Anda di halaman 1dari 11

P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:

Volume 8, Nomor 1, Januari 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

PERILAKU MENCUCI TANGAN BERDAMPAK PADA INSIDEN DIARE


PADA ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN MALANG

The Impact of Hand Washing on the Incident of Diarrhea among School-Aged


Children at the District of Malang
1
Sunardi, 2Faqih Ruhyanuddin
12
Dosen Program Studi S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang
Kampus II, Jalan Bendungan Sutami No. 188A Malang 65145
1
email: sunardinadhif@yahoo.co.id

ABSTRAK

Cuci tangan sering dianggap sebagai hal yang sepele di masyarakat, padahal cuci tangan bisa
memberi kontribusi pada peningkatan status kesehatan masyarakat. Anak-anak usia sekolah
mempunyai kebiasaan kurang memperhatikan perlunya cuci tangan dalam kehidupan sehari-hari,
terutama ketika di lingkungan sekolah. Perilaku tersebut tentunya berpengaruh dan dapat
memberikan kontribusi dalam terjadinya penyakit diare. Cuci tangan merupakan tehnik dasar yang
paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi. Penelitian ini adalah
analisis korelasi. Subyek penelitian anak usia sekolah di kabupaten Malang dengan teknik cluster
sampling yaitu sebesar 300 responden. Analisis data menggunakan uji statistik spearman. Hasil
penelitian perilaku cuci tangan pada anak usia sekolah di Kabupaten Malang pada kategori baik
(53,7 %), cukup (41,7 %) dan kurang baik (4, 6 %). Sedangkan insidensi diare pada anak usia
sekolah di Kabupaten Malang dalam kategori rendah (59,3 %), sedang (37,7 %) dan tinggi (3 %).
Hubungan antara perilaku cuci tangan dan insiden diare diperoleh nilai p = 0,000 yang lebih kecil
dari 0,05 dan r = 0,792, maka secara statistik membuktikan ada hubungan yang signifikan antara
perilaku cuci tangan dan insiden diare.

Kata kunci: Cuci tangan, perilaku, diare, anak sekolah dasar

ABSTRACT

Hand washing behavior considered unimportant thing in community, whereas hand washing can
contribute to improve the health status of the community. School-age children have paying less
attention habit to the need for hand washing in everyday, especially when in the school
environment. The behavior could effect and contribute to the occurrence of diarrhea disease.
Hand washing is the most important fundamental technique in the prevention and control of
infection transmission. This study was the correlation analysis. Research subject are school age
children in Malang with cluster sampling technique that is equal to 300 respondents. Data
analysis is using Spearman. The results of school age children hand washing behavior in Malang
are in good categories ( 53.7 % ), moderate ( 41.7 % ) and poorly ( 4 , 6 % ) . While the incidence
of diarrhea in children of school age in Malang in the low category (59.3 % ), moderate ( 37.7 % )
and high ( 3 % ) . Relationship between hand washing and diarrhea incidence obtained p value =
0.000 is smaller than 0.05 and r = 0.792 , statistically it proves that there was a significant
relationship between the incidence of diarrhea and hand washing.

Keywords: Hand washing, behaviour, diarrheae, school-age children

Perilaku Mencuci Tangan Berdampak Pada Insiden Diare Pada Anak Usia Sekolah Di Kabupaten Malang 85
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 8, Nomor 1, Januari 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan sekolah tanpa cuci tangan terlebih


merupakan salah satu bagian integral dahulu, padahal sebelumnya mereka
dari pembangunan nasional yang bermain-main. Perilaku tersebut
mempunyai peranan besar dalam tentunya berpengaruh dan dapat
menentukan keberhasilan pencapaian memberikan kontribusi dalam terjadinya
tujuan pembangunan nasional. penyakit diare. Cuci tangan merupakan
Pembangunan kesehatan yang dilakukan tehnik dasar yang paling penting dalam
dapat meningkatkan kualitas sumber pencegahan dan pengontrolan penularan
daya manusia yang ditandai dengan infeksi. Penelitian yang dilakukan oleh
tingkat kesehatan penduduk yang Luby, et al (2009), mengatakan bahwa
meningkat. Upaya promotif dan cuci tangan dengan sabun secara
preventif dalam rangka meningkatkan konsisten dapat mengurangi diare dan
derajat kesehatan bangsa dan penyakit pernafasan. Cuci tangan pakai
masyarakat dapat dilakukan dengan sabun (CTPS) dapat mengurangi diare
penerapan perilaku hidup bersih dan sebanyak 31 % dan menurunkan
sehat. Kebiasaan mencuci tangan penyakit infeksi saluran nafas atas
dengan sabun, adalah bagian dari (ISPA) sebanyak 21 %. Riset global
perilaku hidup sehat yang merupakan juga menunjukkan bahwa kebiasaaan
salah satu dari tiga pilar pembangunan CTPS tidak hanya mengurangi, tapi
bidang kesehatan yakni perilaku hidup mencegah kejadian diare hingga 50 %
sehat, penciptaan lingkungan yang sehat dan ISPA hingga 45 % (Fajriyati, 2013).
serta penyediaan layanan kesehatan
yang bermutu dan terjangkau oleh Penelitian oleh Burton, et al
semua lapisan masyarakat. Perilaku (2011) menunjukkan bahwa cuci tangan
hidup sehat yang sederhana seperti dengan menggunakan sabun lebih
mencuci tangan dengan sabun efektif dalam memindahkan kuman
merupakan salah satu cara untuk dibandingkan dengan cuci tangan hanya
meningkatkan kesadaran masyarakat dengan mengggunakan air. Masyarakat
tentang pemeliharaan kesehatan pribadi menganggap CTPS tidak penting,
dan pentingnya berperilaku hidup bersih mereka cuci tangan pakai sabun ketika
dan sehat. tangan berbau, berminyak dan kotor.
Hasil penelitian oleh kemitraan
Cuci tangan sering dianggap pemerintah dan swasta tentang CTPS
sebagai hal yang sepele di masyarakat, menunjukkan bahwa pengetahuan
padahal cuci tangan bisa memberi masyarakat tentang CTPS sudah tinggi,
kontribusi pada peningkatan status namun praktik di lapangan masih
kesehatan masyarakat. Berdasarkan rendah. (Mikail, 2011). Tangan adalah
fenomena yang ada terlihat bahwa anak- bagian tubuh kita yang paling banyak
anak usia sekolah mempunyai kebiasaan tercemar kotoran dan bibit penyakit.
kurang memperhatikan perlunya cuci Ketika memegang sesuatu, dan berjabat
tangan dalam kehidupan sehari-hari, tangan, tentu ada bibit penyakit yang
terutama ketika di lingkungan sekolah. melekat pada kulit tangan kita. Telur
Mereka biasanya langsung makan cacing, virus, kuman dan parasit yang
makanan yang mereka beli di sekitar mencemari tangan, akan tertelan jika

Perilaku Mencuci Tangan Berdampak Pada Insiden Diare Pada Anak Usia Sekolah Di Kabupaten Malang 86
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 8, Nomor 1, Januari 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

kita tidak mencuci tangan dulu sebelum membersihkan anus anak (Luby, et al,
makan atau memegang makanan. 2009).
Dengan cara demikian umumnya
penyakit cacing menulari tubuh kita. Di Penelitian yang dilakukan oleh
samping itu, bibit penyakit juga dapat Adisasmito (2013) dengan melakukan
melekat pada tangan kita setelah studi literatur penelitian seputar diare,
memegang uang, memegang pintu mengatakan bahwa faktor risiko diare
kamar mandi, memegang gagang bisa dilihat dari tiga faktor, yaitu: faktor
telepon umum, memegang mainan, dan lingkungan (sarana air bersih dan
bagian-bagian di tempat umum (Potter jamban); faktor risiko ibu (kurang
& Perry, 2005). Melalui tangan kita pengetahuan, perilaku dan hygiene ibu)
sendiri segala bibit penyakit itu juga bisa dan faktor risiko anak (faktor gizi dan
memasuki mulut, lubang hidung, mata, pemberian ASI ekslusif). Data SDKI
atau liang telinga, karena kebiasaan tahun 2013 juga mengatakan bahwa
memasukkan jari ke hidung, mengucek anak yang tinggal di daerah tanpa
mata, mengorek liang telinga, bukan adanya sarana air bersih dan
pada waktu yang tepat (pada saat tangan menggunakan fasilitas kakus di
kotor), dan ketika jari belum dibasuh sungai/danau mempunyai prevalensi
(belum cuci tangan). diare paling tinggi (Depkes, 2011).

Gerakan Nasional Sanitasi Total Anak usia sekolah merupakan


Berbasis Masyarakat dan cuci tangan usia yang rawan terhadap berbagai
dengan sabun, mulai dicanangkan oleh penyakit, terutama yang berhubungan
pemerintah di masa menteri kesehatan. dengan perut, seperti diare, tipus,
Gerakan yang dicanangkan adalah kecacingan, dan lain-lain. Kebiasaan
Gerakan Nasional Cuci Tangan Pakai anak-anak mengkonsumsi jajanan secara
Sabun. Gerakan ini dilakukan sebagai bebas, ditambah anak-anak tidak
bagian dari kebijakan pemerintah untuk melakukan cuci tangan sebelum makan
pengendalian risiko penyakit yang menyebabkan berbagai kuman penyebab
berhubungan dengan lingkungan, seperti penyakit mudah masuk ke dalam tubuh,
penyakit diare, penyakit kecacingan, dan karena tangan adalah bagian tubuh kita
tifoid yang sebenarnya dapat dicegah yang paling banyak tercemar kotoran
dengan kebiasaan buang air besar di dan bibit penyakit. Kebiasaan anak usia
jamban, penyediaan air minum dan sekolah yang tidak melakukan cuci
kebiasaan mencuci tangan dengan sabun tangan sebelum makan dapat
setelah buang air besar dan sebelum menyebabkan anak usia sekolah mudah
menjamah makanan. terserang berbagai penyakit, terutama
yang berhubungan dengan perut, seperti
Gerakan serupa pernah dilakukan diare, tipus, kecacingan, dan lain-lain.
di Bangladesh bekerjasama dengan Data Jatim dalam Angka terkini (2013)
UNICEF, gerakan ini bertujuan untuk dikatakan bahwa pencapaian PHBS
meningkatkan kebiasaan cuci tangan untuk kabupaten Malang adalah 63,80
pada masyarakat, terutama sebelum %, sedangkan perkiraan kejadian diare
menyiapkan makanan, sebelum makan, adalah 97,086 kasus. Berdasarkan
sebelum memberi makan pada anak, kondisi tersebut peneliti ingin meneliti
setelah buang air besar dan setelah hubungan antara perilaku cuci tangan

Perilaku Mencuci Tangan Berdampak Pada Insiden Diare Pada Anak Usia Sekolah Di Kabupaten Malang 87
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 8, Nomor 1, Januari 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

dengan kejadian diare pada anak secara acak sejumlah 10 Sekolah.


Sekolah Dasar di Kabupaten Malang. Penentuan lokasi tersebut didasarkan
pada pembagian Kabupaten Malang
METODE PENELITIAN menjadi lima area, masing -masing area
diambil 2 sekolah secara acak.. Teknik
Penelitian ini menggunakan sampling yang digunakan adalah cluster
metode analisis hubungan yaitu suatu sampling, yaitu proses pengambilan
bentuk analisis variable/data penelitian sampel bila banyak objek yang diteliti
untuk mengetahui derajat atau kekuatan atau sumber data sangat luas. Peneliti
hubungan, bentuk atau arah hubungan membagi wilayah Kabupaten Malang
diantara variable-variabel, dan besarnya dalam 5 cluster. Masing-masing cluster
pengaruh variable yang satu terhadap dipilih secara random 2 SD. Dari tiap
variable lainnya. Pendekatan yang sekolah diambil secara acak 30 siswa,
digunakan adalah cross sectional. sehingga total sampel yang diambil
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten adalah 300 siswa. Analisis data
Malang pada Sekolah Dasar yang dipilih menggunakan Spearman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden dapat terlihat pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1 Distribusi karakteristik responden

No. Karakteristik Responden n Persentase


1 Jenis Kelamin
Laki-laki 117 39 %
Perempuan 183 61 %
2 Frekuensi diare
Lebih dari 6 kali 9 3%
3-5 kali 36 12 %
1-2 kali 153 51 %
Tidak pernah 102 34 %
3 Kebiasaan cuci tangan di rumah
Kran 106 35 %
Kamar mandi 157 52 %
Baskom 35 12 %
Tidak pernah cuci tangan 0 0
Lain-lain 2 1%
4 Kebiasaan cuci tangan di sekolah
Kran 98 33 %
Kamar mandi 162 54 %
Baskom 38 13 %
Tidak pernah cuci tangan 1 0,3 %
Lain-lain 1 0,3 %
Sumber: Data Primer, 2013

Tabel 1 menunjukkan bahwa mempunyai kesadaran yang cukup


siswa SD di Kabupaten Malang telah tinggi untuk melakukan cuci tangan,

Perilaku Mencuci Tangan Berdampak Pada Insiden Diare Pada Anak Usia Sekolah Di Kabupaten Malang 88
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 8, Nomor 1, Januari 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

meskipun media yang digunakan kurang memenuhi syarat.

Tabel 2. Gambaran kebiasaan mencuci tangan pada siswa SD di Kabupaten Malang


No. Kategori Frekuensi Persentase
1 Baik 161 53,7 %
2 Cukup 125 41,7 %
3 Kurang Baik 14 4,6 %

Sumber: Data Primer, 2013

Tabel 2 diatas terlihat bahwa memperkuat pernyataan sebelumnya


sebagian besar siswa usia sekolah di bahwa siswa SD di Kabupaten Malang
Kabupaten Malang mempunyai telah mempunyai kesadaran yang cukup
kebiasaan mencuci tangan yang baik tinggi untuk melakukan cuci tangan.
yaitu sebanyak 53,7 %. Gambaran ini

Tabel 3 Gambaran keluhan diare pada siswa SD di Kabupaten Malang


No. Kategori Frekuensi Persentase
1 Rendah 178 59,3 %
2 Sedang 113 37,7 %
3 Tinggi 9 3%
Sumber: Data Primer, 2013

Tabel 3 menunjukkan bahwa sesuatu, dan berjabat tangan, tentu ada


siswa SD di Kabupaten Malang Tahun bibit penyakit yang melekat pada kulit
2013 mempunyai keluhan diare dengan tangan kita. Sehabis memegang pintu
kategori rendah sebanyak 59,3%, kamar kecil (sumber penyakit yang
kategori sedang sebanyak 37,7%, berasal dari tinja manusia), saat
kategori tinggi sebanyak 3%. mengeringkan tangan dengan lap di
dapur, memegang uang, lewat pegangan
Hasil analisa hubungan perilaku kursi kendaraan umum, gagang telepon
cuci tangan dengan kejadian diare umum, dan bagian-bagian di tempat
menggunakan Spearman menunjukkan umum, tangan hampir pasti tercemar
adanya hubungan antara cuci tangan bibit penyakit jenis apa saja. Kebiasaan
dengan kejadian diare dengan p value mencuci tangan dengan sabun, adalah
0,000 dan r 0,792, semakin baik perilaku bagian dari perilaku hidup sehat. Cuci
cuci tangan, maka kejadian diare tangan dengan betul tidak hanya
semakin rendah. dipengaruhi oleh cara mencucinya,
tetapi juga oleh air yang digunakan dan
Tangan adalah bagian tubuh kita lap tangan yang digunakan.
yang paling banyak tercemar kotoran
dan bibit penyakit. Ketika memegang

Perilaku Mencuci Tangan Berdampak Pada Insiden Diare Pada Anak Usia Sekolah Di Kabupaten Malang 89
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 8, Nomor 1, Januari 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

Berdasarkan studi Basic Human mengatakan bahwa kendala struktural


Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, (penyediaan sarana air bersih) dapat
perilaku masyarakat dalam mencuci mempengaruhi perilaku cuci tangan.
tangan adalah : setelah buang air besar Media masa mempunyai peran yang
12%, setelah membersihkan tinja bayi penting dalam promosi kebersihan diri
dan balita 9%, sebelum makan 14%, termasuk cuci tangan, sehingga perlu
sebelum memberi makan bayi 7%, dan dimanfaatkan dengan baik di era
sebelum menyiapkan makanan 6 % teknologi yang serba canggih ini.
(Depkes, 2008). Cuci tangan pakai
sabun (CTPS) merupakan tindakan Program pemerintah dalam
pencegahan terhadap penyakit yang mencanangkan Sanitasi Total Berbasis
ditularkan melalui tangan, misalnya Masyarakat (STBM) sejak tahun 2008
diare dan infeksi saluran nafas atas. didukung penelitian WHO (2013)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menunjukkan kejadian diare menurun
perilaku cuci tangan pada anak SD Di 32% dengan meningkatkan akses
Kabupaten Malang dalam kategori baik masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45%
sebesar 53,7 %, sedangkan diare dalam dengan perilaku mencuci tangan pakai
kriteria rendah sebesar 59,3 %. Kondisi sabun, dan 39% perilaku pengelolaan air
ini didukung oleh penelitian Burton, et minum yang aman di rumah tangga.
a; (2011) dan Pickering, et al (2010) Sedangkan dengan mengintegrasikan
menunjukkan bahwa cuci tangan dengan ketiga perilaku intervensi tersebut,
menggunakan sabun lebih efektif dalam kejadian diare menurun sebesar 94%.
memindahkan kuman dibandingkan Hal ini sejalan dengan komitmen
dengan cuci tangan hanya dengan pemerintah dalam mencapai target
mengggunakan air. Penelitian ini juga Millennium Development Goals
menunjukkan bahwa penyediaan sarana (MDGs) tahun 2015, yaitu
air bersih baik itu di Sekolah Dasar meningkatkan akses air minum dan
maupun rumah sebagai sarana untuk sanitasi dasar secara berkesinambungan
cuci tangan juga sudah baik. Anak-anak kepada separuh dari proporsi penduduk
SD sebagaian besar mempunyai yang belum mendapatkan akses
kebiasaan cuci tangan menggunakan (Depkes, 2008).
kran dan kamar mandi.
Penelitian oleh SDKI (2013)
Beberapa hasil riset menunjukkan mengatakan bahwa prevalensi diare
bahwa promosi perilaku cuci tangan, paling tinggi pada tempat yang tidak
peningkatan kualitas air bersih dan difasilitasi dengan sarana air bersih dan
sanitasi lingkungan telah terbukti jamban (Depkes, 2011). Penelitian
mengurangi kejadian penyakit serupa juga mengatakan bahwa diare
gastrointestinal, penyakit pernafasan dan dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu
menurunkan absensi murid pada negara faktor lingkungan (sarana air bersih dan
berkembang (Chittleborough, et al jamban); faktor risiko ibu (kurang
2013). Tindakan pemeliharaan pengetahuan, perilaku dan hygiene ibu)
kebiasaan cuci tangan perlu dan faktor risiko anak (faktor gizi dan
dipertahankan dengan dilakukan pemberian ASI ekslusif) (Adisasmito,
evaluasi apakah cuci tangan masih 2013). Perilaku mencuci tangan
dilakukan. Schmidt, et al (2009) dilakukan bukan hanya pada saat tangan

Perilaku Mencuci Tangan Berdampak Pada Insiden Diare Pada Anak Usia Sekolah Di Kabupaten Malang 90
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 8, Nomor 1, Januari 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

kita tampak kotor, namun cuci tangan yang benar perlu teliti sampai ke bagian-
dianjurkan pada saat menyiapkan bagian sela jari dan sela kuku. Semua
makanan, sebelum makan, sebelum bagian tangan jangan ada yang lupa
memberi makan pada anak, setelah untuk disabun, kalau perlu diulang
buang air besar dan setelah berkali-kali, apalagi kalau niatnya untuk
membersihkan anus anak (Luby, et al makan menggunakan tangan (tanpa
2009). Praktik cuci tangan dipengaruhi sendok). Terkadang kita sudah benar
oleh sosial ekonomi, tingkat pendidikan cara mencuci tangan, tapi karena lap
dan akses media televisi (Rabbi & Dey, yang kita pakai kotor, maka sama saja
2013). Penelitian yang dilakukan oleh cuci tangan kita tidak berguna, karena
Mayasari (2012) juga menunjukkan kita bisa terkena bibit penyakit yang
bahwa terdapat perbedaan tingkat berasal dari lap yang kotor. Secara
pengetahuan antara anak SD di ringkas langkah-langkah cuci tangan
perkotaan dengan di pedesaan terkait adalah sebagai berikut: Langkah 1:
dengan perilaku cuci tangan. Hal ini basahi tangan seluruhnya; Langkah 2:
menunjukkan bahwa akses terhadap pakai sabun atau antiseptik; Langkah 3:
media dan informasi sangat penting gosok benar-benar semua bagian tangan
dalam menunjang keberhasilan promosi dan jari selama 10-15 detik, terutama
cuci tangan menggunakan sabun. untuk membersihkan bagian bawah
kuku, antara jari dan punggung tangan;
Pembiasaan cuci tangan yang Langkah 4: bilas tangan dengan air
dilakukan di Indonesia adalah dengan bersih mengalir; Langkah 5: keringkan
gerakan 21 hari diharapkan dapat tangan dengan handuk (lap) kertas dan
meningkatkan kesadaran masyarakat gunakan handuk untuk menutup keran,
akan pentingnya cuci tangan bila handuk tidak ada keringkan dengan
menggunakan sabun. Program gerakan udara/dianginkan.
21 hari ini dicetuskan oleh sabun
kesehatan keluarga yang memang getol Berdasarkan hasil riset kejadian
untuk melakukan promosi cuci tangan diare pada anak SD di kabupaten
dengan sabun. Maksud gerakan 21 hari Malang berada pada kategori rendah 59,
ini adalah mandi menggunakan sabun, 3 %, sedangkan cuci tangan dalam
CTPS sebelum makan pagi, sebelum kategori baik 53,7 %. Hal ini
makan siang, sebelum makan malam, menunjukkan bahwa cuci tangan yang
dan setelah dari toilet selama 21 hari baik dapat menurunkan kejadian diare.
berturut-turut tanpa putus. Penggunaan Berdasarkan data juga diperoleh bahwa
21 hari ini, karena perubahan perilaku pencapaian PHBS kabupaten Malang
bisa dilihat setelah 21 hari (Republika, adalah 63,80 % (Jatim dalam angka
2012). terkini, 2013). Kondisi tersebut
menggambarkan bahwa perilaku PHBS
Cuci tangan dengan betul tidak masyarakat mulai membaik. Perilaku
hanya dipengaruhi oleh cara mencuci tangan yang baik perlu
mencucinya, tetapi juga oleh air yang dipertahankan supaya kejadian diare
digunakan dan lap tangan yang dapat ditekan. Diare merupakan
digunakan. Cuci tangan memakai sabun penyakit yang timbul karena perilaku
mutlak perlu, dan menggunakan sabun hidup bersih dan sehat seseorang.
bukan sekedar lewat saja. Cuci tangan Berdasarkan hasil riset yang dilakukan

Perilaku Mencuci Tangan Berdampak Pada Insiden Diare Pada Anak Usia Sekolah Di Kabupaten Malang 91
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 8, Nomor 1, Januari 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

oleh kerjasama pemerintah dengan


swasta menunjukan bahwa pengetahuan Cuci tangan merupakan tindakan
masyarakat tentang CTPS sudah tinggi, mendasar dalam perilaku hidup bersih
namun aplikasi dalam masyarakat masih dan sehat. Perilaku cuci tangan tidak
rendah. Rabbi dan Dey (2013) akan serta merta terbentuk pada anak,
mengatakan bahwa kesenjangan antara tanpa ada pembiasaan sejak dini.
pengetahuan cuci tangan dengan praktik Penekanan pentingnya cuci tangan pada
cuci tangan masih berlanjut, untuk itu anak SD perlu dilakukan secara terus
diperlukan inisiatif jangka panjang menerus sehingga akan terbentuk
untuk menyadarkan masyarakat kebiasaan cuci tangan tanpa harus
pentingnya CTPS. Pengenalan CTPS diingatkan lagi. Berdasarkan fenomena
sudah dilakukan sejak lama, namun yang ada terlihat bahwa anak-anak usia
praktik di masyarakat masih rendah, sekolah mempunyai kebiasaan kurang
sehingga kegiatan untuk memperhatikan perlunya cuci tangan
mempromosikan CTPS perlu terus dalam kehidupan sehari-hari, terutama
dilakukan sebagai upaya meningkatkan ketika di lingkungan sekolah. Mereka
kesadaran pada masyarakat. biasanya langsung makan makanan yang
mereka beli di sekitar sekolah tanpa cuci
Hasil penelitian menunjukkan ada tangan terlebih dahulu, padahal
hubungan antara perilaku cuci tangan sebelumnya mereka bermain-main.
dengan insiden diare. Hasil ini sama Perilaku cuci tangan diharapkan dapat
dengan penelitian yang dilakukan oleh menurunkan ketidakhadiran siswa di
Rosidi, Handarsari dan Mahmudah sekolah karena terkena diare. Tindakan
(2010) yang mengatakan bahwa ada kampanye cuci tangan perlu dilakukan
hubungan antara kebiasaan cuci tangan di kalangan sekolah dasar, karena anak-
dengan kejadian diare, 94 % anak SD anak pada usia ini masih punya
terbiasa cuci tangan, sedangkan 6 % kebiasaan untuk jajan di sembarang
tidak terbiasa cuci tangan, kejadian diare tempat. Berdasarkan hasil riset, ketika
selama satu bulan, 96 % anak tidak sekolah mau kreatif untuk melakukan
mengalami diare dan 4 % anak kegiatan misalnya kompetisi cuci tangan
mengalami diare. Kondisi ini untuk mengingatkan pentingnya cuci
menggambarkan bahwa cuci tangan tangan, ternyata bisa menurunkan angka
dapat menurunkan kejadian diare. absen siswa dari sekolah (Vindigni,
Penelitian serupa yang dilakukan oleh Riley & Jhun, 2011).
Luby, et al (2009), mengatakan bahwa
cuci tangan dengan sabun secara Perilaku cuci tangan akan berhasil
konsisten dapat mengurangi diare dan ketika sudah tertanam kebiasaan dan
penyakit pernafasan. Cuci tangan pakai juga tersedia sarana dan prasarana untuk
sabun (CTPS) dapat mengurangi diare cuci tangan. Penyediaan air bersih dan
sebanyak 31 % dan menurunkan juga sabun untuk cuci tangan sangat
penyakit infeksi saluran nafas atas diperlukan. Berdasarkan hasil riset
(ISPA) sebanyak 21 %. Riset global sekolah belum semua menyediakan
juga menunjukkan bahwa kebiasaaan fasilitas air mengalir untuk cuci tangan,
CTPS tidak hanya mengurangi, tapi sekolah yang sudah menggunakan kran
mencegah kejadian diare hingga 50 % sebesar 33 %, sedangkan 54 % masih
dan ISPA hingga 45 % (Fajriyati, 2013). menggunakan kamar mandi. Kondisi ini

Perilaku Mencuci Tangan Berdampak Pada Insiden Diare Pada Anak Usia Sekolah Di Kabupaten Malang 92
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 8, Nomor 1, Januari 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

menggambarkan bahwa sekolah sudah untuk meningkatkan kesadaran


mulai menyadari pentingnya penyediaan masyarakat tentang pemeliharaan
sarana cuci tangan bagi siswanya. kesehatan pribadi dan pentingnya
berperilaku hidup bersih dan sehat.
Berdasarkan observasi peneliti, Harapannya dengan cuci tangan yang
sekolah yang letaknya di pinggiran (jauh merupakan kegiatan sepele dan bernilai
dari kota) sarana untuk cuci tangan murah ini apabila dikerjakan secara rutin
masih belum memadai, banyak yang oleh seluruh masyarakat akan
tidak menyediakan. Depkes RI (2008) menurunkan berbagai penyakit menular
mengungkapkan bahwa cara CTPS yang dan meningkatkan status kesehatan
benar adalah memerlukan sabun dan masyarakat.
sedikit air mengalir. Air mengalir dari
kran bukan keharusan, yang penting air KESIMPULAN DAN SARAN
mengalir dari sebuah wadah bisa berupa
botol, kaleng, ember tinggi, gentong, Perilaku mencuci tangan anak
jerigen, atau gayung. Tangan yang basah usia sekolah di Kabupaten Malang
disabuni, digosok-gosok bagian telapak berada pada kategori baik, dengan
maupun punggungnya, terutama di penggunaan fasilitas cuci tangan
bawah kuku minimal 20 detik. Bilas terbanyak adalah kamar mandi dan yang
dengan air mengalir dan keringkan kedua menggunakan air mengalir dari
dengan kain bersih atau kibas-kibaskan kran. Angka kejadian diare pada anak
di udara. Pemerintah masih perlu usia sekolah di kabupaten Malang
memberi perhatian terkait dengan berada dalam kategori rendah.
penyediaan sarana cuci tangan di tempat
umum termasuk sekolah, kalau Hubungan antara perilaku cuci
dimungkinkan pemerintah membuat tangan dan insiden diare menunjukkan
peraturan yang mewajibkan adanya ada hubungan yang signifikan. Kejadian
sarana cuci tangan untuk tempat-tempat diare dipengaruhi oleh beberapa faktor,
umum. faktor lingkungan, faktor risiko ibu dna
faktor risiko pada anak. Cuci tangan
Upaya promotif dan preventif merupakan tindakan pencegahan yang
dalam rangka meningkatkan derajat murah, namun efektif untuk
kesehatan bangsa dan masyarakat dapat menurunkan penyakit yang dapat
dilakukan dengan penerapan perilaku ditularkan melalui tangan (misalnya
hidup bersih dan sehat. Kebiasaan diare).
mencuci tangan dengan sabun, adalah
bagian dari perilaku hidup sehat yang Tenaga kesehatan diharapkan
merupakan salah satu dari tiga pilar dapat meningkatkan perhatian pada
pembangunan bidang kesehatan yakni faktor-faktor penyebab diare selain cuci
perilaku hidup sehat, penciptaan tangan dan tetap meneruskan kampanye
lingkungan yang sehat serta penyediaan cuci tangan untuk meningkatkan
layanan kesehatan yang bermutu dan kesadaran pada masyarakat tentang pola
terjangkau oleh semua lapisan hidup bersih dan sehat. Kebiasaan anak-
masyarakat. Perilaku hidup sehat yang anak mengkonsumsi jajanan secara
sederhana seperti mencuci tangan bebas, ditambah anak-anak tidak
dengan sabun merupakan salah satu cara melakukan cuci tangan sebelum makan

Perilaku Mencuci Tangan Berdampak Pada Insiden Diare Pada Anak Usia Sekolah Di Kabupaten Malang 93
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 8, Nomor 1, Januari 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

menyebabkan berbagai kuman penyebab randomized controlled trial. BMC


penyakit mudah masuk ke dalam tubuh, Public Health, 13:757, 2-11
karena tangan adalah bagian tubuh kita
yang paling banyak tercemar kotoran Departemen Kesehatan Republik
dan bibit penyakit. Indonesia. (2008). Strategi
nasional: sanitasi total berbasis
Pihak sekolah diharapkan terus masyarakat. Jakarta: Departemen
memberikan motivasi pada siswa untuk Kesehatan RI
membiasakan diri cuci tangan
menggunakan sabun di lingkungan Fazriyati, W. (2013). Kebiasaan CTPS
sekolah dan rumah, guna mencegah di RS tekan infeksi nosokomial.
timbulnya penyakit yang disebabkan http://health.kompas.com/read/201
oleh tangan yang kotor. Keberhasilan 3/09/26/1643106/Kebiasaan.CTPS
cuci tangan pakai sabun bukan hanya .di.RS.Tekan.Infeksi.Nosokomial.
ditunjang oleh perilaku cuci tangan saja, diunduh, 01 November 2013
namun juga oleh adanya sarana dan
prasarana yang diperlukan dalam Kementerian Kesehatan RI. (2011).
menjaga keberlangsungan kegiatan cuci Situasi diare di Indonesia. Buletin
tangan. Jendela Data dan Informasi
Kesehatan (Triwulan II), 1-39

DAFTAR PUSTAKA Luby, S.P., Agboatwalla, M., Bowen,


A., Kenah, E., Sharker, Y &
Adisasmito, W. (2013). Faktor risiko Hoekstra, R.M. (2009).
diare pada bayi dan balita di Difficulties in Maintaining
indonesia: systematic review Improved Hand washing
penelitian akademik bidang Behavior, Karachi, Pakistan. Am.
kesehatan masyarakat. Makara J. Trop. Med. Hyg, 81(1), 140
Kesehatan, (11)1, 1-10 145

Burton, M., Cobb, E., Donachie, P., Luby, S.P., Halder, A.K., Tronchet, C.,
Judah, G., Curtis, V & Schmidit, Akhter, S., Bhuiya, A &
W. (2011). The effect of hand Johnston, R. B. (2009).
washing with water or soap on Household Characteristics
bacterial contamination of hands. Associated with Hand washing
Int. J. Environ. Res. Public with Soap in Rural Bangladesh.
Health, 8, 97-104. Am. J. Trop. Med. Hyg, 81(5),
doi:10.3390/ijerph8010097 882887.
doi:10.4269/ajtmh.2009.09-0031
Chittleborough, C.R., Nicholson, A.L.,
Young, E., Bell, S & Campbell, R. Luby, S.P., Halder, A.K., Huda, T.M.N.,
(2013). Implementation of an Unicomb, L & Johnston, R.B.
educational intervention improve (2011). Using child health
hand washing in primary schools: outcomes to identify effective
process evaluation within a measures of hand washing. Am.
J. Trop. Med. Hyg, 85(5), 882

Perilaku Mencuci Tangan Berdampak Pada Insiden Diare Pada Anak Usia Sekolah Di Kabupaten Malang 94
P- ISSN: 2086-3071, E-ISSN: 2443-0900 Versi online:
Volume 8, Nomor 1, Januari 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

892. doi:10.4269/ajtmh.2011.11- Republika online. (2012). Cegah Diare


0142 dengan Cuci Tangan.
http://www.republika.co.id/berita/
Mayasari, F.F. (2012). Perbedaan gaya-hidup/info-
Perilaku Cuci Tangan antara sehat/12/12/31/mfwf6b-cegah-
Anak SD Perkotaan dengan Anak diare-dengan-cuci-tangan. diakses
SD Pedesaan. Karya Ilmiah tidak tanggal 13 November 2013
dipublikasikan. Medan:
Universitas Sumatra Utara Rosidi, A., Handarsari, E., Mahmudah,
M. (2010). Hubungan kebiasaan
Mikail, B. (2011). Kebisaan cuci tangan cuci tangan dan sanitasi makanan
masih rendah. http://health dengan kejadian diare pada anak
.kompas.com/read/2011/09/29/173 SD Negeri Podo 2 Kecamatan
24045/Kebiasaan.Cuci.Tangan.Ma Kedungwuni Kabupaten
sih.Rendah. Diunduh, 01 Pekalongan. J Kesehat Masy
november 2013 Indones, (6)1, 76-84

Pickering, A.J., Boehm, A.B., Mwanjali, Schmidt, W-P., et al. (2009).


M & Davis, J. (2010). Efficacy of Determinants of hand washing
waterless hand hygiene practices in Kenya: the role of
compared with hand washing media exposure, poverty and
with soap: a field study in Dar es infrastructure. Tropical Medicine
Salaam, Tanzania Am. J. Trop. and International Health, (14), 12,
Med. Hyg., 82(2), 270278. 1534-1541 doi:10.1111/j.1365-
doi:10.4269/ajtmh.2010.09-0220 3156.2009.02404.x

Potter, P.A & Perry, A.G. (2005). Buku Vindigni, S.M., Riley, P.L & Jhung, M.
ajar fundamental keperawatan: (2011). Systematic review: hand
konsep, proses, dan praktik. washing behavior in low-to
Edisi 4. Jakarta: EGC middle-income countries: outcome
measures and behavior
Rabbi, E.S & Dey, N.C. (2013). maintenance. Tropical Medicine
Exploring the gap between hand and International Health, (16)4,
washing knowledge and practices 466-477. Doi:10.1111/j.1365-
in Bangladesh: a cross-sectional 3156.2010.02720.x
comparative study. BMC Public
Health, 13:89, 2-7

Perilaku Mencuci Tangan Berdampak Pada Insiden Diare Pada Anak Usia Sekolah Di Kabupaten Malang 95

Anda mungkin juga menyukai