Anda di halaman 1dari 7

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

Dosen : Dr. H. Agus Sikwan, M.Hum

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial


Manusia Sebagai Makhluk Individu
Manusia lahir sebagai makhluk individual yang bermakna tidak terbagi atau tidak
terpisahkan antara jiwa dan raga. Secara biologis, manusia lahir dengan
kelenkapan fisik, tidak berbeda dengan makhluk hewani. Namun, secara rohani ia
sangat berbeda dengan makhluk hewani apapun. Jiwa manusia merupakan satu
kesatuan dengan raganya untuk selanjutnya melakukan aktivitas atau kegiatan.
Kegiatan manusia tidak semata-mata digerakkan oleh jasmaninya, tetapi juga
aspek rohaninya.

Dalam perkembangannya, manusia sebagai makhluk individu tidak hanya


bermakna kesatuan jiwa dan raga, tetapi menjadi pribadi yang khas dengan corak
kepribadiannya, termasuk kemampuan kecakapannya. Dengan demikian, manusia
sebagai individu merupakan pribadi yang terpisah, berbeda dari pribadi lain.
Manusia sebagai individu adalah bersifat nyata, berbeda dengan manusia lain dan
sebagai pribadi dengan ciri yang khas tertentu yang berupaya merealisasikan
potensi dirinya.

Pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi oleh beberapa faktor


(menurut tiga pandangan), yakni:
1. Pandangan nativistik menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-mata
ditentukan atas dasar faktor dari dalam individu sendiri, seperti bakat dan

1
potensi, termasuk pula hubungan atau kemiripan dengan orangtuanya.
Misalnya, jika ayahnya seniman maka sang anak akan menjadi seniman pula.
2. Pandangan empiristik menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-mata
didasarkan atas faktor lingkungan. Lingkunganlah yang akan menentukan
pertumbuhan seseorang.
3. Pandangan konvergensi menyatakan bahwa pertumbuhan individu
dipengaruhi oleh faktor diri individu dan lingkungan. Bakat anak merupakan
potensi yang harus disesuaikan dengan diciptakannya lingkungan yang baik
sehingga ia bisa tumbuh secara optimal.

Pandangan yang mengembangkan pemikiran bahwa manusia pada dasarnya adalah


individu yang bebas dan merdeka adalah paham individualism. Paham
individualism menekankan pada kekhususan, martabat, hak, dan kebebasan orang
per orang. Manusia sebagai individu yang bebas dan merdeka tidak terikat apapun
dengan masyarakat ataupun Negara. Manusia bisa berkembang dan sejahtera
hidupnya serta berlanjut apabila dapat bekerja secara bebas dan bebrbuat apa saja
untuk memperbaiki dirinya sendiri.

Peranan Manusia Sebagai Makhluk Individu


Sebagai individu, manusia memiliki harkat dan martabat yang mulia. Setiap
manusia dilahirkan sama dengan harkat dan martabat yang sama pula. Perbedaan
yang ada seperti berbeda keyakinan, tempat tinggal, ras, suku, dan golongan tidak
meniadakan persamaan akan harkat dan martabat manusia.Oleh karena itu,
pengakuan dan penghargaan manusia sebagai manusia mutlak diperlukan.
Pengakuan dan penghargaan itu diwujudkan dengan pengakuan akan jaminan atas
hak-hak asasi manusia.

2
Sebagai makhluk individu, manusia berusaha memenuhi kepentingan atau
mengejar kebahagiaan sendiri. Motif tindakannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya yang meliputi kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Penekanan pada kepentingan diri memunculkan sifat individualistic dalam diri
pribadi yang bersangkutan. Disamping itu, faktor pemenuhan atas kepentingan diri
tersebut juga menjadikan individu akan saling bersaing untuk hal tersebut.
Berdasarkan sifat kodrat manusia sebagai individu, dapat diketahui bahwa manusia
memiliki harkat dan martabat, manusia memiliki hak-hak dasar, setiap manusia
memiliki potensi diri yang khas, dan setiap manusia memiliki kepentingan untuk
memenuhi kebutuhan dirinya.
Oleh karena itu, manusia sebagai individu akan berusaha :
1. Menjaga dan mempertahankan harkat dan martabatnya;
2. Mengupayakan terpenuhi hak-hak dasarnya sebagai manusia;
3. Merealisasikan segenap potensi diri baik sisi jasmani maupun rohani; dan
4. Memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri demi kesejahteraan hidupnya.

Dalam hidup bermasyarakat, individu memberikan fungsi-fungsi positif sbb:


- perlu dihargainya harkat dan martabat diri seorang manusia;
- adanya jaminan akan hak dasar setiap manusia , dan
- berkembangnya potensi diri yang kreatif dan inovatif.
Namun demikian, dalam hidup bermasyarakat, individu bisa menghasilkan fungsi-
fungsi negatif. Misalnya, unsur pemenuhan kepentingan diri menjadikan orang per
orang memiliki sifat individualistik dan egois. Orang tidak lagi mau membantu,
bersimpati, atau berempati terhadap orang lain karena yang dipentingkan
kebutuhan diri. Disamping itu, persaingan yang terjadi dapat menjurus pada
persaingan yang tidak sehat. Akibatnya masyarakat tidak tertib, penuh persaingan,
perseteruan, dan pemaksaan masing-masing kehendak.
3
Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai individu ternyata tidak mampu hidup sendiri. Ia dalam menjalani
kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergantung pada manusia lainnya.
Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan manusia lain.
Hal ini disebabkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat
memenuhinya sendiri. Ia akan bergabung dengan manusia lain membentuk
kelompok-kelompok dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan tujuan hidup. Dalam
hal ini, manusia sebagai individu memasuki kehidupan bersama dengan individu
lainnya.
Jadi, menurut kodratnya, manusia dimanapun pada zaman apapun, selalu hidup
bersama, hidup berkelompok. Menurut Aristoteles seorang ahli filsafat Yunani
kuno menyatakan bahwa bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa
manusia itu sebagai makhluk, pada dasarnya selalu ingin bergaul dalam
masyarakat. Karena sifatnya yang ingin bargaul satu sama lain, maka manusia
disebut sebagai makhluk sosial.

Adapun yang menyebabkan manusia selalu hidup bermasyarakat antara lain karena
adanya dorongan kesatuan biologis yang terdapat dalam naluri manusia, misalnya:
a. Hasrat untuk memenuhi keperluan makan dan minum;
b. Hasrat untuk membela diri;
c. Hasrat untuk mengadakan keturunan.

Adapun insting itu sudah ada pada diri manusia sejak ia dilahirkan. Kebutuhan
akan makanan dan minuman termasuk kebutuhan primer untuk wsegala makhluk
hidup baik hewan maupun manusia. Sejak manusia dilahirkan, ia mempunyai dua
keinginan pokok, yaitu:

4
1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia di sekelilingnya.
2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.

Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup dengan
manusia lain (masyarakatnya). Ia tidak dapat merealisasikan potensi hanya dgn
dirinya sendiri. Manusia akan membutuhkan manusia lain untuk hal tersebut,
termasuk dalam mencukupi kebutuhannya.

Peranan Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Manusia sebagai pribadi adalah berhakikat social. Artinya, manusia akan
senantiasa dan selalu berhubungan dengan orang lain. Manusia tidak mungkin
hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Fakta ini memberikan kesadaran akan
ketidakberdayaan manusia dalam memenuhi kebutuhannya sendiri.
Kebutuhan akan orang lain dan interaksi sosial membentuk kehidupan
berkelompok pada manusia. Berbagai tipe kelompok social tumbuh seiring dgn
kebutuhan manusia untuk saling berinteraksi.

Dalam berbagai kelompok sosial, manusia membutuhkan norma-norma


pengaturannya. Terdapat norma-norma social sebagai patokan untuk bertingkah
laku bagi manusia dikelompoknya. Norma-norma tersebut adalah:
1. Norma agama atau religi, yaitu norma yang bersumber dari Tuhan yang
diperuntukkan bagi umat-Nya. Norma agama berisi perintah agar dipatuhi dan
larangan agar dijauhi umat beragama. Norma agama ada dalam ajaran2 agama.
Sanksi dari norma ini bila dilanggar adalah mendapat hukuman di akhirat.
2. Norma kesusilaan atau moral, yaitu norma yang bersumber dari hati nurani
manusia untuk mengajak pada kebaikan dan menjauhi keburukan. Norma moral
bertujuan agar manusia berbuat baik secara moral. Orang yang berkelakuan
5
baik adalah orang yang bermoral, sedangkan yang berkelakuan buruk adalah
tidak bermoral atau amoral.
Sanksi dari norma ini bila dilanggar adalah penyesalan pada diri sendiri.
3. Norma kesopanan atau adat, adalah norma yang bersumber dari masyarakat dan
berlaku terbatas pada lingkungan masyarakat yang bersangkutan.norma ini
dimaksudkan untuk menciptakan keharmonisan hubungan antarsesama.
Sanksi dari norma ini bila dilanggar adalah dikucilkan dari masyarakatnya.
4. Norma hukum, yaitu norma yang dibuat masyarakat secara resmi (Negara) yang
pemberlakuannya dapat dipaksakan. Norma hokum berisi perintah dan
larangan. Norma hokum dimuat dalam berbagai peraturan perundang-undangan
yang bersifat tertulis.
Sanksi dari norma ini bila dilanggar adalah mendapat hukuman dari Negara.

Selain itu, norma dapat dibedakan pula menjadi empat macam berdasarkan
kekuatan berlakunya di masyarakat. Ada norma yang daya ikatnya sangat kuat,
sedang , dan ada pula norma yang daya ikatnya sangat lemah. Keempat jenis
norma tersebut adalah: cara (usage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores),
dan adat istiadat (custom).

a. Cara (usage)
Cara adalah bentuk kegiatan manusia yang daya ikatnya sangat lemah. Norma
ini lebih menonjol dalam hubungan antarindividu atau antarperoranan.
Pelanggaran terhadap norma ini tidak mengakibatkan hukuman yang berat,
tetapi sekedar celaan. Contohnya cara makan, ada yang makan sambil berdiri
dan ada yang makan sambil duduk. Cara kedua mungkin dianggap lebih pantas
dari cara pertama.

6
b. Kebiasaan (folkways)
Kebiasaan adalah kegiatan atau perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk
yang sama oleh orang banyak karena disukai.norma ini lebih kuat daya ikatnya
daripada norma cara. Contohnya, kebiasaan member salam bila bertemu.
c. Tata kelakuan (mores)
Tata kelakuan adalah kebiasaan yang dianggap sebagai norma pengatur. Sifat
norma ini disatu sisi sebagai pemaksa suatu perbuatan dan disisi lain sebagai
suatu larangan. Dengan demikian, tata kelakuan dapat menjadi acuan agar
masyarakat menyesuaikan diri dengan kelakuan yang ada serta meninggalkan
perbuatan yang tidak sesuai dengan tata kelakuan.
d. Adat istiadat (custom)
Adat istiadat adalah tata kelakuan yang telah menyatu kuat dalam pola-pola
perilaku sebuah masyarakat. Oleh karena itu, pada umumnya kelompok
masyarakat atau suku memiliki norma adat yang berbeda-beda. Norma ini
memiliki daya ikat yang sangat kuat. Norma adat berisi perintah dan larangan.
Anggota masyarakat yang melanggar norma ini akan mendapat sanksi yang
berlaku (sanksi adat).

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka manusia sebagai makhluk social memiliki
implikasi-implikasi sebagai berikut:
1. Kesadaran akan ketidakberdayaan manusia bila seorang diri.
2. Kesadaran untuk senantiasa dan harus berinteraksi dengan orang lain.
3. Penghargaan akan hak-hak orang lain.
4. Ketaatan terhadap norma-norma yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai