OLEH :
UNIVERSITAS RIAU
2017/2018
KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas
limpahan berkat dan kasih-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Konflik Laut Tiongkok Selatan & Peran ASEAN Didalamnya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk dapat menjadi bahan tambahan dalam
bacaan mengenai isu isu kontemporer dan sekaligus sebagai salah satu tugas
untuk memenuhi tugas UTS Politik Pemerintahan Asia Tenggara
Penulis
BAB I
BAB II
BAB III
A. Kesimpulan ....................................................................... 44
ii | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebutuhan akan sumber daya alam bagi negara-negara yang ada, baik
negara maju atau berkembang, menimbulkan perselisihan antar negara-negara
tersebut. Kebanyakan perselisihan tersebut disebabkan karena antara negara yang
satu menginginkan sumber daya yang kebih besar dari negara produsen alih-alih
negara saingannya. Namun tidak jarang pula perselisihan timbul antara negara-
negara dikarenakan hal-hallain yang memiliki kaitan dengan sumber daya.
Perselisihan ini bisa saja akibat dari model standar prosedur yang
dilakukan, model pembatasan kuota atau model-model lainnya. Namun ada pula
perselisihan yang bahkan memuncak sampai perebutan wilayah. Demikianlah
yang terjadi pada wilayah Laut Tiongkok Selatan. Wilayah yang berada diwilayah
Indonesia diklaim oleh banyak negara Asia Tenggara dan juga Tiongkok. Klaim-
klaim ini kedaulatan ini terbukti dari banyaknya nama yang diberikan untuk
pulau-pulau dan lait ini. Semua klaim memiliki dasarnya masing-masing yang
menjadi perdebatan atas kepemilikan wilayah Laut Tiongkok Selatan sampai saat
ini.
1
International Hydrographic Organization,1953,Limits of Ocean and Seas:Third
Edition,Monako,Hal : 30
Disini dapat dilihat suatu hal yaitu perebutan ini terjadi antara negara-
negara dibawah organisasi ASEAN dan Tiongkok, dengan anggapan Taiwan tidak
dianggap sebagai negara atas desakan Tiongkok. Dalam hal ini artinya klaim ini
terjadi antaraa ASEAN dan Tiongkok serta diantara negara-negara ASEAN
sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
E. KERANGKA TEORI
PEMBAHASAN
2
Dieter Heinzig,1976,Disputed Islands in The South China Sea.Wiesbaden: Otto Harrassowitz, Hal
:13.
3
http://graphics.straitstimes.com/STI/STIMEDIA/Interactives/2016/02/turf-wars-on-the-south-
china-sea/index.html Diakses pada tanggal 17 10 2017 pukul 08.39 WIB
Laut Tiongkok Selatan bisa dibilang salah satu primadona lautan di dunia
ini. Menurut pihak Tiongkok Laut Tiongkok Selatan berpotensi memiliki minyak
dan gas bahkan melebihi stok dari negara Kuwait yang saat ini pengekspor
minyak terbesar keempat di dunia. Sehingga kawasan ini sangat menjanjikan
untuk digunakan sebagai penyedia energi bagi beberapa puluh tahun ke depan.
tertinggi, menyatakan Paracel dan Spratly mungkin mengandung 213 miliar barel
minyak bumi. Angka ini sekitar tujuh kali lipat perkiraan para peneliti Amerika
Amerika Serikat, Laut Tiongkok Selatan memiliki sekitar 25 triliun meter kubik
gas alam, sama besar dengan cadangan gas alam Qatar. Belum lagi kekayaan
melewati Laut Tiongkok Selatan. Lokasinya pun strategis untuk pos pertahanan
militer4.
untuk berinvestasi melalui eksplorasi minyak bumi di lepas pantai Laut Tiongkok
karena tanpa izin mereka. Urusan tuduh-menuduh bukan hal baru dalam sejarah
sengketa Laut Tiongkok Selatan. Tahun lalu Filipina menuduh Tiongkok masuk
4
Leszek Buszynski,2012,The South China Sea:Oil, Maritime Claims and US China, Strategic
Rivalry,Washington:The Washington Quarterly.Hal : 141
minyak bumi lepas pantai di dekat Pulau Palawan. Filipina juga menuduh
Laut Tiongkok selatan juga merupakan laut yang selalu dihinggapi ikan
dalam jumlah lumayan banyak. Terhitung sekitar 8% konsumsi Ikan dunia
dihasilkan dari kawasan ini. Hal ini menyebabkan sering terjadi bentrokan antara
nelayan di kawasan ini dalam memperebutkan wilayah menangkap ikan5.
Laut Tiongkok Selatan juga merupakan jalur laut yang sangat sibuk yang
menghubungkan banyak negara-negara besar seperti Jepang, Amerika Serikat dll.
Jalur laut ini dihitung lebih sibuk 3 kali lipat ketimbang terusan Suez dan 5 kali
lebih sibuk dibanding terusan Panama.
5
Ibid,Hal 144
10 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
Perubahan sistem internasional yang menciptakan konsep-konsep
keamanan baru tersebut melatarbelakangi ASEAN untuk mengambil bagian
dalam penyelesaian konflik di Laut Tiongkok Selatan, disamping beberapa
pertimbangan dan kepentingan-kepentingan ASEAN lainnya. Signifikansi konflik
Laut Tiongkok Selatan bagi ASEAN, secara singkat dapat duraikan sebagai
berikut: Pertama, Kepentingan ASEAN dalam menjaga stabilitas hubungan
negara-negara anggotanya, khususnya yang terlibat langsung dalam konflik Laut
Tiongkok Selatan (Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Brunei Darusalam).
11 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
lancarnya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional masing-masing
negara kawasan. Selain itu, Laut Tiongkok Selatan juga tidak dapat dijauhkan dari
fungsinya sebagai safety belt dalam menghadapi ancaman, tantanganm hambatan
dan gangguan khususnya bagi negara-negara dalam lingkaran Asia Tenggara dan
Asia Pasifik. Pada titik inilah ASEAN melihat urgensitas Konflik Laut Tiongkok
Selatan sebagai masalah yang sangat penting.
12 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
Konflik laut Tiongkok selatan menjadi penting karena cakupan regionalisme Asia
Pasifik akan meningkatkan kekuatan kawasan dalam menangani bentuk-bentuk
konflik regional yang sesungguhnya sangat menentukan bagi kepentingan
nasional masing-masing negara anggota.
Oleh karena itu, satu hal yang paling penting digarisbawahi dari
eksistensi ASEAN adalah pembentukkannya dan pencapaian tujuannya,
disandarkan pada inspirasi, komitmen politik dan keamanan regional. Sejak
ASEAN didirikan ada empat keputusan organisasional yang dapat dijadikan
landasan dan instrumen dalam pengelolaan potensi konflik laut Tiongkok Selatan.
Keempat keputusan organisasional tersebut yaitu:
13 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
Deklarasi Kuala Lumpour 1971 tentang kawasan damai, bebas dan
Netral (ZOPFAN).
Traktat Persahanatan dan kerjasama di Asia Tenggara (TAC) yang
dihasilkan oleh KTT ASEAN I 1976.
Pembentukan ASEAN Regional Forum (ARF) dan pertemuan
pertamanya di bangkok tahun 1994
KTT ASEAN V (1995) menghasilkan traktat mengenai kawasan Bebas
Senjata Nuklir di Asia Tenggara (Treaty on South East Zone-Nuclear
Free Zone SEANWFZ).
a) Zone of Peace,Freadom and Neutrality
14 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
dan bahwa setiap pengancaman dengan kekerasan tidak dapat
diterima.
15 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
Baik konsep ZOPFAN, NWFZ maupun TAC pada prinsipnya adalah
zooning arrangement yang merupakan instrumen dasar konsep keamanan
ASEAN yang juga dapat bertindak sebagai instrumen pembangunan kepercayaan
di Asia Pasifik khususnya dalam mencegah Konflik di Laut Tiongkok Selatan.
Program ZOPFAN mempunyai unsur-unsur utama yang menjadi perangkat dalam
mencegah konflik di kawasan, antara lain:
16 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
prakarsa negara-negara ASEAN dalam menciptakan tata hubungan politik dan
keamanan yang lebih predictable di kawasan Laut Tiongkok Selatan.
ARF lahir sebagai implikasi logis dari berakhirnya sistem bipolar di Asia
pasifik. Implikasi tersebut mengharuskan negara-negara Asia Pasifik mencari
pendekatan-pendekatan baru atas masalah-masalah keamanan di kawasan. Dari
sini kemudian muncul pemikiran tentang regionalisasi masalah keamanan.
Negara-negara ASEAN dan negara-negara besar di kawasan mempunyai alasan
yangrasional mengapa pendekatan baru diperlukan.
17 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
Negara-negara di kawasn tidak bisa lagi mengeksploitasi persaingan
negara adidaya, memainkan kartu Amerika Serikat dan Rusia, untuk kepentingan
keamanan di kawasan. Sementara itu bagi negara-negara besar, runtuhnya Uni
Soviet dan sistem bipolar menyebabkan nilai strategis negara-negara di kawasan
menjadi berkurang. Pada saat yang sama dinamika kawasan di Asia Pasifik masih
menyimpan beberapa ketidakpastian, dimana salah satunya berupa konflik-konflik
teritorial khususnya konflik teritorial di Laut Tiongkok Selatan.
Dari uraian diatas nampak bahwa ARF memiliki peran yang signifikan
dalam berbagai isu keamanan yangmenyimpan sejumlah konflik. Selain itu makna
ARF menjadi semakin penting sebagai satu-satunya forum keamanan yang paling
banyak diminati oleh negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Sejak berdirinya,
forum ini telah menyumbangkan berbagai program konkret dalam mengelola isu
keamanan regional di Laut Tiongkok Selatan.
18 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
Lalu, apakah ASEAN dapat berperan sebagai peredam konflik bagi
anggotanya dan kawasan Asia Pasifik? Peran ASEAN sebagai peredam konflik
akan menjadi semakin penting ketika para anggota ASEAN saling mengingatkan
bahwa komitmen terhadap Treaty of Amity in Southeast Asia (TAC) yang telah
dicanangkan bersama beberapa tahun lalu tetap menjadi langkah bagi
penyelesaian konflik secara damai. Tujuannya agar mampu memanfaatkan
peluang yang muncul dari isu yang berkaitan dengan masalah keamanan dengan
mengartikulasikan kepentingan-kepentingan politik di kawasan. Dalam hal ini
ASEAN harus tetap menjalankan diplomasi pencegahan (preventive diplomacy)
dalam lingkungannya sendiri untuk mencegah konflik yang akan muncul ke
permukaan. Selain itu, fungsi ASEAN dalam membangun saling percaya
(confidence building measures) yang mempertemukan kepentingan-kepentingan
keamanan di kawasan juga perlu ditingkatkan terus agar tercipta perimbangan
kepentingan di antara anggotanya.
19 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
itu, dalam pertemuan AMM di Singapura Juli 1993 juga telah diputuskan untuk
membentuk ASEAN Regional Forum (ARF).
20 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
Peran komunitas ASEAN mendatang, terutama pilar Komunitas
Keamanan ASEAN sangat vital dalam upaya penyelesaian sengketa antarnegara
anggotanya agar tercipta hubungan yang lebih baik berdasarkan prinsip
perdamaian dan keamanan internasional. Terciptanya perdamaian dan stabilitas di
kawasan akan menjadi modal bagi proses pembangunan ekonomi dan social
budaya masyarakat ASEAN.
21 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
pihak ketiga dengan yang tidak mengiginkan. Akhirnya negosiasi pun gagal
dilaksanakan. Bahkan PBB pun tidak bisa ikut campur dalam konflik di kawasan
ini.
6
Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea,
http://www.aseansec.org/13165.htm Diakses pada tanggal 18 10 2017 pukul 19.18 WIB
22 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
The Parties are committed to exploring ways for building trust and
confidence in accordance with the above-mentioned principles and on
the basis of equality and mutual respect
The Parties reaffirm their respect for and commitment to the freedom of
navigation in and overflight above the South China Sea as provided for
by the universally recognized principles of international law, including
the 1982 UN Convention on the Law of the Sea;
The Parties concerned undertake to resolve their territorial and
jurisdictional disputes by peaceful means, without resorting to the
threat or use of force, through friendly consultations and negotiations
by sovereign states directly concerned, in accordance with universally
recognized principle, of international law, including the 1982 UN
Convention on the Law of the Sea;
The Parties undertake to exercise self-restraint in the conduct of
activities that would complicate or escalate disputes and affect peace
and stability including, among others, refraining from action of
inhabiting on the presently uninhabited islands, reefs, shoals, cays, and
other f eatures and to handle their differences in a constructive manner.
7
Ibid.
23 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
Modalitas, jangkauan dan lokasi dari kerjasama bilateral atau multilateral
ini harus disetujui terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang bermaksud mengadakan
kerjasama itu sebelum pelaksanaannya. Kendatipun Declaration on the Conduct of
Parties in the South China Sea (DoC) bukan merupakan suatu traktat, juga bukan
suatu Code of Conduct (CoC) yang formal, ia merupakan suatu pernyataan
politik untuk mengurangi ketegangan di wilayah ini dan mulai kerjasama. Tetapi,
ia juga merupakan suatu persetujuan untuk bekerja menuju suatu code of conduct
yang formal.
24 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
Seismic Undertaking itu dapat dilihat sekaligus sebagai suatu usaha untuk
memperbaiki hubungan Filipina-Tiongkok yang sangat terganggu karena
persengketaan di kepulauan Spratly. Langkah-langkah Filipina ini didukung oleh
status quo di Laut Tiongkok Selatan. Untuk sementara memang tidak akan ada
satu kekuatan yang mempunyai kemampuan untuk memaksakan klaimnya secara
mutlak atas Laut Tiongkok Selatan.9
9
Ralf Emmers, Maritime Disputes in the south China Sea: Strategic And Diplomatic Status Quo,
Istitute For Defence And Strateis Studies (HSS) Working Paper No. 87, Septeber 2005
25 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
Pada 16 November 2005 China Oilfield Services Limited (COSL)
dengan kapal eksplorasi Nanhai 502 telah menyelesasikan misinya sesudah hanya
75 hari dari delapan bulan yang semula diperkirakan diperlukan untuk
menyelesaikan eksplorasi pertamanya. Kabel sensor sepanjang 11.000 km telah
dapat diletakkan di dasar laut yang mencakup wilayah seluas 140.000 kin persegi.
Zhu Weilin, wakil presiders Tiongkok National Offshore Oil Corporation
(CNOOC) menyatakan bahwa keberhasilan eksplorasi bersama di Laut Tiongkok
Selatan ini hanya dapat dicapai saling kepercayaan antara ketiga negara
pongeksplorasi.
26 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
untuk melakukan joint development, sebagian besar dari sumber-sumber daya laut
itu justru berada ditempat yang salah dari garis itu untuk pihak satunya.10
10
Luhulima,2011, Pendekatan Multilateral dalam penyelesaian sengketa laut Cina
Selatan, dalam Dinamika ASEAN Menuju 2015, Jakarta : Pustaka Pelajar, hal. 177
11
Ibid.
27 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
Topik pembahasan kedua belah pihak terkait persoalan dari implementasi
Declaration on the Conduct (DOC) di Laut Tiongkok Selatan yang telah
dilaksanakan selama ini, serta pertukaran pandangan mengenai upaya tindak
lanjut Guidelines dari implementasi DOC secara menyeluruh, khususnya di tahun
2012 ini. Selain itu dibahas pula aktivitas bersama Asean-Tiongkok yang akan
dilaksanakan dalam bentuk kerja sama praktis dan konkrit dalam kerangka
implementasi DOC yang dimaksud.12
ASEAN dan Tiongkok melalui Pertemuan ini secara kolektif dan tegas
menyatakan kembali signifikansi dari DOC dan upaya implementasinya sebagai
dasar bagi terciptanya perdamaian, stabilitas, kerja sama dan terutama
membangung kepercayaan di Laut Tiongkok Selatan di antara negara anggota
ASEAN dan China. Ada kesepakatan dari Tiongkok dan Asean untuk
memperkuat komitmen bersama untuk mengimplementasikan DOC secara efektif
dan bermanfaat bagi seluruh pihak yang terlibat.
12
Pertemuan Som Asean-China, Tanggal 14 Januari 2012.
13
Ibid.
28 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
terus menerus dengan Tiongkok, untuk membahas berbagai masalah di kawasan
Laut Tiongkok Selatan termasuk rencana awal pertemuan tingkat menteri antara
ASEAN dan Tiongkok dalam pembahasan DOC. Di sini, Indonesia dan ASEAN
menekankan pentingnya implementasi efektif dari DOC dan mendorong agar
DOC segera diterapkan dalam bentuk COC, sebagai langkah maju hasil
perundingan dengan Tiongkok dalam masalah Laut Tiongkok Selatan. DOC
diakui oleh ASEAN sebagai dokumen yang penting dalam langkah untuk
mewujudkan perdamaian, stabilitas, dan saling percaya antara negara-negara Asia
Tenggara dan Tiongkok. Indonesia mencemaskan adanya kemungkinan
keterlibatan (campur tangan) Amerika Serikat dan Jepang untuk masuk ke sana,
yang mungkin akan berdampak pada semakin rumit dan panjangnya penyelesaian
sengketa wilayah di Laut Tiongkok Selatan.14
14
Konferensi Tingkat Tinggi ke-18 ASEAN di Jakarta, 7-8 Mei 2011.
15
KTT ASEAN ke 20 Phnom Penh, Cambodia 3-4 April 2012
29 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
menyelesaikan sengketa teritorial, tetapi untuk merumuskan sebuah mekanisme
yang dapat mendorong kerja sama, membangun sikap saling percaya, mencegah
konflik dan mengelola krisis, serta menanggulangi insiden di laut.16
Pada saat Indonesia menjadi Ketua ASEAN tahun 2011, ASEAN dan
Tiongkok sepakat mengenai satu paket garis pedoman (panduan) Code of Conduct
untuk mengakhiri 10 tahun deadlock, karena sebelumnya Tiongkok
16
Ibid.
17
Ibid.
30 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
cenderung menolak untuk terlibat dalam upaya pembahasan klaim tumpang
tindih di Laut Tiongkok Selatan. Peraturan itu diharapkan merupakan dokumen
yang mengikat secara hukum yang bertujuan mencegah insiden-insiden kecil di
Laut Tiongkok Selatan menjadi konflik yang lebih besar yang dapat menyeret
major power dikawasan seperti Amerika Serikat, Jepang, India, atau Rusia.
Filipina dan Vietnam menuduh Tiongkok bersikap makin agresif menyangkut
klaimnya. Sementara itu AS menegaskan satu kepentingan nasional untuk
mempertahankan jalur pelayaran itu bebas dan terbuka. AS telah mengadakan
kerjasama militer dengan Philipina.18
18
Ibid.
19
Ibid.
31 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
perumusan CoC telah melahirkan spekulasi mengenai besarnya pengaruh China
untuk membuat perbedaan pendapat di tubuh ASEAN. Keputusan Kamboja,
sebagai tuan rumah KTT Ke-20 ASEAN, untuk tidak memasukkan soal Laut
Tiongkok Selatan ke dalam agenda resmi Summit ASEAN do PhnomPenh, bisa
dilihat sebagai hasil dari pengaruh dan tekanan Tiongkok terhadap negara itu.
20
Directorate of ASEAN Political-Security Cooperation Directorate General of ASEAN
Cooperation Ministry of Foreign Affairs Republic of Indonesia.
21
Ibid.
32 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
Sekretariat ASEAN. Pertemuan ASEAN SOM tersebut diawali dengan
penyelenggaraan 7th Meeting of the ASEAN SOM Working Group on Code of
Conduct (COC) dan 6th Meeting of the ASEAN SOM Working Group on ASEAN
Institute for Peace and Reconciliation (AIPR) pada tanggal 23 Mei 2012. Sebagai
bagian dari rangkaian Pertemuan ASEAN SOM Meeting and Related
Meetings juga diselenggarakan Pertemuan ASEAN+3 SOM dan EAS Senior
Officials Meeting tanggal 25 Mei 2012, ASEAN Regional Forum (ARF) SOM
tanggal 26 Mei 2012 dan ditutup dengan 14th ASEAN-India SOM tanggal 27 Mei
2012.
33 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
Februari 1992 yang menyatakan bahwa China memiliki kedaulatan absolut di
Laut China Selatan termasuk di Spratly Islands.22
Vietnam mengaksesi TAC pada Juli 1992 dan bergabung menjadi anggota
ke-7 ASEAN pada Juli 1995. Vietnam, yang saat itu belum menjadi anggota
ASEAN, mendukung penuh ASEAN Declaration on the South China Sea dan
menunjukan minat dalam menyusun CoC. Di lain pihak, China menolak untuk
melakukan perundingan multilateral dan menilai bahwa Spratly Islands bukanlah
permasalahan ASEAN. Namun demikian, China mendukung sebagian dari
deklarasi ini, tetapi tidak memberikan penjelasan bagian mana yang ia dukung dan
bagian mana yang ia tidak setuju.23 China menolak untuk menjadi signatory dan
pada tahun yang sama China mengeluarkan Law of the Territorial and Sea and
Contiguous Zone yang secara eksplisit menegaskan klaim China terhadap Spratly
Islands.
22
Tran Truong Thuy, Recent Developments in the South China Sea: Implications for Regional
Security and Cooperation, (makalah disampaikan pada CSIS Policy Consultation on Maritime
Security in the South China, Washington, D. C., 20-21 June 2011), hal 2.
23
Termsak Chalermpalanupap, The South China Seanand ASEAN, hal 5. Menteri Luar Negeri
China Qian Qichen menyatakan China mendukung prinsip-prinsip yang ada pada deklarasi ini.
Tran Truong Thuy, Recent Development in the South China Sea: Implication for Regional Security
and Cooperation, hal 3.
34 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
b) Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea, 2002.
Setelah tahun 1997, ASEAN dan China semakin erat mendiskusikan Laut
China Selatan. Mereka membicarakan Code of Conduct in the South China Sea
yang bertujuan untuk meningkatkan percaya diri di Laut China Selatan, namun
tidak memiliki efek kekuatan mengikat. Akan tetapi, pembicaraan ASEAN-China
mengenai Code of Conduct in the South China Sea mengalami tiga kesulitan,24
yaitu apa saja yang menjadi ruang lingkup Code of Conduct in the South China
Sea tersebut. Pendapat dari negara-negara pantai Laut China Selatan adalah bahwa
tidak seluruh dari Laut China Selatan berada dalam keadaan sengketa. Laut
territorial mereka misalnya adalah diakui. Kebanyakan dari para pihak tidak ingin
laut territorial, laut pedalaman, dan ZEE-nya dimasukkan menjadi objek Code of
Conduct in the South China Sea diluar hukum internasional dan UNCLOS. Jika
Code of Conduct in the South China Sea hanya diberlakukan pada area yang
disengketakan di Laut China Selatan, muncul kesulitan lain, yaitu Vietnam ingin
Code of Conduct in the South China Sea juga mencakup Paracel. China menolak
gagasan Vietnam tersebut. Terakhir, terdapat permasalahan apakah negara yang
memperoleh kebebasan berlayar dan terbang di atasnya atau dekat dengan wilayah
yang disengketakan dapat ambil bagian dalam penyusunan Code of Conduct in the
South China Sea. Kebanyakan pembicaraan ASEAN-China sepakat bahwa
negara-negara luar tersebut tidak perlu terlibat dalam penyusunan Code of
Conduct in the South China Sea. Akhirnya, ASEAN dan China menurunkan
ekspetasi masing-masing dengan menghasilkan Declaration on the Conduct of
Parties in the South China Sea (selanjutnya DoC) yang ditandatangani oleh 10
Menteri Luar Negeri ASEAN dan Special Envoy China Wang Yi di Phnom Penh
pada 4 november 2002. DoC merujuk pada Joint Statement ASEAN dan China
yang diterbitkan dalam konteks kerjasama ASEAN-China. DoC secara jelas
menyatakan dalam paragraf pembukanya bahwa DoC adalah perjanjian antara
pemerintah negara-negara ASEAN dan Pemerintah Republik Rakyat China.
Dengan kata lain, 10 negara Asia Tenggara menandatangani perjanjian ini dalam
kapasitas kolektif sebagai negara anggota ASEAN.
24
Ibid.
35 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
Alasan utama yang menyebabkan China berpartisipasi dalam DoC adalah
bahwa China menyadari DoC adalah perangkat hukum yang saat ini digunakan
ASEAN-China dalam bekerjasama untuk mendorong lingkungan yang harmonis,
damai, dan bersahabat di Laut China Selatan antara ASEAN dan China untuk
terciptanya perdamaian, stabilitas, dan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran di
kawasan. Bagi ASEAN, DoC selalu menjadi kerangka bagi kerjasama antara
negara anggota ASEAN dan China mengenai peningkatan percaya diri di Laut
China Selatan.
36 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
pejabat pertahanan dan militer; memperlakukan setiap orang yang berada
dalam bahaya maupun kesulitansecara adil dan manusiawi,
memberitahukan secara sukarela segala bentuk latihan militer bersama
pihak-pihak terkait, melakukan pertukaran informasi secara sukarela
mengenai informasi yang relevan.
6. Sebelum terdapat penyelesaian yang menyeluruh dan bersifat tetap atas
konflik dimaksud, para pihak sepakat untuk meningkatkan kerjasama yang
mungkin dilakukan meliputi perlindungi lingkungan kelautan, penelitian
ilmiah kelautan, keamanan navigasi dan pelayaran, operasi SAR (search
and rescue) dan memerangi kejahatan transnasional termasuk lalu lintas
obat terlarang, bajak laut, perampokan bersenjata, dan penyelundupan
senjata.
7. Modalitas, cakupan dan lokasi, serta kerjasama bilateral dan multilateral
tersebut akan dirumuskan lebih lanjut sebelum pelaksanaan kegiatan
tersebut.
8. Para pihak yang terlibat siap untuk melanjutkan dialog dan konsultasi
mengenai isu-isu terkait dengan tujuan untuk meningkatkan semangat
bertetangga baik, transparansi, harmoni, pengertian bersama dan
kerjasama serta memfasilitasi bagi penyelesaian damai di antara mereka.
9. Para pihak sepakat untuk menghormati dan mentaati isi dari deklarasi
tersebut.
10. Para pihak mengharapkan agar negara-negara dapat mengormati prinsip-
prinsip dalam deklarasi tersebut.
11. Para pihak yang terlibat menegaskan kembali bahwa pengesahan suatu
code of conduct akan meningkatkan perdamaian dan stabilitas di kawasan,
dan disepakati pula untuk melanjutkan proses tercapainya tujuan tersebut.
12. Dengan adanya DoC ini diharapkan saling percaya di antara negara-negara
yang bersengketa dapat lebih ditingkatkan dan potensi konflik dapat
dihilangkan serta diganti dengan kerjasama yang saling menguntungkan.
Namun demikian terdapat kejadian dimana deklarasi tersebut tidak
berjalan sesuai harapan mengingat DoC hanyalah dokumen politik yang
tidak memiliki kekuatan hukum mengikat dimana pihak-pihak yang
37 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
terlibat sengketa melanggar kesepakatan yang ada dan tidak terdapat
sanksi yang dapat diterapkan kepada pihak pelanggar tersebut. Hal ini
misalnya terlihat dalam insiden Mischief Reef yang apabila laporan
Filipina benar, maka China telah melanggar pasal 5 DoC. Namun
demikian, DoC merupakan langkah penting dalam proses pengelolaaan
konflik Laut China Selatan karena pihak yang bersengketa telah sepakat
untuk menciptakan stabilitas dan perdamaian di kawasan dengan
mengindari konfrontasi dan provokasi yang mengundang pertikaian
militer. Deklarasi ini juga dapat dijadikan pendukung pelaksanaan
kerjasama yang telah dirintis melalui Workshop on Managing Potential
Conflict in the South China Sea dan starting point untuk pembentukan
suatu legally-binding code of conduct.
13. DoC, yang merupakan penjabaran dari ASEAN Declaration on the South
China Sea, merupakan aturan main sementara sambil menunggu suatu
legally-binding code of conduct, yang membantu menyelesaikan sengketa
dan menciptakan perdamaian dan stabilitas kawasan, yang masih belum
dapat dituntaskan dalam waktu cepat. Masih dimuatnya provisi dalam
DoC mengenai perlunya pengesahan code of conduct harus memicu
ASEAN untuk bekerja keras menggunakan DoC sebagai dasar bagi
pembentukan suatu legally-binding code of conduct yang akan menjadi
titik tolak bagi upaya penyelesaian sengketa di Laut China Selatan
sehingga dapat memajukan perdamaian dan stablitas kawasan.
38 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
ASEAN-China Senior Officials Meeting (SOM) untuk merealisasikan DoC;
menyediakan acuan untuk mengimplementasikan DoC, dan mendirikan working
group untuk menyusun acuan dari implementasi DoC dan memberikan
rekomendasi bagi ASEAN-China SOM. Pada ASEAN-China SOM yang pertama
di Kuala Lumpur pada 7 Desember 2004, para peserta memutuskan untuk
membentuk Joint Working Group (JWG) untuk mempelajari dan
merekomendasikan tindakan yang dapat memperkuat kepercayaan diri masing-
masing negara. JWG akan mentransformasi ketentuan dalam DoC ke dalam
bentuk kerjasama yang nyata. Bentuk kerjasama yang diatur dalam DoC antara
lain perlindungan lingkungan perairan (marine scientific research), riset ilmiah,
keselamatan pelayaran dan komunikasi di laut, operasi pencarian dan
penyelamatan, dan perlawanan terhadap kejahatan transnasional. Pertemuan ini
juga mengadopsi Terms of Reference dari JWG. ASEAN-China JWG mempunyai
tugas untuk membuat rekomendasi atas:
Co-chairing pertemuan tersebut, Dr. Kao Kim Hourn, Secretary of State for
Foreign Affairs, Cambodia, and Mr. Wu Dawei, Vice Minister of Foreign Affairs
of China, menyatakan keoptimisannya bahwa implementasi dari DoC, termasuk
pembentukan JWG akan memberikan kontribusi signifikan terhadap perdamaian
dan stabilitas di Laut China Selatan. ASEAN dan China juga yakin bahwa
kegiatan peningkatan percaya diri negara-negara akan menciptakan lingkungan
yang kondusif bagi penyelesaian secara damai sengketa Spratly Islands antara
Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, dan Viet Nam sebagai negara anggota
ASEAN, dan China.
25
Terms of Reference of the ASEAN-China Joint Working Group on the Implementation of the
DOC. http://www.aseansec.org/16885.htm
39 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
Pada pertemuan pertama ASEAN-China JWG di Manila pada 4-5 Agustus
2005, ASEAN memperlihatkan rancangan acuan dari pengimplementasian DoC
untuk diskusikan. Akan tetapi, timbul permasalahan dimana China telah menolak
rancangan dari pedoman untuk penerapan DoC (paragraf 2) referensi untuk
praktek yang sudah ada di ASEAN mengenai konsultasi informal diantara 4
negara asean yang bersengketa sebelum dilakukan pertemuan ASEAN-china
mengenai DoC.26 China menyatakan bahwa sengketa Spratly Islands bukanlah
permasalahan 4 negara ASEAN yang bersengketa secara kolektif. China juga
menyatakan bahwa sengketa tersebut adalah antara China dengan negara lain yang
berdiri sendiri-sendiri. Oleh karena itu, China telah menawarkan pembicaraan
bilateral dengan masing-masing negara yang bersengketa. China sepertinya
memiliki kekhawatiran bahwa penyusunan DoC dengan negara-negara anggota
ASEAN secara kolektif dapat menganggu klaim kedaulatannya di Laut China
Selatan.
Push forward the full and effective implementation of the DOC in the
South China Sea to maintain regional stability and promote cooperation in South
China Sea including through the regular convening of the ASEAN-China Senior
Officials Meeting (SOM) on the DOC and the ASEAN-China Joint Working
Group on the Implementation of the DOC and continued joint efforts in drafting
the Guidelines for the implementation of the DOC while working toward the
eventual conclusion, on the basis of consultations and consensus, of a code of
conduct in the South China Sea;
26
Termsak Chalermpalanupap, The South China Sea and ASEAN, hal 8.
40 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
peaceful settlement of the territorial and jurisdictional issues as stated in the
DOC.
27
Plan of Action to Implement the Joint Declaration on ASEAN-China Strategic Partnership for
Peace and Prosperity (2011-2015), http://cil.nus.edu.sg/2010/2010-plan-of-action-to-
implement-the-joint-declaration-on-the-asean-china-strategic-partnership-2011-2015/
28
Declaration of the Conduct of Parties in South China Sea, Pasal 10.
29
Tran Truong Thuy, Recent Developments in the South China Sea: Implications for Regional
Security and Cooperation, hal 3.
41 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
Piagam ASEAN yang menyatakan bahwa negara-negara anggota ASEAN dalam
hubungan eksternal atas dasar kesatuan dan solidaritas, melakukan koordinasi dan
usaha untuk membangun posisi bersama dan menghasilkan tindakan bersama.
42 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
Namun demikian usaha menyusun CoC yang menguntungkan semua
pihak tetap dilakukan dimana saat ini telah dilakukan perundingan di antara
negara ASEAN terlebih dahulu.
30
Hasil wawancara dengan. Termsak Chalermpalanupap, Director of the Political and Security
Directorate ASEAN.
43 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
44 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Sumber Jurnal :
Chiu, Huangdah, and Choon-Ho Park. "Legal Status of the Paracel and Spratly
Islands." Ocean Dev and International Law Journal, 1975. Hal 1-28.
Duong, Wendy N. "Following the Parth of Oil: The Law of The Sea or Real
Politik - What Good Does Law Do in The South China Sea Territorial
Conflict?" Fordham International Law Journal (April 2007). Hal 1-73.
Djalal, Hasjim. Managing Potential Conflicts in the South China Sea, Hal 23-
39.
45 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya
Hara, Kimie. "50 Years from San Francisco Re-Examining the Peace Traty and
Japans Teritorrial Problems." Pacific Affairs, Volume 74. Nomor. 3 (Autumn
2001). Hal 361-382.
Hindley, Michael dan James Bridges. South China Sea: the Paracel and
Spratly Islands Dispute. Royal Institute of International Affairs (Juni 1994).
Joyner, Christopher C.1998. "The Spratly Islands Dispute in the South China
Sea: Problems, Policies. and Prospects for Diplomatic Accomodation."
International Maritime & Coastal Law Journal.
Sumber Online :
http://graphics.straitstimes.com/STI/STIMEDIA/Interactives/2016/02/tur
f-wars-on-the-south-china-sea/index.html Diakses pada tanggal 17 10 2017
pukul 08.39 WIB
46 | K o n f l i k L a u t T i o n g k o k S e l a t a n & P e r a n A S E A N
Didalamnya