PASAL 1
URAIAN PEKERJAAN
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah Pembangunan Perpustakaan MAN 2 yang terdiri
dari :
Pekerjaan Pendahuluan
Pekerjaan Pondasi
Pekerjaan Struktur
Pekerjaan Lantai
Pekerjaan Dinding
Pekerjaan Plafond
Pekerjaan Rangka Atap
Pekerjaan Pintu, Jendela Dan Ventilasi
Pekerjaan Pengunci Dan Penggantung
Pekerjaan Pengecatan
Pekerjaan Instalasi Listrik
2. Pekerjaan juga meliputi pengadaan, penyiapan, pengamanan serta pemeliharaan selama masa
pelaksanaan termasuk penyediaan segala sesuatu yang secara permanen atau temporer
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
3. Pelaksana harus menyerahkan pekerjaan dalam keadaan selesai termasuk perbaikan kerusakan
yang mungkin terjadi pada bangunan, menyingkirkan bahan-bahan bekas bongkaran reruntuhan
dan sebagainya, serta hal-hal atas petunjuk Direksi.
4. Sarana Bekerja
Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, pelaksana harus menyediakan :
a. Tenaga kerja/tenaga ahli yang cukup memadai dengan jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
b. Alat-alat bantu seperti, pompa air, alat-alat pengangkut, dan peralatan penunjang lainnya
yang dipergunakan guna kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
c. Penyediaan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan yang
akan dilaksanakan tepat pada waktunya.
5. Cara Pelaksanaan
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), gambar rencana, Penjelasan serta mengikuti
petunjuk dan keputusan Konsultan Pengawas.
PASAL 2
JENIS DAN MUTU BAHAN
Jenis dan mutu bahan yang dipakai diutamakan dari produksi dalam negeri sesuai dengan
Keputusan Bersama Menteri Perdagangan, Menteri Koperasi, Menteri Perindustrian dan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara.
Nomor : 472/kab/XII/1980
Nomor : 813/MENPAN/1980
Nomor : 064/MENPAN/1980
Tanggal : 23 Desember 1980
PASAL 3
PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIPERGUNAKAN
1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah ini termasuk segala
perubahan dan tambahannya yaitu sebagai berikut :
a. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia atau Algemene
Voorwaarden voor De Uitvoering Bij Aanneming Van Openbare Werken ( AV ) 1941.
b. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrasi Teknik dari Dewan Teknik
Pembangunan Indonesia (DTPI).
c. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI_NI.5 - 1961).
d. Peraturan Beton Indonesia (PBI) 1971 SKSNI 1991.
e. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.
f. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PPKI) 1961.
g. Peraturan Semen Portland Indonesia NI. 08.
h. Peraturan Muatan Indonesia (PMI NI.18-1970).
i. Ketentuan dan Peraturan lain yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi pemerintah setempat
yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan.
PASAL 4
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
1. Pelaksana wajib meneliti semua Gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syaratnya (RKS)
termasuk tambahan dan perubahannya yang mendapat persetujuan bersama.
2. Bila Gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syaratnya (RKS), maka yang
mengikat/ berlaku adalah ketentuan yang ada dalam RKS. Bila terdapat kerancuan bentuk dan
ukuran-ukuran gambar dalam skala kecil dengan gambar dalam skala besar, maka gambar
dalam skala besar yang berlaku.
3. Bila perbedaan-perbedaan tersebut menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan
akan menimbulkan kesalahan, maka pelaksana harus menanyakan kepada pemberi tugas dan
mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan.
PASAL 5
PERSIAPAN DI LAPANGAN
PASAL 6
JADWAL PELAKSANAAN
1. Sebelum memulai pekerjaan nyata di lapangan pekerjaan, kontraktor wajib membuat rencana
pekerjaan pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bart-chart dan CURVA "S", yang
telah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pemberi Tugas.
2. Pelaksana harus memberikan salinan rencana kerja/time schedule rangkap 4 (empat) kepada
Pemberi Tugas /Konsultan pengawas. Satu salinan rencana kerja harus ditempel pada dinding
bangsal Kontraktor di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan (prestasi
kerja) dilapangan.
3. Konsultan pengawas/ Pemberi Tugas akan menilai prestasi pekerjaan pelaksanaan berdasarkan
rencana kerja tersebut.
PASAL 7
KUASA PELAKSANA DI LAPANGAN
1. Di lapangan pekerjaan, pelaksana wajib menunjuk seorang kuasa pelaksana atau biasa disebut
PELAKSANA LAPANGAN yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan
dilapangan dan mendapat kuasa penuh dari pelaksana, berpendidikan minimum STM jurusan
bangunan yang berpengalaman minimal 5 tahun. Penunjukan atau penugasan tenaga ahli yang
bertugas dilapangan tersebut ditujukan kepada Pemberi Tugas.
2. Dengan adanya pelaksana lapangan, tidak berarti bahwa pelaksana lepas tanggungjawab
sebagian maupun keseluruhan kewajibannya.
3. Pelaksana wajib memberitahu secara tertulis kepada Pemberi Tugas, nama dan jabatan
Pelaksana lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
4. Bila kemudian hari, menurut Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas pelaksana kurang mampu
atau tidak cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada pelaksana secara
tertulis untuk mengganti pelaksana lapangan tersebut.
PASAL 8
TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) PELAKSANA
1. Untuk menjaga kemungkinan diperlukannya kerja diluar jam kerja lembur apabila terjadi hal-
hal yang mendesak, Pelaksana harus memberitahukan secara tertulis alamat lengkap dilokasi
kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.
2. Alamat pelaksana diharapkan tidak berpindah-pindah selama pekerjaan. Bila terjadi perubahan
alamat, pelaksana harus memberitahukan secara tertulis.
PASAL 9
PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN
1. Pelaksana harus menjaga keamanan di lapangan terhadap barang-barang milik Pemberi Tugas,
Konsultan Pengawas dan milik pihak ke tiga yang ada di lapangan.
2. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah dipasang atau belum, menjadi
tanggung jawab pelaksana dan tidak diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambahan.
3. Apabila terjadi kebakaran, pelaksana bertanggung jawab atas akibatnya baik yang berupa
barang-barang maupun keselamatan jiwa.
4. Untuk itu pelaksana harus menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap dipakai yang
ditempatkan pada tempat yang mudah dijangkau.
PASAL 10
JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA
1. Semua bahan bangunan yang didatangkan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.
2. Pelaksana harus memperlihatkan contoh bahan sebelum digunakan. Contoh-contoh ini harus
mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.
3. Bahan bangunan yang telah didatangkan pelaksana di lapangan pekerjaan, tetapi ditolak
pemakaiannya oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dan
selanjutnya dibongkar atas biaya pelaksana dalam waktu 2 x 24 jam, terhitung dari jam
penolakan.
4. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan pelaksana tetapi ditolak oleh Pemberi
Tugas dan Konsultan Pengawas, maka pekerjaan tersebut harus segera dihentikan dan
selanjutnya dibongkar atas biaya pelaksana dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan
Pengawas.
PASAL 12
PEMERIKSAAN PEKERJAAN
1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutannya yang apabila pekerjaan ini telah selesai, akan tetapi
belum diperiksa oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas, pelaksana harus memintakan
persetujuan kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas. Baru apabila Pemberi Tugas dan
Konsultan Pengawas telah menyetujui bagian pekerjaan tersebut, pelaksana dapat meneruskan
pekerjaan.
2. Bila pelaksana melanggar ayat 1 pasal ini, Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas berhak
menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya
pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggungan pelaksana.
PASAL 13
SITUASI DAN UKURAN
1. Situasi.
a. Pelaksana harus meneliti situasi tampak, terutama keadaan tanah bangunan, sifat dan
luasnya pekerjaan dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi harga Perjanjian Pekerjaan.
b. Kelalaian atau kekurang telitian pelaksana dalam hal ini tidak dijadikan alasan untuk
mengajukan tuntutan.
2. Ukuran.
Ukuran satuan yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam cm, kecuali ukuran-ukuran
untuk baja/besi ataupun pipa yang dinyatakan dalam inch atau mm.
PASAL 14
PEKERJAAN PERSIAPAN DAN LAPANGAN
1.2. Pada tahap penyelesaian pekerjaan, semua material bahan sisa maupun bongkaran harus
diangkut dari lokasi, jika tidak dilakukan pekerjaan dinyatakan belum 100 %.
PASAL 15
PEKERJAAN TANAH
PASAL 16
PEKERJAAN KAYU
Hal-hal lain yang belum diuraikan diatas disesuaikan dengan bentuk dan ukuran seperti pada
gambar rencana dan petunjuk Pemberi Tugas atau konsultan pengawas.
PASAL 17
PEKERJAN BETON DAN ADUKAN
Item
No. Ukuran Campuran Beton Penulangan
Pekerjaan
1. Lantai Kerja Tebal. 5 cm Beton Camp. 1 : 3 : 5 Tanpa Tulangan
3. Persyaratan Bahan
a. Semen Portland
1. Semen yang dipakai harus portland semen yang telah disetujui oleh Direksi Kegiatan,
dan memenuhi syarat menurut standart semen Indonesia (NI-8-1972).
2. Untuk seluruh pekerjaan beton harus menggunakan mutu semen yang baik dari satu
jenis merk atas persetujuan Konsultan Pengawas/Direksi Lapangan.
3. Semen yang telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak diperkenankan untuk
dipergunakan.
4. Penyimpanan semen portland harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas dari
kelembaban dimana gudang tempat penyimpanannya mempunyai ventilasi cukup dan
tidak kena air, diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai.
Tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 m sesuai dengan syarat
penumpukan semen dan setiap pengiriman semen baru harus dipisahkan dari semen
yang lama dan diberi tanda dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut
urutan pengirimannya.
b. Pasir
1. Pasir harus bersih dari bahan organis, lumpur, zat-zat alkali dan substansi-substansi yang
merusak beton. Pasir tidak boleh mengandung segala jenis substansi tersebut lebih dari
5%.
2. Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.
3. pasir harus terdiri dari partikel-partikel / komposisi butir yang tajam atau kasar.
4. Cara penyimpanan harus sedemikian rupa agar menjamin kemudahan pelaksanaan
pekerjaan dan menjamin agar tidak terjadi kontaminasi yang tidak diinginkan.
5. Gradasi
d. Air
1. Air yang digunakan untuk adukan dan merawat beton harus tawar, bersih, tidak
mengandung minyak, asam, alkali dan bahan-bahan organis/bahan lain yang dapat
merusak mutu beton maupun mempengaruhi daya lekat semen dan harus memenuhi NI-3
pasal 10.
2. Bila dianggap perlu, Konsultan Pengawas/Direksi dapat meminta pada Kontraktor untuk
memeriksa mutu air di laboratorium atas biaya Kontraktor.
Air yang akan diperiksa harus dimasukkan dalam botol dan ditutup dengan rapat dan
kirim ke laboratorium.
e. Besi Beton
1. Besi baja tulangan yang digunakan harus dari baja mutu U-24 menurut persyaratan
PBI71 atau Japaneese Standard Class SR-24 ataupun British Standart, No. 785-1938.
2. Ukuran besi beton sebagaimana yang tersebut di dalam gambar, bila terjadi penggantian
dengan diameter lain, hanya diperkenankan atas persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas/Direksi.
Bila penggantian disetujui, maka luas penampang yang diperlukan tidak boleh berkurang
dengan yang tersebut di dalam gambar atau perhitungan. Dan dalam hal ini Kontraktor
harus melampirkan data perhitungannya serta data pengurangan volume berat pembesian
yang dikaitkan dengan analisa penawaran.
3. Besi beton yang digunakan harus bebas dari kotoran, karat, minyak, cat, serpihan kulit
giling serta bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat terhadap beton.
4. Perawatan
Besi beton tidak boleh disimpan di udara terbuka untuk jangka waktu yang lama.
c. Pemasangan Tulangan
1. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama pengecoran
tidak berubah tempatnya.
2. Tebal penutup beton harus dipasang dengan penahan jarak (beton decking) yang terbuat
dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor dengan
jumlah minimum 4 buah tiap M2 cetakan.
e. Pengadukan
1. Pencampuran adukan harus sesuai dilakukan dengan mesin pengaduk (beton molen).
Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian
cukup menetapkan dan mengawasi dari masing-masing bahan pembentuk beton.
Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya harus mendapat
persetujuan dari Direksi Lapangan.
2. Lama pengadukan beton dilakukan hingga campuran beton tersebut benar-benar
homogen hingga menghasilkan adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang
merata/seragam. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke
adukan.
Pengadukan yang berlebihan (lamanya) yang membutuhkan penambahan air untuk
mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki, tidak dibenarkan.
3. Pengangkutan Adukan beton dilakukan dengan gerobak dorong atau alat bantu lainnya
ke tempat pengecoran harus diatur sedemikian rupa, sehingga waktu pengangkutan harus
diperhitungkan dengan cermat sehingga waktu antara pengadukan dan pengecoran tidak
lebih dari 1 jam dan tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang besar antara beton
yang sudah dicor dengan yang akan dicor.
f. Pengecoran Beton
1. Persiapan
Proporsi semen, pasir dan kerikil pada syarat-syarat teknis adalah minimal, jadi tidak
akan diijinkan untuk dikurangi.
Sebelum adukan beton dicor,kayu-kayu bekisting harus bersih dari kotoran seperti
serbuk gergaji, tanah, minyak dan lain-lain serta harus dibasahi secukupnya, dan perlu
diadakan tindakan untuk menghindarkan pengumpulan air pembasahan tersebut pada
sisi bawah.
2. Pelaksanaan
Sebelum pelaksanaan pengecoran dilakukan, kontraktor harus memberitahukan pada
Direksi Lapangan selambat-lambatnya 24 jam sebelum sewaktu pengecoran beton
dilakukan. Persetujuan Direksi Lapangan untuk pengecoran beton berkaitan dengan
pelaksanaan bahwa kontraktor dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.
Persetujuan tersebut di atas tidak mengurangi tanggung jawab kontraktor atas
pelaksanaan pekerjaan secara menyeluruh.
Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurkannya air pada semen
dan agregat telah mencapai 1 jam dan waktu ini dapat berkurang lagi jika Direksi
Lapangan menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.
Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton menyentuh tanah harus diberi lantai
kerja setebal 5 cm agar terjadi kedudukan tulangan dengan baik dan untuk
menghindari penyerapan air semen oleh tanah.
3. Pemadatan Beton
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk mengangkut dan menuangkan beton
dengan kekentalan yang dapat dipertahankan agar didapat beton yang padat tanpa
menggetarkan secara berlebihan.
PASAL 18
PEKERJAAN DINDING DAN PLESTERAN
1. Ukuran batako yang digunakan untuk dinding adalah 7 x 15 x 30 cm dengan campuran 1pc :
4ps Pekerjaan dinding batako, dipasang pada dinding lantai 1, letak pemasangan sesuai dengan
gambar kerja.
uraian Pekerjaan Untuk Dinding Batako adalah sebagai berikut :
Ukuran batako yang digunakan untuk dinding adalah 7 x 15 x 30 cm dengan campuran
1pc : 4ps dengan mutu semen dan pasir sebagaimana disyaratkan oleh persyaratan seperti
tersebut di atas.
Pemasangan batako harus setahap demi setahap dengan alat bantu benang dan
menggunakan speci perekat adukan semen campuran 1pc : 4ps.
Susunan batako dalam satu kali pemasangan tidak boleh lebih tinggi dari 2 ( dua ) meter.
Jarak speci / nat pemasangan maksimum 2 mm.
Kontraktor wajib memelihara pemasangan dinding bataco tersebut dengan melakukan
penyiraman sampai usia pemasangan sesuai dengan yang dikehendaki.
Apabila diperlukan maka sebaiknya dipasang kolom balok praktis agar luasan dinding
yang terpasang tidak terlalu besar.
2. Pekerjaan plesteran halus dinding, dikerjakan untuk plesteran dinding batako. untuk plesteran
digunakan campuran semen 1pc : 4ps dan ditentukan tebal plesteran 1,5 cm, ketentuan
pekerjaan plesteran adalah sebagai berikut :
Semua permukaan plesteran harus rapi / tidak bergelombang dan pertemuan sudut harus
membentuk sudut 90 derajat.
Untuk pekerjaan ini kontraktor harus menyediakan segala alat bantu yang diperlukan baik
peralatan maupun perancah-perancah yanag aman.
PASAL 19
PEKERJAAN PLAFOND
Pekerjaan plafond bagian luar ruangan dan dalam ruangan menggunakan GRC. Bahan plafond
yang digunakan adalah bahan dari kualitas yang baik, mempunyai sisi yang lurus, siku,
seragam dan tidak cacat. Plafond tersebut dipasang pada balok penggantung plafond dan
kedudukan yang akan dipasang plafond tersebut harus benar-benar rata.
PASAL 20
PEKERJAAN ATAP DAN RANGKA ATAP
Kuda kuda Menggunakan Rangka kuda-kuda kayu kelas II atau sesuai Gambar Kerja.
Gording + ikatan angin+blk nok+blk sambungan menggunakan Rangka baja Ringan
Atap menggunakan atap Genteng Metal
Pemasangan atap , Harus dikerjakan dengan susunan yang rapat sehingga terhindar dari
kebocoran dan sesuai dengan petunjuk direksi/ konsultan pengawas
Perabung atap menggunakan kayu klas II yang dilapisi dengan seng rata BJLS 0.30.
List plank menggunakan papan kayu klas I dan 2x2/20
PASAL 21
PEKERJAAN PENGECATAN/FINISHING
1. Lingkup Pekerjaan
Termasuk dalam pekerjaan pengecatan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan termasuk alat bantu dan alat angkut yang diperlukan dan mencakup pekerjaan
persiapan permukaan yang akan diberi cat.
3. Bahan
a. Pengertian cat disini tidak terbatas pada :
Emulsi, enamel, vernis, dan pelapis-pelapis lain yang dipakai sebagai cat dasar, dan cat
akhir/penutup.
b. Untuk cat tembok, digunakan cat dari produksi dalam negeri berkwalitas baik, sedangkan
untuk perkerjaan cat kayu digunakan cat sintetik berkwalitas baik yang telah disetujui
Pemberi Tugas atau konsultan pengawas.
c. Plamur dan dempul untuk pekerjaan cat tembok dan kayu digunakan merk cat yang dipilih.
d. Cat yang digunakan masih berada dalam kaleng yang masih disegel, tidak pecah atau bocor
dan mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas atau Konsultan Pengawas.
e. Pelaksana bertanggung jawab, bahwa warna dan bahan cat adalah tidak palsu dan sesuai
Spesifikasi atau brosur pabrik.
f. Bahan pengecatan terdiri dari :
g. Warna
1. Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum pekerjaan pengecatan, Pelaksana
mengajukan daftar bahan kepada Pemberi Tugas atau Konsultan Pengawas untuk
memilih warnanya dan menyetujui.
2. Segera setelah Pemberi Tugas menentukan warna pilihannya, Pelaksana menyiapkan
bahan dan bidang pengecatan (Mock up) untuk dijadikan contoh atas biaya Pelaksana.
4. Cara Pelaksanaan
a. Persiapan Pekerjaan
1. Sebelum pekerjaan pengecatan dilaksanakan, pekerjaan langit-langit dan lantai harus
telah selesai dikerjakan.
2. Selanjutnya diadakan persiapan sebagai berikut :
Dinding atau bagian yang akan dicat telah disetujui oleh Pemberi Tugas.
*> Bagian yang retak-retak, pecah atau kotoran yang menempel dibersihkan.
*> Menunggu keringnya dinding atau bagian yang akan dicat karena basah dan lembab.
*> Menyiapkan dan mengadakan pengecatan untuk contoh warna.
3. Pelaksana harus mengatur sedemikian rupa, sehingga terdapat urutan-urutan yang tepat
dimulai dari pekerjaan dasar sampai dengan pengecatan akhir.
4. Pekerjaan pengecatan harus dikerjakan oleh tenaga yang ahli/ terampil dan semua
pekerjaan pengecatan harus mengikuti petunjuk dari Pemberi Tugas dan pabrik pembuat
cat tersebut.
b. Pengecatan Dinding
1. Dinding baru yang akan dicat harus mempunyai cukup waktu untuk mengering. Setelah
permukaan dinding kering maka persiapan dilakukan dengan membersihkan
permukaan dinding tersebut terhadap pengkristalan/pengapuran (efflorescene) yang
biasanya terdapat pada tembok baru, yaitu dengan amplas (emerald) kemudian dengan
lap sampai benar-benar bersih.
2. Setelah kering permukaan tersebut diamplas dengan amplas halus. Kemudian dicat
dengan lapisan pertama dengan campuran kira-kira 15% air.
3. Bagian-bagian yang masih kurang baik, diberi deco plamur lagi dan diamplas halus
setelah kering.
4. Pengecatan akhir sampai mencapai warna yang dikehendaki.
5. Pekerjaan-pekerjaan pengecatan dilakukan dengan menggunakan "Roller".
c. Cat Kayu/Emultion.
1. Semua permukaan kayu yang berhubungan dengan plesteran diberi dasar meni.
2. Permukaan kayu yang akan dicat harus diamplas kemudian diplamur bila terdapat retak,
celah/lobang. Selanjutnya permukaan kayu yang diplamur diratakan dengan ampals.
3. Permukaan kayu yang kecil harus diberi 2 lapisan plamur yang tipis.
4. Setelah permukaan kayu yang akan dicat diamplas, di plamur 1 kali kemudian dicat
dasar 2 kali, diplamur 1kali diamplas lagi dan yang terakhir dicat 2 kali dengan cat
penutup yang mengkilat.
5. Kayu yang telah dicat, bila terdapat goresan ataupun cacat-cacat lain harus diadakan
pengecatan kembali.
PASAL 22
PEKERJAAN PENGUNCI DAN PENGGANTUNG
1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan alat-alat untuk kelancaran
pelaksanaan pekerjaan ini, serta semua bahan-bahan pengunci dan penggantung serta
pelengkapannya.
2. Persyaratan Bahan
a. Semua bahan dan alat perlengkapan pintu dan jendela yang dipakai dalam pekerjaan ini
sedapat mungkin hasil dari satu perusahaan, dengan kwalitas baik.
b. Sebelum pemasangan penggantung dan pengunci, Pelaksana harus memberikan/
memperlihatkan contohnya kepada Pemberi Tugas untuk mendapat persetujuan.
c. Semua anak kunci harus dilengkapi dengan plat pengenal, terbuat dari logam yang mana
tertera nomor pengenal serta harus diserahkan pada Pemberi Tugas.
3. Macam Pekerjaan
a. Mengadakan dan memasang kunci pintu tanam type dua kali putar (2 slaag) otomatis.
b. Memasang 4 (empat) buah engsel pada tiap daun pintu dan 2 (dua) buah pada tiap daun
jendela.
c. Memasang slot pada daun pintu ganda pada bagian atas dan bawah.
d. Pada setiap jendela jungkit dilengkapi dengan kait angin, slot dan handle.
Tabel penggunaan material logam/pengunci dan penggantug :
4. Cara Pelaksanaan
a. Semua pemasangan harus rapi, sehingga pintu-pintu dan jendela dapat ditutup dan dibuka
dengan mudah, lancar dan ringan.
b. Sebelum penyerahan pekerjaan semua kunci-kunci harus diminyaki sehingga dapat bekerja
dengan baik.
PASAL 23
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
2. Pekerjaan instalasi titik lampu harus dilaksanakan oleh tenaga yang berpengalaman di bidang
listrik.
PASAL 24
PEKERJAAN PENYELESAIAN, PEMBERSIHAN DAN PENUTUP
1. Semua gambar kerja dan perubahannya yang telah disetujui oleh pemilik sebagai acuan
pelaksanaan pekerjaan dilapangan serta disetujui Pemberi Tugas.
2. Pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam rencana kerja dan syarat-syarat teknis ini akan
ditentukan kemudian dilapangan oleh Pemberi Tugas atau pengawas lapangan
3. Setelah pekerjaan seluruhnya dianggap selesai, maka pelaksana harus membersihkan sisa bahan
bangunan yang tidak terpakai sehingga rapi dan bersih.
4. Pekerjaan yang termasuk dalam penjelasan kerja ini harus dilaksanakan menurut uraian dan
syarat-syarat serta gambar kerja dengan peraturan yang mengikat
5. Perubahan-perubahan gambar dapat dilakukan oleh pelaksana dengan mengajukan usulan
perubahan serta alasan-alasannya untuk disetujui oleh Pemberi Tugas atau Konsultan Pengawas
sebelum dilaksanakan perubahan pekerjaan.
6. Penjelasan kerja yang berlum termasuk atau tidak termasuk dalam penjelasan ini akan
ditentukan kemudian oleh Pemberi Tugas atau Konsultan Pengawas.