Anda di halaman 1dari 14

Pacth test (uji tempel)

Prosedur Pemeriksaan

A. Macam prosedur patch test :

1. Patch test terbuka

Patch test terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan uji pada luas tertentu, lokasi
lekatan biarkan terbuka selama 24 jam, amati reaksi kulit yang terjadi.

Iritan primer umumnya lebih menyebabkan rasa pedih dari gejala rasa gatal dan reaksi kulit
yang ditimbulkan lebih cepat dibandingkan allergen. Reaksi kulit yang disebabkan iritan primer
terjadi beberapa menit hingga satu jam setelaj pelekatan sedangkan allergen baru menimbulkan
reaksi kulit dalam waktu 24-48 jam. Reaksi kulit karena iritan primer hanya nampak pada daerah
pelekatan sedangkan pada allergen akan menyebar pada lokasi pelekatan.

Patch test terbuka terutama digunakan untuk pengujian sediaan uji yang mengandung minyak
atsiri. Patch test terbuka dapat digunakan sebagai kosmetik, seperti alat pengikat rambut,
shampoo, sabun, detergen, dll.

2. Patch test tertutup

Uji tempel tertutup dilakukan dengan menggunakan tinta tempel jika dikehendaki pengujian
ganda atau talam tempel jika dikehendaki pengujian tunggal. Sediaan uji dilekatkan pada talam
tempel setelah lokasi lekatan ditempeli tinta/talam tempel. Biarkan dalam waktu tertentu
tergantung prosedur uji yang digunakan. Kemudian diamati reaksi kulit yang terjadi pada uji
tempel tertutup. Panel di uji instruksi sebagai berikut : Jika terjadi reksi kulit yang parah dan
tidak tertahankan buka talam tempel dari daerah lokasi lekatan yang terasa sangat gatal dan pedih
tanpa mengganggu talam tempel yang lain dan untuk mengurangi keradangan daerah lokasi
lekatan dapat kompres dengan air dingin tanpa menggangu talam tempel yang lain. Jika panel
masih terasa sakit boleh menelan obat analgetik. Tinta tempel/talam tempel dan lokasi lekatan
harus dijaga agar tidak basah, tidak boleh di lap dan tidak boleh di garuk.

3. Patch test sinar


Patch test sinar (pada dasarnya sama dengan uji tempel tertutup).

standart patch tests T.R.U.E tests several positive result


B. Persiapan

Pastikan bahwa kondisi antigen yang digunakan dalam keadaan layak pakai, perhatikan cara
penyimpanan dan tanggal kadaluarsanya. Jangan menggunakan antigen bukan standar, seperti
bahan kimia murni, atau lebih sering bahan campuran yang berasal dari rumah, lingkungan kerja
atau tempat rekreasi. Mungkin ada sebagian bahan tersebut yang bersifat toksik, atau walaupun
memberikan efek toksik secara sistemik. Oleh karena itu, bila menggunakan bahan tidak standar,
apalagi dengan bahan industry, harus berhati-hati sekali. Jangan lakukan pengujian dengan bahan
yang tidak diketahui.

Bahan yang bias digunakan adalah bahan yang biasa secara rutin dan dibiarkan menempel di
kulit, misalnya kosmetik, pelembab. Bila menggunakan bahan yang secara rutin dipakaki dengan
air untuk membilasnya, misalnya sampo, pasta gigi, harus diencerkan terlebih dahulu. Bahan
yang tidak larut dalam air diencerkan atau dilarutkan dalam vaselin atau minyak mineral. Produk
yang diketahui bersifat iritan, misalnya deterjen, hanya boleh diuji bila diduga keras penyebab
alergi. Apabila pakaian, sepatu, atau sarung tangan yang dicurigai penyebab alergi maka
pengujian dilakukan dengan potongan kecil bahan tersebut yang direndam dalam air garam yang
tidak dibubuhi bahan pengawet, atau air, dan ditempelkan di kulit dengan memakai Finn
chamber dan didiamkan 48 jam. Hasil positif dengan bahan bukan standar perlu control (5
samapi 10 orang) untuk menyingkirkan kemungkinan karena iritasi.

Harus diingat bahwa kortikosteroid dan obat imunosupresan dapat menekan reaksi ini
sehingga memberi hasil negatif palsu. Setelah itu lakukan anamnesis tentang apakah pernah
berkontak sebelumnya dengan antigen yang akan digunakan, tempat di mana mulai terjadinya
ruam dan bagaimana perkembangannya, riwayat pengobatan sebelumnya, hal yang berhubungan
dengan timbulnya ruam, seperti penyakit yang berhubungan, pekerjaan, lingkungan, kebiasaan,
dsb.

C. Pengujian

1. Patch test harus dilakukan pada kulit dengan dermatitis yang tidak jelas

2. Alergen dicampur dengan bahan non-alergi (dasar) dengan konsentrasi yang sesuai.
Kemudian oleskan pada kulit, biasanya pada punggung atas

3. Gunakan pita perekat digunakan dan tandai lokasi uji coba

4. Diamkan selama 48 jam, selama itu jangan sampai kena air atau berolahraga karena jika
pita perekat lepas proses harus diulang

5. Patch tidak boleh terkena sinar matahari atau sumber lain seperti sinar ultraviolet (UV)

6. Setelah 48 jam patch dilepaskan

7. Pembacaan dilakukan dilakukan 2 kali. Pembacaan awal dilakukan satu jam kemudian
setelah pelepasan pembacaan akhir lakukan 48 jam kemudian. Pembacaan lebih dari 48
jam akan meningkatkan hasil positif palsu sebesar 34 %

D. Interpretasi Hasil

(-) : negatif

(IR) : iritasi (kulit merah sekali, contoh : ruam keringat, follicular pustules, purpura
dan burn-like reactions)

(+/-) : samar-samar, tidak pasti, meragukan (kemerahan ringan saja, contoh macula
eritematosa)

(+) : reaksi lemah (nonvesikular : eritema, infiltrate, papul)

(+ +) : reaksi kuat (edema atau vesikel)

(+ + +) : reaksi sangat kuat (merah intens, bula atau ulkus)


(NT) : tidak diuji.

Relevansi tergantung pada lokasi dan jenis dermatitis dan alergen tertentu. Interpretasi
hasil membutuhkan pengalaman yang cukup dan pelatihan.

Gambar negative patch test reactions

reaction (hair dye discolouration) irritant reaction +/-reaction

Gambar Positive patch test reactions

+ reaction ++ reaction +++ reaction

+ reaction ++ reaction
E. Hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan patch test :

1. Dermatitis harus sudah sembuh. Bila masih dalam keadaan akut atau berat dapat terjadi
reaksi angry back atau excited skin, reaksi positif palsu dapat juga menyebabkan
penyakit yang sedang diderita memburuk.

2. Tes dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu setelah pemakaian kortikosteroid


sistemik dihentikan sebab dapat menghasilkan reaksi negative palsu. Pemberian
kortikosteroid topical di punggung dihentikan sekurang-kurangnya satu minggu sebelum
tes dilaksanakan. Luka bakar sinar matahari yang terjadi 1-2 minggu sebelum test
dilakukan juga dapat member hasil negatif palsu. Sedangkan antihistamin sistemik tidak
mempengaruhi hasil tes, kecuali diduga karena urtikaria kontak.

3. Patch test dibuka setelah dua hari, kemudian dibaca; pembacaan kedua dilakukan pada 48
jam setelahnya.

4. Penderita dilarang melakukan aktivitas yang menyebebkan uji temple menjadi longgar,
karena memberikan hasil negative palsu. Penderita juga dilarang mandi sekurang-
kurangnya dalam 48 jam dan menjaga punggung agar tetap kering.

5. Jangan menggunakan bahan standar pada penderita urtikaria dadakan karena dapat
menimbulkan urtikaria generalisata bahkan reaksi anafilaksis. Pada penderita seperti ini
dilakukan tes dengan prosedur khusus.

Reaksi positif palsu dapat terjadi bila konsentrasi terlalu tinggi atau bahan tersebut
bersifat iritan bila dalam keadaan tertutup (oklusi), efek pinggir uji temple, umunya karena
iritasi, bagian tepi menunjukkan reaksi lebih kuat, sedang di bagian tengahnya reaksi ringan
atau sama sekali tidak ada. Hal tersebut dikarenakan meningkatnya iritasi konsentrasi cairan
di bagian pinggir. Sebablain oleh karena efek tekan, terjadi bila menggunakan bahan padat.

Reaksi negatif palsu dapat terjadi misalnya konsentrasi terlalu rendah, vehikulum tidak tepat,
bahan uji temple tidak melekat dengan baik, atau longgar akibat pergerakan, kurang cukup waktu
pemberian kortikosteroid sistemik atau topical poten yang lama dipakai pada area pengujian.
Efek samping pemeriksaan ini dapat terjadi suatu reaksi kemerahan yang persisten selama 3-
10 hari tanpa meninggalkan sikatriks. Pada orang yang sangat sensitif dapat timbul vesikel dan
ulserasi pada lebih dari satu lokasi antigen.

Dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi akan menunjukkan perbedaan reaksi.
Suatu reaksi iritasi menunjukkan penonjolan segera setelah patch dihapus dan memudar pada
hari berikutnya. Suatu reaksi alergi menonjol pada hari kelima setelah patch dihapus. Suatu zat
yang menyebabkan reaksi iritasi bisa memperburuk dermatitis apapun yang mendasari seperti
eksim atopik, tapi ini tidak akan memburuk dan dapat dicegah dengan memakai krim penghalang
atau krim pelembab dengan intensitas tinggi. Sebuah zat yang menyebabkan reaksi alergi akan
menyebabkan dermatitis dan harus dihindari sama sekali jika memungkinkan. Semakin sering
kulit terpapar alergen, semakin buruk reaksi alergi ternbentuk.

Beberapa pasien harus menjalani tes photopatch karena kulit yang sensitive jika terkena sinar
matahari ( fotosensitivitas ). Hal tersebut dikarenakan ada beberapa bahan kimia yang mampu
menghasilkan reaksi alergi jika terkena cahaya (biasanya jenis sinar ultraviolet A, UVA). Pasien
yang sensitif terhadap cahaya, ruam akan muncul pada bagian-bagian tubuh yang biasanya
terkena cahaya (kebanyakan wajah, 'V' dari leher dan tangan) tetapi tidak muncul di daerah yang
terlindung dari cahaya (misalnya di bawah dagu dan daerah segitiga antara hidung dan mulut).
REFRENSI
DermNet NZ. 2011. Patch Tests (Contact Allergy Testing). http://dermnetnz.org/procedures/
patch-tests.html. 1 Juli 2011.

Tes Cukit ( Skin Prick Test)

Pelaksanaan

A. Persiapan Tes Cukit ( Skin Prick Test)

Sebagai dokter pemeriksa kita perlu menanyakan riwayat perjalanan penyakit pasien, gejala
dan tanda yang ada yang membuat pemeriksa bisa memperkirakan jenis alergen, apakah alergi
ini terkait secara genetik dan bisa membedakan apakah justru merupakan penyakit non alergi,
misalnya infeksi atau kelainan anatomis atau penyakit lain yang gambarannya menyerupai alergi.
Persiapan Tes Cukit :

1. Persiapan bahan/material ekstrak alergen.


gunakan material yang belum kedaluwarsa

gunakan ekstrak alergen yang terstandarisasi

2. Pesiapan Penderita

Menghentikan pengobatan antihistamin 5-7 hari sebelum tes.

Menghentikan pengobatan jenis antihistamin generasi baru paling tidak 2-6 minggu
sebelum tes.

Usia : pada bayi dan usia lanjut tes kulit kurang memberikan reaksi.

Jangan melakukan tes cukit pada penderita dengan penyakit kulit misalnya urtikaria, SLE
dan adanya lesi yang luas pada kulit.

Pada penderita dengan keganasan,limfoma, sarkoidosis, diabetes neuropati juga terjadi


penurunan terhadap reaktivitas terhadap tes kulit ini.

3. Persiapan pemeriksa

Teknik dan ketrampilan pemeriksa perlu dipersiapan agar tidak terjadi interpretasi yang
salah akibat teknik dan pengertian yang kurang difahami oleh pemeriksa.

Ketrampilan teknik melakukan cukit

Teknik menempatkan lokasi cukitan karena ada tempat2 yang reaktifitasnya tinggi dan
ada yang rendah. Berurutan dari lokasi yang reaktifitasnya tinggi sampai rendah : bagian
bawah punggung > lengan atas > siku > lengan bawah sisi ulnar > sisi radial >
pergelangan tangan.

B. Prosedur Tes Cukit

Tes Cukit ( Skin Prick Test ) seringkali dilakukan pada bagian volar lengan bawah. Pertama-
tama dilakuakn desinfeksi dengan alkohol pada area volar, dan tandai area yang akan kita tetesi
dengan ekstrak alergen. Ekstrak alergen diteteskan satu tetes larutan alergen ( Histamin/ Kontrol
positif ) dan larutan kontrol ( Buffer/ Kontrol negatif)menggunakan jarum ukuran 26 G atau
27 G atau blood lancet.

Kemudian dicukitkan dengan sudut kemiringan 45 0 menembus lapisan epidermis dengan


ujung jarum menghadap ke atas tanpa menimbulkan perdarahan. Tindakan ini mengakibatkan
sejumlah alergen memasuki kulit. Tes dibaca setelah 15-20 menit dengan menilai bentol yang
timbul.

C. Mekanisme Reaksi pada Skin Test

Dibawah permukaan kulit terdapat sel mast, pada sel mast didapatkan granula-granula yang
berisi histamin. Sel mast ini juga memiliki reseptor yang berikatan dengan IgE. Ketika lengan
IgE ini mengenali alergen (misalnya house dust mite) maka sel mast terpicu untuk melepaskan
granul-granulnya ke jaringan setempat, maka timbulah reaksi alergi karena histamin berupa
bentol (wheal) dan kemerahan
GAMBAR. A GAMBAR. B

GAMBAR.C

Gambar . A. Cara menandai ekstrak alergen yang diteteskan pada lengan

B. Sudut melakukan cukit pada kulit dengan lancet

C. Contoh reaksi hasil positif pada tes cukit

D. Interpretasi Skin Prick Test

Untuk menilai ukuran bentol berdasarkan The Standardization Committee of Northern


(Scandinavian) Society of Allergology dengan membandingkan bentol yang timbul akibat
alergen dengan bentol positif histamin dan bentol negatif larutan kontrol. Adapun penilaiannya
sebagai berikut :

Bentol histamin dinilai sebagai +++ (+3)

Bentol larutan kontrol dinilai negatif (-)


Derajat bentol + (+1) dan ++(+2) digunakan bila bentol yang timbul besarnya antara
bentol histamin dan larutan kontrol.

Untuk bentol yang ukurannya 2 kali lebih besar dari diameter bento histamin dinilai +++
+ (+4).

Di Amerika cara menilai ukuran bentol menurut Bousquet (2001) seperti dikutip Rusmono
sebagai berikut :1,3

- 0 : reaksi (-)

- 1+ : diameter bentol 1 mm > dari kontrol (-)

- 2+ : diameter bentol 1-3mm dari kontrol (-)

- 3+ : diameter bentol 3-5 mm > dari kontrol (-)

- 4+ : diameter bentol 5 mm > dari kontrol (-) disertai eritema.

Tes kulit dapat memberikan hasil positif palsu maupun negatif palsu karena tehnik yang salah
atau faktor material/bahan ekstrak alergennya yang kurang baik. Jika Histamin ( kontrol positif )
tidak menunjukkan gambaran wheal/ bentol atau flare/hiperemis maka interpretasi harus
dipertanyakan , Apakah karena sedang mengkonsumsi obat-obat anti alergi berupa anti histamin
atau steroid. Obat seperti tricyclic antidepresan, phenothiazines adalah sejenis anti histamin
juga.

Hasil negatif palsu dapat disebabkan karena kualitas dan potensi alergen yang buruk,
pengaruh obat yang dapat mempengaruhi reaksi alergi, penyakit-penyakit tertentu, penurunan
reaktivitas kulit pada bayi dan orang tua, teknik cukitan yang salah (tidak ada cukitan atau
cukitan yang lemah ).1 Ritme harian juga mempengaruhi reaktifitas tes kulit. Bentol terhadap
histamin atau alergen mencapai puncak pada sore hari dibandingkan pada pagi hari, tetapi
perbedaan ini sangat minimal.

Hasil positif palsu disebabkan karena dermografisme, reaksi iritan, reaksi penyangatan
(enhancement) non spesifik dari reaksi kuat alergen yang berdekatan, atau perdarahan akibat
cukitan yang terlalu dalam.
Dermografisme terjadi pada seseorang yang apabila hanya dengan penekanan saja bisa
menimbulkan wheal/bentol dan flare/kemerahan. Dalam rangka mengetahui ada tidaknya
dermografisme ini maka kita menggunakan larutan garam sebagai kontrol negatif. Jika Larutan
garam memberikan reaksi positif maka dermografisme.

Semakin besar bentol maka semakin besar sensitifitas terhadap alergen tersebut, namun tidak
selalu menggambarkan semakin beratnya gejala klinis yang ditimbulkan. Pada reaksi positif
biasanya rasa gatal masih berlanjut 30-60 menit setelah tes.

Tes Cukit untuk alergen makanan kurang dapat diandalkan kesahihannya dibandingkan
alergen inhalan seperti debu rumah dan polen. Skin test untuk alergen makanan seringkali negatif
palsu.

Kesalahan yang Sering terjadi pada Skin Prick Test

Tes dilakukan pada jarak yang sangat berdekatan ( < 2 cm )

terjadi perdarahan, yang memungkinkan terjadi false positive.

Teknik cukitan yang kurang benar sehingga penetrasi eksrak ke kulit kurang,
memungkinkan terjadinya false-negative.

Menguap dan memudarnya larutan alergen selama tes.

REFRENSI

1. Mayo Clinic staff. Allergy skin tests: Identify the sources of your sneezing, Mayo
Foundation for medical education and research, November 2017; 1-5

Anda mungkin juga menyukai