Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MENCIPTAKAN LINGKUNGAN SEHAT UNTUK MENCEGAH ISPA

Di susun untuk memenuhi tugas keperawatan komunitas

Disusun Oleh :

Iis Triwulan (010114a044)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN

2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Studi : Keperawatan komunitas


Pokok Bahasan : Menciptakan lingkungan sehat
Sub Pokok Bahasan : lingkungan sehat untuk mencegah ISPA
Sasaran : keluarga
Jam : 15:00 Sampai selesai
Tempat : Balai pertemuan RT 3
Hari / Tanggal : Senin 6 November 2017

A. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah diberikan penyuluhan, masyarakat dusun mapagan memahami tentang cara


menciptakan lingkungan sehat untuk penderita ISPA.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit diharapkan sasaran dapat :

a) Menyebutkan kriteria lingkungn sehat untuk mencegah ISPA

b) Menyebutkan Syarat-syarat lingkungan sehat untuk penderita ISPA

c) Menyebutkan penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan yang tidak sehat untuk penyakit
ISPA
B. Materi Penyuluhan
a. Pengertian lingkungan yang sehat untuk penderita ISPA

b. Syarat-syarat rumah sehat penderita ISPA

c. Penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang tidak sehat penyskit ISPA

C. Metode
Ceramah Tanya Jawab

D. Media
Lembar Balik dan leaflet

E. Setting Tempat
Keterangan

penyaji

peserta

F. Kegiatan

NO waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta


1 2 menit Pembukaan Peserta :menjawab salam

a. Mengucakan salam dan Mendengarkan serta

terimakasih atas kedatangan paramemperhatikan

peserta

b. Memperkenalkan diri

c. Menjelaskan tujuan
2 10menit Ceramah atau penyampaian Menjawab pertanyaan

materi ( peserta ) Mendengarkan serta


a. Menggali pengetahuan memperhatikan

peserta

b. Pengertian Infeksi Saluran

Kemih (ISK)

c. Penyebab Infeksi Saluran

Kemih (ISK)

d. Tanda dan Gejala Infeksi

Saluran Kemih (ISK)

e. Komplikasi Infeksi Saluran

Kemih (ISK)

f. Penatalaksanaan medis dan

perawat pada Infeksi Saluran

Kemih (ISK)

g. Pencegahan Infeksi Saluran

Kemih (ISK)
3 5 menit Evaluasi Peserta mengajukan

a. Memberikan kesempatanpertanyaan

kepada peserta untuk bertanya Peserta memperhatikan

b. Menjawab pertanyaan yangdan mendengarkan

diajukan peserta Peserta menjawab

c. Memberikan pertanyaanpertanyaan

kepada peserta Membalas terimakasih

Membalas salam
4 3 menit Penutup: Peserta menjawab salam
1) Menyampaikan terimakasih

atas perhatian dan waktu

yang diberikan kepada

penyuluh.

2) Menyampaikan maaf apabila

dalam menyampaikan

penyuluhan ada kesalahan

3) Mengucapkan salam penutup.

A. Evaluasi
a. Prosedur : Tanya jawab
b. Jenis tes : Lisan
1. Menjelaskan lingkungan sehat untuk mencegah terjadinya ISPA
B. Penutup

1.Melakukan Tanya jawab, Menyimpulkan materi. Memberi salam

LAMPIRAN MATERI

LINGKUNGAN

A. Pengertian
Lingkungan adalah sesuatu yang berada di luar atau sekitar mahluk hidup. Para ahli

lingkungan memberikan definisi bahwa Lingkungan (enviroment atau habitat) adalah suatu

sistem yang kompleks dimana berbagai faktor berpengaruh timbal-balik satu sama lain dan

dengan masyarakat tumbuh-tumbuhan. Menurut Ensiklopedia Kehutanan menyebutkan

bahwa Lingkungan adalah jumlah total dari faktor-faktor non genetik yang mempengaruhi

pertumbuhan dan reproduksi pohon. Ini mencakup hal yang sangat luas, seperti tanah,

kelembaban, cuaca, pengaruh hama dan penyakit, dan kadang-kadang intervensi manusia.

Akibat buruk lingkungan tidak sehat :

- Menjadi tempat berkembang biak kuman penyakit.


- Media penularan penyakit dapat memudahkan terjadinya penularan dan penyebaran

penyakit, seperti : Diare, Cacingan, Tbc, Demam berdarah, Malaria, Typus, Peyakit

Kulit, dan ISPA.

B. ISPA
1. Pengertian ISPA
ISPA adalah penyakit infeksi saluran pernafasan atas yang meliputi infeksi mulai dari

rongga hidung sampai dengan epiglottis dan laring seperti demam, batuk, pilek, infeksi

telinga (otitis media), dan radang tenggorokan (faringitis).karna salah satu dari penyebab

ispa tersebut adalah factor lingkungan.

2. Etiologi ISPA
ISPA dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara

lain genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus, Hemofilus, Bordetella, dan

Corynebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan Mexovirus, Adenovirus,

Coronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus, dan lain-lain .


karna salah satu dari penyebab ispa tersebut adalah factor lingkungan
Secara umum, pencemaran udara memiliki peranan penting dalam menimbulkan

infeksi saluran peranfasan dan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi

lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran

pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Prosuksi lendir akan meningkat sehingga

menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di

saluran pernafasan. Akibatnya, penderita akan mengalami kesulitan untuk bernafas

sehingga benda asing tertarik dan bakteri juga tidak dapat dikeluarkan dari saluran

pernafasan tersebut, hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi saluran peranfasan.

3. Cara penularan
ISPA dapat terjadi karena transmisi organisme melalui AC (air conditioner), droplet

dan melalui tangan yang dapat menjadi jalan masuk bagi virus. Penularan faringitis

terjadi melalui droplet, kuman menginfiltrasi lapisan epitel, jika epitel terkikis maka

jaringan limfoid superficial bereaksi sehingga terjadi pembendungan radang dengan

infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada sinusitis, saat terjadi ISPA melalui virus, hidung

akan mengeluarkan ingus yang dapat menghasilkan superinfeksi bakteri, sehingga dapat

menyebabkan bakteri-bakteri patogen masuk ke dalam rongga-rongga sinus (WHO,

2008).
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang

mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Infeksi

saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada

semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.


Umumnya penyakit pneumonia menular secara langsung dari seseorang penderita

kepada orang lain melalui media udara. Pada waktu batuk banyak virus dan kuman yang

dikeluarkan dan dapat terhirup oleh anak lain yang berdekatan dengan penderita.
C. SANITASI FISIK RUMAH
1. Pengertian rumah
Menurut Notoatmodjo (2003), rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat

tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Menurut Dinkes (2005), secara

umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria yaitu:


a. Memenuhi kebutuhan fisiologis meliputi pencahayaan, penghawaan, ruang gerak

yang cukup, dan terhindar dari kebisingan yang mengganggu.


b. Memenuhi kebutuhan psikologis meliputi privacy yang cukup, komunikasi yang sehat

antar anggota keluarga dan penghuni rumah.


c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah

meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan tinja, limbah rumah tangga, bebas vektor

penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, dan cukup sinar matahari

pagi.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena

keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain fisik rumah yang tidak mudah roboh,

tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

Menurut Dinkes (2005), rumah sehat adalah proporsi rumah yang memenuhi criteria

sehat minimum komponen rumah dan sarana sanitasi dari tiga komponen (rumah,

sarana sanitasi dan perilaku) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Minimum yang memenuhi kriteria sehat pada masing masing parameter adalah sebagai

berikut:
1) Minimum dari kelompok komponen rumah adalah langit-langit, dinding, lantai,

jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, sarana pembuangan asap

dapur, dan pencahayaan.


2) Minimum dari kelompok sarana sanitasi adalah sarana air bersih, jamban (sarana

pembuangan kotoran), sarana pembuangan air limbah (SPAL), dan sarana

pembuangan sampah.
3) Perilaku Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan

pada pengawasan terhadap struktur fisik yang digunakan sebagai tempat

berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Azwar, 1990). Sarana

sanitasi tersebut antara lain ventilasi, suhu, kelembaban, kepadatan hunian,

penerangan alami, konstruksi bangunan rumah, sarana pembuangan sampah,

sarana pembuangan kotoran manusia, dan penyediaan air. Sanitasi rumah sangat

erat kaitannya dengan angka kesakitan penyakit menular, terutama ISPA.

Lingkungan perumahan sangat berpengaruh pada terjadinya dan tersebarnya ISPA

(Azwar, 1990).
Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan

jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakitdan mengurangi daya

kerja atau daya produktif seseorang. Rumah tidaksehat ini dapat menjadi reservoir

penyakit bagi seluruh lingkungan, jikakondisi tidak sehat bukan hanya pada satu

rumah tetapi pada kumpulanrumah (lingkungan pemukiman). Timbulnya

permasalahan kesehatan di lingkungan pemukiman pada dasarnya disebabkan karena

tingkat kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah, karena rumah dibangun

berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya (Notoatmodjo, 2003).

2. Ventilasi
Menurut Sukar (1996), ventilasi adalah proses pergantian udara segar ke dalam dan

mengeluarkan udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun buatan.

Berdasarkan kejadianya ventilasi dibagi menjadi dua yaitu:


a. Ventilasi alamiah

Ventilasi alamiah berguna untuk mengalirkan udara di dalam ruangan yang terjadi

secara alamiah melalui jendela, pintu dan lubang angin. Selain itu ventilasi alamiah
dapat juga menggerakan udara sebagai hasil sifat porous dinding ruangan, atap dan

lantai.

b. Ventilasi buatan

Ventilasi buatan dapat dilakukan dengan menggunakan alat mekanis maupun elektrik.

Alat-alat tersebut diantaranya adalah kipas angin, exhauster dan AC.

Menurut Dinata (2007), syarat ventilasi yang baik adalah sebagai berikut:

1) Luas lubang ventilasi tetap minimal lima persen dari luas lantai ruangan, sedangkan

luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimal lima persen dari

luas lantai. Jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan.
2) Udara yang masuk harus bersih, tidak dicemari asap dari sampah atau pabrik, knalpot

kendaraan, debu, dan lain-lain.


3) Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang ventilasi

berhadapan antar dua dinding. Aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh barang-

barang besar, misalnya lemari, dinding, sekat, dan lain-lain.

Menurut Dinata (2007), secara umum penilaian ventilasi rumah dapat dilakukan

dengan cara membandingkan antara luas ventilasi dan luas lantai rumah, dengan

menggunakan rollmeter. Berdasarkan indikator penghawaan rumah, luas ventilasi yang

memenuhi syarat kesehatan adalah lebih dari sama dengan 10% dari luas lantai rumah

dan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah kurang dari 10% dari

luas lantai rumah.

3. Pencahayaan Alami
Cahaya matahari sangat penting, karena dapat membunuh bakteribakteri patogen di

dalam rumah, misalnya bakteri penyebab penyakit ISPA dan TBC. Oleh karena itu,

rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Jalan masuk cahaya

(jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai yang terdapat di

dalam ruangan rumah (Azwar, 1990). Pencahayaan alami menurut Suryanto (2003),

dianggap baik jika besarnya antara 60120 lux dan buruk jika kurang dari 60 lux atau

lebih dari 120 lux. Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat jendela, perlu diusahakan

agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, dan tidak terhalang oleh

bangunan lain. Fungsi jendela di sini, di samping sebagai ventilasi juga sebagai jalan

masuk cahaya. Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan agar

sinar matahari lebih lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding), maka sebaiknya

jendela itu harus di tengahtengah tinggi dinding (tembok).

4. Kelembaban

kelembaban rumah yang tinggi dapat mempengaruhi penurunan daya tahan tubuh

seseorang dan meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit terutama penyakit

infeksi. Kelembaban juga dapat meningkatkan daya tahan hidup bakteri. Menurut

Suryanto (2003), kelembaban dianggap baik jika memenuhi 40-70% dan buruk jika

kurang dari 40% atau lebih dari 70%. Kelembaban berkaitan erat dengan ventilasi karena

sirkulasi udara yang tidak lancar akan mempengaruhi suhu udara dalam rumah menjadi

rendah sehingga kelembaban udaranya tinggi. Sebuah rumah yang memiliki kelembaban

udara tinggi memungkinkan adanya tikus, kecoa dan jamur yang semuanya memiliki

peran besar dalam patogenesis penyakit pernafasan (Krieger dan Higgins, 2002).
5. Lantai

Lantai rumah dapat mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA karena lantai yang tidak

memenuhi standar merupakan media yang baik untuk perkembangbiakan bakteri atau

virus penyebab ISPA. Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering dan

tidak lembab. Bahan lantai harus kedap air dan mudah dibersihkan, jadi paling tidak

lantai perlu diplester dan akan lebih baik kalau dilapisi ubin atau keramik yang mudah

dibersihkan (Ditjen PPM dan PL, 2002).

6. Dinding

Dinding rumah yang baik menggunakan tembok, tetapi dinding rumah di daerah

tropis khususnya di pedesaan banyak yang berdinding papan, kayu dan bambu. Hal ini

disebabkan masyarakat pedesaan perekonomiannya kurang. Rumah yang berdinding

tidak rapat seperti papan, kayu dan bambu dapat menyebabkan penyakit pernafasan yang

berkelanjutan seperti ISPA, karena angin malam yang langsung masuk ke dalam rumah.

Jenis dinding mempengaruhi terjadinya ISPA, karena dinding yang sulit dibersihkan akan

menyebabkan penumpukan debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi

berkembangbiaknya kuman (Suryanto , 2003).

7. Plafon

Rumah yang sehat hendaknya mempunyai plafon. Plafon yang memenuhi sarat

kesehatan adalah yang terbuat dari bahan triplek. Plafon yang tidak memenuhi sarat

adalah yang terbuat dari bahan geribik dan rumah yang tidak memiliki plafon. Tinggi
minimum 2,4 meter, sebaiknya 3-4 meter (WHO) berfungsi agar matahari tidak dirasakan

langsung
DAFTAR PUSTAKA

Cheriatna. 2007. Syarat Rumah Sehat Dan Ideal. Dalam http://123

rumah.wordpres.com/2007/12/12/sayrat-rumah-sehat-dan-ideal/.diakses tanggal 24 juni

2009.

Vitharea. 2008. rumah http://vitharea.blog.friendster.com/2008/12/rumah- sehat-ku/. Diaskes

tanggal 21 juni 2009.

Yulisa 2007. Tips rumah sehat. Dalam http:/www.pdf-search-engine.com/sap-rumah-sehat-

pdf.html. diaskes tanggal 20 juni 2019.

Anda mungkin juga menyukai