Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cairan yang diejakulasikan pada saat orgasme, yakni semen (air mani), mengandung
sperma dan sekret vesikula seminalis, prostat, kelenjar Cowper, dan mungkin kelenjar uretra.
Volume rerata per ejakulat adalah 2,5-3,5 mL setelah beberapa hari tidak dikeluarkan.
Volume semen dan hitung sperma menurun cepat bila ejakulasi berkurang.Walaupun hanya
diperlukan satu sperma untuk membuahi ovum, setiap milliliter semen normalnya
mengandung 100 juta sperma.Lima puluh persen pria dengan hitung sperma 20-40 juta/mL
dan pada dasarnya, semua pria dengan nilai hitung yang kurang dari 20 juta/mL dianggap
mandul.Adanya banyak spermatozoa yang immotil atau cacat juga berkorelasi dengan
infertilitas.Prostaglandin dalam semen, yang sebenarnya berasal dari vesikula seminalis,
kadarnya cukup, namun fungsi turunan asam lemak in di dalam semen tidak diketahui.

Sperma manusia bergerak dengan kecepatan sekitar 3 mm/menit melintasi saluran


genitalia wanita.Sperma mencapai tuba uterina 30-60 menit setelah kopulasi.Pada beberapa
spesies, kontraksi organ wanita mempermudah transportasi sperma ke tuba uterina, namun
tidak diketahui apakah kontraksi semacam itu penting pada manusia.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah melakukan pemeriksaan semen seorang pria, menganalisis
hasil pemeriksaan dan menarik kesimpulan mengenai hasil pemeriksaan apakah seorang pria
fertil atau infertil.

Laporan Histologi Analisa sperma 1


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sperma

Laki-laki mampu menghasilkan semen dari alat reproduksinya, testis, yang dikeluarkan
melalui penis. Di dalam semen, terdapat spermatozoa dalam jumlah besar yang nantinya
berfungsi untuk fertilisasi. Semen atau air mani dalam Ilmu Reproduksi didefinisikan sebagai
zat cair yang keluar dari saluran reproduksi pria saat terjadi kopulasi (hubungan seksual). Semen
terdiri atas dua bagian yaitu sel spermatozoa dan cairan seminal plasma. Baik spermatozoa
maupun cairan seminal plasma menurut analisis kimia terdiri atas rangkaian zat organik tertentu
(Yahya, 2006).

Spermatozoa atau disebut juga sperma dihasilkan oleh testis, sedangkan cairan seminal
diproduksi oleh kelenjar tambahan di sepanjang saluran reproduksi pria yaitu kelenjar vesikula
seminalis, prostat, kelenjar bulbo urethralis (Cowpers) dan kelenjar urethra (Littres).
Spermatozoa normal mempunyai kepala berbentuk oval, regular dengan bagian tengah (leher)
utuh dan ekor yang tidak melingkar mempunyai panjang kira-kira 45 mikron. Panjang kepala 3-5
mikron dengan lebar kepala 2-3 mikron. Akrosom terlihat berwarna pink, kepala berwarna
bayangan lebih gelap di daerah kromosom daripada bagian tengah, ekor terlihat abu-abu sampai
violet.

Laporan Histologi Analisa sperma 2


Bahan kandungan akrosom adalah setengah padat yang dikelilingi oleh membran akrosom yang
terdiri dari dua lapis yaitu membran akrosom dalam (inner acrosomal membran) dan membran
akrosom luar (outer acrosomal membran) (lihat Gamb. 3.4 dan 3.5) Secara molekuler susunan
kedua membran akrosom ini sangat berbeda, membran akrosom luar bersatu dengan plasma
membran (membran spermatozoa) pada waktu terjadinya reaksi akrosom sedang membran
akrosom dalam menghilang. Bagian ekuatorial akrosom merupakan bagian penting pada
spermatozoa, hal ini karena bagian anterior pada akrosom ini yang mengawali penggabungan
dengan membran oosit pada proses fertilisasi berubah menjadi spermatid dan akhirnya berubah
menjadi spermatozoa. Spermatozoa terdiri atas dua bagian fungsional yang penting yaitu kepala
dan ekor (Hafez, 2000).

Ekor dibedakan atas 3 bagian yaitu 1. bagian tengah (midpiece) 2. bagian utama (principle piece)
dan 3. bagian ujung (endpiece). Panjang ekor seluruhnya sekitar 55 mikron dengan diameter
yang makin ke ujung makin kecil: di depan 1 mikron, di ujung 0,1 mikron. Panjang bagian
tengah: 5-7 mikron, tebal 1 mikron; bagian utama panjang 45 mikron, tebal 0,5 mikron dan
bagian ujung panjang 4-5 mikron, tebal 0,3 mikron. Bagian ekor tidak bisa dibedakan dengan
mikroskop cahaya tetapi harus dengan mikroskop elektron (Yatim, 1990).

Laporan Histologi Analisa sperma 3


Mitokondria sebagai pembangkit energi pada spermatozoa. Principle piece dibungkus oleh
sarung fibrous (fibrous sheath) yang perbatasannya disebut anulus. Sarung fibrous bentuknya
terdiri dari kolom ventral dan dorsal yang masing-masing melalui rusuk-rusuk. Ke arah sentral
ada semacam tonjolan yang memegangi cincin nomor 3, 8 dari aksonema. Keduanya (tahanan
rusuk dan pegangan cincin aksonema) memberikan gerak tertentu (Hafez, 2000)

2.2 Morfologi Sperma

Morfologi sperma menunjukkan persentasi bentuk abnormal yang ditemukan dalam


semen.Terdapat dua klasifikasi yang digunakan untuk menentukan morfologi sperma yaitu
berdasarkan kriteria WHO, dan kriteria Krugers strict.Teratozoospermia (<15% morfologi
normal sperma) dapat terjadipada keadaan demam, varikokel, dan stress.

Tabel morfologi sperma berdasarkan kriteria WHO, dan kriteria Krugers


strict.Teratozoospermia

Bentuk Morfologi World Health Krugers Strict Criteria


Organization (WHO)
Kisaran referensi 4% > 14%
nomal
Kepala
Bentuk Oval Oval, pinggiran halus
Akrosom 40%-70% dari 40%-70% dari permukaan

Laporan Histologi Analisa sperma 4


permukaan kepala
Ukuran kepala
Panjang 4-5, 5 mm, Panjang 3-5mm
lebar
Vakuola 2, 5-3, 5 mm, P/l 1,5- Lebar 2-3 mm
1,72
<20% area kepala 1/4 area kepala
Bagian tengah

Bentuk Lurus regular, Kurus, lurus regular,


melengkung melengkung
Ukuran aksial Aksial
<1/3 area kepala Lebar < 1mm, panjang 1,5 x
Kepala
Droplet sitoplasma <1/3 area kepala <1/3 area kepala

Ekor

Tampilan Lebar Kurus , tidak Bentuk sama, tidak


melengkung melengkung,
Panjang lebih kurus dari bagian
tengahnya
>45 mm 10 x kepala

Struktur sel-sel sperma meliputi kepala yang mengandung enzim yang dirancang untuk
membantu sel menembus sel telur.Sedangkan telur manusia sangatlah kecil, gamet pria jauh
lebih kecil, dan dinding luar sel telur pada dasarnya adalah sebuah dinding tak tertembus tanpa
enzim untuk membantu sel-sel membuat jalan masuk. Daerah yang memanjang dari kepala
disebut flagela dan bertindak untuk menghidupkan sel-sel ketika mereka bergerak melalui
saluran reproduksi. Ekor ini nantinya akan mengantarkan ke tujuan mereka.

Laporan Histologi Analisa sperma 5


2.3 Spermatozoa Abnormal

Spermatozoa disebut abnormal bila terdapat bagian yang cacat atau lebih banyak atau kurang
dari yang seharusnya. Contoh-contoh sperma yang abnormal adalah:

A. Abnormalitas kepala:

Kepala besar

Kepala kecil

Kepala pipih

Kepala dua

B. Abnormalitas leher:

Bagian tengah (leher) patah

Bagian tengah (leher) menebal

Tidak mempunyai bagian tengah (leher)

C. Abnormalitas ekor:
Laporan Histologi Analisa sperma 6
Ekor melingkar

Ekor patah

Ekor lebih dari satu

Dan lain-lain

2.4 Spermatozoa immature

Spermatozoa immature adalah sperma yang masih mengandung sisa-sisa sitoplasma. Yang
mempunyai ukuran separuh dari ukuran kepala dan masih terikat, baik pada kepala, bagian
tengah maupun pada ekor sperma.

Laporan Histologi Analisa sperma 7


BAB III

ANALISA SPERMA

3.1 Analisa Sperma Secara Makroskopik

Sperma yang baru keluar selalu menunjukan adanya gumpalan atau koagolum diantara lendir
putih yang cair. Pada sperma yang normal gumpalan ini akan segera mencair pada suhu kamar
dalam waktu 15 20 menit. Peristiwa ini dikatakan sperma mengalami pencairan (Liquefaction).
Liquefaction terjadi karena daya kerja dari enzim enzim yang diproduksi oleh kelenjar prostat,
enzim ini disebut enzim seminim. Pemeriksaan makroskopis antara lain meliputi :

A. Pengukuran Volume
Dilakukan setelah sperma mencair, cara kerja :
Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar untuk
sekali ejakulasi
Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0,1 ml.
Kemudian baca hasil.

Volume normal sperma belum jelas sampai sekarang, disebabkan lain bangsa lain
volume. Bagi orang indonesia volume yang normal 2 3 ml. Volume yang lebih dari 8
ml disebut Hyperspermia, Sedangkan yang kurang dari 1 ml disebut Hypospermia.
Kesan volume ini menggambarkan kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis.

B. PH
Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah, untuk mengukur pH cukup
dengan menggunakan kertas pH kecuali dalam satu penelitian dapat digunakan pH meter.
Cara kerjanya : Celupkan kertas pH dalam sperma yang homogen yang terdapat dalam
botol penampung, baca hasil. Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa
yaitu 7,2 7,8. pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma mencair
karena akan mempengaruhi pH sperma. Juga bisa karena sperma terlalu lama disimpan
dan tidak segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak ( terinfeksi oleh kuman
gram (-), mungkin juga karena kelenjar prostat kecil, buntu, dan sebagainya.
Laporan Histologi Analisa sperma 8
pH yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis dari kelenjar prostat, Epididimis,
vesika seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil, buntu dan rusak.

C. Bau Sperma
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik, untuk mengenal
bau sperma, seseorang harus telah mempunyai pengalaman untuk membaui sperma.
Sekali seorang telah mempunai engalaman, maka ia tidak akan lupa akan bau sperma
yang khas tersebut. Baunya Sperma yang khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin
(suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat.
Cara pemeriksaannya :
Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya
Dalam laporan bau dilaporkan : khas / tidak khas

Dalam keadaan infeksi sperma berbau busuk / amis. Sacara biokimia sperma mempunyai
bau seperti klor / kaporit.

D. Warna sperma
Memeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan, sperma yang normal biasanya
berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan. Adanya lekosit
yang disebabkan oleh infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan warna sperma menjadi
putih kekuningan. Adanya perdarahan menyebabkan sperma berwarna kemerahan.
E. Liquefection
Liquefaction dicheck 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Dapat dilihat
dengan jalan melihat coagulumnya.
F. Viskositas
Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma sempurna.
Pemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan dengan dua cara :
Cara subyektif
Dengan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk,
kemudian ditarik maka akan terbentuk benang yang panjangnya 3 5 cm. Makin
panjang benang yang terjadi makin tinggi viskositasnya.
Cara Pipet Elliason

Laporan Histologi Analisa sperma 9


Syaratnya sperma harus homogen dan pipet yang digunakan harus kering. Mengukur
vikositas dengan menggunakan pipet elliason. Prosedurnya cairan sperma dipipet
sampai angka 0,1, kemudian atas pipet ditutup dengan jari. Setalah itu arahkan pipet
tegak lurus dan stopwath dijalankan, jika terjadi tetesan pertama stopwath dimatikan
dan hitung waktunya dengan detik. Vikositas sperma normal < 2 detik. Semakin
kental sperma tersebut semakin besar vikositasnya. Hal ini mungkin disebabkan
karena :
Spermatozoa terlalu banyak
Cairannya sedikit
Gangguan liquedaction
Perubahan komposisi plasma sperma
Pengaruh obat-obatan tertentu.

3.2 Analisa Sperma Secara Mikroskopik

A. Pemeriksaan Mikroskopik
1. Motilitas Sperma
Suatu volume semen tertentu diteteskan diatas kaca objek yang bersih dan kemudian
ditutup dengan kaca tutup. Siapan kemudian diperiksa dengan pembesaran 400x.
Biasanya diamati pada beberapa lapang pandang terhadap 100 ekor spermatozoa.
Motilitas digolongkan menjadi beberapa criteria sebagai berikut:
a. Progresif lurus: bergerak lurus ke depan lincah dan cepat.
b. Progresif lambat: bergerak ke depan tetapi lambat.
c. Gerak ditempat: gerakan tidak menunjukan perpindahan tempat
d. Tidak bergerak: tidak ada gerakan sama sekali atau diam di tempat.

2. Morfologi spermatozoa
a. Pewarnaan: dapat menggunakan pewarnaan giemsa, hematoksilin, dan
papanicolou. Tahap-tahap pewarnaan sebagai berikut:
Teteskan semen pada objek glass dan dibuat apusan setipis mungkin dan
dibiarkan kering di udara

Laporan Histologi Analisa sperma 10


Fiksasi dengan alcohol 96% selama 15 menit
Teteskan Giemsa dan dibiarkan selama 20 menit
Cuci dengan aquades mengalir dan dibiarkan kering
Periksa dibawah mikroskop dengan emersi oil
b. Menentukan prosentase morfologi spermatozoa: dengan membedakan bentuk
spermatozoa normal dan abnormal.

3. Viabilitas
Untuk mengetahui viabilitas sperma adalah sebagai berikut:
a. Teteskan semen pada objek glass tambahkan 1 tetes larutan eosin Y 0,5 %,
kemudian diaduk rata dan diamati dengan perbesaran 400x.
b. Dihitung sebanyak 100 spermatozoa. Spermatozoa yang hidup tidak terwarnai
dan yang mati tampak berwarna merah karena menyerap eosin.

3.3 Alat Dan Bahan


A. Alat dan bahan pergerakan (motilitas) spermatozoa
Mikroskop
Objeck glass
Cover glass
Pipet tetes

B. Alat dan bahan Morfologi Spermatozoa


Mikroskop
Objeck glass
Rak dan bak pewarnaan
Pipet tetes
Eosin tabung reaksi
Botol semprot

C. Alat dan bahan Viabilitas


Mikroskop
Laporan Histologi Analisa sperma 11
Objeck glass
Rak dan bak pewarnaan
Pipet tetes
Botol semprot
Methanol
Larutan giemsa
Aquades

Laporan Histologi Analisa sperma 12


BAB IV

DATA DAN HASIL ANALISA

4.1 Data Pengamatan Pergerakan Spermatozoa Dengan Metode Viabilitas (Eosin)

Bentuk / Morfologi Spermatozoa Jumlah Persentase

I. Kepala

a. Normal 11

b. Makro -

c. Mikro 3

d. Tapper -

e. Piri 1

f. Amorf -

g. Bulat 4

h. Pin 2

i. Ganda terpisah dengan sempurna, -


kepala masih bersatu
j. Kepala ganda tidak terpisah 1
sempurna, kepala masih bersatu
k. Kepala normal dengan kelainan -
akrosom
II. EKOR

a. Ekor pendek 3

b. Ekor putus -

c. Ekor bengkok 5

d. Ekor ganda 2

III. Kelainan midpiece -


a. Kepala terpisah dari leher/ putus

Laporan Histologi Analisa sperma 13


bengkok tidak satu sumbu dengan
kepala, kepala terlalu tipis.

b. Terdapat butir sitoplasma -

c. Sitoplasma masih membungkus -


kepala atau menggelantung pada
leher spermatozoa (spermatozoa
immature )
TOTAL 32

4.2 Data Pengamatan Morfologi Spermatozoa Giemsa

A. Jumlah spermatozoa yang normal : 11

B. Jumlah spermatozoa yang abnormal : 105

Kepala dua :4

Kepala Makro :5

Kepala Mikro :3

Kepala Tapper :-

Kepala Amorf :-

Kepala Bulat :-

Kepala Pin :-

Kepala kosticted :-

Kepala Piri :-

Bagian tengah ada/tidak :Ada, 20

Laporan Histologi Analisa sperma 14


Bagian ekor ada/tidak :Ada, 55

Bagian ekor bercabang : 10

Bagian ekor melingkar :3

Immature :5

Droplet :-

Meadplet :-

Bentuk lainya :-

Jumlah yang abnormal : 105

4.3 hasil pengamatan Viabilitas (eosin)

Nilai persentase viabilitas normal yaitu lebih dari 58% dan kurang dari 75% sedangkan untuk
nilai persentase viabilitas abnormal yaitu kurang dri 58 % yang menandakan banyak sperma
yang tidak bergerak tersebut didapati mati atau atau ketahanan hidup sperma rendah setelah
pencairan sperma.

- Spermatozoa yang mati/ berwarna merah : 17

- Spermatozoa yang hidup akan terlihat tidak berwarna : 18

- Total spermatozoa yang mati dan hidup : 35


18
- Persentase spermatozoa yang hidup 100% = 51,4 % Abnormal
35

17
- Persentase spermatozoa mati 35 100% = 48,5% Abnormal

Laporan Histologi Analisa sperma 15


4.4 Hasil pengamatan pergerakan (motilitas) spermatozoa

Motilitas sperma normalnya untuk bergerak cepat 50% atau minimal 32% sperma bergerak
cepat maju kedepan atau minimal 8 juta sperma per milliliter bergerak normal maju kedepan
sedangkan jika persentasenya kurang dari 50% akan terjadi keabnormalan pada motilitas sperma
sehingga menyebabkan permasalahan fertilitas karena sel sperma akan sulit untuk bertemu
dengan sel telur untuk pembuahan.

- Bergerak aktif :7

- Bergerak tidak aktif : 12

- Tidak bergerak :16

- Total : 35

7
- Persentase bergerak aktif : 35 100% = 20% Abnormal

12
- Persentase bergerak tidak aktif :35 100% = 34% Abnormal

16
- Persentase tidak bergerak : 35 100% = 45% Abnormal

Laporan Histologi Analisa sperma 16


4.5 Hasil pengamatan morfologi spermatozoa dengan metode giemsa

Untuk morfologi normal memiliki nilai persentase minimal 4% memiliki bentuk dan struktur
11
normal (WHO, 2010) . hasil persentase yang kami dapatkan sebagai berikut 100% =
105

10,4% berarti morfologi masih dalam batas normal.

Laporan Histologi Analisa sperma 17


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Jadi berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dari sampel sperma tersebut didapatkan
hasil bahwa sperma tersebut masuk kedalam sperma yang abnormal dimana nilai persentase pada
viabilitas, sperma yang masih hidup didapatkan 51,4 % dan motilitas sperma yang mati
didapatkan 48,5%, sedangkan pada motilitas atau pergerakan sperma didapkan kurang dari 50%
yang bergerak aktif. Sedangkan untuk hasil morfologi atau bentuk dari sperma masih dalam
batas normal

Laporan Histologi Analisa sperma 18


DAFTAR PUSTAKA

Koentjoro Soehadi.T, K.M.Arsyad, Analisis Sperma, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya, FK


Univ. Sriwijaya Palembang .Juli 1982.

Depkes RI, PusLabkes, Petunjuk Pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal Lab.kes,1997.

R.Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, , Penerbit Dian Rakyat, Jakarta, 1989

Frances.K.Widmann, Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, , Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta, 1995

Ronald A.Sacher, Richard A. Mc.Pharson, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium,


Edisi 11, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Laporan Histologi Analisa sperma 19

Anda mungkin juga menyukai