Anda di halaman 1dari 7

MANAJEMEN FARMASI

Diajukan untuk memenuhi tugas Manajemen Farmasi semester ganjil

Kelas: B
Disusun Oleh:
Gadis Fujiastuti 260112170014
Alsya Utami Rahayu 260112170020
Mega Hijriawati 260112170022
Sri Wahyuni 260112170028
Nunung Nurjanah 260112170030
Nailil Fadhilah 260112170032
N. Rika Nurhayati 260112170034
Alifa Nur zaini 260112170036
Evariani Dwi W 260112170038
Syifa Afifah Latief 260112170046
Inayah Noviandari 260112170050
Nur Ramadhani Manurung 260112170078
Yudisia Ausi 260112170096
Badriah Afriani 260112170098
Arni Praditasari 260112170124

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
Menurut pendapat kalian:

1. Dengan meningkatnya permintaan obat generik, apa yang harus industri


farmasi lakukan?
2. Syarat-syarat manajemen apa yang harus dipenuhi untuk menghadapi
perubahan trend tersebut?

1
Jawaban :
1. Seiring dengan meningkatnya permintaan obat generik, maka industri
farmasi perlu menyiapkan beberapa strategi, diantaranya :
a. Memperbaiki mutu kualitas obat generik. Mutu dijadikan dasar acuan untuk
menetapkan kebenaran khasiat (eficacy) dan keamanan (safety). Untuk produk-
produk tertentu availabilitas dapat ditunjukkan secara in vitro. Studi disolusi obat
memberikan indikasi yang sama dengan bioavailabilitas obat. Idealnya disolusi
obat in vitro berkorelasi bioavailabilitas (ketersediaan hayati) invivo. Untuk
meningkatkan mutu obat generik, sejak beberapa tahun lalu telah dipasarkan obat
generik berlogo (OGB) yaitu obat generik yang telah memenuhi standar mutu
yang ditetapkan dan diproses dengan standar cara pembuatan obat yang
baik (CPOB). OGB dibuat dengan standar yang sama dengan obat bermerek
sejenis, sehingga memiliki komposisi, kualitas dan khasiat yang setara. Dengan
standar mutu yang ketat, maka OGB memiliki mutu dan khasiat yang sama
baiknya dengan obat bermerek sejenis.

b. Memberlakukan kemandirian bahan baku obat untuk memenuhi kebutuhan


bahan baku dalam negeri produk farmasi. Ketergantungan bahan baku industri
farmasi terhadap impor masih tinggi sekitar 90% (Lince, 2017). Rencana Strategis
Pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan telah dipersiapkan oleh
Kementerian Kesehatan sebagai salah satu dari tindak lanjut Paket Kebijakan
Ekonomi Tahap XI yang telah dikeluarkan Presiden melalui Kemenko
Perekonomian pada 29 Maret 2016 (Infarkes, 2016). Dalam implementasinya,
Rencana Strategis ini sangat membutuhkan dukungan dari pihak-pihak terkait.
Pihak-pihak terkait yang terlibat dalam pengembangan dapat dilihat pada bagan
Penta Helix berikut ini:

2
Pemerintah

Masyarakat Akademisi Media

Industri

Gambar 1. Konsep Penta Helix Sebagi Pihak-Pihak Terkait

Konsep Penta Helix merupakan suatu model kerjasama yang melibatkan


lima pihak, yaitu pemerintah, akademisi, industri, masyarakat, dan media. Pihak
pertama adalah para akademisi yang menerapkan tri dharma perguruan tinggi,
yaitu pengembangan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat bidang
bahan baku obat. Pihak kedua adalah perusahaan sebagai pelaku dalam industri
farmasi. Pihak ketiga adalah pemerintah yang berperan sebagai regulator dan
fasilitator dalam pengembangan bahan baku obat. Pihak keempat adalah
masyarakat asosiasi sebagai wadah yang menyatukan kepentingan para pelaku
usaha dalam industri untuk memenuhi kebutuhan bahan baku obat. Pihak kelima
adalah media menjalankan peran sebagai expander, komunitas untuk akselerator.
Peta jalan produksi bahan baku obat disusun untuk menyediakan skema
kerja (framework) yang kuat dan sistematis, sehingga dapat mengadvokasi,
mengendalikan, dan mengarahkan seluruh pemangku kepentingan yang terlibat.
Strategi untuk mewujudkan tujuan tersebut yakni menyiapkan kebijakan produksi
bahan baku obat yang mengkorelasikan transformasi industri farmasi dengan
produksi bahan baku obat (biopharmaceutical, vaccines, natural, dan chemical
API) di dalam negeri dengan tujuan menjamin ketersediaan, keterjangkauan, dan
akses terhadap sediaan farmasi serta peningkatan ekspor dan substitusi impor.

3
c. Meningkatkan kepercayaan masyarakat tentang obat generik. Untuk
memaksimalkan penggunaan obat generik, sangat diperlukan peningkatan
pemahaman dan kepercayaan masyarakat bahwa obat generik memiliki kualitas,
keamanan dan efektivitas yang sama dengan obat bermerek.

d. Memperbesar kapasitas produksi obat generik. PT Kimia Farma sedang


membangun pabrik obat di Banjaran, Bandung, untuk memperbesar kapasitas
produksi obat generik menjadi empat kali lipat dari kapasitas eksisting obat
generik Kimia Farma saat ini (Lince, 2017). Dexa Medica telah menyiapkan
sejumlah rencana strategis seperti meningkatkan kapasitas produksi dan
menyiapkan produk baru.

e. Meningkatkan kualitas SDM industri farmasi, contohnya quality assurance


(QA), quality control (QC), production planning and inventory control (PPIC)
guna mengurangi banyak eror yang mungkin terjadi.

f. Meningkatkan pengawasan pharmacovigilance (evaluasi obat), dengan cara


menyimpan beberapa contoh sediaan di pabrik dan jika terjadi eror setelah di
pasarkan dapat melakukan evaluasi dengan membandingkan sediaan pabrik dan
sediaan pasaran

g. Gencar membangun pabrik generik di berbagai daerah, agar produk berlabel


generic mudah di dapat di seluruh pelosok Indonesia. Menurut data Kementerian
Kesehatan, saat ini ada sekitar 236 industri farmasi yang memenuhi kebutuhan
obat di Tanah Air. Nilai pasar farmasi di Indonesia sekitar Rp 44 triliun dengan
Rp 4,4 triliun (10 persen) merupakan obat generik. Kebutuhan obat nasional saat
ini dipenuhi industri lokal sebesar 90 persen.

2. Syarat-syarat manajemen yang harus dipenuhi untuk menghadapi


perubahan trend tersebut, yaitu :

a. Managemen kualitas: Sebagai tindakan mengawasi semua kegiatan dan tugas-


tugas yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat keunggulan yang
diinginkan. Ini termasuk penentuan kebijakan mutu, menciptakan dan menerapkan

4
perencanaan mutu dan jaminan, dan kontrol kualitas dan peningkatan kualitas.
(ISO,2015). Manajemen kualitas industri farmasi harus terus ditingkatkan
mengingat penerapan SJSN bertahap di seluruh Indonesia yang meningkatkan
kebutuhan obat generic.

b. Manajemen inventaris: Serangkaian kegiatan untuk melakukan pendataan,


pencatatan, pelaporan hasil pendataan aset, dan mendokumentasikannya, baik aset
berwujud maupun aset tidak berwujud pada suatu waktu tertentu. (Sugiama,
2013). Industri farmasi di Indonesia juga harus mulai bisa mengelola manajemen
inventaris, sehingga pengadaan obat generik dapat terus terselenggarakan.

c. Managemen pemasaran: Kegiatan penganalisisan, perencanaan, pelaksanaan,


dan pengendalian program-program yang dibuat untuk membentuk, membangun,
dan memelihara keuntungan dari pertukaran melalui sasaran pasar guna mencapai
tujuan organisasi (perusahaan) dalam jangka panjang (Assauri, 2013). Peluang
obat generic berlogo (OGB) untuk lebih banyak digunakan oleh masyarakat
diperlukan manajemen pemasaran yang baik dari industri farmasi di Indonesia.

d. Manajemen operasional: Merupakan manajemen dari bagian operasi yang


bertanggung jawab untuk menghasilkan barang atau jasa (Chuong dan Stevenson,
2014). Manajemen operasional adalah hal yang tidak kalah penting dalam
menyikapi peningkatan kebutuhan obat generik di era JKN ini karena operasional
yang baik dapat meningkatkan efektivitas dalam memproduksi obat generik.

e. Managemen pemeliharaan : Pengorganisasian operasi pemeliharaan untuk


memberikan performansi mengenai peralatan produksi dan fasilitas industri
(Chuong dan Stevenson, 2014). Pemeliharaan pasca produksi terhadap obat
generik harus dapat diawasi oleh industri farmasi untuk menjamin mutu obat yang
akan sampai ke tangan konsumen.

f. Managemen rantai penyediaan, bekerjasama dengan PBF dalam pendisribusian,


memasok, penyediakan obat generik untuk masyarakat sehingga kebutuhan
konsumsi terpenuhi. Stabilitas supply chain sangat memiliki peran yang sangat
vital dalam menghadapi peningkatan permintaan obat generik di masyarakat.

5
DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofjan. 2013. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Rajawali Pers.

Chuong SC & Stevenson WJ. 2014. Manajemen Operasi; Perspektif Asia, Buku 2

Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat

Infarkes. 2016. Buletin Informasi Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta:

Kemenkes RI.

ISO. 2015. ISO 9001:2015 Quality Management System Requirement. Swiss:

ISO.

Lince. 2017. Semakin Banyak Masyarakat Minati Obat Generik. Tersedia online

di

http://www.netralnews.com/news/kesehatan/read/86010/semakin.banyak.ma

syarakat.minati.obat.ge [Diakses pada 24 September 2017].

Sugiama, A Gima. 2013. Manajemen Aset Pariwisata. Bandung : Guardaya

Intimarta.

Anda mungkin juga menyukai