Anda di halaman 1dari 5

Membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang yang solid. Yang sama-sama kuat.

Bukan
yang saling ngisi kelemahan.

Karena untuk menjadi kuat adalah tanggung jawab masing-masing orang. Bukan tanggung
jawab orang lain
Adhitya Mulya, Sabtu Bersama Bapak

Because to become a strong person is responsible for each person not another

Meminta maaf ketika salah adalah wujud dari banyak hal. Wujud dari sadar bahwa
seseorang cukup mawas diri bahwa dia salah. Wujud dari kemenagan dia melawan arogansi.
Wujud dari penghargaan dia kepada orang yang dimintakan maaf.
Adhitya Mulya, Sabtu Bersama Bapak

I cant ask for a better you. You, however, deserve a better me.
Adhitya Mulya, Sabtu Bersama Bapak

Prestasi akademis yang baik bukan segalanya. Tapi memang membukakan lebih banyak
pintu, untuk memperlihatkan kualitas kita yang lain.
Adhitya Mulya, Sabtu Bersama Bapak

Jika ingin menilai seseorang, jangan nilai dia dari bagaimana dia berinteraksi dengan kita,
karena itu bisa saja tertutup topeng. Tapi nilai dia dari bagaimana orang itu berinteraksi
dengan orang-orang yang dia sayang.
Adhitya Mulya, Sabtu Bersama Bapak

Ketika seorang laki-laki dan perempuan menikah, laki-laki itu meminta banyak dari
perempuan.
Saya pilih kamu. Tolong pilih saya, untuk menghabiskan sisa hidup kamu. Dan saya akan
menghabiskan sisa hidup saya bersama kamu.
Percayakan hidup kamu sama saya. Dan saya penuhi tugas saya padamu, nafkah lahir dan
bathin.
Pindahkan baktimu. Tidak lagi baktimu kepada orangtuamu, baktimu sekarang pada saya.
Banyak laki-laki yang saat menikah tidak tahu bahwa mereka meminta ini, banyak juga laki-
laki yang bahkan kemudian hari, mencederai tiga hal ini.
Adhitya Mulya, Sabtu Bersama Bapak

Membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang yang solid. Yang sama-sama kuat. Bukan
yang saling ngisi kelemahan, Yu.
Adhitya Mulya, Sabtu Bersama Bapak

Anak-anak kita, bukan pengorbanan saya. Mereka, pemberian.


Adhitya Mulya, Sabtu Bersama Bapak

Menjadi panutan bukan tugas anak sulung-kepada adaik-adiknya, tapi tugas orang tua
kepada semua anak
Adhitya Mulya, Sabtu Bersama Bapak
Sahabat sejati itu, orang yang ngga pernah berhenti percaya sama sahabatnya sendiri, walau
dia sudah ngga percaya lagi sama kita.
Farida Susanty, Dan Hujan Pun Berhenti

Tuhan percaya kamu. Dia ngga mengejar kamu dengan kematian. Dia ngga seegois
manusia. Dia bukan pendendam.
Farida Susanty, Dan Hujan Pun Berhenti
Mengerti bahwa memaafkan itu proses yang menyakitkan. MEngerti, walau menyakitkan itu
harus dilalui agar langkah kita menjadi jauh lebih ringan. Ketahuilah, memaafkan orang lain
sebenarnya jauh lebih mudah dibandingkan memaafkan diri sendiri.
Tere Liye, Sunset Bersama Rosie

Tak Peduli seberapa membahagiakan atau menyedihkan, hidup harus terus berlanjut.
Waktulah yang selalu menepati janji dan berbaik hati mengobati segalanya.
Tere Liye, Sunset Bersama Rosie

Aku harus menyibukkan diri. Membunuh dengan tega setiap kali kerinduan itu muncul. Ya
Tuhan, berat sekali melakukannya. Sungguh berat, karena itu berarti aku harus menikam
hatiku setiap detik.
Tere Liye, Sunset Bersama Rosie

ada banyakcara menikmati sepotong kehidupan saat kalian sedang tertikam belati sedih.
salah satunya dengan menerjemahkan banyak hal yang menghiasi dunia dengan cara tak
lazim. saat melihat gumpalan awan di angkasa. saat menyimak wajah-wajah lelah pulang
kerja. saat menyimak tampias air yang membuat bekas di langit-langit kamar. dengan
pemahaman secara berbeda maka kalian akan merasakan sesuatu yang berbeda pula.
memberikan kebahagiaan utuh -yang jarang disadari- atas makna detik demi detik
kehidupan.
Tere Liye, Sunset Bersama Rosie

sungguh tidak ada mawar yang tumbuh di tegarnya karang


Tere Liye, Sunset Bersama Rosie

Kau tidak akan mendapatkan seseorang kalau kau terlalu mencintainya.


Tere Liye, Sunset Bersama Rosie
Daun yang jatuh tak pernak membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak
melawan. Mengikhlaskan semuanya.
Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai
semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan
banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi
mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.
Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak
melawan, mengikhlaskan semuanya.

Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti,
pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus.

Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski
lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya.
Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.
Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Kebaikan itu memang tak selalu harus berbentuk sesuatu yang terlihat.
Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Orang yang memendam perasaan sering kali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai
semua kejadian disekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan
banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi
mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.
Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Orang yang memendam perasaan sering kli terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai
semua kejadian disekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan
banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi
mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.
Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Sebenarnya penjelasan yang lebih baik adalah karena aku sering kali berubah pikiran.
Semuanya menjadi absurd. Bukan ragu-ragu atau plintat-plintut, tetapi karena memang itulah
tabiat burukku sekarang, berbagai paradoks itu. Bilang iya tetapi tidak. Bilang tidak, tetapi
iya. Terkadang iya dan tidak sudah tidak jelas lagi perbedaannya.
Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

. Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu
saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.
Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Kau membunuh setiap pucuk perasaan itu. Tumbuh satu langsung kau pangkas. Bersemi
satu langsung kau injak? Menyeruak satu langsung kau cabut tanpa ampun? Kau tak pernah
memberi kesempatan. Karena itu tak mungkin bagimu? Kau malu mengakuinya walau
sedang sendiri..Kau lupa, aku tumbuh menjadi dewasa seperti yang kau harapkan. Dan tunas-
tunas perasaanmu tak bisa kaupangkas lagi. Semakin kau tikam, dia tumbuh dua kali lipatnya.
Semakin kau injak, helai daun barunya semakin banyak.
Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Cinta tak harus memiliki. Tak ada yang sempurna dalam kehidupan ini. Dia memang sangat
sempurna. Tabiatnya, kebaikannya, semuanya. Tetapi dia tidak sempurna. Hanya cinta yang
sempurna.
Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

The falling leaf doesn't hate the wind.


Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Benci? Entahlah. Tak mungkin membenci tapi masih rajin bertanya. Atau memang ada benci
jenis baru?
Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Tania, kehidupan harus berlanjut. Ketika kau kehilangan semangat, ingatlah kata-kataku
dulu. Kehidupan ini seperti daun yang jatuh..Biarkanlah angin yang menerbangkannya.
Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Anda mungkin juga menyukai