut diperoleh dari jaringan. Masalah yang diangkat dalam jurnal ini
adalah untuk menemukan penyerang dan merekonstruksi tindakan serangan
penyerang melalui analisis bukti penyusupan. Peneliti mengambil SQL injection
sebagai kasus yang terjadi ketika seorang penyerang dapat memasukkan
serangkaian pernyataan SQL ke query dengan memanipulasi data input ke aplikasi.
SQL Injection adalah sebuah metodologi serangan yang menargetkan data yang
berada dalam database melalui firewall yang melindungi data tersebut.
Permasalahan dalam jurnal ini adalah terkait dengan kejahatan nternet yang
dilakukan oleh para individu atau kelompok kepada end-user. Sebagaimana yang
disampaikan oleh peneliti bahwa kejahatan internet dimulai dengan mengekploitasi
host-host dan jaringan komputer sehingga para penipu dan penyusup datang
melintasi jaringan, terutama jaringan yang berbasiskan protokol TCP/IP.
Perkembangan teknologi informatika khususnya computer yang semakin canggih
menjadikan sistem forensic dalam mendeteksi kejahatan-kejahatan tersebut perlu
untuk dikembangkan dan ditingkatkan semakin lebih baik lagi.

6. Sumber : Budiawan. 2008. Peran Toksikologi Forensik Dalam Mengungkap


Kasus Keracunan dan Pencemaran Lingkungan. Indonesian Journal of Legal
and Forensic 2008; 1(1): 35-39. Jakarta: Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.
Jurnal ini menjelaskan pentingnya disiplin ilmu Toksikologi Modern yang
dapat membantu mengungkap kasus-kasus seperti keracunan dan pencemaran
lingkungan melalui investigasi. berdasarkan pemahaman perilaku zat penyebab
keracunan atau sumber pencemaran. Di dalam jurnal ini dijelaskan bahwa
Toksikologi forensik adalah penerapan Toksikologi untuk membantu investigasi
medikolegal dalam kasus kematian, keracunan maupun penggunaan obat-obatan.
Sehingga seorang ahli toksikologi forensik harus mempertimbangkan keadaan
suatu investigasi, khususnya adanya catatan mengenai gejala fisik, dan adanya bukti
apapun yang berhasil dikumpulkan dalam lokasi kriminal/ kejahatan yang dapat
mengerucutkan pencarian.

7. Sumber : Sina, La. 2008. Dampak dan Upaya Pemberantasan Serta


Pengawasan Korupsi di Indonesia. Jurnal Hukum Pro Justitia, Jnauari 2008,
Volume 26 No.1.
Korupsi adalah tindakan yang sudah banayak dilakukan oleh para individu atau
kelompok. Pada jurnal ini, permasalahan yang dibahas adalah dampak yang
dilahirkan dari suatu tindakan korupsi yang dapat memperburuk perekonomian
nasional. Peneliti menjelaskan bahwa hasil dari peraturan tentang korupsi di
Indonesia belum memuaskan., khususnya pengembalian dari hasil korupsi. hal ini
karena kurangnya atau belum adanya pengawasan ayng intensif dari berbagai unsur.
Seseorang atau kelompok yang melakukan tindakan korupsi sebenarnya untuk
memperkaya diri atau orang lain tanpa hak. Sementara pemberantasan korupsi tidak
lagi berfokus pada penyalahgunaan hak, namun bagaiaman uang negara dapat
bertambah. Sehingga banyak yang menjadi korban dan yang menyalahgunakan
haknya tetap bebas berkeliaran. Tindakan korupsi yang dilakukan seperti menyuap,
cara menyogok, gratifikasi yang merugikan negara dengan menguntungkan diri
sendiri. Sementara dampaknya meluas di berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Korupsi menjadi kejahatan yang sangat luar biasa, sehingga pengawasan intensif
memiliki peran penting dalam pemberantasan korupsi.

8. Sumber : Maryanto. 2012. Pemberantasan Korupsi Sebagai upaya Penegakan


Hukum. Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume II, No 2, Juli 2012. Semarang: Dosen
PPKn FPIPS IKIP PGRI saat sedang menempuh studi doctoral ilmu Hukum
UMS Surakarta.
Jurnal ilmiah ini menjelaskan terkait perbuatan kejahatan korupsi yang telah
melanggar hak sosial dan hak ekonimi masyarakat, dimana sanksi ringan tidak
membuat jera para koruptor. Permasalahan yang diungkap pada jurnal ini adalah
terkait semakin bertambahnya persengkokolan kejahatan korupsi diantara oknum
pemerintahan dan penegak hukum karena akibat dari model pemilihan umum /
pimpinan yang tidak lepas dari money politic. Sebagaimana yang dijelaskan pada
makalah bahwa penyebab terjadinya korupsi karena sistem penyelenggaran negara
yang keliru, kompensasi PNS yang rendah, pejabat yangs erakah, Law Enforcement
tidak berjalan, penegak hukum bisa dibayar, pengawasan yang tidak efektif, tidak
ada keteladan pemimpin, dan budaya masyarakat yang kondusif. Adapun praktek
KKN diantaranya adalah penyogokan, penggelembungan harga, gratifikasi, dan
penyalah gunaan kewenangan lainnya yang dilakukan oleh oknum aparat PNS
dan/atau pejabat negara, baik di tingkat pusat maupun daerah.

9. Sumber : Halif. 2012. Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi


Melalui Undang-Undang Pencucian Uang. Jurnal Anti Korupsi Vol. 2 No. 2
Nopember 2012 PUKAT FHUJ. Jember: Dosen Bagian/ Jurusan Hukum
Pidana Fakultas Hukum Universitas Jember.
Tindakan penucian uang adalah kasus yang dibahas dalam jurnal ini sebagai
tindak pidana korupsi. Penulis menjelaskan bahwa upaya mencegah dan
memberantas tindak pidana pencucian uang sama halnya dengan mencegah dan
memberantas tindak pidana korupsi, di mana tindak pidana korupsi merupakan
tindak pidana asal dari tindak pidana pencucian uang itu sendiri. Sementara obyek
tindak pidana pencucian uang berasal dari tindak pidana asal seperti harta hasil
tindak pidana perpajakan, pencurian, penggelapan dan termasuk harta hasil tindak
pidana korupsi. Tindak pidana pencucian uang merupakan tindak pidana bawaan
(derivatife crime) yang selalu didahului oleh tindak pidana asal (predicate crime),
seperti tindak pidana korupsi. Permasalahan yang diangkat pada jurnal ini adalah
terkait dengan hubungan tindak pidana korupsi dengan tindak pidana pencucian
uang, dan pelaksanaan UU TTPU dalam mencegah dan memberantas tindak pidana
korupsi. Pada hasilnya, tindak pidana korupsi dengan tindak pidana pencucian uang
memiliki hubungan yang sangat erat, karena proses tindak pidana pencucian uang
tidak akan pernah terlaksana tanpa adanya objek tindak pidana pencucian uang,
yaitu harta hasil tindak pidana asal, dalam hal ini adalah tindak pidana korupsi.
Sedangkan UU TPPU dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian
uang, menggunakan instrumen pertama, PJK dan Penyedia barang dan/atau jasa
lain untuk menerapkan prinsip mengenali pengguna jasa, pada saat-saat tertentu.
Kedua, PJK dan Penyedia barang dan/atau jasa lain berkewajiban untuk melaporkan
setiap transaksitransaksi tertentu yang mengarah pada tindakan pencucian uang.
ketiga, peran PPATK dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya untuk
mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang. keempat, kerjasama
penegak hukum dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang.
Empat elemen inilah yang dapat menelusuri tindak pidana korupsi sebagai tindak
pidana asal dalam tindak pidana pencucian uang.

10. Sumber : Wiratmaja, I Dewa Nyoman. 2010. Akuntansi Forensik Dalam


Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Vol. 5, No. 2 Juli 2010.
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Kasus-kasus korupsi di Indonesia semakin merajalela, sehingga diperlukan
tindakan yang sangat ekstra dalam memberantas tindkana korupsi. Pada jurnal ini
menjelaskan bahwa pendekatan akuntansi forensic sangat membantu dalam
menganalisis berbagai aksus korupsi di Indoensia khususnya yang berkaitan dengan
korupsi sistematik yang dilakukan melalui konspirasi yang telah dipersiapkan
dengan dukungan dokumen legal oleh para pelakunya. Artikel ini mengkaji strategi
pemberantasan korupsi serta potensi dari akuntansi forensic sebagai ilmu dan
akuntan forensik sebagai profesi dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Selain
itu memfokuskan pembahasan pada peran akuntansi forensik dalam upaya
pengungkapan dan penyelesaian kasus korupsi melalui pemutusan mata rantai
model segi tiga kecurangan fraud triangle. Pada hasilnya, akuntansi forensik
merupakan formulasi yang dapat dikembangkan sebagai strategi preventif, detektif
dan persuasive melalui penerapan prosedur audit forensik dan audit investigative
yang bersifat litigation suport untuk menghasilkan temuan dan bukti yang dapat
digunakan dalam proses pengambilan putusan di pengadilan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari 10 jurnal/literatur tersebut, maka Fraud, forensic dan KKN (korupsi)


adalah sutau tindakan yang melanggar hukum, karena baik merugikan pihak
internal maupun pihak eksternal. Sementara tindakan tersebut masih merajalela dan
bertambah kasus di setiap waktu. Dari kasus, penipuan, manipulasi laporan
keuangan, penggelapan dana, pencucian uang, gratifikasi dan lain sebagainya mulai
dari penemuan sampai pada ke ranah hukum. Penegak hukum adalah oknum yang
dapat mencegah atau memberantas tindakan tersebut, baik dari pihak kepolisisan,
jaksa dan lain-lain. Sementara pihak audit, BPK, KPK dan lain-lain membantu
jalannya proses mendeteksi kecurangan tersebut. Sekali lagi, pada praktiknya masih
saja adanya politic money yang dapat membayar tindakan melanggar hukum
tersebut. Sehingga segala pelaku pidana hukum tidak memberikan eek jera karena
hukum di Indonesia sendiri masih lemah. Pengendalian Internal yang masih lemah
ini dapat memicu terjadinya segala bentuk tindakan kecurangan yang melanggar
hukum. Peran Presiden dan aparat penegak hukum serta Undang-Undang terkait
segala tindak kecurangan tersebut perlu ditetapkan dan dijalankan dengan lebih
tegas. Hal ini karena untuk meningkatkan stabilitas ekonomi negara, serta sosial
ekonomi di masyarakat. Apabila sistem dalam menegakkan hukum pidana tidak
segera dibenahi maka tidak menutup kemungkinan kasus-kasus tersebut masih
sering terjadi. SDM Penegak Hukum yang profesional pun juga perlu diperhatikan
dalam mengatasi tindakan/kasus/skandal pada kecurangan-kecurangan tersebut.

PERTANYAAN

1. Bagaimana seharusnya hukum di Indonesia dalam menangani segala tindak


kecurangan jika politic money masih merajalela ?
2. Bagaimana cara efektif dan efisien dalam menyelesaikan segala bentuk
kecurangan yang smeakin waktu semakin bertambah ?
3. Bagaimana peran instansi pendidikan dalam mencetak SDM yang beretika ?

Anda mungkin juga menyukai