Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di Indonesia, dari penelitian yang dilakukan di Poli THT sub-bagian Otologi THT
RSCM dan Poli THT RSAB Harapan Kita pada Agustus 2004 sampai dengan Februari
2005, terhadap 43 orang pasien yang didiagnosis dengan OMA, sebanyak 30,2% .
dijumpai pada anak-anak yang berumur kurang dari 2 tahun. Anak-anak yang berumur 2
sampai dengan 5 tahun adalah sebanyak 23,3%. Golongan umur 5 sampai dengan 12
tahun adalah paling tinggi yaitu 32,6%. Anak-anak yang berumur 12 sampai dengan 18
tahun adalah 4,7% dan bagi yang berumur 18 tahun ke atas adalah 9,2% (Titisari, 2005).
Pada penelitian yang sama, antara 43 orang pasien, 30,2% pasien tidak ada
riwayat demam. 62,8% pasien mempunyai riwayat demam selama satu hingga tujuh hari.
Terdapat 7,0% pasien dengan riwayat demam lapan hari hingga dua minggu. Selain itu,
antara 43 orang pasien, 62,8% pasien adalah didahului dengan riwayat ISPA kurang dari
tujuh hari. Pasien dengan riwayat ISPA tujuh hari sampai dua minggu mencapai 27,9%.
Yang lebih dari dua minggu adalah 9,3%. Dari hasil kultur, jenis kuman telinga tengah
yang dijumpai adalah Staphylococcus aureus (78,3%), Haemophilus influenzae (8,7%),
dan Streptococcus pneumonia (13,0%) (Titisari, 2005). Selain tiga jenis mikroorganisme
tersebut, Streptococcus pyogenes dan Moraxella catarrhalis juga biasa dijumpai (Mora et
al., 2002).
Otitis Media Akut (OMA) merupakan penyakit yang sering dijumpai pada masa
anak-anak (Vernacchio et al, 2004). Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3
juta anak-anak mengalami serangan OMA pada 2 tahun pertama kehidupannya (Berman,
1995). Insidens tertinggi kasus OMA yang dilaporkan di Amerika Serikat adalah pada
umur 6 sampai dengan 20 bulan (Kerschner, 2007). Menurut Teele (1991) dalam
Commisso et al. (2000), 33% anak akan mengalami sekurang-kurangnya satu episode
OMA pada usia 3 tahun pertama. Terdapat 70% anak usia kurang dari 15 tahun pernah
mengalami satu episode OMA (Bluestone, 1996). Faktanya, ditemukan bahwa otitis

1
media menjadi penyebab 22,7% anak-anak pada usia dibawah 1 tahun dan 40% anak-
anak pada usia 4 sampai dengan 5 tahun yang datang berkunjung ke dokter anak. Selain
itu, sekitar sepertiga kunjungan ke dokter didiagnosa sebagai OMA dan sekitar 75%
kunjungan balik ke dokter adalah untuk follow-up penyakit otitis media tersebut (Teele et
al., 1989). Menurut Casselbrant (1999) dalam Titisari (2005), menunjukkan bahwa 19%
hingga 62% anak-anak mengalami sekurang-kurangnya satu episode OMA dalam tahun
pertama kehidupannya dan sekitar 50-84% anak-anak mengalami paling sedikit satu
episode OMA ketika ia mencapai usia 3 tahun. Di Amerika Serikat, insidens OMA
tertinggi dicapai pada usia 0 sampai dengan 2 tahun, diikuti dengan anak-anak pada usia
5 tahun.

1.2. Rumusan Masalah


a. Bagaimana pengertian, etiologi manifestasi klinis dari Otitis Media Akut ( OMA )?
b. Bagaimana patofisiologi Otitis Media Akut ( OMA )?
c. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Otitis Media Akut ( OMA ) ?

1.3. Tujuan
a. Umum : Mengetahui Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Otitis Media Akut

b. Khusus :
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat mengetahui:
1. Mengetahui pengertian, etiologi manifestasi klinis dari Otitis Media Akut
( OMA )
2. Mengetahui patofisiologi Otitis Media Akut ( OMA )
3. Mengetahui Asuhan Keperawatan kegawatdaruratan Pada Pasien Otitis Media
Akut ( OMA )

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Anatomi fisiologi Telinga

Telinga terbagi 3 bagian. Telinga luar terdiri dari daun telinga ( pinna) dan kanal
telinga luar berbentuk seperti huruf S ( meatus akustik eksternal). Kanal telinga
mengarahkan suara kedaerah kedua, telinga tengah. Elemen telinga tengah memperkuat
gelombang suara dan menghantarkannya dari udara kedalam cairan ditelinga dalam.
Telinga tengah meliputi gendang telinga ( membrane timpani ) dan tiga tulang terkecil
dalam tubuh, osikel-osikel auditorik, yang merentang di sepanjang rongga telinga tengah
yang berisi udara ( rongga timpani ). Telinga dalam yang berisi cairan mengubah
gelombang suara menjadi sinyal saraf di dalam koklea yang berbentuk seperti keong.
Rongga telinga tengah terhubung ke tenggorokan melalui saluran eustachius, dan juga
dengan udara di luar hubungan ini dapat memindahkan tekanan admosfer kedalam
rongga, menyamakan tekanan udara di kedua sisi gendang telinga dan mencgah gendang
menonjol saat terjadi perubahan udara luar.( Parker, 2007 )

3
2.2. Definisi
Otitis Media Akut (OMA) adalah peradangan akut atau sebagian atau seluruh
periosteum telinga tengah. ( Hendley 2002 )
Otitis Media Akut adalah suatu peradangan telinga tengah, otitis Media dapat
terjadi akibat Infeksi bakteri, biasanya oleh bakteri strepcoccus, pneumonia,
haemophillus influenza, atau staphylococcusaureus. ( Corwin. 2002 ).
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut telinga tengah. Penyakit ini
masih merupakan masalah kesehatan khususnya pada anak-anak. Diperkirakan 70% anak
mengalami satu atau lebih episode otitis media menjelang usia 3 tahun. Penyakit ini
terjadi terutama pada anak dari baru lahir sampai umur sekitar 7 tahun, dan setelah itu
insidennya mulai berkurang. ( Jacky Munilson, Yan Edward, Yolazenia. 2003 )
Secara umum kelompok menyimpulkan bahwa Otitis Media Akut adalah suatu
peradangan telinga tengah akibat Infeksi bakteri, biasanya oleh bakteri strepcoccus,
pneumonia, haemophillus influenza, atau staphylococcus aureus dan Diperkirakan 70%
anak mengalami satu atau lebih episode otitis media menjelang usia 3 tahun (Corwin.
2002, Hendley 2002, Jacky Munilson, Yan Edward, Yolazenia. 2003 )

2.3. Etiologi

Penyebab dari OMA adalah bakteri piogenik seperti streptococcus hemolyticus,


Staphylococcus aureus, Pneumokok, H. Inluenza, E.Coli , S anhemolyticus, P. Vulgaris
dan P. aeruginosa. Selain itu ada beberapa keadaan yang bisa menyebabkan OMA :

a. Beberapa faktor penyebab adalah terapi yang lambat dan penanganan terhadap
gejala awal dari penyakit OMA lambat di tangani atau diperiksakan.
b. Daya tahan tubuh rendah merupakan kondisi seseorang yang kurang proteksi
dalam menangkal suatu penyebab penyakit.
c. Kebersihan buruk merupakan tindakan seseorang yang tidak merawat kebersihan
dari organ telinga baik dari luar maupun kedalam organ telinga
d. Bila kurang dari 2 bulan disebut subakut karena penanganan yang lambat serta
bakteri berkembang dengan cepat sehingga penangnan tersebut harus cepat.
e. Infeksi kronis dari kuman gram negative dan anaerob tidak bisa mempertahankan
zat warna sehiangga tidak bisa mempertahankan kondisi normal dari telingga.
4
( Arsyad soepardi, Efiati. 2001 )

2.4. Pathway

OTITIS MEDIA
AKUT

PENYEBAB BAKTERI
PENYEBAB ALERGI
PIOGENIK

SUMBATAN PADA TUBA


EUSTACHIUS
Kebersihan buruk
MENYERANG NASOFARING
DAN FARING
ENZIM PELINDUNG DAN BULU-
BULU HIDUNG TIDAK
KURANG
BERFUNGSI
PENGETAHUAN
PEMBENGKAKAN SALURAN
EUSTACHIUS
BAKTERI MASUK MELALUI
ISPA
SALURAN NAFAS

MEROBEK GENDANG PENINGKATAN TEKANAN PENINGKATAN LENDIR DAN


HARGA DIRI
TELINGA DAN CAIRAN CAIRAN NANAH
RENDAH
KELUAR

KERUSAKAN INTEGRITAS GANGGUAN PENDENGARAN


CEMAS
JARINGAN

Parker, 2007 dan Hendley 2002

2.5. Manifestasi klinis

Otitis media akut merupakan penyakit yang diakibatkan dua penyebab yaitu :

a. Akibat bakteri piogenik


5
Bakteri piogenik seperti streptococcus hemolyticus, Staphylococcus aureus,
Pneumococcus, H. Influenza, E.Coli , S anhemolyticus, P. Vulgaris dan P. Aeruginosa
yang terdapat pada saluran eustachius, kurangnya penanganan yang cepat sehingga
menyebabkan bakteri semangkin berkembang. Bakteri berkembang masuk ke saluran
eustachius yang menyebabkan pembengkakan pada saluran eustachius dan meningkatkan
lendir dan eksudat (nanah) dari peningkatan inilah terjadinya gangguan pendengaran.
Bakteri ini berkembang disebabkan oleh kebersihan yang buruk.

b. Akibat alergi
Alergi adalah reaksi kekebalan badan seseorang yang berlebihan terhadap za-zat
tertentu yang biasanya tidak menimbulkan masalah. Beberapa zat tersebut misalnya
debu-debu tertentu, serbuk, sari, zat kimia tertentu, jenis makanan tertentu binatang
peliharaan dan sejenisnya, zat ini merupakan penyebab terjadinya OMA. Zat tersebut
tidak tersaring oleh rambut rambut halus pada hidung yang tidak berfungsi. Sehingga
menyebabkan pembengkakan saluran eustachius karena saluran pernapasan dan organ
bagian dalam telinga di hubungkan oleh saluran eustachius.

2.6. Klasifikasi

Klasifikasi dari penyakit OMA adalah sebagai berikut :

a. Stadium OKlusi Tuba Eustachius.


1) Terdapat gambaran retraksi membrane timpani akibat tekanan negative di
dalam liang telinga tengah.
2) Kadang berwarna normal atau keruh pucat.
3) Efusi tidak dapat dideteksi.
4) Sukar di bedakan dengan otitis media Serosa akibat firus atau alergi.
b. Stadium Hiperemis ( Presupurasi) .
1) Tampak pembuluh darah yang melebar di membrane timpani atau seluruh
membrane timpani tampak hiperemis dan edema.
2) Secret yang telah etrbentuk mungkin masih bersifat eksudat serosa
sehingga sukar terlihat.
c. Stadium Supurasi
1) Membrane timpani menonjol ke arah luar akibat edema yang hebat pada
mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial.
2) Terbentuknya eksudat purulent di kavum timpani
3) Pasien tampak kesakitan.
4) Nadi dan suhu meningkat sertan nyeri di telinga bertambah hebat.
5) Bila tekanan tidak berkurang maka akan terjadi iskemia tromboflebitis,
dan nekrosis mukosa serta submukosa. Nekrosis dapat terlihat pada daerah
yang lebih lembek dan kekuningan pada membrane timpani. Di tempat ini
akan terjadi rupture.
6
d. Stadium Perforasi
1) Akibat pemberian antibiotic yang terlambat atau firulensi kuman yang
tinggi dapat terjadi rupture membrane timpani dan nanah keluar mengalir
dari liang telinga ketelinga luar.
2) Pasien yang semula gelisahmenjadi tenang, suhu badan turun dan dapat
tidur nyenyak.
e. Stadium Resulusi
1) Bila membrane timpani tetap utuh, maka perlahan- lahan kan normal
kembali.
2) Bila terjadi perforasi, maka secret akan berkurang dan mengering.
3) Bila daya tahan tubuh baik dan virulrnsi kuman rendah, maka resolusi
dapat terjadi tanpa pengobatan.
4) OMA berubah menjadi Otitis Media supuratif subakut bila perforasi
menetap dengan secret yang keluar terus menerus atau hilang timbul lebih
dari 3 minggu.
5) OMSK bila terjadi lebih dari 1, 5 s.d 2 bulan. Dapat meninggalkan gejala
sisa berupa Otitis Media serosa bila secret menetap di kavum timpani
tanpa perforasi.
6) Pada anak keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, suhu tubuh
tinggi biasanya terdapat riwayat batuk, pilek sebelumnya.
7) Pada orang dewasa di dapatkan gangguan pendengaran berupa rasa penuh
dan kurang pendengaran.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN
Contoh Kasus :
Seorang anak berumur 7 tahun datang ke Rumah Sakit diantar ibunya dengan
keluhan : keluar nanah dari lubang telinga sebelah kiri, susah tidur, gelisah saat tidur, dan

7
menderita demam. Anak tersebut datang sambil memegangi telinga sebelah kirinya dan
menutup lubang telinga dengan tissu, klien tampak gelisah dengan keadaan telinga yang
keluar nanah, serta merasa minder dengan teman temannya.
a. Penanganan Awal kegawatdaruratan OMA
1. Bersihkan cairan yang keluar dari dalam telinga
2. Jelaskan apa yang terjadi pada telinga pasien
3. Buat pasien agar tetap tenang menghadapi situasi penyakit tersebut
b. Pengkajian
1. Kaji seluruh bagian telinga
2. Kaji warna cairan yang keluar dari telinga
3. Kaji apakah ada kemerahan pada bagian telinga
4. Kaji apakah ada rasa nyeri
5. Ukur suhu badan
6. Lakukan pemeriksaan ostoskop
c. Analisa data
Ds :
1. Pasien mengatakan keluar nanah dari telinga sebelah kiri.
2. Pasien mengatakan gelisah dan sulit tidur
3. Pasien mengatakan tidak mengetahui apa yang terjadi dengan telinganya
4. Pasien mengatakan kurang perawatan telinga
5. Pasien mengatakan minder kepada teman- teman
6. Pasien mengatakan cemas terhadap penyakit telinganya

Do :
1. Telinga klien tampak keluar eksudat ( nanah )
2. Pasien tampak gelisah
3. Pasien tampak kebingunan
4. Pasien tampak cemas
5. Telinga pasien tampak kotor

8
d. Dignosa dan Intervensi keperawatan
1. DX 1 : Cemas b.d keluarnya cairan nanah dari lubang telinga

Kriteria hasil: setelah dilakukan tindakan 1x 2 jam klien di harapkan


menunjukkan hasil sebagai berikut :

- Tingkat kecemasan berkurang


- Klien tampak tenang
- Nanah yang keluar berkurang

Intervensi:

- Bersihkan cairan yang keluar


- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Memberikan informasi tentang penyakit yang di alami
- Jelaskan prosedur pengobatan
- Dorong keluarga untuk menenangkan klien akibat penyakit yang di
deritanya

2. DX 2 : Harga diri rendah b.d cairan yang keluar dari telinganya

Kriteria hasil: setelah dilakukan tindakan 1x2 jam klien di harapkan menunjukkan
hasil sebagai berikut :

- Menunjukkan penilaian pribadi tentang harga diri


- Mengungkapkan penerimaan diri
- Komunikasi terbuka
- Mengatakan optimisme percaya diri dengan adanya penyakit

Intervensi:

- Dorong pasien mengidentifikasi kekuatan dirinya


- Ajarkan keterampilan prilaku yang positif
- Buat statemen positif terhadap pasien
- Dorong pasien untuk meneruma penyakit yang di deritanya

9
3. DX 3 : Kurang pengetahuan b.d informasi tentang penyakit otetis media akut
(OMA)

Kriteria hasil: setelah dilakukan tindakan 1x2 jam klien di harapkan menunjukkan
hasil sebagai berikut :

- Klien mengatakan paham dengan informasi penyakit (OMA)


- Klien mampu mendemostrasikan prosedur pencegahan dan pengobatan
dengan tepat

Intervensi:

- Kaji tingkat pengetahuan klien


- Berikan informasi menganai penyakit tersebut
- Gunakan bahasa yang mudah di pahami
- Berikan informasi tentang perawatan tentang organ telinga

4. DX 4 : Kerusakan intergritas jaringan b.d robeknya gendang telinga akibat


meningkatnya tekanan cairan

Kriteria hasil: setelah dilakukan tindakan 1x 6 jam klien di harapkan


menunjukkan hasil sebagai berikut :

- Perpusi jaringan normal


- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Ketebalan dan tekstur jaringan normal.
- Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan

Intervensi :

- Jaga kulit agar tetap bersih dan kering


- Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Berikan obat antibiotic
- Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada telinga.

10
BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari data yang diambil, kelompok menyimpulkan bahwa Otitis
Media Akut (OMA) merupakan suatu gangguan atau penyakit yang menyerang organ
telinga dalam yang di sebabkan oleh bakteri piogenik seperti streptococcus hemolyticus,
Staphylococcus aureus, Pneumococcus, H. Influenza, E.Coli , S anhemolyticus, P.
Vulgaris dan P. Aeruginosa yang terdapat pada saluran eustachius.
Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan khususnya pada anak-anak
yang diperkirakan 70% anak mengalami otitis media menjelang usia 3 tahun. Penyakit ini
terjadi terutama pada anak dari baru lahir sampai umur sekitar 7 tahun, dan setelah itu
insidennya mulai berkurang.
Dalam penyakit OMA ini terdapat klasifikasi yaitu Stadium OKlusi Tuba
Eustachius, Stadium Hiperemis ( Presupurasi), Stadium Supurasi, Stadium Perforasi
Stadium Resulusi.
11
3.2. Saran
Walau masih banyak kekurangan didalam makalah yang kelompok buat ini, kami
kelompok 3 berharap semoga dapat bermanfaat untuk mahasiswa STIK Muhammadiyah
Prodi S1. Jika terdapat kekurangan dalam makalah ini kelompok mohon maaf.

Daftar pustaka

Hetharia, mulyani. ( 2011 ). Asuhan Keperawatan Telinga Hidung Tenggorokan.


Jakarta : Trans Info Media.
Doengoes, Marilyn. E. ( 1999 ). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Penerbit
Buku EGC
Nurarif, kusuma. ( 2013 ). Aplikasi asuhan keperawatan NANDA NIC-NOC.
Greenberg. ( 2005 ). Teks- Atlas Kedokteran Kegawatdaruratan. Penerbit
Erlangga

Dikutip dari : Jacky Munilson, Yan Edward, Yolazenia. Bagian Telinga Hidung
Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL) Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang ( pada tanggal 07-09-2016 )

12

Anda mungkin juga menyukai