Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asfiksia merupakan kegawatdaruratan bayi baru lahir berupa depresi


pernafasan yang berlanjut sehingga menimbulkan berbagai komplikasi.
Disamping itu, Asfiksia merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas, dan
paling sering terjadi pada periode segera setelah lahir dan menimbulkan
sebuah kebutuhan resusitasi dan intervensi segera untuk meminimalkan
mortalitas dan morbiditas (Maryunani A, dkk. 2010).

Faktor yang menyebabkan kejadian asfiksia adalah faktor ibu yaitu usia
ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun (DepKes RI, 2009).
Kehamilan pada usia yang terlalu muda dan tua termasuk dalam kriteria
kehamilan risiko tinggi dimana keduanya berperan meningkatkan morbiditas
dan mortalitas pada ibu maupun janin (Widiprianita, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahun di dunia, kira-


kira 3,6 juta dari 120 juta bayi lahir di dunia (3%) mengalami asfiksia
neonatorum, hampir 1 juta (27,78%) bayi ini meninggal (Mayang, 2013). Di
Indonesia, tingginya angka kematian bayi disebabkan oleh asfiksia
neonatorum (49-60%), infeksi (24-34%), prematurus/BBLR (berat badan
lahir rendah) (15-20%), trauma persalinan (2-7%) dan cacat bawaan (1-3%)
(Rukiyah dkk, 2012). Berdasarkan kesepakatan Millenium Development
Goals (MDGs) pada Tahun 2015 ditargetkan AKI menurun dari 228 menjadi
102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB dari 34 menjadi 23 per 1.000
kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2011).

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis.


Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak
atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.
Pada bayi yang mengalami kekurangan oksigen akan terjadi pernapasan yang

1
cepat dalam periode yang singkat. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan
pernafasan akan berhenti, denyut jantung juga mulai menurun, sedangkan
tonus neuromuscular berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki
periode apnea yang dikenal sebagai apnea primer. Perlu diketahui bahwa
kondisi pernafasan mengap-mengap dan tonus otot yang turun juga dapat
terjadi akibat obat-obat yang diberikan kepada ibunya. Biasanya pemberian
perangsangan dan oksigen selama periode apnea primer dapat merangsang
terjadinya pernafasan spontan.

Apabila asfiksia berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan mengap-


mengap yang dalam, denyut jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga
mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas (flaccid). Pernafasan makin lama
makin lemah sampai bayi memasuki periode apnea yang disebut apnea
sekunder (Saifuddin, 2009).

Dengan demikian asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin
sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,
kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengarui kesejahteraan bayi
selama atau sesudah persalinan.

Berdasarkan data dan seriusnya dampak yang ditimbulkan memerlukan


penanggulangan yang cepat dan kerjasama antara perawat, dokter dan tim
kesehatan lainnya dalam memberikan perawatan yang komprehensif terhadap
pasien asfiksia pada BBLR guna meminimalisasi terjadinya komplikasi dan
kematian serta untuk meningkatkan kualitas hidup dari setiap pasien tersebut.

Dari data diatas maka kelompok tertarik untuk mengangkat permasalahan


asfiksia pada BBLR dan menyusun laporan kasus tentang asuhan
keperawatan pada bayi asfiksia dengan BBLR khususnya di Ruang PICU
NICU RSUD Dr. Soedarso Pontianak.

2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan asuhan keperawatan pada By. Ny M dengan asfiksia pada
bblr di Ruang PICU NICU RSUD. Dr Soedarso Pontianak.
2. Tujuan Khusus
a. Kelompok mampu melakukan pengkajian pada By. Ny M dengan
asfiksia pada bblr di Ruang PICU NICU RSUD. Dr Soedarso
Pontianak.
b. Kelompok mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada By. Ny M
dengan asfiksia pada bblr di Ruang PICU NICU RSUD. Dr Soedarso
Pontianak.
c. Kelompok mampu merumuskan rencana asuhan keperawatan pada By.
Ny M dengan asfiksia pada bblr di Ruang PICU NICU RSUD. Dr
Soedarso Pontianak.
d. Kelompok mampu melakukan implementasi pada By. Ny M dengan
asfiksia pada bblr di Ruang PICU NICU RSUD. Dr Soedarso
Pontianak.
e. Kelompok mampu melakukan evaluasi By. Ny M dengan asfiksia pada
bblr di Ruang PICU NICU RSUD. Dr Soedarso Pontianak.
f. Mengetahui kesenjangan antara jurnal yang di dapat dengan praktek di
lapangan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
asfiksia pada bblr di Ruang PICU NICU RSUD. Dr Soedarso
Pontianak.

C. Ruang Lingkup Penulisan


Penulis membatasi pembahasan laporan kasus tentang permasalahan
pada satu kasus yaitu asuhan keperawatan pada By Ny. M dengan asfiksia
pada bblr yang dirawat di Ruang PICU NICU RSUD. Dr Soedarso Pontianak,
yang dimulai dari tanggal 16 Oktober sampai dengan 17 Desember 2017.

3
D. Metode Penulisan
Penyusunan laporan kasus ini menggunakan metode deskriptif melalui
pendekatan studi kasus yang meliputi pengumpulan data, analisa data dan
menarik kesimpulan dengan cara :
1. Studi kepustakaan, yaitu dengan cara mempelajari buku-buku dan
sumber-sumber lainnya untuk mendapatkan dasar ilmiah yang
berhubungan dengan judul dan permasalahan pada laporan kasus ini.
2. Studi kasus, yaitu dengan melakukan asuhan keperawatan berlangsung
mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi dan evaluasi.

E. Sistematika Penulisan
Laporan kasus ini terdiri dari IV ( empat) bab yang disusun secara
sistematik, sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang, tujuan penulisan,
ruang lingkup penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB II : Landasan teoritis, konsep dasar asfiksia dan asuhan
keperawatan secara teoritis pada klien dengan asfiksia.
BAB III : Laporan kasus yang terdiri dari: pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi,
pembahasan jurnal
BAB IV : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran

4
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Asfiksia Neonatorum


1. Pengertian
Asfiksia neonatorum merupakan suatu kondisi di mana bayi
tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
Keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia,
hiperkapnea, sampai asidosis. Asfiksia ini dapat terjadi karena
kurangnya kemampuan organ bayi dalam menjalankan fungsinya,
seperti pengembangan paru. (Hidayat, 2011)
Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini dapat terjadi pada
masa kehamilan, persalinan atau dapat terjadi setelah lahir. Banyak
faktor yang menyebabkannya diantaranya adanya penyakit pada
ibu sewaktu ibu hamil seperti hipertensi, paru, gangguan kontraksi
uterus. Dapat juga karena faktor plasenta seperti janin dengan
solusio plasenta, atau juga faktorjanin itu sendiri terjadi kelainan
pada tali pusat dengan menumbung atau melilit pada leher atau
juga kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir kemudian
faktor persalinan yaitu partus lama atau partusdengan tindakan
tertentu. (Maryanti, 2011)
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir
tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
Keadaan ini biasanya disertai dengan keadaan hipoksia dan
hiperkapnu serta sering berakhir dengan asidosis. Asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tak dilakukan secara
sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut
yang mungkin timbul. (Kristiyanasari, 2010)

5
Jadi asfiksia neonatorum adalah gangguan pernafasan pada
neonatus yang ditandai dengan sulit bernafas secara spontan dan
teratur setelah lahir yang disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang
timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi baru
lahir.
2. Etiologi
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum
terjadi karena gangguan pertukaran gas serta transfor O2, dari ibu
kejanin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan
dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara
menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan,
atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam
persalinan. (Prawirohardjo, 2005)
Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu
yang buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, penyakit
jantung, dan lain-lain. Pada keadaan terkahir ini pengaruh terhadap
janin disebabkan oleh gangguan oksigenisasi serta kekurangan
pemberian zat-zat makanan berhubungan dengan gangguan fungsi
plasenta. Hal ini dapat dicegah dan atau dikurangi dengan
melakukan pemeriksaan antenatal yang sempurna, sehingga
perbaikan sedini-dininya dapat diusahakan. (Prawirohardjo, 2005)
Menurut buku Weni Kristiyanasari tahun 2010 penyebab
secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan,
persalinan atau segera setelah lahir. (Kristiyanasari, 2010)
Penyebab kegagalan pernafasan pada bayi (Kristiyanasari,
2010) :
a. Faktor ibu
1) Hipoksia
2) Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

6
3) Gravid empat atau lebih
4) Sosial ekonomi rendah
5) Penyakit pembuluh darah ibu yang menggangu pertukaran
gas janin, misalnya hipertensi, hipotensi, gangguan
kontraksi uterus dan lain-lain
b. Faktor plasenta
1) Plasenta tipis
2) Plasenta kecil
3) Plasenta tak menempel
4) Solution plasenta
5) Perdarahan plasenta
6) Dan lain-lain
c. Faktor non plasenta
1) Prematur
2) IUGR
3) Gemeli
4) Tali pusat menumbung
5) Kelainan kongenital
6) Dan lain-lain
d. Faktor persalinan
1) Partus lama
2) Partus tindakan
3. Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada
kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses
kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat
sementara pada bayi (asfiksia transient), proses ini dianggap sangat
perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernapasan agar
terjadi primary gasping yang kemudian akan berlanjut dengan
pernapasan.

7
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan
O2 selama kelahiran atau persalinan, maka terjadilah asfiksia yang
lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh, dan
tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan
gangguan fungsi ini dapat reversible/tidak tergantung kepada berat
dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan satu
periode apnu (primary apnea) disertai dengan penurunan frekuensi
jantung. Selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernapas
(gasping) yang kemudian diikuti oleh pernapasan teratur. Pada
penderita asfiksia berat usaha bernapas ini tampak dan bayi
selanjutnya ada dalam periode apnu kedua (secondary apnea). Pada
tingkat ini, ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis yang akan terjadi
berupa gangguan metabolisme dan perubahan pertukaran gas
oksigen (O2) mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik
meningginya tekanan oksigen (O2) dalam darah dan bila gangguan
berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme
anaerobik yang kemudian dapat menyebabkan timbulnya asidosis
metabolik, selanjutnya terjadi perubahan kardiovaskuler. Asidosis
dan gangguan kardiovaskuler dalam tubuh berakibat buruk
terhadap sel otak. Kerusakan yang terjadi dapat menimbulkan
kematian atau kehidupan dengan gejala sisa pada kehidupan bayi
selanjutnya. (Maryunani, 2009)
Transisi dari kehidupan janin intrauterin ke kehidupan bayi
ekstrauterin, menunjukkan perubahan-perubahan. Alveoli paru
janin dalam uterus berisi cairan paru. Pada saat lahir dan bayi
mengambil napas pertama, udara memasuki alveoli paru dan cairan
paru diabsorpsioleh jaringan paru, pada nafas kedua dan
berikutnya, udara yang masuk alveoli bertambah banyak dan cairan
paru diabsrobsi sehingga kemudian seluruh alveoli berisi udara
yang mengandung oksigen. Aliran darah paru meningkat secara

8
dramatis. Hal ini disebabkan ekspansi paru yang membutuhkan
tekanan puncak inspirasi dan tekanan akhir ekspirasi yang lebih
tinggi. Ekspansi paru dan peningkatan tekanan oksigen alveoli,
keduanya menyebabkan penurunan resistensi vaskuler paru dan
peningkatan aliran darah paru setelah lahir. Aliran intrakardial dan
exstrakardial mulai beralir arah yang kemudian diikuti penutupan
dukus arteriosus. Kegagalan penurunan vaskuler paru
menyebabkan hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir,
dengan aliran darah paru yang inadekuat dan hipoksemia relatif.
Expansi paru yang inadekuat menyebabkan gagal napas.
(Maryunani, 2009)
4. Manifestasi klinis
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksia janin
yang menimbulkan tanda-tanda klinis pada bayi berikut ini :
(Maryunani, 2009)
a. DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang 100x/menit tidak teratur
b. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
c. Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot,
dan organ lain.
d. Depresi pernapasan karena otak kekurangan oksigen
e. Bradikardi karena kekurangan oksigen pada otot-otot jantung
atau sel-sel otak.
f. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot
jantung, kehilangan darah atau kekurangan alirandarah yang
kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan.
g. Takipnea (pernapasan cepat) karena kegagalan adsorbsi cairan
paru-paru atau nafas tidak teratur.
h. Sianosis/ warna kebiruan karena kekurangan oksigen didalam
darah
i. Penurunan terhadap spinkters
j. Pucat

9
5. Komplikasi
Komplikasi dari asfiksia neonatorum meliputi berbagai
organ, yaitu (Maryunani, 2009)
1. Otak : hipoksia iskemik ensefalopati, edema serebri, kecacatan
cerebral palsy (CP)
2. Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada
neonatus, perdarahan paru, edema paru.
3. Gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans
4. Ginjal : tubular nekrosis akut
5. Hematologi : DIC

6. Penilaian Apgar Score


Penilaian secara apgar ini mempunyai hubungan yang
bermakna dengan mortalitas bayi baru lahir. Patokan klinik yang
dinilai adalah
1. Menghitung frekuensi jantung
2. Melihat usaha bernapas
3. Melihat tonus otot
4. Menilai reaksi terhadap rangsangan
5. Memperhatikan warna kulit

Berikut adalah tabel untuk menetukan menilai keadaan bayi berdasarkan Apgar:
Tanda Nilai Apgar
Angka
0 1 2

<100 >100
Frekuensi jantung Tidak ada
Denyut/menit Denyut/menit

Lemah/ tidak
Usaha napas Tidak ada Menangis baik
Teratur (slow irregular)

10
Ekstremitas dalam fleksi
Tonus otot Lumpuh Gerakan aktif
sedikit

Reaksi terhadap Sedikit gerakan mimik


Tidak ada
rangsangan (grimace) Batuk atau bersin

Badan merah, extermitas Seluruh tubuh


Warna kulit Pucat
biru kemerah-merahan

Tabel 2.1
(sumber : Benson , 2011 )
Nilai Apgar :
7-10 Bayi normal (vigorous baby)
7-6 Asfiksia sedang-ringan
0-3 Asfiksia berat
7. Klasifikasi
Menurut WHO (2008), berikut adalah klasifikasi dari
afiksia neonatorium, yaitu:
a. Asfiksia Ringan Apgar score (7-10)
Pada asfiksia ringan, bayi dapat terkejut atau sangat
waspada, dengan peningkatan tonus otot, makan dengan buruk,
frekuensi pernapasan normal atau cepat. Temuan ini biasanya
berlangsung selama 24 jam sampai 28 jam sebelum sembuh
secara spontan.
b. Asfiksia Sedang Apgar Score (4-6)
Pada asfiksia sedang, bayi dapat letargi dan mengalami
kesulitan pemberian makan. Bayi dapat mengalami episode
apnea kadang-kadang dan/atau konvulsi selama beberapa har.
Masalah ini biasanya sembuh dalam 1 minggu, tetapi masalah
perkembangan saraf jangka panjang mungkin ada.
c. Asfiksia Berat Apgar Score (0-3)
Pada asfiksia berat, bayi dapat terkulai atau tidak sabar
dan tidak makan. Konvusi dapat terjadi selama beberapa hari,

11
dan episode apnea yang berat dan sering umumnya terjadi.
Bayi dapat membaik selama beberapa minggu atau tidak
membaik sama sekali. Jika bayi ini bertahan hidup, mereka
baisanya menderita kerusakan otak permanen.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Green (2012), pemeriksaan diagnostik bayi
dengan asfiksia sebgai berikut:
a. Nilai Apgar
b. Rongent thoraks/abdomen
c. Ultrasonografi
d. Kultur darah
e. Skrining toksikologi
f. Skrining metabolisme
9. Penatalaksanaan
a. Tindakan umum
1) Bersihkan jalan nafas: Kepala bayi diletakan lebih rendah
agar lendir mudah mengalir, bila perlu di gunakan
larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari
saluran nafas yang lebih dalam. (Rukiyah, 2010)
2) Ransang reflek pernapasan : dilakukan setelah 20 detik bayi
tidak memperlihatkan bernapas dengan cara memukul ke
dua telapak kaki menekan tanda achiles, mempertahankan
suhu tubuh. (Rukiyah, 2010)
b. Tindakan khusus/asuhan yang diberikan oleh bidan
1) Pada kasus asfiksia berat : berikan O2 dengan tekanan
positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal, dapat
dilakukan dengan tiupan udara yang telah di perkaya O2.
Tekanan O2 yang diberikan tidak 30cm H-20. Bila
pernapasan spontan tidak timbul, lakukan massage jantung
dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80-
100x/menit. (Rukiyah, 2010)

12
2) Pada asfiksia sedang/ringan : pasang relkiek pernapasan (
hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal
lakukan pernapasan kodok (frog breathing) 1-2 menit yaitu
kepala bayi ekstensi maksimal beri O2 1-2 liter/menit
melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung
serta gerakan dagu keatas-bawah secara teratur 20x/menit.
(Rukiyah, 2010)

13
B. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Dengan Asfiksia Neonatorum
1. Pengkajian (Muscari, 2005)
a. Riwayat kesehatan
1) Dapatkan data-data yang menggambarkan gejala mencakup
awitan, durasi, lokasi dan pencetusnya. Gejala-gejala
utama, meliputi:
a) Nafas pendek
b) Kesulitan bernafas
c) Kesulitan makan dan menghisap pada bayi
d) Kongesti nasal, pilek, dan bersin
e) Batuk
b. Gali riwayat, prantal, individu, dan keluarga terhadap faktor-
faktor risiko gangguan pernafasan.
1) Faktor resiko pranatal mencakup infeksi pada ibu, ibu
perokok atau menggunakan marijuana,kokain, atau heroin.
2) Faktor resiko individu mencakup riwayat perinatal pada
perubahan warna mekonium atau ventilasi mekanis saat
lahir, atau prematuritas, riwayat penyakit pernafasan,
frekuensi serangan flu pertahun, riwayat penyakit kronis
seperti gangguan jantung, asma, fibrosis kistik, atau HIV
dan AIDS atau pajanan terhadap rokok tembakau pasif atau
iritans lingkungan.
3) Faktor risiko keluarga mencakup riwayat keluarga terhadap
alergi asma, tuberkolosis (TBC), atau fibrosis kistik.
2. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
1) Pantau suhu tubuh terhadap lingkungan hipertemia dan
hipotermia, yang dapat mengindikasikan adanya infeksi.
2) Pantau frekuensi, kedalaman, dan kualitas pernafasan.
Inspirasi yang memanjang dapat menunjukan obstruksi

14
jalan nafas bagian atas, ekspirasi yang memanjang dapat
menunjukan gangguan obstruktif, seperti asma.
b. Inspeksi
1) Amati kesadaran dan amati Apgar Score, perubahan status
mental, tingkat aktivitas, dan tanda-tanda kelelahan.
Kecemasan dan kegelisahan merupakan tanda awal gawat
nafas. Catat tanda-tanda dehidrasi.
2) Catat adanya dan karakteristik batuk produktif dan
nonproduktif serta jenisnya (kasar, keras, disertai sesak
nafas, serangan batuk hebat, kuat dan basah).
3) Amati perubahan warna kulit, terutama sianosis
4) Amati usaha tambahan dalam bernafas, catat adanya
dispnea, strido, mendengkur, pernafasan cuping hidung
serta keparahan retraksi intrakosial, suprasternal, sternal,
dan substernal.
5) Amati diameter dada anteroposterior yang memanjang
dapat mengindikasikan udara terperangkap dalam alveoli.
c. Perkusi
Lakukan perkusi terhadap adanya suara tumpul, suara
tumpul dapat menunjukkan bahwa cairan atau jaringan pada
telah mengantikan udara.
d. Auskultasi
1) Catat kualitas suara nafas.
2) Catat adanya suara paru tambahan (misalnya ronchi basah
dan kering).
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada bayi baru lahir resiko tinggi
Asfiksia Neonatorum, yaitu: (Wilkinson, 2013)
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran kapiler-alveolar

15
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi
dan keletihan.
c. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan fluktuasi suhu
lingkungan.
d. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
hipotermi, penurunan status nutrisi, prosedur invasif.
e. Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
imunitas dapatan.

16
4. Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria


No Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional Evaluasi
hasil
1. Tujuan : setelah 1) Pemantauan pernapasan 1) Mengumpulkan dan Setelah dilakukan
Gangguan pertukaran gas berhubungan dilakukan tindakan 2) Observasi terhadap menganalisa data asuhan keperawatan
dengan perubahan membran kapiler-alveolar frekuensi sianosis, terutama pasien untuk pasien dapat
pernapasan, irama, membran mukosa mulut memastikan kepatenan menunjukkan
Definisi : kelebihan atau kekurangan dan kedalam nafas 3) Pantau dan jalan napas dan frekuensi
oksigenasi atau eliminasi karbon dioksida akan berkurang dokumentasikan adekuatnya pertukaran pernapasan, irama,
dimembran kapiler-alveolar 1x24 jam frekuensi, irama, dan gas dan kedalaman
Kriteria hasil : denyut jantung 2) Untuk mengetahui bernapas yang
Yang ditandai dengan : frekuensi napas, kadar Hb dalam adekuat dengan
DO : sianosis irama dan eritrosit pasien kriteria hasil
Napas cuping hidung kedalaman napas 3) Untuk mengetahui frekuensi napas,
Ketidaknormalan frekuensi, irama, dalam rentang keefektifan pertukaran irama dan
dan kedalaman pernapasan normal gas kedalaman napas
dalam rentang
normal

17
2. Pola napas tidak efektif b.d penurunan Tujuan : pasien 1) Posisikan untuk 1) Posisi telungkup akan Setelah dilakukan
energi dan keletihan menunjukkan pertukaran udara yang menghasilkan asuhan keperawatan
oksigenasi yang optimal oksigenasi, dan pasien dapat
Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang adekuat dalam 2) Observasi adanya tanda- semiekstensi akan menunjukkan
tidak memberi ventilasi yang adekuat waktu 2x24jam tanda sianosis, membuka alan dan oksigenasi yang
Kriteria hasil : pernapasan cuping menegah penyempitan adekuat dengan
Yang ditandai dengan : Pola napas menjadi hidung jalan napas kriteria hasil jalan
DO : Takipnea efektif, frekuensi 3) Lakukan penghisapan 2) Pernapasan cuping napas baik, frekuensi
Frekuensi napas : > 60x/menit dan gerakan otot seperlunya hidung meningkatkan dan pola napas
Irama napas : tidak teratur bantu napas tidak 4) Pertahankan diameter lubang hidung, dalam batas normal
Napas cuping hidung digunakan lagi suhulingkungan yang tanda ini menunjukan
netral mekanisme kompensasi
5) Berikan terapi oksigen pada hipoksia
sesuai kebutuhan 3) Penghisapan bermaksud
untuk menghilangkan
mukus yang terakumalsi
dari nasofaring, trakea
dan selang endotrakeal
4) Suhu tubuh yang terlalu

18
hangat dan dingin akan
menyebabkan
pemakaian oksigen
yang banyak pula
5) Terapi oksigen
bertujuanuntuk
membantu dan
memenuhi kebutuhan
oksigenasi dalam paru
3. Ketidakefektifan termoregulasi b.d fluktuasi Tujuan : pasien 1) Tempatkan bayi di dalam 1) Mempertahan suhu Setelah dilakukan
suhu lingkungan mempertahankan inkubator, penghangat tubuh stabil asuhan keperawatan
suhu tubuh stabil radian atau pakaian 2) Menentukan tindakan pasien dapat
Definisi : fluktuasi suhu tubuh pasien antara Kriteria hasil : suhu hangat dalam keranjang selanjutnya mempertahankan
hipoterma dan hipertermia aksila tetap dalam terbuka 3) Plastik sebagai suhu tubuh stabil
rentang normal menurunkan kehilangan dengan kriteria hasil
Yang ditandai dengan : untuk usia pasca 2) Pantau suhu tubuh bayi panas suhu aksila tetap
DO : pucat ( sedang) kosepsi yang tidak stabil 4) Kemerahan dan ruam dalam rentang
Fluktuasi suhu tubuh diatas atau 3) Gunakan pelindung 5) Mencegah kehilangan normal untuk usia
dibawah rentang normal panas plastik panas akibat kontak pasca kosepsi

19
4) Pantau tanda-tanda pada sumber
hipotermi; kemerahan,
ruam
5) Hindari situasi yang
mempredisposisikan bayi
pada kehilangan panas

4. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit 1) Tujuan : pasien 1) Bersihkan kulit dengan 1) Air hangat biasa tidak Setelah dilakukan
berhubungan dengan hiportermi, penurunan mempertahankan air hangat biasa, mengandung bahan asuhan keperawatan
status nutrisi. suhu tubuh stabil gunakan sabun halus yang biasa membuat pasien dapat
Kriteria hasil : nonalkalin atau iritasi pada kulit. mempertahankan
Definisi : kulit berisiko terhadap kerusakan suhu aksila tetap pembersih hanya jika 2) Mata, oral dan popok suhu tubuh stabil
dalam rentang diperlukan sangat mudah sebagai dengan kriteria hasil
Yang ditandai dengan : normal untuk 2) Bersihkan mata setiap perkembangbiakan suhu aksila tetap
DO : tampak lemah usia hari, area oral dan popok mikroorganisme dalam rentang
pascakosepsi. atau perianal 3) Plester yang melekat normal untuk usia
dapat membuat iritasi pascakosepsi

20
3) Gunakan plester kulit
seminimal mungkin 4) Tekanan yang kuat dan
4) Gunakan matras dalam waktu yang lama
penghilang tekananatau berakibat rusaknya
pengurang tekanan jaringan kulit.

5. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari Tujuan : pasien 1) Tempatkan bayi didalam 1) Mempertahankan Setelah dilakukan
kebutuhan tubuh (resiko tinggi) mendapatkan nutrisi inkubator, penghangat suhu tubuh stabil asuhan keperawatan
berhubungan dengan ketidakmampuan yang adekuat, radian, atau pakaian 2) Menentukan tindakan pasien mendapatkan
mencerna makanan dengan masukan hangat dalam keranjang selanjutnya nutrisi yang adekuat,
kalori untuk terbuka 3) Plastik sebagai dengan masukan
Definisi : asupan nutrisi tidak mencukupi mempertahankan 2) Pantau suhu tubuh bayi menurunkan kalori untuk
untuk memenuhi kebutuhan metabolik keseimbangan yang tidak stabil kehilangan panas mempertahankan
nitrogen positif, dan 3) Gunakan pelindung 4) Kemerahan dan ruam keseimbangan
Yang ditandai dengan : menunjukan panas plastik pada kulit nitrogen positif, dan

21
DO : tonus otot buruk penambahan berat 4) Pantau tanda-tanda menandakan derajat menunjukan
badan yang tepat. hipertermi ; kemerahan, hipertermi penambahan berat
Kriteria hasil : bayi ruam 5) Mencegah kehilangan badan yang tepat
mendapat kalori 5) Hindari situasi yang panas akibat kontak dengan kriteria hasil
dan nnutrien mempredisposisikan pada sumber bayi mendapat kalori
esensial yang bayi pada kehilangan dan nnutrien esensial
adekuat. Bayi panas yang adekuat. Bayi
menunjukan menunjukan
penambahan berat penambahan berat
badan yang mantap badan yang mantap
kira-kira 20-30 kira-kira 20-30 gram
gram perhari. perhari.

22
BAB III
LAPORAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN NEONATUS


STIKES YARSI PONTIANAK

DATA BAYI

Nama bayi : BY NY. M


Tanggal dirawat : 14 -10- 2017
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Gg.KARYA USAHA RT 003/ RW 20 PONTIANAK
UTARA
Tanggal lahir / usia : 14 -10- 2017 2 Hari
Nama orang tua : TN. S
Pendidikan ayah/ibu : SMA / SARJANA
Pekerjaan ayah/ibu : TNI / GURU
Usia ayah/ibu : 28 th / 26 th
Diagnosa medis : ASFIKSIA, BBLR

Riwayat Bayi :
Apgar Score : 1 3 ...5 5 .....
Usia Gestasi : 33-34 minggu
Pemeriksaan Antropometri saat lahir :
Berat Badan : 1600 Gr Panjang Badan : 44 CM Lingkar Kepala : 30CM
LILA : 6,5CM Lingkar Dada : 28CM Lingkar Perut :
32

23
Komplikasi Persalinan : Tidak ada ( - ) Ada ( - )
a. Aspirasi mekonium ( -)
b. Denyut jantung janin abnormal (-)
c. Prolaps tali pusat / lilitan tali pusat (+)
d. Ketuban pecah dini (-) ; berapa jam :..........................
e. Ketuban hijau (-)
f. Masalah lain : -

Riwayat Ibu :
a. Usia : 26 TH
b. Gravida :3
c. Partus :2
d. Abortus :1

Jenis Persalinan :
a. Pervaginum ( - )
b. Sectio Cesarea (+) ; Alasan ibu bayi mengalami hipertensi atau preeklamsi
berat

Komplikasi Kehamilan : Tidak ada ( ) Ada (+)


a. Ruptur plasenta / plasenta previa ( )
b. Pre ekalmpsia / toxcemia ( + )
c. Suspect Sepsis ( )
d. Persalinan prematur/post matur ( + )
Alasan : saat hamil 7 bulan ibu bayi mengalami hipertensi dan preeklamsia
sehingga ibu bayi mengalami komplikasi pada kehamilan nya.

24
PENGKAJIAN FISIK NEONATUS

Instruksi : Beri tanda chek list ( ) pada istilah yang tepat/sesuai dengan data-
data dibawah ini. Gambarkan semua temuan abnormal secara objektif, gunakan
kolom data tambahan bila perlu.

1. Pemeriksaan Antropometri :
Berat Badan : 1600 CM LILA : 8 cm
Panjang Badan : 44 CM Lingkar Dada :28 CM
Lingkar Kepala :30 CM Lingkar Perut : 30

2. Pemeriksaan Refleks :
Berkedip ( + ) Startle/kaget (+) Moro (+)

Rooting/mencari (+) Sucking/menghisap (+) ; lemah


Swallowing/menelan ( - )
Tanda Babinski (+) Palmar Grasp/menggenggam (+) ; lemah
Saat dikaji kemampuan reflek berjedip, kaget, moro bagus, tetapi
saat menghisap dan mengenggam ada tapi lemah
3. Tonus/aktifitas :
a. Aktif ( + ) Tenang ( ) Letargi ( )
Kejang ( )
b. Menangis keras ( ) Lemah ( + ) Melengking ( )
Sulit menangis ( )
4. Kepala/leher :
a. Fontanela anterior Lunak ( + ) Tegas ( )
Datar ( + ) Menonjol ( )
Cekung ( )

25
b. Sutura sagitalis Tepat (+) Terpisah ( )
Menjauh ( ) Tumpang tindih ( )
c. Gambaran wajah Simetris ( + ) Asimetris ( )
d. Molding Caput Succedanum ( ) Cephalhematoma ( )

5. Mata :
Bersih ( + ) Sekresi ( )
Jarak interkantus: 1cm Sklera putih

6. THT
a. Telinga : Normal ( + ) Abnormal ( )
b. Hidung : Simetris ( + ) Asimetris ( ) Sekresi ( )
Nafas cuping hidung ( )

7. Wajah
a. Bibir sumbing ( - ) c. Kebersihan mulut : Bersih (+)
Tidak ( + ) d. Terpasang OGT
b. Sumbing langit-langit/palatum ( - ) Sebutkan :
................................................................
Bayi terpasang OGT sejak tanggal 14/10/2017
8. Abdomen
a. Lunak (+) Tegas ( ) Datar (+)
Kembung ( )
b. Liver : Teraba (-) Kurang 2 cm ( ) Lebih 2 cm ( )
Tidak teraba ( )

9. Thoraks
a. Simetris ( + ) Asimetris ( )
b. Retraksi derajat 0 ( ) Derajat 1 ( + ) Derajat 2 ( )

26
c. Klavikula normal ( + ) Abnormal ( )

10. Paru-paru
a. Suara nafas kanan kiri sama ( + ) Tidak sama ( )
b. Suara nafas bersih ( ) Ronchi ( ) Sekresi ( )
Wheezing ( ) Vesikuler ( + )
c. Respirasi Spontan ( + ) : RR : 45x/menit Tidak Spontan (
)
Alat bantu nafas : ( - ) Oxihood
( -) Nasal Kanul
( - ) O2 / Inkubator
(+) spap buble
F1 O2 : 21%
Saat pengkajian bayi terpasang cpap buble Flow 5 L, Peep 7 dan F1O2
21%, dan SPO2 99%

11. Jantung
a. Bunyi Normal Sinus Rhythm (NSR) ( + )
Frekeunsi : 135 X Mnt
b. Murmur ( ) PMI ( ); Lokasi :...........................
c. Waktu Pengisian Kapiler : 3 detik
d. Denyut Nadi : 135.x/mnt

Nadi Perifer Keras Lemah Tidak Ada


Brakial
+
Kanan
Brakial Kiri +
Femoral
+
Kanan

27
Femoral Kiri +

12. Ekstremitas
Gerakan bebas (+) ROM terbatas ( ) Tidak terkaji ( )
Ekstremitas atas : Normal ( + ) Abnormal ( ),
Sebutkan
:.................................................................
Ekstremitas bawah : Normal ( + ) Abnormal ( ),
Sebutkan :
................................................................
Panggul : Normal ( + ) Abnormal ( ) Tidak terkaji ( )

13. Umbilikus
Normal ( + ) Abnormal ( )
Inflamasi ( ) Drainase ( )
Saat pengkajian umbilikus pada bayi sudah kering dan tidak berbau
14. Genital
Perempuan normal ( ) Laki-laki normal ( + ) Abnormal ( )
Sebutkan :
15. Anus
Paten ( +) Imperforata ( )
16. Spina
Normal (+ ) Abnormal ( )
Sebutkan :....................................
17. Kulit
a. Warna : Merah Muda (+) b. Pucat (+) c. Jaundice ( )
Sianosis pada : Kuku ( + ) Sirkumoral ( ) Periorbital ( )
Seluruh tubuh ( + )
b. Kemerahan (rash) ( )

28
c. Tanda lahir : ( ), sebutkan :..........................................
d. Turgor kulit : elastis ( +) tidak elastis ( ) edema (
)
e. Lanugo (+)

18. Suhu
a. Lingkungan
Penghangat radian ( ) Pengaturan suhu ( )
Suhu Inkubator ( 37 C ) Suhu ruang ( ) Boks terbuka ( )
b. Suhu kulit : 36 C
Suhu inkubator pada bayi 37 C dan suhu tubuhnya 36 C
19. Informasi lain Bayi

RIWAYAT SOSIAL

1. Struktur Keluarga (genogram tiga generasi)

29
2. Antisipasi vs Pengalaman nyata kelahiran :
3. Budaya :
4. Suku : JAWA MELAYU
5. Agama : ISLAM
6. Bahasa Utama: INDONESIA
7. Perencanaan makanan bayi : ASI
Ibu bayi mengatakan ingin memberikan asi kepada anak nya akan tetapi asi
ibu bayi sedikit
8. Masalah sosial yang penting :
9. Hubungan: orang tua dan bayi : bayi dirawat di ruang picu-nicu sedangkan
ibu bayi di rawat di ruang nifas

Ibu Tingkah Laku Ayah


+ Menyentuh +
+ Memeluk +
+ Berbicara +
+ Berkunjung +
+ Memanggil Nama +
+ Kontak Mata +

10. Orang terdekat yang dapat dihubungi : AYAH KANDUNG


11. Orang tua berespon terhadap penyakit : Ya ( + ) Tidak ( )
Respon : Menanyakan perkembangan anaknya
12. Orang tua berespon terhadap hospitalisasi : Ya ( + ) Tidak ( )
Respon : orang tua bayi terlihat sabar melihat kondisi anak nya dan
kooperatif dalam menerima perawatan atau tindakan medis yang dlakukan
perawat

30
13. Riwayat anak lain :
Jenis kelamin anak Riwayat persalinan Riwayat imunisasi
Anak pertama Normal Lengkap
perempuan berumur 2
tahun 3 bulan dengan
lahir spontan dan tidak
mengalami masalah
pada kehamilan
sampai melahirkan
Anak kedua meninggal Abortus
dalam kandungan
berusia 3 bulan dan di
ketahui saat
melakukan USG
Anak ketiga lahir pada Secar Neo K, Hb O
usia gestasi 34 minggu
dengan BBLR dan
aspeksia

14. Pemeriksaan Penunjang :


a. Pemeriksaanlaboratorium
b. : ....
1) Urine:


2) Feces:

..

31
3) Kimiadarah:
a) Hasil pemeriksaan hematologi
Parameter Hasil Satuan Nilai normal
Leukosit 8.02 * [103/L] 4.5-11
Eritrosit 5.40 [106/L] M: 4.6-6.0 F: 4.6-6.0
Hemoglobin 20.8 * [g/dL] M: 14-18 F: 12-16
Hematoktrit 53.8 * [%] M: 36-54 F: 36-54
MCV 99.6 [fL] 82 - 92
MCH 38.5 * [pg] 27.0 31.0
MCHC 38.7 * [g/dL] 32.0 37.0
Trombosit 134 * [103/L] 150-440
RDW-CV 17.0 + [%] 11.5 14.5
RDW-SD 59.7 + [fL] 35 47
PDW ---- [fL] 9.0 13.0
MPV ---- [fL] 7.2 11.1
P-LCR ---- [%] 15.0 25.0

b) Hasil laboratorium
Pemeriksaan Hasil Flag Satuan Nilai
rujukan
Gula darah 53 low Mg/dl
sewaktu

c. Pengobatan
2) Simtomatik:

..

32
3) Kausal/antibiotika: AMPICILIN 2 X 80mg pada jam 12, 24,
AMINOPILIN 3 X 6mg pada jam 12, 20, 04, GENTAMIXIN 1 X 7mg
pada jam 24

..
4) Terapi cairan: D5 8tpm/jam dan Aminostreril infant 2 cc/jam
5) Terapi oksigen: CPAP buble, F1O2 21%, Flow 5 liter/menit, peep 7
cmH2O
6) Terapi sinar
...................................................................................................................
...

d. Radiologi
1) Hasilphotorontgen:


2) USG:

.
3) Lumbalfungsi:

.

33

Anda mungkin juga menyukai