MAKALAH
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Pendidikan IPA
yang dibimbing oleh Nanang Purwanto, M.Pd
Oleh
Tiada kata yang pantas pertama kali diucapan selain ucapan syukur kepada
ALLAH SWT dengan ucapan Alhamdulillahirrabilaalamin yang mana kita telah
diberi nikmat yang luar biasa dan dengan petunjuknya sehingga kita dapat
menyelesaikan makalah tepat dengan waktunya. Shalawat serta salam tidak lupa
kami ucapkan kepada baginda nabi Muhammad SAW. serta para keluarga,
sahabat, tabiin dan para pengikutnya dan dengan itu kita selalu menantikan
syafaatnya kelak di hari pembalasan.
Pada kesempatan yang sangat baik ini kami menyusun sebuah makalah
yang berjudul Analisis Hasil Test. Sebelumnya kami mengucapkan
terimakasih kepada.
1. Rektor IAIN Tulungagung Dr. Maftukhin, M.Pd yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk belajar di kampus tercinta ini.
2. Dosen matakuliah Evaluasi Nanang Purwanto, M.Pd yang telah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyusun makalah ini.
3. Teman-teman yang ikut membantu dalam pembuatan makalah ini. Dengan
amanat itu kami akan memberikan hasil yang terbaik untuk makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak untuk mengevaluasi makalah ini. Penyusun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semuanya.
Tim penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II : PEMBAHASAN 2
A. Kegunakan Menilai Tes yang Dibuat Sendiri .............................. 4
B. Cara Menilai Hasil Tes Buatan Sendiri ......................................... 4
C. Analisis Butir Soal......................................................................... 6
D. Pola Jawaban Soal ......................................................................... 17
BAB III : KESIMPULAN 18
Kesimpulan 18
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi dalam pembelajaran sangatlah penting dilakukan sebagai sarana
meningkatkan mutu pendidikan, terutama bagi guru/pengajar sebagai ujung tombak
pendidikan disekolah.
Tes sebagai cara mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan hendaknya dapat
dianalisis hasilnya untuk meningkatkan mutu tes yang disusun dan dapat
memetakan taraf kemampuan siswa sebagai objek pendidikan yang menentukan
berhasil/gagalnya pendidikan yang dilaksanakan.
Menganalisis hasil tes jadi sangat penting dilakukan, adapun untuk menganalisis
hasil tes ada berbagai cara yang dapat dilakukan oleh
guru beberapa diantaranya adalah dengan menilai hasil tes yang dibuat sendiri.
Menilai tes juga berguna untuk melihat berhasil tidaknya cara mengajar seorang
guru serta untuk melihat taraf pemahaman siswa akan materi yang guru berikan.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana kegunaan menilai test buatan sendiri?
2) Bagaimana cara menilai hasil test yang dibuat sendiri?
3) Bagaimana Analisis Buti Soal?
4) Bagaimana Pola Jawaban Soal?
C. Tujuan
1) Menetahui kegunaan menilai test buatan sendiri
2) Mengetahui cara menilai hasil test yang dibuat sendiri
3) Mengetahui Analisis Buti Soal
4) Mengetahui Pola Jawaban Soal
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Pertanyaan- pertanyaan tersebut, antara lain:
1. Apakah banyak soal untuk tiap topik sudah seimbang?
2. Apakah semua soal menanyakan bahan yang telah diajarkan?
3. Apakah soal yang kita susun tidak merupakan pertanyaan yang
membingungkan (dapat disalah tafsirkan)?
4. Apakah soal itu tidak sukar untuk di mengerti?
5. Apakah soal itu dapat dikerjakan oleh sebagian besar siswa?
b. Cara kedua adalah mengadakan analisis soal (item analysis). Analisis soal adalah
suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi- informasi
yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun.
Dalam hal ini D TERRY. Ten Brink, dalam bukunya yang berjudul:
Evaluation, a practical guide for teacher
5
Mengemukakan pendapatnya demikian
1. Untuk tes yang dirancang akan menggunakan norm-referenced tidak
harus menuliskan setiap tujun khusus, tetapi cukup dengan tujuan -tujuan
yang esensial saja.
2. Untuk tes yang dirancang akan menggunakan criterion referenced, maka
setiap tujuan khusus harus dicantumkan dalam tabel spesifikasi.
d. Cara keempat adalah dengan mengadakan cheking reliabilitas. Salah satu
indikator untuk tes yang mempunyai reliabilitas yang tinggi adalah bahwa
kebanyakan dari soal- soal tes itu mempunyai daya pembeda yang tinggi. Untuk
penghitungan reliabilitas tes, telah dikemukakan.
6
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut
indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00
sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf sekukaran soal.
Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu
sukar, sebalikknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah
0,0 1,0
susah mudah
Melihat besarnya bilangan indeks ini, maka lebih cocok jika bukan disebut
sebagai indeks kesukaran tetapi indeks kemudahan atau indeks fasilitas , karena
semakin mudah soal itu, semakin besar pula bilangan indeksnya. Akan tetapi telah
disepakati bahwa walaupun semakin tinggi indeksnya menunjukkan soal yang
semakin mudah, tetapi tetap disebut indeks kesukaran.
B
Rumus mencari P adalah P = JS
Dimana :
P = indeks kesukaran
7
sko
r
sis
Siswa
Nomor soal wa
1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 19 0
A 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 13
B 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 11
C 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 14
D 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 9
E 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 14
F 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 8
G 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13
H 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 9
I 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17
J 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 13
K 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 10
L 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 4
M 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 13
N 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 16
O 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 12
P 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 10
Q 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 9
R 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 11
S 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 14
T 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 10
Jumla 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1
h 0 4 4 9 5 6 8 7 3 1 0 8 0 0 9 7 0 4 13 3
8
Latihan
Ada 20 orang dengan nama kode A s/d T yang mengajarkan tes yang terdiri dari
20 soal, jawaban tesnya dianalisis dan jawaban tertera seperti berikut ini,
Contoh penggunaan
Misalnya jumlah siswa peserta tes dalam suatu kelas da 40 orang. Dari 40 orang
siswa tersebut 12 orang yang dapat mengerjakan soal no 1 dengan betul. Maka indeks
kesukarannya adalah
B
P = JS
= 12/ 40 = 0,30
10
1) Soal nomor satu mempunyai taraf kesukaran = 0,5
20
2) Soal nomor 9 adalah soal yang tersukar karena hanya dapat dijawab
2
betul oleh 2 orang p = 20 = 0,1
3) Sola nomor 13 adalah soalpaling mudah karena semua siswa peserta tes
dapat menjawab.
20
Indeks kesukarannya = 20 = 1
9
Perlu diketahui bahwa soal- soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar, lalu tidak
berarti tidak boleh digunakan. Hal ini tergantung dan penggunaannya. Jika dari
pengikut yang banyak, kita menghendaki yang lulus hanya sedikit, kita ambil siswa
yang paling top. Untuk itu maka lebih baik diambilkan butir- butir tes sukar.
Sebaliknya jika kekurangan pengikut ujian, kitapilihkan soal- soal yang mudah.
Selain itu, soal yang yang sukar akan menambah gairah belajar bagi siswa yang
pandai, sedangkan soal-soal yang terlalu mudah, akan membangkitkan semangat
kepada siswa yang lemah.
a. Daya pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa bodoh
(berkemampuan rendah).
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi, disingkat D. Seperti halnya indeks kesukaranan, indeks
diskriminasi ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks
kesukaran tidak mengenal tanda negatif (-), tetapi pada indeks diskriminasi
ada tanda negatif. Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika
suatu soal terbalik menunjukkan kualitas testee, yaitu anak pandai disebut
bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Dengan demikian ada tiga titik pada
daya pemebeda, yaitu:
-1,00 0,00 1,00
Bagi suatu soal yang dapat di jawab benar oleh siswa pandai maupun
siswa bodoh, maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya
pembeda. Demikian pula jika semua siswa baik baik pandai maupun bodoh
tidak dapat menjawab dengan benar.soal tersebut tidak baik juga karena tidak
mempunyai daya pembeda. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab
benar oleh siswa-siswi yang pandai saja.
10
Jika seluruh kelompok atas dapat menjawab soal tersebut dengan benar,
sedang seluruh kelompok bawah menjawab salah, maka soal tersebut
mempunya D paling besar, yaitu 1,00. Sebaliknya jika semua kelompok ats
menjawab salah,tetapi semua kelompok bawah menjawab betul, maka nilai
D-nya -1,00. Tetapi jika siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah
sama-sama menjawab benar atau sama-sama menjawab salah, maka soal
terseut mempunyai nilai D 0,00. Karena tidak mempunyai daya pembeda
sama sekali.
Untuk ini perlu di bedaka antara kelompok kecil (kurang dari 100) dan
kelompok besar (100 orang ke atas).
Seluruh pengikut tes, dideretkan mulai skor teratas sampai terbawah, lalu di bagi
2 (dua).
11
1) Untuk kelompok besar
Mengingat biaya dan waktu untuk menganalisis, maka untuk kelompok
besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu 27% skor teratas
sebagai kelompok atas (J) dan 27% skor terbawah sebagai kelompok bawah
(J).
J = jumlah kelompok atas
J = jumlah kelompok bawah
Contoh:
9
9
8
8
8 27% sebagai JA
.
.
.
-
-
.
.
.
2 27% sebagai JB
1
1
1
0
Rumus mencari D
D= - = PA- PB
12
Di mana:
J = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
B = bayaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
P = proporsi peserta kelomok atas yang menjawab benar (ingat,P sebagai indeks
kesukaran)
Contoh perhitungan
Dari hasil analisis tes yang terdiri dari 10 butir sal yang di kerjakan oleh 20
orang siswa, terdapat dalam tabel sebagai berikut:
A B 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 5
B A 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 7
C A 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8
D B 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 5
E A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
F B 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 6
G B 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6
H B 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 6
I A 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8
13
J A 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7
K A 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7
L B 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 5
M B 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 3
N A 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7
O A 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
P B 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 3
Q A 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8
R A 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8
S B 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 6
T B 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 6
Jumlah 11 15 12 8 6 16 15 17 20 10
Berdasarkan nama- nama siswa dapat kita peroleh skor- skor sebagai berikut:
A = 5 F =6 K =7 P = 3
B = 7 G=6 L = 5 Q = 8
C = 8 H=6 M= 3 R = 8
D = 5 I =8 N =7 S = 6
E = 10 J =7 O =9 T = 6
Dari angka- angka yang belum teratur kemudian dibuat array (urutan
penyebaran), dari skor yang paling tinggi ke skor yang paling rendah.
Kelompok Atas Kelompok Bawah
10 6
9 6
8 6
8 6
8 6
8 5
7 5
7 5
7 3
7 3
10 orang 10 orang
14
Array ini sekaligus menunjukkan adanya kelompok atas JA dan kelompok bawah JB
Dengan pememiliknya sebagai berikut,
Kelompok Atas (JA) Kelompok Bawah (JB)
B=7 A=5
C=8 D=5
E = 10 F=6
I =8 G=6
J =7 H=6
K=7 L=5
N=7 M= 3
O=9 P=3
Q=8 S=6
R =8 T=6
10 orang 10 orang
Perhatian pada tabel analisis 10 butir soal 20 siswa. Di belakang nama siswa
dituliskan huruf A atau B sebagai tanda kelompok. Hal ini untuk mempermudah
menentukan BA dan BB.
BA = banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok atas (A)
BB = banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah (B)
Sudah disebutkan di atas bahwa soal yang baik adalah soal yang dapat dan
tidaknya mengerjakan soal itu.
Marilah kita perhatikan tabel analisis lagi, khusus untuk butir soal nomor 1
Dari kelompok atas yang menjawab betul 8 orang
Dan kelompok bawah yang menjawab betul 3 orang
Kita terapkan dalam rumus indeks diskriminasi:
JA = 10 JB = 10
PA = 0,8 PB = 0,3
BA = 8 BB = 3
Maka, D = PA PB
= 0,8 0,3
15
= 0,5
Dengan demikian maka indeks diskriminasi untuk soal nomor 1 adalah
0,5.
Sekarang kita perhatikan butir soal nomor 8
JA = 10
PA = 0,8
BA = 8
JB = 00
PB = 0,9
BB = 9
Maka, D = PA-PB
= 0,8-0,9
= -0,1
Butir soal ini jelek karena lebih banyak dijawab benar oleh kelompok bawah
dibandinkan dengan jawaban benar dari kelompok tas. Ini berarti bahwa untuk
menjawab soal dengan dengan benar, dapat dilakukan dngan menebak.
Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai ideks
diskriminasi 0,4 sampai dengan 0,7
Klasifikasi daya pembeda:
D : 0,00 - 0,20 : Jelek
D : 0,21 - 0,40 : cukup
D : 0,41 - 0,70 : baik
D : 0,71 - 1,00 : baik sekali
D : negatif, semuanyatidak baik. Jadi smua butir soal yang memounyai nilai D
negatif sebaiknya dibuang saja.
Hubungan antara P dan D
Untuk melihat hubungan antara P dengan D, perlu kita telaah kembali
rumus-rumus untuk menentukannya.
Ba Bb
= ( ) ................................... (1)
Ja Jb
Ba Bb Ba+Ba
= Ja
Jb
= 2Ja
16
1 Ba B
= 2 [ Ja + ]
Ja
Pa+Pb
P = ............................................................. (2)
2
Dari indeks kesukaran (P) dan indeks diskriminasi (D) dapat diperoleh
hubungan sebagai berikut:
D max = 2P ............................................................ (3)
Sebagai contoh :
Soal dengan P=0,20 akan memberikan Dmax = 0,40. Soal dengan P= 0,80
akan membrikan Dmax yang sama.
17
Suatu distraktor dapat diperlakukan dengan 3 cara:
1) Dirterima, karena sudah baik
2) Diterima karena tidak baik
3) Dittulis kembali karena kurang baik.
Kekuranganya mungkin terletak pada rumusan kalimatnya sehingga hanya perlu
ditulis kembali, denngan perubahan seperlunya. Menulis soal adalah suatu pekerjaan
yang sulit, sehingga apabila masih dapat diperbaiki, sebaiknya siperbaiki saja, tidak
dibuang, suatu disraktor dapat dikatakan berfungsi jika paling sedikit dipilih oleh
5% peengikut tes.
Dalam tabel yang memuat analisis jawaban 30 orang siswa, dengan pilihan
jawaban a,b,c, dan d. Sebetulnya banyaknya soal yang dikerjakan ada 50 butir,
tetapi yang dikutip hanya 15 butir. Diatas tabel tersbut terdapat keterangan ahwa
subjek nomor 1 btul semua, artinya semua pilihan jawaban mendapat mendapat skor
1, dan dia mendapat jumlah skor 50. Siswa yang pilihan jawabanya sama dengan
siswa nomor 1, berarti skornya 1.
Cara menganalisis tabel tersebut adalah sebagai berikut
1. bubuhkan skor satu untuk semua butir pada semua siswa yang pilihannya sama
dengan siswa nomor 1. sebaiknya pemberian skor dilakukan butir demi butir,
jadi mulai dari butir 1. siswa yang memilih diberi skor 1, yang bukan kah diberi
skor 0. untuk siswa yang tidak memilih, yaitu dengan tanda -diberi skor 0.
Setelah penskoran butir 1 selesai, dijumlahkan ke bawah pada beberapa siswa
yang mendapat skor 1. jumlah skor itulah nanti yang menunjukkan taraf
kesukaran sesudah dibagi dengan 30 dan dikali 100 daya pembeda untuk tiap-
tiap butir juga langsung dapat dicari menggunakan rumus yang sudah dijelaskan
untuk menentukan daya pembeda.
2. Lanjutkan memberi skor butir 2. skor butir 2, karena siswa nomor 1 memilih c,
maka semua siswa yang memilih c diberi skor 1 yang lainnya 0. demikian juga
untuk butir nomor 3, karena siswa nomor 1 memilih c dan betul maka semua
siswa yang memilih c diberi skor 1, yang bukan pilihan C diberi skor 0.
3. Setelah selesai memberikan skor sampai dengan butir nomor 15 ,maka sudah
dapat diketahui jumlah skor 1 pada setiap butir selanjutnya dapat diketahui taraf
18
kesukaran dan daya pembeda dari masing-masing butir, menggunakan rumus
yang sudah dipraktekkan dalam perhitungan terdahulu
4. Untuk mengetahui penyebaran pilihan siswa yaitu menentukan pola jawaban
siswa di gunakan tabel kontigensi sebagai 2 x 5 , ditambah baris judul dan
kolom judul. sebagai contoh, kita akan menganalisis dan membuat pola jawaban
untuk butir 1. banyaknya jari-jari untuk pilihan jawaban, dimasukkan dalam
kolom sesuai pilihan jawaban dalam hal ini kita mempunyai 5 kolom pilihan
jawaban. Dalam hal ini kita empunyai 5 kolom pilihan jawaban, yaitu kolom
jawaban A b C dan di kemudian kita tambahkan kolom lagi untuk yang tidak
memilih tidak menentukan pilihan jawaban ini disebut ommit (om) artinya
tidak menjawab marilah kita memasukkan Banyaknya pilihan tiap jawaban
sebagai berikut.
a) Kunci jawaban yang betul adalah pilihan a maka kita beri tanda bintang
b) Untuk menentukan kelompok atas atas dan kelompok bawah kita ambil dari
skor total kita Urutkan skor dari paling atas sampai paling bawah lalu kita
beri tanda di kolom subjek sebelah kanannya dengan at dan bw.
c) Dari hasil mengurutkan skor dari paling atas sampai paling bawah diketahui
bahwa siswa yang masuk kelompok atas adalah skor 35 atau lebih dan
kelompok bawah adalah siswa yang mendapat skor 32 atau kurang
Kelompok/pilihan A* B C D Om jumlah
Kelompok atas 2 1 9 2 1 15
Kelompok bawah 1 4 5 4 1 15
Jjumlah 3 5 4 6 2 30
a) Yang memilih ada 3 orang, 2 orang kelompok atas dan 1 orang kelompok
bawah.
b) Yang memiliki Ada 5, orang yaitu satu orang kelompok atas dan 4 orang
kelompok bawah.
19
c) Yang memilih c ada 14, orang yaitu dari kelompok atas 9 orang dan dari
kelompok bawah 14 orang.
d) Yang memilih ada 6, orang yaitu dari kelompok atas dua orang dan dari
kelompok bawah 4 orang.
e) Yang tidak memilih ada 2, orang masing-masing satu orang dari kelompok atas
dan kelompok bawah.
Apakah tidak lanjut dari guru setelah diketahui pola jawaban seperti ini ? Inilah
gunanya mengetahui pola jawaban yaitu untuk mengetahui kualitas butir soal yang
dibuat oleh guru sebagai berikut
a) Pilihan a, adalah kunci jawaban, yaitu jawaban yang betul dan Diharapkan
semua siswa dapat menjawab dengan betul yaitu memilih a ternyata yang
memilih hanya 3 orang, Berarti butir soal tersebut terlalu sukar anak pandai saja
yang dapat menjawab hanya 2 orang dan kebetulan anak bodoh yang beruntung
1 orang.
b) Pilihan b adalah pengecoh. dari 30 orang siswa yang terkecoh Ada 5 orang, yaitu
dari AT 1 orang dan BW 4 orang. pilihan salah seperti ini adalah wajar yang
terkecoh adalah siswa-siswa yang belum menguasai materi.
c) Pilihan C adalah pengecoh atau distraktor yang oleh guru dipandang hanya
merupakan alternatif jawaban yang salah tetapi Mengapa justru hampir separuh
dari siswa memilih jawaban itu ? dalam hal seperti ini guru Harus berpikir keras
Mengapa pemahaman siswa seperti itu?
d) Pilihan biasa, ada siswa yang terkecoh, yaitu 6 orang, dari kelompok atas 2
orang dan dari kelompok bawah 4 orang.
e) Ommit dua orang, masing-masing dari kelompok atas dan kelompok bawah
keadaan seperti ini pun wajar.
Jika guru menjumpai hasil pemaparan pola jawaban seperti ini harus dapat
mengambil kesimpulan bahwa ada kemungkinan dua penyebab:
a) Butir soal yang dibuat tidak baik karena dapat menyesatkan hampir separuh
jumlah siswa memilih c. kesimpulan sementara yang dapat diambil adalah
bahwa pilihan c mempunyai daya tarik yang besar sehingga seolah-olah siswa
jawab itulah yang benar, Mungkin rumusan kalimatnya atau mungkin isi soalnya
menunjukkan Kalau benar.
20
b) Yang menarik siswa bukan butir soalnya, tetapi materi yang dikuasai siswa
memang seperti yang tertera dalam pilihan c itu. Kalau memang maksud yang
dikehendaki oleh guru adalah materi seperti butir a, maka mungkin ketika guru
mengajar, yang diterima oleh siswa seperti materi dalam C. Jika seperti ini yang
terjadi maka guru harus mengulang mengajar agar penguasaan materi yang
dimiliki oleh siswa adalah seperti yang tertera dalam option a.
Jadi kini marilah kita berlatih lagi dengan pola jawaban yaitu butir nomor 4 dan
6 butir soal 4 kunci jawabannya adalah dan kunci jawaban butir soal 6 adalah D
sesudah itu lanjutkan membaca contoh perhitungan yang ada di buku.
Contoh perhitungan:
Dari analisis sebuah item polanya diketahui sebagai berikut:
Kelompok/pilihan A* B C D Om jumlah
Kelompok atas 5 7 15 3 0 30
Kelompok bawah 8 8 6 5 3 30
Jjumlah 13 15 21 9 3 60
*) adalah kunci jawaban
21
1) = 60 = 0,35
2) =
15 6
=
30 30
9
= = 0,30
30
4) dilihat dari segi omit adalah baik sebuah item dikatakan baik jika omitnya
lebih dari 10% pengikut tes.
Sebenarnya ketentuan ini hanya berlaku untuk tes pilihan ganda dengan 5
alternatif dan P = 0,80. Tetapi demi praktisnya diberlakukan untuk semua.
21
BAB III
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23