Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS HASIL TEST

MAKALAH
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Pendidikan IPA
yang dibimbing oleh Nanang Purwanto, M.Pd

Oleh

Aziza Hajir (17208153046)


Finerry Yazid Azhar (17208153055)
Khasanatur Rohmah (17298153072)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
November 2017
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas pertama kali diucapan selain ucapan syukur kepada
ALLAH SWT dengan ucapan Alhamdulillahirrabilaalamin yang mana kita telah
diberi nikmat yang luar biasa dan dengan petunjuknya sehingga kita dapat
menyelesaikan makalah tepat dengan waktunya. Shalawat serta salam tidak lupa
kami ucapkan kepada baginda nabi Muhammad SAW. serta para keluarga,
sahabat, tabiin dan para pengikutnya dan dengan itu kita selalu menantikan
syafaatnya kelak di hari pembalasan.
Pada kesempatan yang sangat baik ini kami menyusun sebuah makalah
yang berjudul Analisis Hasil Test. Sebelumnya kami mengucapkan
terimakasih kepada.
1. Rektor IAIN Tulungagung Dr. Maftukhin, M.Pd yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk belajar di kampus tercinta ini.
2. Dosen matakuliah Evaluasi Nanang Purwanto, M.Pd yang telah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyusun makalah ini.
3. Teman-teman yang ikut membantu dalam pembuatan makalah ini. Dengan
amanat itu kami akan memberikan hasil yang terbaik untuk makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak untuk mengevaluasi makalah ini. Penyusun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semuanya.

Tulungagung, November 2017

Tim penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II : PEMBAHASAN 2
A. Kegunakan Menilai Tes yang Dibuat Sendiri .............................. 4
B. Cara Menilai Hasil Tes Buatan Sendiri ......................................... 4
C. Analisis Butir Soal......................................................................... 6
D. Pola Jawaban Soal ......................................................................... 17
BAB III : KESIMPULAN 18
Kesimpulan 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evaluasi dalam pembelajaran sangatlah penting dilakukan sebagai sarana
meningkatkan mutu pendidikan, terutama bagi guru/pengajar sebagai ujung tombak
pendidikan disekolah.
Tes sebagai cara mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan hendaknya dapat
dianalisis hasilnya untuk meningkatkan mutu tes yang disusun dan dapat
memetakan taraf kemampuan siswa sebagai objek pendidikan yang menentukan
berhasil/gagalnya pendidikan yang dilaksanakan.
Menganalisis hasil tes jadi sangat penting dilakukan, adapun untuk menganalisis
hasil tes ada berbagai cara yang dapat dilakukan oleh
guru beberapa diantaranya adalah dengan menilai hasil tes yang dibuat sendiri.
Menilai tes juga berguna untuk melihat berhasil tidaknya cara mengajar seorang
guru serta untuk melihat taraf pemahaman siswa akan materi yang guru berikan.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana kegunaan menilai test buatan sendiri?
2) Bagaimana cara menilai hasil test yang dibuat sendiri?
3) Bagaimana Analisis Buti Soal?
4) Bagaimana Pola Jawaban Soal?

C. Tujuan
1) Menetahui kegunaan menilai test buatan sendiri
2) Mengetahui cara menilai hasil test yang dibuat sendiri
3) Mengetahui Analisis Buti Soal
4) Mengetahui Pola Jawaban Soal

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kegunaan Menilai tes yang dibuat sendiri


Tidak ada usaha guru yang lebih baik selain usaha untuk selalu meningkatkkan
mute tes yang disusunnya. Namun, hal ini tidak dilaksanakan karena
kecenderungan seseorang untuk beranggapan bahwa hasil karyanya adalah yang
terbaik atau setidak- tidaknya sudah cukup baik.
Guru yang sudah banyak berpengalaman mengajar, dan menyusun soal- soal tes,
juga masih sukar menyadari bahwa tesnya masih belum sempurna. Oleh karena itu,
cara yang paling baik adalah secara jujur melihat hasil yang diperoleh oleh siswa.
Secara teorotis, siswa dalam satu kelas merupakan populasi atau kelompok yang
keadaannya heterogen. Dengan demikian, maka apabila dikenal sebuah tes akan
tercermin hasilnya dalam suatu kurva normal. Sebagian besar siswa berada di
daerah sedang, sebagian kecil berada di ekor kiri, dan sebagian kecil yang lain
berada di ekor kanan kurva.
Apabila keadaan setelah hasil tes dianalisis tidak seperti yang diharapkan daam
kurva normal, maka tentu ada apa- apa dengan soal tesnya. Apabila hampir seluruh
siswa memperoleh skor jelek, berarti bahwa tes yang disusun mungkin terlalu
sukar. Sebaliknya jika seluruh siswa memperoleh skor baik, dapat diartikan bahwa
tesnya terlalu mudah. Tentu saja interpretasi terhadap soal tes akan lain seandainya
tes itu sudah disusun sebaik- baiknya sehingga memenuhi persyaratan sebagai tes.
Dengan demikian maka apabila kita memperoleh keterangan tentang hasil tes,
akan membantu kita dalam mengadakan penilaian secara objektif terhadap tes yang
yang kita susun.

B. Cara Menilai Tes


Ada empat cara untuk menilai tes, yaitu:
a. Cara pertama meneliti secara jujur soal- soal yang sudah di susun, kadang-
kadang dapat diperoleh jawaban tentang ketidakjelasannya perintah atau bahasa,
taraf kesukaran dan lain- lain keadaan soal tersebut.

4
Pertanyaan- pertanyaan tersebut, antara lain:
1. Apakah banyak soal untuk tiap topik sudah seimbang?
2. Apakah semua soal menanyakan bahan yang telah diajarkan?
3. Apakah soal yang kita susun tidak merupakan pertanyaan yang
membingungkan (dapat disalah tafsirkan)?
4. Apakah soal itu tidak sukar untuk di mengerti?
5. Apakah soal itu dapat dikerjakan oleh sebagian besar siswa?
b. Cara kedua adalah mengadakan analisis soal (item analysis). Analisis soal adalah
suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi- informasi
yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun.

Faedah mengadakan analisis soal:

1. Membantu kita dalam mengidentifikasi butir- butir soal yang jelek


2. Memperoleh informasi yang akan dapat digunakan untuk
menyempurnakan soal- soal untuk kepentingan lebih lanjut.
3. Memperoleh gambaran secara selintas tentang keadaan yang kita susun.
Analisis soal terutama dapat dilakukan untuk tes objektif. Hal ini tidak berarti
bahwa tes uraian tidak dapat dianalisis, akan tetapi memang dalam menganalisis
butir tes uraian, belum ada pedoman secara standar. Tentang kegunaan dan cara
mengadakan analisis soal akan dibicarakan tersendiri di bagian lain.
c. Cara ketiga adalah mengadakan checking validitas. Validitas yang paling
penting dari tes buatan guru adalah validasi kurikuler (content validaty). Untuk
mengadakan checking validitas kurikuler, kita harus merumuskan tujuan setiap
bagian pelajaran secara khusus dan jelas sehingga setiap soal dapat kita
jodohkan dengan setiap tujuan khusus tersebut.

Tes yang tidak mempunyai validitas kurikuler atau walaupun mempunyai


tetapi kecil tetapi dapat juga terjadi jika salah satu beberapa tujuan khusus tidak
dicantumkan dalam tabel spesifikasi. Semakin banyak tujuan khusus yang tidak
dicantumkan, berarti bahwa validitas kurikulernya semakin kecil.

Dalam hal ini D TERRY. Ten Brink, dalam bukunya yang berjudul:
Evaluation, a practical guide for teacher

5
Mengemukakan pendapatnya demikian
1. Untuk tes yang dirancang akan menggunakan norm-referenced tidak
harus menuliskan setiap tujun khusus, tetapi cukup dengan tujuan -tujuan
yang esensial saja.
2. Untuk tes yang dirancang akan menggunakan criterion referenced, maka
setiap tujuan khusus harus dicantumkan dalam tabel spesifikasi.
d. Cara keempat adalah dengan mengadakan cheking reliabilitas. Salah satu
indikator untuk tes yang mempunyai reliabilitas yang tinggi adalah bahwa
kebanyakan dari soal- soal tes itu mempunyai daya pembeda yang tinggi. Untuk
penghitungan reliabilitas tes, telah dikemukakan.

C. Analisis Butir Soal (Item Analysis)


Telah disinggung bahwa analisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan
identifikasi soal- soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek. Dengan analisis
soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk
mengadakan perbaikan.
Kapan sebuah soal dikatakan baik? Untuk memberikan jawaban terhadap
pertanyaan ini, perlu diterangkan tiga masalah yang berhubungan dengan analisis
soal, yaitu taraf kesukaran, daya pembeda dan pola jawaban soal.
a. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi
usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan
menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat
untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.
Seorang siswa akan menjadi hafal akan kebiasaan guru- gurunya dalam
halpembuatan soal ini. Misalnya saja guru A dalam memberikan ulangan
soalnya mudah- mudah, sebaliknya guru B kalau memberikan ulangan
soalnya sukar- sukar. Dengan pengetahuannya tentang kebiasaan ini, maka
siswa akan belajar giat jika menghadapi ulangan dari guru B dan sebaliknya
jika akan mendapat ulangan dari guru A, tidak mau belajar giat atau bahkan
mungkin tidak mau belajar sama sekali.

6
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut
indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00
sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf sekukaran soal.
Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu
sukar, sebalikknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah
0,0 1,0

susah mudah

Di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P (p besar),


singkatan dari kata proporsi. Dengan demikian maka soal dengan P = 0,70 lebih
mudah jika dibandingkan dengan P = 0,20. Sebaliknya soal dengan P = 0, 30 lebih
sukar daripada soal dengan P = 0,80.

Melihat besarnya bilangan indeks ini, maka lebih cocok jika bukan disebut
sebagai indeks kesukaran tetapi indeks kemudahan atau indeks fasilitas , karena
semakin mudah soal itu, semakin besar pula bilangan indeksnya. Akan tetapi telah
disepakati bahwa walaupun semakin tinggi indeksnya menunjukkan soal yang
semakin mudah, tetapi tetap disebut indeks kesukaran.

B
Rumus mencari P adalah P = JS

Dimana :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

7
sko
r
sis
Siswa
Nomor soal wa
1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 19 0
A 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 13
B 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 11
C 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 14
D 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 9
E 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 14
F 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 8
G 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13
H 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 9
I 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17
J 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 13
K 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 10
L 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 4
M 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 13
N 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 16
O 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 12
P 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 10
Q 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 9
R 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 11
S 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 14
T 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 10
Jumla 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1
h 0 4 4 9 5 6 8 7 3 1 0 8 0 0 9 7 0 4 13 3

8
Latihan

Ada 20 orang dengan nama kode A s/d T yang mengajarkan tes yang terdiri dari
20 soal, jawaban tesnya dianalisis dan jawaban tertera seperti berikut ini,

(1= jawaban betul; 0 = jawaban salah)

Contoh penggunaan

Misalnya jumlah siswa peserta tes dalam suatu kelas da 40 orang. Dari 40 orang
siswa tersebut 12 orang yang dapat mengerjakan soal no 1 dengan betul. Maka indeks
kesukarannya adalah

B
P = JS

= 12/ 40 = 0,30

Dari tabel yang disajikan tersebut, dapat ditafsirkan bahwa:

10
1) Soal nomor satu mempunyai taraf kesukaran = 0,5
20

2) Soal nomor 9 adalah soal yang tersukar karena hanya dapat dijawab
2
betul oleh 2 orang p = 20 = 0,1

3) Sola nomor 13 adalah soalpaling mudah karena semua siswa peserta tes
dapat menjawab.

20
Indeks kesukarannya = 20 = 1

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan


sebagai berikut:

Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar


Soal dengan P 0,32 sampai 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah
Walau demikian ada yang berpendapat bahwa soal- soal yang dianggap baik,
yaitu soal- soal sedang adalah soal- soal yang mempunyai indeks kesukaran 0,30
sampai dengan 0,70.

9
Perlu diketahui bahwa soal- soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar, lalu tidak
berarti tidak boleh digunakan. Hal ini tergantung dan penggunaannya. Jika dari
pengikut yang banyak, kita menghendaki yang lulus hanya sedikit, kita ambil siswa
yang paling top. Untuk itu maka lebih baik diambilkan butir- butir tes sukar.
Sebaliknya jika kekurangan pengikut ujian, kitapilihkan soal- soal yang mudah.
Selain itu, soal yang yang sukar akan menambah gairah belajar bagi siswa yang
pandai, sedangkan soal-soal yang terlalu mudah, akan membangkitkan semangat
kepada siswa yang lemah.
a. Daya pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa bodoh
(berkemampuan rendah).
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi, disingkat D. Seperti halnya indeks kesukaranan, indeks
diskriminasi ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks
kesukaran tidak mengenal tanda negatif (-), tetapi pada indeks diskriminasi
ada tanda negatif. Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika
suatu soal terbalik menunjukkan kualitas testee, yaitu anak pandai disebut
bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Dengan demikian ada tiga titik pada
daya pemebeda, yaitu:
-1,00 0,00 1,00

Daya pembeda negatif daya pembeda rendah daya pembeda tinggi

Bagi suatu soal yang dapat di jawab benar oleh siswa pandai maupun
siswa bodoh, maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya
pembeda. Demikian pula jika semua siswa baik baik pandai maupun bodoh
tidak dapat menjawab dengan benar.soal tersebut tidak baik juga karena tidak
mempunyai daya pembeda. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab
benar oleh siswa-siswi yang pandai saja.

Seluruh pengikut tes di kelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu


kelompok pandai atau kelompok atas (upper group) dan kelompok bodoh
atau kelompok bawah (lower group).

10
Jika seluruh kelompok atas dapat menjawab soal tersebut dengan benar,
sedang seluruh kelompok bawah menjawab salah, maka soal tersebut
mempunya D paling besar, yaitu 1,00. Sebaliknya jika semua kelompok ats
menjawab salah,tetapi semua kelompok bawah menjawab betul, maka nilai
D-nya -1,00. Tetapi jika siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah
sama-sama menjawab benar atau sama-sama menjawab salah, maka soal
terseut mempunyai nilai D 0,00. Karena tidak mempunyai daya pembeda
sama sekali.

Cara menentukan daya pembeda (nilai D)

Untuk ini perlu di bedaka antara kelompok kecil (kurang dari 100) dan
kelompok besar (100 orang ke atas).

1) Untuk kelompok kecil


Seluruh kelompok testee di bagi dua sama besar, 50% kelompok atas
dan 50% kelompok bawah
Contoh:
Siswa Skor
A 9
B 8
C 7 kelompok atas (JA)
D 7
E 6
F 5
G 5
H 4 kelompok bawah (JB)
I 4
J 3

Seluruh pengikut tes, dideretkan mulai skor teratas sampai terbawah, lalu di bagi
2 (dua).

11
1) Untuk kelompok besar
Mengingat biaya dan waktu untuk menganalisis, maka untuk kelompok
besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu 27% skor teratas
sebagai kelompok atas (J) dan 27% skor terbawah sebagai kelompok bawah
(J).
J = jumlah kelompok atas
J = jumlah kelompok bawah

Contoh:
9
9
8
8
8 27% sebagai JA
.
.
.
-
-
.
.
.
2 27% sebagai JB
1
1
1
0

Rumus mencari D

Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:


D= - = PA- PB

12
Di mana:

J = jumlah peserta tes

J = banyaknya peserta kelompok atas

J = banyaknya peserta kelompok bawah

J = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

B = bayaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

P = proporsi peserta kelomok atas yang menjawab benar (ingat,P sebagai indeks
kesukaran)

P = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Contoh perhitungan

Dari hasil analisis tes yang terdiri dari 10 butir sal yang di kerjakan oleh 20
orang siswa, terdapat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel analisis 10 butir soal, 20 siswa

Siswa kelompok Nilai Skor


Soal siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A B 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 5
B A 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 7
C A 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8
D B 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 5
E A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
F B 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 6
G B 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6
H B 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 6
I A 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8

13
J A 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7
K A 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7
L B 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 5
M B 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 3
N A 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7
O A 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
P B 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 3
Q A 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8
R A 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8
S B 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 6
T B 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 6
Jumlah 11 15 12 8 6 16 15 17 20 10
Berdasarkan nama- nama siswa dapat kita peroleh skor- skor sebagai berikut:
A = 5 F =6 K =7 P = 3
B = 7 G=6 L = 5 Q = 8
C = 8 H=6 M= 3 R = 8
D = 5 I =8 N =7 S = 6
E = 10 J =7 O =9 T = 6
Dari angka- angka yang belum teratur kemudian dibuat array (urutan
penyebaran), dari skor yang paling tinggi ke skor yang paling rendah.
Kelompok Atas Kelompok Bawah
10 6
9 6
8 6
8 6
8 6
8 5
7 5
7 5
7 3
7 3
10 orang 10 orang

14
Array ini sekaligus menunjukkan adanya kelompok atas JA dan kelompok bawah JB
Dengan pememiliknya sebagai berikut,
Kelompok Atas (JA) Kelompok Bawah (JB)
B=7 A=5
C=8 D=5
E = 10 F=6
I =8 G=6
J =7 H=6
K=7 L=5
N=7 M= 3
O=9 P=3
Q=8 S=6
R =8 T=6

10 orang 10 orang

Perhatian pada tabel analisis 10 butir soal 20 siswa. Di belakang nama siswa
dituliskan huruf A atau B sebagai tanda kelompok. Hal ini untuk mempermudah
menentukan BA dan BB.
BA = banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok atas (A)
BB = banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah (B)
Sudah disebutkan di atas bahwa soal yang baik adalah soal yang dapat dan
tidaknya mengerjakan soal itu.
Marilah kita perhatikan tabel analisis lagi, khusus untuk butir soal nomor 1
Dari kelompok atas yang menjawab betul 8 orang
Dan kelompok bawah yang menjawab betul 3 orang
Kita terapkan dalam rumus indeks diskriminasi:
JA = 10 JB = 10
PA = 0,8 PB = 0,3
BA = 8 BB = 3
Maka, D = PA PB
= 0,8 0,3

15
= 0,5
Dengan demikian maka indeks diskriminasi untuk soal nomor 1 adalah
0,5.
Sekarang kita perhatikan butir soal nomor 8
JA = 10
PA = 0,8
BA = 8

JB = 00
PB = 0,9
BB = 9

Maka, D = PA-PB
= 0,8-0,9
= -0,1
Butir soal ini jelek karena lebih banyak dijawab benar oleh kelompok bawah
dibandinkan dengan jawaban benar dari kelompok tas. Ini berarti bahwa untuk
menjawab soal dengan dengan benar, dapat dilakukan dngan menebak.
Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai ideks
diskriminasi 0,4 sampai dengan 0,7
Klasifikasi daya pembeda:
D : 0,00 - 0,20 : Jelek
D : 0,21 - 0,40 : cukup
D : 0,41 - 0,70 : baik
D : 0,71 - 1,00 : baik sekali
D : negatif, semuanyatidak baik. Jadi smua butir soal yang memounyai nilai D
negatif sebaiknya dibuang saja.
Hubungan antara P dan D
Untuk melihat hubungan antara P dengan D, perlu kita telaah kembali
rumus-rumus untuk menentukannya.
Ba Bb
= ( ) ................................... (1)
Ja Jb
Ba Bb Ba+Ba
= Ja
Jb
= 2Ja

16
1 Ba B
= 2 [ Ja + ]
Ja
Pa+Pb
P = ............................................................. (2)
2

Dari indeks kesukaran (P) dan indeks diskriminasi (D) dapat diperoleh
hubungan sebagai berikut:
D max = 2P ............................................................ (3)
Sebagai contoh :
Soal dengan P=0,20 akan memberikan Dmax = 0,40. Soal dengan P= 0,80
akan membrikan Dmax yang sama.

Dari grafik terlihat bahwa soal-soal dengan nilai P=0,50 memungkinkan


untuk mendapat daya pembeda yang paling tinggi. Nilai-nilai P yang dianjurkan
oleh penulis-penulis soal adalah antara 0,30-0,70 namun harus diingat bahwa
soal-soal itu tidak brarti mmpunyai daya pembela yang tiggi.

D. Pola Jawaban Soal


yang dimaksud pola jawaban soal disini adalah distribusi testee dalam hal
menentukan oilihan jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Pola jawaban soal
diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a,b,c
atau d atau yang tidak memilih pilihan manapun (blangko). Dalam istilah evaluasi
disebut omit, disingkat O.
Dan pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh (distractor) berfungsi
sebagai pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali
oleh testee berarti bahwa pennngecoh itu jelek, terlalu menyolok menyesatkan.
Sebaliknya sebuah distaktor (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi dengan baik
apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut-
pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang meguasai bahan.
Dengan melihat pola jawaban soal, dapat diketahui:
1) Taraf kesukaran soal
2) Daya pembeda soal
3) Baik dan tidaknya distraktor

17
Suatu distraktor dapat diperlakukan dengan 3 cara:
1) Dirterima, karena sudah baik
2) Diterima karena tidak baik
3) Dittulis kembali karena kurang baik.
Kekuranganya mungkin terletak pada rumusan kalimatnya sehingga hanya perlu
ditulis kembali, denngan perubahan seperlunya. Menulis soal adalah suatu pekerjaan
yang sulit, sehingga apabila masih dapat diperbaiki, sebaiknya siperbaiki saja, tidak
dibuang, suatu disraktor dapat dikatakan berfungsi jika paling sedikit dipilih oleh
5% peengikut tes.
Dalam tabel yang memuat analisis jawaban 30 orang siswa, dengan pilihan
jawaban a,b,c, dan d. Sebetulnya banyaknya soal yang dikerjakan ada 50 butir,
tetapi yang dikutip hanya 15 butir. Diatas tabel tersbut terdapat keterangan ahwa
subjek nomor 1 btul semua, artinya semua pilihan jawaban mendapat mendapat skor
1, dan dia mendapat jumlah skor 50. Siswa yang pilihan jawabanya sama dengan
siswa nomor 1, berarti skornya 1.
Cara menganalisis tabel tersebut adalah sebagai berikut
1. bubuhkan skor satu untuk semua butir pada semua siswa yang pilihannya sama
dengan siswa nomor 1. sebaiknya pemberian skor dilakukan butir demi butir,
jadi mulai dari butir 1. siswa yang memilih diberi skor 1, yang bukan kah diberi
skor 0. untuk siswa yang tidak memilih, yaitu dengan tanda -diberi skor 0.
Setelah penskoran butir 1 selesai, dijumlahkan ke bawah pada beberapa siswa
yang mendapat skor 1. jumlah skor itulah nanti yang menunjukkan taraf
kesukaran sesudah dibagi dengan 30 dan dikali 100 daya pembeda untuk tiap-
tiap butir juga langsung dapat dicari menggunakan rumus yang sudah dijelaskan
untuk menentukan daya pembeda.
2. Lanjutkan memberi skor butir 2. skor butir 2, karena siswa nomor 1 memilih c,
maka semua siswa yang memilih c diberi skor 1 yang lainnya 0. demikian juga
untuk butir nomor 3, karena siswa nomor 1 memilih c dan betul maka semua
siswa yang memilih c diberi skor 1, yang bukan pilihan C diberi skor 0.
3. Setelah selesai memberikan skor sampai dengan butir nomor 15 ,maka sudah
dapat diketahui jumlah skor 1 pada setiap butir selanjutnya dapat diketahui taraf

18
kesukaran dan daya pembeda dari masing-masing butir, menggunakan rumus
yang sudah dipraktekkan dalam perhitungan terdahulu
4. Untuk mengetahui penyebaran pilihan siswa yaitu menentukan pola jawaban
siswa di gunakan tabel kontigensi sebagai 2 x 5 , ditambah baris judul dan
kolom judul. sebagai contoh, kita akan menganalisis dan membuat pola jawaban
untuk butir 1. banyaknya jari-jari untuk pilihan jawaban, dimasukkan dalam
kolom sesuai pilihan jawaban dalam hal ini kita mempunyai 5 kolom pilihan
jawaban. Dalam hal ini kita empunyai 5 kolom pilihan jawaban, yaitu kolom
jawaban A b C dan di kemudian kita tambahkan kolom lagi untuk yang tidak
memilih tidak menentukan pilihan jawaban ini disebut ommit (om) artinya
tidak menjawab marilah kita memasukkan Banyaknya pilihan tiap jawaban
sebagai berikut.
a) Kunci jawaban yang betul adalah pilihan a maka kita beri tanda bintang
b) Untuk menentukan kelompok atas atas dan kelompok bawah kita ambil dari
skor total kita Urutkan skor dari paling atas sampai paling bawah lalu kita
beri tanda di kolom subjek sebelah kanannya dengan at dan bw.
c) Dari hasil mengurutkan skor dari paling atas sampai paling bawah diketahui
bahwa siswa yang masuk kelompok atas adalah skor 35 atau lebih dan
kelompok bawah adalah siswa yang mendapat skor 32 atau kurang

Kelompok/pilihan A* B C D Om jumlah
Kelompok atas 2 1 9 2 1 15
Kelompok bawah 1 4 5 4 1 15
Jjumlah 3 5 4 6 2 30

Setelah dimasukkan ke dalam tabel kontigensi 2 x 5 dapat diketahui bahwa


sebaran pilihan jawaban adalah sebagai berikut:

a) Yang memilih ada 3 orang, 2 orang kelompok atas dan 1 orang kelompok
bawah.
b) Yang memiliki Ada 5, orang yaitu satu orang kelompok atas dan 4 orang
kelompok bawah.

19
c) Yang memilih c ada 14, orang yaitu dari kelompok atas 9 orang dan dari
kelompok bawah 14 orang.
d) Yang memilih ada 6, orang yaitu dari kelompok atas dua orang dan dari
kelompok bawah 4 orang.
e) Yang tidak memilih ada 2, orang masing-masing satu orang dari kelompok atas
dan kelompok bawah.
Apakah tidak lanjut dari guru setelah diketahui pola jawaban seperti ini ? Inilah
gunanya mengetahui pola jawaban yaitu untuk mengetahui kualitas butir soal yang
dibuat oleh guru sebagai berikut
a) Pilihan a, adalah kunci jawaban, yaitu jawaban yang betul dan Diharapkan
semua siswa dapat menjawab dengan betul yaitu memilih a ternyata yang
memilih hanya 3 orang, Berarti butir soal tersebut terlalu sukar anak pandai saja
yang dapat menjawab hanya 2 orang dan kebetulan anak bodoh yang beruntung
1 orang.
b) Pilihan b adalah pengecoh. dari 30 orang siswa yang terkecoh Ada 5 orang, yaitu
dari AT 1 orang dan BW 4 orang. pilihan salah seperti ini adalah wajar yang
terkecoh adalah siswa-siswa yang belum menguasai materi.
c) Pilihan C adalah pengecoh atau distraktor yang oleh guru dipandang hanya
merupakan alternatif jawaban yang salah tetapi Mengapa justru hampir separuh
dari siswa memilih jawaban itu ? dalam hal seperti ini guru Harus berpikir keras
Mengapa pemahaman siswa seperti itu?
d) Pilihan biasa, ada siswa yang terkecoh, yaitu 6 orang, dari kelompok atas 2
orang dan dari kelompok bawah 4 orang.
e) Ommit dua orang, masing-masing dari kelompok atas dan kelompok bawah
keadaan seperti ini pun wajar.
Jika guru menjumpai hasil pemaparan pola jawaban seperti ini harus dapat
mengambil kesimpulan bahwa ada kemungkinan dua penyebab:
a) Butir soal yang dibuat tidak baik karena dapat menyesatkan hampir separuh
jumlah siswa memilih c. kesimpulan sementara yang dapat diambil adalah
bahwa pilihan c mempunyai daya tarik yang besar sehingga seolah-olah siswa
jawab itulah yang benar, Mungkin rumusan kalimatnya atau mungkin isi soalnya
menunjukkan Kalau benar.

20
b) Yang menarik siswa bukan butir soalnya, tetapi materi yang dikuasai siswa
memang seperti yang tertera dalam pilihan c itu. Kalau memang maksud yang
dikehendaki oleh guru adalah materi seperti butir a, maka mungkin ketika guru
mengajar, yang diterima oleh siswa seperti materi dalam C. Jika seperti ini yang
terjadi maka guru harus mengulang mengajar agar penguasaan materi yang
dimiliki oleh siswa adalah seperti yang tertera dalam option a.
Jadi kini marilah kita berlatih lagi dengan pola jawaban yaitu butir nomor 4 dan
6 butir soal 4 kunci jawabannya adalah dan kunci jawaban butir soal 6 adalah D
sesudah itu lanjutkan membaca contoh perhitungan yang ada di buku.
Contoh perhitungan:
Dari analisis sebuah item polanya diketahui sebagai berikut:
Kelompok/pilihan A* B C D Om jumlah
Kelompok atas 5 7 15 3 0 30
Kelompok bawah 8 8 6 5 3 30
Jjumlah 13 15 21 9 3 60
*) adalah kunci jawaban

21
1) = 60 = 0,35

2) =

15 6
=
30 30

9
= = 0,30
30

3) distraktor : semua distraktornya sudah berfungsi dengan baik karena sudah


dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes.

4) dilihat dari segi omit adalah baik sebuah item dikatakan baik jika omitnya
lebih dari 10% pengikut tes.

(5% dari pengikut tes = 5% dikali 60 orang = 3 orang)

Sebenarnya ketentuan ini hanya berlaku untuk tes pilihan ganda dengan 5
alternatif dan P = 0,80. Tetapi demi praktisnya diberlakukan untuk semua.

21
BAB III
KESIMPULAN

1) Menganalisis Hasil Tes salah satu upaya guru untuk meningkatkan


mutu pendidikan dan cara mendidik serta sebagai cara untuk menilai tarafkesuk
sesan dalam penyampaian materi, sebagai metode untuk menilai
tarafkemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diberikan. Oleh
karena itu Menganalisis Hasil Tes sangatlah penting dilakukan agar mutu tes
yangdianalisis dapat selalu ditingkatkan.
2) Cara untuk menganalisis tes ada 4 yaitu: meneliti secara jujur soal- soal yang
sudah di susun, mengadakan analisis soal, mengadakan checking validitas dan
yang terakhir mengadakan checking reliabilita.
3) Analisis soal bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal- soal yang baik,
kurang baik, dan soal yang jelek. Sehingga diperoleh informasi tentang
kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan. Hal yang
berhubungan dengan analisis soal ada tiga yaitu: taraf kesukaran, daya pembeda
dan pola jawaban soal.
4) Pola jawaban adalah pendistribusian testee dalam hal menentukan pilihan
jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Pola ini diperoleh dengan menghitung
banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a, b, c atau d atau yang tidak
memilih pilihan manapun (blangko). Dengan melihat pola jawaban soal ini
dapat diketahui taraf kesukaran soal, gaya pembeda soal dan baik atau tidaknya
distraktor (pengecoh).

22
DAFTAR PUSTAKA

23

Anda mungkin juga menyukai