Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH HERBISIDA

MODE OF ACTION
(untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah teknologi pengelolaan gulma)

Disusun oleh :
Fawit Eka Sri Haryanto (134140137)
Ambar Kusumaningrum Ayu (134140156)
Wachyu Nur Hidayat (134150156)
Imam Syaputra (134150081)
Khanshadella Guska Dara (134150087)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang hampir setiap mata
pencaharian penduduknya adalah sebagai petani. Petani dalam melakukan
budidaya tanaman, selalu ada hambatan yang mengganggu tercapainya hasil
secara maksimal dalam hal kualitas maupun kuantitas. Salah satu
penyebabnya adalah adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).
Organisme pengganggu yang paling dominan dan sering dijumpai pada
umumnya adalah hama, penyakit dan gulma. Salah satu OPT yang dianggap
penting adalah gulma. Gulma adalah tumbuhan pengganggu yang tumbuh
ditempat dan waktu yang tidak dikehendaki.
Usaha pengendalian gulma yang umum dilakukan adalah
menggunakan metode kimiawi (penggunaan herbisida). Metode kimiawi
menjadi pilihan terbanyak dalam mengendalikan gulma, karena lebih efektif
dan efisien. Efektifitas pengendalian gulma dengan menggunakan metode ini
adalah lebih cepat dalam mematikan gulma yang teraplikasi. Sedangkan
keefisienan metode kimiawi salah satunya adalah jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan dan waktu yang digunakan menjadi lebih sedikit. Pengendalian
gulma menggunakan metode kimiawi memiliki tantangan berupa perubahan
komposisi gulma.
Perubahan komposisi gulma berkaitan erat dengan penggunaan suatu
jenis herbisida dalam suatu lahan budidaya. Perubahan suatu komposisi
gulma juga berhubungan dengan bagaimana herbisida tersebut bekerja (mode
of action). Komposisi gulma dalam suatu areal pertanaman dapat menentukan
pemilihan jenis herbisida yang akan dipergunakan untuk pengendalian gulma.
Sehingga dalam makalah ini akan membahas mengenai cara kerja dari
herbisida.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mode of action pada herbisida?
2. Bagaimana cara aplikasi herbisida?
3. Bagaimana cara kerja pada beberapa jenis herbisida?
4. Bagaimana klasifikasi mode of action pada herbisida?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dari mode of action pada herbisida.
2. Mengetahui cara aplikasi herbisida.
3. Mengetahui cara kerja pada beberapa jenis herbisida.
4. Mengetahui klasifikasi mode of action pada herbisida.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mode of Action pada Herbisida


Beberapa pengertian tentang mode of action adalah sebagai respon
biokimiawi tumbuhan terhadap herbisida, atau adanya perpaduan masalah
fisiologis, biokimiawi dan beberapa aspek lain tentang aktivitas herbisida.
Hakikatnya mode of action ialah jumlah respon anatomis, fisiologis, dan
biokimiawi yang menyebabkan aktivitas fitotoksik dari suatu bahan kimia,
fisika (letak) dan degradasi molekuler bahan kimia dalam tubuh tumbuhan.
Mode of action adalah urutan masuk dari suatu herbisida ke dalam
suatu lingkungan sehingga dapat mematikan tumbuhan. Dapat pula berarti
sejumlah segi anatomis, fisiologis, dan respon biokimiawi yang dapat
membuat suatu bahan kimia bersifat fitotoksik (kerusakan secara fisik atau
degradasi molekul lemak).

B. Klasifikasi Mode of Action pada Herbisida


1. Photosynthesis Inhibitors
Herbisida golongan ini mengganggu proses fotosintesa yaitu proses
konversi energi cahaya dalam tanaman (daun) menjadi makanan.
Contoh : Atrazin, Diuron, Hexazinone.
Karakteristik :
- Kebanyakan berupa pre-EMG/PPI
- Beberapa mempunyai kemampuan sebagai POST
- Biasanya diaplikasikan melalui tanah (translokasi sistemik)
- Residual efek tergantung dari jenis herbisida yang digunakan.
Gejala pada tanaman :
- Gejala kekuningan disertai matinya jaringan tanaman dari sisi luar
daun.
- Jika diaplikasikan POST maka jaringan tanaman cepat terbakar
- Tanaman yang toleran saat diaplikasi POST menyebabkan spot
kekuningan atau mengkerut.
2. Amino Acid Biosynthesis Inhibitors (/ALS)
Herbisida golongan ini menghambat sintesa Asam Amino yang
sangat diperlukan sebagai protein tanaman.
Contoh : SUs (Metsulfuron, Triasulfuron) dan Imidazolinone (Imazapir,
Imazapic).
Karakteristik :
- Aktif maupun lewat tanah atau daun
- Ditranslokasikan secara sistemik ke dalam tanaman
- Residual efek tergantung dari jenis herbisida
- Dosis sangat rendah.
Gejala pada tanaman :
- Pada golongan rumputan akan terjadi stunting/yellowing dan
menghambat sistem perakaran.
- Pada golongan daun lebar bentuk dan warna daun menjadi merah atau
keunguan, daun muda menguning dan titik tumbuh menghitam.
- Proses kematian cukup lama (kurang lebih 10 hari).
3. Fatty Acid/Lipid Biosynthesis Inhibitors
Herbisida ini merusak biosintesa Lipid (pada gol rumputan) pada
sel-sel tanaman dan organ-organ sel yang mengandung membran lipid,
sehingga mempengaruhi integritas membran dalam jaringan meristem.
Contoh : FOPs (Fluazifop; Cyhalofop).
Karakteristik :
- Umumnya diaplikasikan melalui daun
- Translokasi melewati phloem ke jaringan meristem
- Berpengaruh hanya pada golongan rumput (tahunan).
Gejala pada tanaman :
- Gejala awal terjadi pada daerah meristem
- Pada daerah meristem akan menjadi klorosis yang disertai dengan
nekrosis, kemudian mudah dipisahkan dari bagian tanaman yang lain.
- Gejala kematian cukup lama terlihat (sekitar 7 hingga 14 hari).

4. Pigments/HPPD Inhibitors
Herbisida ini menyebabkan rusaknya klorofil sehingga tanpa
klorofil tanaman tidak mampu melakukan fotosintesa dan mati.
Contoh : Triketones (Mesotrione, Isoxaflutole).
Karakteristik :
- Aktif baik melalui tanah maupun daun
- Diadsorpsi lewat tanah kemudian ditranslokasikan ke daun melalui
xylem.
- Mengendalikan gulma pada stadia awal (baik daun lebar maupun
rumputan).
- Resiko resistensi rendah.
Gejala pada tanaman :
- Gejala yang ditimbulkan berupa albino
- Daun yang lebih tua umumnya terlihat lebih dahulu
- Jika albino kurang dari 50% maka kemungkinan dapat recover.

C. Penggolongan Dasar Tentang Aktivitas Herbisida


1.) Golongan yang bergerak dalam xylem karena aliran transpirasi yang
berasal dari adsorpsi akar dan ditimbun pada daun (umumnya
menghambat fotosintesis).
2.) Golongan yang bergerak secara simplastik atau apoplastik yang akan
bergerak ke seluruh bagian dan ikut mengendap bersama-sama sink dalam
aktivitas pertumbuhan yang tinggi.

D. Aplikasi pada Herbisida


Cara aplikasi herbisida pada tanaman dapat melalui dua tempat, yaitu:
1.) Foliar Applications (Aplikasi Lewat Daun)
Herbisida dapat diaplikasikan melalui daun, yang kemudian
terserap oleh permukaan daun (folliage) serta menumpuk di dalam
jaringan meristem. Herbisida yang termasuk dalam kelompok ini adalah
herbisida pasca tumbuh. Herbisida ini diaplikasikan pada saat gulma
sudah tumbuh. Contoh herbisida pasca tumbuh adalah glifosat, paraquat,
glufusinat dan propanil.
2.) Soil Application (Aplikasi Lewat Tanah)
Herbisida yang diaplikasikan melalui akar terserap masuk melalui
penetrasi seperti cara masuknya ion anorganik. Herbisida yang
diaplikasikan melalui tanah, baik dilakukan dengan cara penyemprotan
pada permukaan tanah maupun dicampur dengan tanah. Herbisida yang
diaplikasikan melalui tanah diarahkan untuk mengendalikan gulma
sebelum gulma tersebut tumbuh. Contoh Herbisida ini yaitu diuron,
bromacil, oksadiazon, oksifluorfen, ametrin, butaklor dan metil
metsulfuron.

E. Cara Kerja Beberapa Jenis Herbisida


1. Herbisida Sistemik (Translokasi)
Aplikasi Lewat Daun
Aplikasi herbisida sistemik melalui daun yaitu dengan cara diserap
melalui permukaan daun (foliage). Kemudian bergerak melalui proses
fotosintesis (simplas) atau air atau transpirasi (apoplas) ke dalam
jaringan meristem.
Aplikasi Lewat Tanah
Aplikasi herbisida sistemik melalui tanah yaitu dengan cara diadsorpsi
melalui akar terutama melalui rambut-rambut akar. Kemudian
bergerak dengan mediasi air (kelembaban dan olah tanah) dan
bergerak ke target sasaran (tujuan utama adalah sistem vaskuler)
melalui apoplas, simplas, dan transfer membran.
2. Herbisida Kontak
Aplikasi Lewat Daun
Aplikasi herbisida kontak hanya melalui daun dan hanya
mengendalikan jaringan yang terkena serta tidak ditranslokasikan.
Minyak merupakan herbisida kontak yang ampuh karena tegangan
permukaan lebih rendah dibanding air sehingga dapat membasahi
seluruh permukaan daun atau batang dan dapat menyerap hingga ke
titik tumbuh. Minyak akan melarutkan membran sel dengan cara
merusak molekul-molekul asam lemak sebagai komponen utama
penyusun membran sel sehingga kloroplas rusak dan akhirnya sel
mati.
3. Herbisida Penghambat Akar
Aplikasi Lewat Tanah
Aplikasi herbisida penghambat akar yaitu melalui tanah dan umumnya
mempunyai residual activity. Kerja herbisida ini yaitu dengan
menghambat pertumbuhan akar dan tunas. Herbisida ini harus
diaplikasikan dan dicampurkan dalam tanah sebelum biji gulma
berkecambah (prior to seed germination).
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa mode of action
merupakan urutan masuk dari suatu herbisida ke dalam suatu lingkungan sehingga
dapat mematikan tumbuhan. Mode of action juga diklasifikasikan sebagai
penghambat fotosintesis, sebagai penghambat biosintesis asam amino, sebagai
penghambat biosintesis lipid, sebagai penghambat pembentukan pigmen dan lain
sebagainya. Sedangkan untuk aplikasi herbisida dapat diberikan melalui daun dan
tanah. Cara kerja herbisida masing-masing jenis berbeda antara jenis yang satu
dengan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Aplikasi dan Cara Kerja Herbisida. http://www.budidaya


petani.com/2016/01/pengertian-herbisida-dan-jenis-jenis.html. Diakses pada
tanggal 2 November 2017 pukul 14.00 WIB.

Irianto, Yuli. 2017. Jenis dan Cara Kerja Herbisida. Jakarta: Syngenta.

Moenandir, Jody. 1990. Fisiologi Herbisida (Ilmu Gulma-Buku II). Jakarta Utara.
Penerbit CV. Rajawali.

Anda mungkin juga menyukai