Anda di halaman 1dari 20

Cerita Hewan Fabel : Dongeng Rusa dan

Kura-Kura
Hiduplah seekor rusa pada zaman dahulu. Ia sangat sombong
lagi pemarah. Sering ia meremehkan kemampuan hewan lain.
Pada suatu hari si rusa berjalan-jalan di pinggir danau. Ia
bertemu dengan kura-kura yang terlihat hanya mondar-mandir
saja. "Kura-kura, apa yang sedang engkau lakukan di sini?"
"Aku sedang mencari sumber penghidupan," jawab si kura-
kura.
Si rusa tiba-tiba marah mendengar jawaban si kura-kura.
"Jangan berlagak engkau, hei kura- kura! Engkau hanya
mondar-mandir saja namun berlagak tengah mencari sumber
penghidupan!"
Si kura-kura berusaha menjelaskan, namun si rusa tetap
marah. Bahkan, si rusa mengancam akan menginjak tubuh si kura-kura. Si kura-kura yang
jengkel akhirnya menantang untuk mengadu kekuatan betis kaki.
Si rusa sangat marah mendengar tantangan si kura-kura untuk mengadu betis. Ia pun
meminta agar si kura-kura menendang betisnya terlebih dahulu. "Tendanglah sekeras-
kerasnya, semampu yang engkau bisa lakukan!"
Si kura-kura tidak bersedia melakukannya. Katanya, "Jika aku menendang betismu, engkau
akan jatuh dan tidak bisa membalas menendangku."
Si rusa kian marah mendengar ucapan si kura- kura. Ia pun bersiap-siap untuk menendang.
Ia berancang-ancang. Ketika dirasanya tepat, ia pun menendang dengan kaki depannya
sekuat-kuatnya.
Ketika si rusa mengayunkan kakinya, si kura-kura segera memasukkan kaki-kakinya ke
dalam tempurungnya. Tendangan rusa hanya mengenai tempat kosong. Si rusa sangat
marah mendapati tendangannya tidak mengena. Ia lantas menginjak tempurung si kura-kura
dengan kuat. Akibatnya tubuh si kura-kura terbenam ke dalam tanah. Si Rusa menyangka si
kura-kura telah mati. Ia pun meninggalkan si kura-kura.
Si kura-kura berusaha keras keluar dari tanah. Setelah seminggu berusaha, si kura-kura
akhirnya berhasil keluar dari tanah. Ia lalu mencari si rusa. Ditemukannya si rusa setelah
beberapa hari mencari. "Bersiaplah Rusa, kini giliranku untuk menendang."
Si rusa hanya memandang remeh kemampuan si kura-kura. "Kerahkan segenap
kemampuanmu untuk menendang betisku. Ayo, jangan ragu-ragu!"
Si kura-kura bersiaga dan mengambil ancang-ancang di tempat tinggi. Ia lalu
menggelindingkan tubuhnya. Ketika hampir tiba di dekat tubuh si rusa, ia pun menaikkan
tubuhnya hingga tubuhnya melayang. Si kura-kura mengincar hidung si rusa. Begitu
kerasnya tempurung si kura-kura mengena hingga hidung si rusa putus. Seketika itu si rusa
yang sombong itu pun mati
Fabel : Anjing Gunung, Keledai dan Macan
Tutul
Suatu hari seekor keledai pergi mencari seekor
anjing gunung ke sebuah gunung yang sangat
tinggi, keledai itu sengaja mencari anjing
gunung untuk berburu bersama di sebuah hutan
yang cukup lebat dan tidak lama keledai itu
menaiki gunung akhirnya dia menemukan
seekor anjing gunung sedang berjalan.
Kemudian anjing itu dia ajak untuk berburu
bersama dan akhirnya anjing gunung itu
menerima ajakan dari sang keledai, kini sang
keledai dan anjing gunung pergi ke hutan lebat
itu namun sebelum mereka memasuki hutan itu
sang keledai menemui seekor mancan tutul yang sedang tiduran di sebuah pohon besar.
Sang keledai kemudian mengajak macan tutul itu pergi berburu bersama dan macan tutul
itupun menerima ajakan sang keledai.
Setelah sang keledai mengumpulkan teman berburunya yaitu Anjing gunung dan Macan
Tutul kini mereka pergi bersama-sama memasuki hutan lebat untuk berburu bersama,
mereka menangkap hewan-hewan dengan kerjasama yang baik hewan apapun bisa mereka
tangkap dengan mudah mereka berburu mulai dari pagi hari sampai dengan sore hari.
Mereka berhasil mengumpulkan hewan-hewan tangkapannya kemudian mereka bawa ke
tempat terbuka dan mereka tumpuk hewan-hewan hasil buruan mereka. Hewan hasil buruan
mereka terdiri dari seekor kelinci, kambing, rusa, kerbau, kijang dan uncal, kini waktunya
mereka membagi-bgaikan hewan tangkapan mereka.

Sang macan tutul menunjuk sang keledai untuk membagi hewan-hewan itu Keledai
silahkan kau bagi makanan-makanan itu Perintah sang macan tutul lalu keledai itu
menghitung dengan cermat hewan tangkapan itu, setelah sang keledai menghitung dia
membagikan hewan-hewan itu secara adil dengan membagi tiga bagian yang sama banyak.
Melihat pembagian itu sang macan tutul sangat marah kemudian dia menerkam sang
keledai hingga keledai itu mati dan kini tumpukan makanan telah bertambah. Kemudian
sang macan tutul menoleh ke arah anjing gunung Sekarang kamu bagikan hewan-hewan
itu. Perintahnya dengan marah, kini sang anjing gunung mendekati makanan itu dia
menumpukan kembali hewan-hewan yang telah dibagikan oleh sang kedelai menjadi
tumpukan yang besar kemudian dia menggigit seekor kelinci di mulutnya untuk dirinya
sendiri, itupun hanya seekor kelinci yang dagingnya sangat kecil dan tidak begitu berarti
untuk sang macan tutul.
Macan tutul yang tadinya marah kini mulai reda dia melihat keputusan sang anjing gunung
dengan tersenyum Kau sangat pandai dalam mengambil sebuah keputusan wahai anjing
gunung, kau membagikan makanan ini dengan sangat adil apakah kau mempelajarinya dari
sang keledai?. Tanya sang macan tutul Ya aku belajar dari sang keledai jawab anjing
gunung itu sambil pergi dari hadapan sang macan tutul aku juga tidak mau mengulangi
nasib sama dengan keledai itu celetuk sang anjing. Dalam hatinya anjing gunung sangat
kecewa dengan keserakahan macan tutul, dia berjanji tidak akan bekerjasama dan
membantu macan tutul di kemudian hari.
Fabel : Kadal dan Ular Air
Disebuah kolam yang cukup besar dan dalam seekor
kadal sedang berjalan di pinggiran kolam kadal itu
sedang mencari kegiatan baru kadal itu sangat ingin
mencoba sesuati yang baru, dia sangat ingin
berpetualang ketika dia berjalan dipinggiran kolam
sambil mengeluarkan lidahnya dia melihat sesuatu
muncul dari dalam air hal pertama yang dilihat oleh
kadal itu adalah sebuah kepala yang melenggak
lenggok kesana kemari seperti sedang mencari sesuatu kemudian kadal itu mendekati
mahkluk yang muncul dari dalam air itu dan dia sedikit kaget ternyata dia melihat seekor ular
air.
Ketika itu ular air juga melihat kehadiran sang kadal lalu mendekatinya, setelah sampai
dekat dengan sang kadal ular itu meninggikan kepalanya dan berkata :Apa yang sedang
dilakukan oleh seekor kadal gemuk ini dipinggiran kolam? kadal itu menjauh dari sang ular
karena dia takut dimangsa olehnya Aku hanya sedang mencari kegiatan baru, aku hanya
ingin mencari sebuah petualangan. Kata sang kadal. Kenapa kau menghindar dariku? Aku
tidak memakan mu aku telah kenyang memakan ikan kecil yang ada di kolam itu kata sang
ular jadi kau ingin sebuah petualangan yang seru kata ular sambil mendesis Ya itu benar
aku ingin sekali mencoba sesuatu yang baru kata sang kadal dengan penuh semangat apa
kau pernah melewati kolam ini sendiri? Tanya sang ular.
Aku tidak pernah melewatinya kolam ini terlalu luas untuk aku sebrangi meskipun aku bisa
sedikit berenang tapi aku takut untuk menyebrangi kolam ini dari satu tepian ketepian
lainnya. Jawan sang kadal apa kau mau menyebaranginya aku akan membantunya ajak
sang ular. Sang kadal sangat ingin sekali menyebranginya dan tanpa berpikir panjang kadal
itu menerima ajakan dari sang ular Baiklah kalo begitu carilah sesuatu yang bisa dijadikan
sebagai tali! Pinta sang ular Untuk apa tali itu? Tanya sang kadal dengan heran Tali itu
untuk kau ikatkan ke ekorku ketika kita berenang menyebrangi kolam ini kau tidak akan
tenggelam, aku akan menarikmu kepermukaan. jelas sang ular.
Lalu sang kadal mencari tali di pinggiran kolam dan dia mendapatkan nya, setelah itu sang
kadal menalikan kaki depannya ke ekor sang ular dengan sangat kuat. Selesai itu kini sang
ular dan sang kadal berenang menyebrangi kolam luas itu namun di tengah-tengah kolam
sang ular berpikir untuk menenggelamkan sang kadal sebelum mencapai tepian, ketika hal
itu akan dilakukan oleh sang ular tiba-tiba tibuhnya tertarik ke atas dia mencoba melepaskan
diri dengan sekuat tenaga namun hal itu percuma ternyata sang kadal disambar oleh seekor
burung alap-alap sehingga tubuh ular itu bergelantungan di udara. Saat itu sang alap-alap
melihat bukan hanya kadal saja yang dia tangkap namun begitu juga seekor ular air dimana
ekornya terikat pada kaki sang kadal.
PARABEL : MALIN KUNDANG
Dahulu kala, tersebutlah sebuah keluarga miskin yang terdiri dari seorang ibu dan anaknya
yang bernama Malin Kundang. Karena ayahnya telah meninggalkannya, sang ibu pun harus bekerja
keras sendiri untuk bisa menghidupi keluarganya.

Malin adalah anak yang pintar tapi sedikit nakal. Ketika dia beranjak dewasa, Malin merasa
kasihan pada ibunya yang sedari dulu bekerja keras menghidupinya. Kemudian Malin meminta izin
untuk merantau mencari pekerjaan di kota besar.

Bu, saya ingin pergi ke kota. Saya ingin kerja untuk bisa bantu ibu di sini. pinta Malin.
Jangan tinggalkan ibu sendiri, nak. Ibu hanya punya kamu di sini. kata sang ibu menolak.
Izinkan saya pergi, bu. Saya kasihan melihat ibu terus bekerja sampai sekarang. kata Malin.
Baiklah nak, tapi ingat jangan lupakan ibu dan desa ini ketika kamu sukses di sana Ujar sang ibu
berlinang ari mata.

Keesokan harinya Malin pergi ke kota besar dengan menggunakan sebuah kapal. Setelah
beberapa tahun bekerja keras, dia berhasil di kota rantauannya. Malin sekarang menjadi orang kaya
yang bahkan mempunyai banyak kapal dagang. Dan Malin pun sudah menikah dengan wanita
cantik di sana. Berita tentang Malin yang menjadi orang kaya sampai lah ke ibunya. Sang ibu sangat
senang mendengarnya. Dia selalu menunggu di pantai setiap hari, berharap anak si mata
wayangnya kembali dan mengangkat drajat ibunya. Tetapi Malin tak pernah datang.

Suatu hari istiri Malin bertanya mengenai ibu Malin dan ingin bertemu dengan nya. Malin
pun tidak bisa menolak keinginan istri yang sangat dicintainya itu. Malin menyiapkan
perjalanannya tersebut menuju desanya menggunakan sebuah kapal pribadinya yang besar nan
cantik. Akhirnya Malin pun datang ke desanya beserta istri dan anak buahnya.

Mendengar kedatangan Malin, sang ibu merasa sangat gembira. Dia bahkan berlari menuju
pantai untuk segera melihat anak yang disayanginya pulang.

Apa itu kamu Malin, anak ku? Ini ibu mu, kamu ingat Tanya sang Ibu.
"Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirim kabar?" Katanya sambil
memeluk Malin Kundang.

Sang istri yang terkejut melihat kenyataan bahwa wanita tua, bau, dekil yang memeluk
suaminya, berkata:
"Jadi wanita tua, bau, dekil ini adalah ibu kamu, Malin"

Karena rasa malu, Malin Kundang pun segera melepaskan pelukan ibunya dan
mendorongnya hingga jatuh.
Saya tidak kenal kamu wanita tua miskin kata Malin.
"Dasar wanita tua tak tahu diri, Sembarang saja mengaku sebagai ibuku." Lanjut Malin membentak.

Mendengar perkataan anak kandungnya seperti itu, sang ibu merasa sedih dan marah. Ia
tidak menduga, anak yang sangat disayanginya berubah menjadi anak durhaka.
"Oh Tuhan ku yang kuasa, jika dia adalah benar anak ku, Saya mohon berikan azab padanya dan
rubah lah dia jadi batu." doa sang ibu murka.

Tidak lama kemudian angin dan petir bergemuruh menghantam dan menghancurkan kapal
Malin Kundang. Setelah itu, Tubuh Malin Kundang kaku dan kemudian menjadi batu yang menyatu
dengan karang.

Amanat: Jadilah orang yang berbakti pada orang tua. Dan janganlah sekali-kali durhaka
padanya.
PARABEL : PETANI YANG BAIK HATI
Berawal dari cerita seorang petani yang menemukan burung hantu di rumahnya. Burung hantu yang
sendirian, kesepian, dan termangu-mangu memandang langit malam bertabur bintang. Tersadar akan
kesedihan burung hantu, sang petani pun menjadikannya sebagai sahabat.
Ada apa sebenarnya dengan bulan dan bintang-bintang itu, Sahabatku?, tanya petani kepada
burung hantu. Burung hantu menatap petani beberapa saat, kemudian menundukkan kepalanya.
Hari semakin malam, petani pun kembali ke rumah untuk tidur. Dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu
dengan seorang Pangeran dari Negeri Seribu Bintang.
Aku adalah pangeran dari Negeri Seribu Bintang. Akulah burung hantu yang menjadi sahabatmu.
Aku bersahabat baik dengan Putri Bulan. Seorang tukang sihir jahat tidak suka melihat orang yang
bersahabat telah mengubahku dan membuangku ke bumi, jelas pangeran tersebut.
Terbangun dari mimpinya, petani mengeluarkan sebuah kotak kecil dari lemari. Seberkas sinar
menyilaukan dari dalam kotak. Sinar itu berasal dari sebuah cincin permata warisan nenek
moyangnya. Petani segera mencari burung hantu, lalu memasang cincin permata di jari kakinya.
Terjadilah sebuah keajaiban. Burung hantu lenyap dan berganti seorang pangeran berwajah tampan,
persis seperti dalam mimpi sang petani.
Terima kasih Sahabatku. Kau telah menolongku. Aku sangat berutang budi kepadamu, ujar
pangeran.
Nah, kembalilah ke negerimu. Cincin itu akan membantumu mengalahkan tukang sihir, kata petani.
Kisah Pangeran dari Negeri Seribu Bintang menyiratkan manfaat berbuat baik dan gemar menolong
sesama. Ada kebahagiaan tersendiri yang akan didapatkan jika kita membantu sesama yang sedang
mengalami musibah. Selain kisah Pangeran dari Negeri Seribu Bintang, terdapat pula dongeng Putri
Petani Berhati Emas dan dongeng Kerbau dan Burung Jalak.
Dongeng Putri Petani Berhati Emas berkisah tentang seorang putri petani yang cantik dan baik hati.
Ia senang menenun dan menolong sesama. Suatu ketika, putri petani bertemu dengan seekor
merpati yang merupakan jelmaan seorang Putra Mahkota yang terkena kutukan nenek sihir. Melalui
bantuan putri petani mencabut jarum kecil di kepala belakang merpati, sang merpati pun kembali
menjadi Putra Mahkota yang tampan. Atas kebaikan dan ketulusan hati putri petani, Putra Mahkota
pun terpikat padanya. Lalu, secara tiba-tiba datanglah nenek sihir untuk kembali mengutuk Putra
Mahkota. Tetapi, tindakan nenek sihir itu berhasil ditangkis oleh putri petani yang membentangkan
kain tenun buatannya. Akhirnya, kutukan itu pun berbalik menyerang sang nenek sihir. Semua
penghuni istana menjadi lega.
Kisah kebaikan dan kejahatan serupa juga tersirat pada dongeng Kerbau dan Burung Jalak. Alkisah
persahabatan antara kerbau dan burung jalak di sebuah desa. Kepedulian di antara mereka
menyelamatkan keduanya dari bahaya yang mengganggu. Ketiga dongeng ini menyiratkan untuk
selalu berbuat baik kepada sesama dan tidak memilih-milih dalam pertemanan. Sikap tolong-
menolong dalam kebaikan ditujukan kepada sesama yang membutuhkan.
Sang penulis, Supangat W.S menyampaikan kisah dongeng anak-anak karangannya dengan sangat
apik. Cerita yang disajikan di buku ini mengandung hikmah nilai-nilai kebaikan yang diharapkan
berperan pada pembentukan karakter anak. Didukung ilustrasi yang imajinatif dengan warna-warni
yang teduh mampu membuat anak-anak terpikat untuk membaca. Melalui 20 dongeng inspiratif pada
buku Pangeran Negeri Seribu Bintang dan 19 Dongeng Favorit ini diharapkan anak-anak akan larut
dalam cerita yang sarat akan hikmah kebaikan dan budi pekerti.
PARABEL : Hikayat Bayan Budiman
Sebermula ada saudagar di negara Ajam.Khojan Mubarok namanya,terlalu amat kaya,akan tetapi ia
tiada beranak.tak seberapa lama setelah ia berdoa kepada Tuhan,maka saudagar Mubarok pun
beranaklah istrinya seorang anak laki-laki yang di beri nama Khojan Maimun.
Setelah umurnya Khojkan maimun lima tahun,maka di serahkan oleh bapaknya mengaji kepada
banyak guru sehingga sampai umur Khojan Maimun lima belas tahun,ia di pinangkan dengan anak
saudagar yang kaya,amat elok parasnya,namanya Bibi Zainab.
Hatta beberapa lamanya khojan Maimun beristri itu,ia membeli seekor burung bayan jantan.Maka
beberapa di antara itu ia juga membeli seekor tiung betina,lalu di bawanya ke rumah dan di taruhnya
hampir sangkaran bayan juga
Pada suatu hari Khojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut,lalu minta izinlah dia kepada
istrinya.Sebelum dia pergi ,berpesanlah dia pada istrinya itu,jika ada barang suatu
pekerjaan,mufakatlah dengan dua ekor unggas itu,hubaya-hubaya jangan tiada ,karena fitnah di
dunia amat besar lagi tajam dari pada senjata.
Hatta beberapa lama di tinggal suaminya,ada anak Raja Ajam berkuda lalu melihatnya rupa Bibi
Zainab yang terlalu elok.Berkencanlah mereka unyuk bertemu melalui seorang perempuan tua.maka
pada suatu malam,pamitlah Bibi Zainab kepada burung tiung itu hendak menemui anak raja itu,maka
bernasehatkah di tentang perbuatanya yang melanggar aturan Allah SWT.maka marahlah istri Khojan
Maimun dan disentakkannya tiung itu dari sangkarnya dan dihempaskannya sampai mati.
Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan bayan yang sedang berpura2 tidur.maka bayan pun
berpura2 terkejut dan mendengar kehendak hati Bibi Zainab perg mendapatkan anak raja.maka
bayan pun berpikir bila ia menjawab seperti tiung maka ia juga akan binasa.Setelah ia sudah berpikir
demikian itu,mak ujarnya,"Aduhai Siti yang baik paras,pergilah dengan segeranya mendapatkan anak
raja itu.Apapun hamba ini haraplah tuan,jikalau jahat sekalipun pekerjaan tuan,Insya Allah di atas
kepala hambalah menanggungnya.Baiklah tuan pergi,karena sudah di nanti anak raja itu.Apatah di
cara oleh segala manusia di dunia ini selain martabat,kesabaran,dan kekayaan?Adapun akan
hamba,tuan ini adalah seperti hikayat seekor unggas bayan yang dicabut bulunya oleh tuannya
seorang istri saudagar.
Maka berkeinginanlah istri Khojan Maimun untuk mendengarkan cerita tersebut.Maka Bayanpun
berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar ia dapat memperlalaikan perempuan itu.
Hatta setiap malam,Bibi Zainab yang selalu ingin mendapatkan anak raja itu,dan setiap berpamitan
dengan bayan ,maka di berilah ia cerita2 hingga sampai 24 kisah dan 24 malam burung tersebut
bercerita,hingga akhirny lah Bibi Zainab pun insaf terhadap perbuatanya dan menunggu suaminya
Khojan Maimum pulang dari rantauannya.
MITE : RORO JONGRANG
Alkisah pada zaman dahulu kala, berdiri sebuah kerajaan yang sangat besar yang bernama
Prambanan. Rakyat Prambanan sangat damai dan makmur di bawah kepemimpinan raja yang
bernama Prabu Baka. Kerajaan-kerajaan kecil di wilayah sekitar Prambanan juga sangat tunduk dan
menghormati kepemimpinan Prabu Baka.

Sementara itu di lain tempat, ada satu kerajaan yang tak kalah besarnya dengan kerajaan
Prambanan, yakni kerajaan Pengging. Kerajaan tersebut terkenal sangat arogan dan ingin selalu
memperluas wilayah kekuasaanya. Kerajaan Pengging mempunyai seorang ksatria sakti yang
bernama Bondowoso. Dia mempunyai senjata sakti yang bernama Bandung, sehingga Bondowoso
terkenal dengan sebutan Bandung Bondowoso. Selain mempunyai senjata yang sakti, Bandung
Bondowoso juga mempunyai bala tentara berupa Jin. Bala tentara tersebut yang digunakan Bandung
Bondowoso untuk membantunya untuk menyerang kerajaan lain dan memenuhi segala keinginannya.

Hingga Suatu ketika, Raja Pengging yang arogan memanggil Bandung Bondowoso. Raja Pengging
itu kemudian memerintahkan Bandung Bondowoso untuk menyerang Kerajaan Prambanan.
Keesokan harinya Bandung Bondowoso memanggil balatentaranya yang berupa Jin untuk
berkumpul, dan langsung berangkat ke Kerajaan Prambanan.

Setibanya di Prambanan, mereka langsung menyerbu masuk ke dalam istana Prambanan. Prabu
Baka dan pasukannya kalang kabut, karena mereka kurang persiapan. Akhirnya Bandung
Bondowoso berhasil menduduki Kerajaan Prambanan, dan Prabu Baka tewas karena terkena senjata
Bandung Bondowoso.

Kemenangan Bandung Bondowoso dan pasukannya disambut gembira oleh Raja Pengging.
Kemudian Raja Pengging pun mengamanatkan Bandung Bondowoso untuk menempati Istana
Prambanan dan mengurus segala isinya,termasuk keluarga Prabu Baka.

Pada saat Bandung Bondowoso tinggal di Istana Kerajaan Prambanan, dia melihat seorang wanita
yang sangat cantik jelita. Wanita tersebut adalah Roro Jonggrang, putri dari Prabu Baka. Saat melihat
Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso mulai jatuh hati. Dengan tanpa berpikir panjang lagi, Bandung
Bondowoso langsung memanggil dan melamar Roro Jonggrang.

Wahai Roro Jonggrang, bersediakah seandainya dikau menjadi permaisuriku?, Tanya Bandung
Bondowoso pada Roro Jonggrang.

Mendengar pertanyaan dari Bandung Bondowoso tersebut, Roro Jonggrang hanya terdiam dan
kelihatan bingung. Sebenarnya dia sangat membenci Bandung Bondowoso, karena telah membunuh
ayahnya yang sangat dicintainya. Tetapi di sisi lain, Roro Jonggrang merasa takut menolak lamaran
Bandung Bondowoso. Akhirnya setelah berfikir sejenak, Roro Jonggrang pun menemukan satu cara
supaya Bandung Bondowoso tidak jadi menikahinya.

Baiklah,aku menerima lamaranmu. Tetapi setelah kamu memenuhi satu syarat dariku,jawab Roro
Jonggrang.

Apakah syaratmu itu Roro Jonggrang?, Tanya Bandung Bandawasa.

Buatkan aku seribu candi dan dua buah sumur dalam waktu satu malam, Jawab Roro Jonggrang.

Mendengar syarat yang diajukan Roro Jonggrang tersebut, Bandung Bondowoso pun langsung
menyetujuinya. Dia merasa bahwa itu adalah syarat yang sangat mudah baginya, karena Bandung
Bondowoso mempunyai balatentara Jin yang sangat banyak.

Pada malam harinya, Bandung Bandawasa mulai mengumpulkan balatentaranya. Dalam waktu
sekejap, balatentara yang berupa Jin tersebut datang. Setelah mendengar perintah dari Bandung
Bondowoso, para balatentara itu langsung membangun candi dan sumur dengan sangat cepat.

Roro Jonggrang yang menyaksikan pembangunan candi mulai gelisah dan ketakutan, karena dalam
dua per tiga malam, tinggal tiga buah candi dan sebuah sumur saja yang belum mereka selesaikan.

Roro Jonggrang kemudian berpikir keras, mencari cara supaya Bandung Bondowoso tidak dapat
memenuhi persyaratannya.

Setelah berpikir keras, Roro Jonggrang akhirnya menemukan jalan keluar. Dia akan membuat
suasana menjadi seperti pagi,sehingga para Jin tersebut menghentikan pembuatan candi.
Roro Jonggrang segera memanggil semua dayang-dayang yang ada di istana. Dayang-dayang
tersebut diberi tugas Roro Jonggrang untuk membakar jerami, membunyikan lesung, serta
menaburkan bunga yang berbau semerbak mewangi.

Mendengar perintah dari Roro Jonggrang, dayang-dayang segera membakar jerami. Tak lama
kemudian langit tampak kemerah merahan, dan lesung pun mulai dibunyikan. Bau harum bunga yang
disebar mulai tercium, dan ayam pun mulai berkokok.

Melihat langit memerah, bunyi lesung, dan bau harumnya bunga tersebut, maka balatentara Bandung
Bondowoso mulai pergi meninggalkan pekerjaannya. Mereka pikir hari sudah mulai pagi, dan mereka
pun harus pergi.

Melihat Balatentaranya pergi, Bandung Bondowoso berteriak: Hai balatentaraku, hari belum pagi.
Kembalilah untuk menyelesaikan pembangunan candi ini !!!

Para Jin tersebut tetap pergi, dan tidak menghiraukan teriakan Bandung Bondowoso. Bandung
Bondowoso pun merasa sangat kesal, dan akhirnya menyelesaikan pembangunan candi yang
tersisa. Namun sungguh sial, belum selesai pembangunan candi tersebut, pagi sudah datang.
Bandung Bondowoso pun gagal memenuhi syarat dari Roro Jonggrang.

Mengetahui kegagalan Bandung Bondowoso, Roro Jonggrang lalu menghampiri Bandung


Bondowoso. Kamu gagal memenuhi syarat dariku, Bandung Bondowoso, kata Roro Jonggrang.

Mendengar kata Roro Jonggrang tersebut, Bandung Bondowoso sangat marah. Dengan nada sangat
keras, Bandung Bondowoso berkata: Kau curang Roro Jonggrang. Sebenarnya engkaulah yang
menggagalkan pembangunan seribu candi ini. Oleh karena itu, Engkau aku kutuk menjadi arca yang
ada di dalam candi yang keseribu !

Berkat kesaktian Bandung Bondowoso, Roro Jonggrang berubah menjadi arca/patung. Wujud arca
tersebut hingga kini dapat disaksikan di dalam kompleks candi Prambanan, dan nama candi tersebut
dikenal dengan nama candi Roro Jonggrang. Sementara candi-candi yang berada di sekitarnya
disebut dengan Candi Sewu atau Candi Seribu.
MITE : Batu Menangis
Disebuah bukit yang jauh dari desa, didaerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan
seorang anak gadisnya.
Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai prilaku yang amat buruk.
Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah.
Kerjanya hanya bersolek setiap hari.
Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap
kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya
yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi.

Pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu
amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu berjalan
melenggang dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar orang dijalan yang
melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan dibelakang sambil
membawa keranjang dengan pakaian sangat dekil. Karena mereka hidup ditempat terpencil, tak
seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak.
Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu
terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para pemuda desa yang tak puas-puasnya
memandang wajah gadis itu. Namun ketika melihat orang yang berjalan dibelakang gadis itu,
sungguh kontras keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya.
Di antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu,
Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan dibelakang itu ibumu?
Namun, apa jawaban anak gadis itu ?
Bukan, katanya dengan angkuh. Ia adalah pembantuku !
Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekati lagi
seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu.
Hai, manis. Apakah yang berjalan dibelakangmu itu ibumu?
Bukan, bukan, jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. Ia adalah budakk!
Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang disepanjang jalan yang menanyakan perihal
ibunya, selalu jawabannya itu. Ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya.
Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka jika ditanya orang, si ibu masih dapat
menahan diri. Namun setelah berulang kali didengarnya jawabannya sama dan yang amat
menyakitkan hati, akhirnya si ibu yang malang itu tak dapat menahan diri. Si ibu berdoa.
Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya
memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya, tuhan hukumlah anak durhaka ini ! Hukumlah
dia.
Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi
batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak
gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya.
Oh, Ibu..ibu..ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. IbuIbuampunilah
anakmu.. Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi,
semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun
menjadi batu, namun orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata,
seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan
ibunya itu disebut Batu Menangis .

Demikianlah cerita berbentuk legenda ini, yang oleh masyarakat setempat dipercaya bahwa kisah
itu benar-benar pernah terjadi. Barang siapa yang mendurhakai ibu kandung yang telah
melahirkan dan membesarkannya, pasti perbuatan laknatnya itu akan mendapat hukuman dari
Tuhan Yang Maha Kuasa

Versi lain

Kelahiran Putri dan Wulan yang berbeda setengah jam telah memiliki pertanda dari alam. Putri
lahir ditengah cuaca yang mendadak berubah begitu buruk, sementara adiknya muncul saat cuaca
membaik.

Setelah keduanya mulai tumbuh, barulah kelihatan perbedaan yang mencolok. Wulan berakhlak
lembut, penyabar, dan pengasih sementara si sulung Putri berwatak buruk nan mencemaskan.

Kuatir dengan keadaan tersebut, Awang dan Sari memasukkan Putri ke sebuah pesantren dengan
harapan anaknya bisa berubah. Sayang, perilaku Putri justru malah semakin menjadi tanpa bisa
dikendalikan pemilik dan pengasuh pesantren.

Puncaknya terjadi saat Awang mengunjungi putri suluangnya, keteledoran Putri membuat gudang
dimana ia biasa bermalas-malasan terbakar. Putri sendiri selamat, namun sang ayah yang
berjibaku menyelamatkan buah hatinya harus mengalami cacat fisik permanen.
Takut bakal dihukum akibat perbuatannya, Putri melarikan diri dari pesantren dan jatuh ke
perangkat Julig, seorang dukun yang ingin mencari tumbal kepala seorang bocah.

Rupanya, tumbal tersebut bakal digunakan untuk pembangunan sebuah resort di pinggir pantai
yang dikelola Darwin seorang konglomerat. Beruntung, muncul pasangan jin penghuni hutan tepi
pantai Ranggada dan Sugari yang menyelamatkan Putri sekaligus membunuh Julig dan Darwin.

Saat Awang dan Sari dibuat bingung mencari keberadaannya hingga menghabiskan banyak biaya,
Putri malah hidup bersenang-senang di istana jin Ranggada dan Sugari dengan pekerjaan sebagai
pendamping anak tunggal mereka Elok.

Sayangnya biarpun sudah dimanjakan oleh kedua orangtua angkatnya, kelakuan buruk Putri yang
telah mendarah-daging tidak bisa hilang. Akhirnya suami-istri jin Ranggada dan Sugari sudah
tidak tahan lagi, mereka mengusir Putri keluar dari istana jin.

Setelah sempat terlunta-lunta dan nyaris diperkosa pemuda berandal, Putri dipertemukan juga
dengan Awang dan Sari serta adiknya Wulan. Pertemuan tersebut berlangsung mengharukan
karena mereka telah berpisah selama lebih dari 10 tahun.

Lagi-lagi suasana tentram hanya berlangsung sesaat, Putri kembali berfoya-foya karena sudah
terbiasa bergelimang kemewahan tanpa perduli dengan orangtuanya yang sudah terancam
bangkrut.

Sikapnya terhadap keluarga juga sangat buruk. Selain memperlakukan Wulan dan sang ibu seperti
pembantu, Putri juga melecehkan sang ayah yang cacat. Bahkan, Awang yang berusaha membela
Wulan malah dicelakai Putri, yang tidak menunjukkan penyesalan sedikit pun, hingga menemui
ajalnya.

Di tengah kekacauan hidup dan ekonomi keluarga yang semakin morat-marit, apa yang harusnya
terjadi tidak bisa dihindari lagi. Sang ibu akhirnya kehilangan kesabaran melihat kelakuan Putri.
Yang lebih fatal, kemarahan kali ini jauh lebih parah daripada suami-istri jin Ranggada dan Sugari.

Tanpa sadar sang ibu mengucapkan sumpah atau kutuk. Akibatnya, Putri langsung menjadi
sebuah patung batu yang terus mengucurkan air bening dari sepasang mata batunya. Konon, air
itu adalah air mata dari penyesalan Putri yang sayangnya datang terlambat
MITE : NYI RORO KIDUL
Suatu ketika pada masa Prabu Siliwangi memerintah di Kerajaan Pajajaran, ia memiliki
seorang permaisuri cantik dan sejumlah 7 selir. Suatu ketika sang permaisuri melahirkan anak
perempuan cantik pula, bahkan melebihi kecantikan ibundanya. Ia dinamai Putri Lara Kadita
yang berarti Putri Nan Cantik Jelita.

Kebaikan hati dan kecantikan Putri Kadita menimbulkan rasa iri para selir yang takut tersisih dari hadapan
Prabu Siliwangi.

Mereka bersekongkol menghancurkan kehidupan Putri Lara Kadita dan ibunya. Keduanya diguna-guna hingga
menderita sakit kulit yang parah di sekujur tubuhnya. Di bawah pengaruh guna-guna para selir, Prabu Siliwangi
pun mengusir keduanya dari keraton karena dikhawatirkan mereka akan mendatangkan malapetaka bagi
kerajaan.

Dalam kondisi ini, Putri Lara Kadita dan ibunya pergi tanpa tujuan. Diceritakan, sang permaisuri tewas dalam
pengembaraan, sedangkan Putri Lara Kadita terus berjalan menuju selatan sampai akhirnya tiba di sebuah bukit
terjal di Pantai Karanghawu. Karena amat kelelahan, Putri Lara Kadita istirahat kemudian tertidur pulas.

Dalam tidur ia bermimpi bertemu dengan "orang suci" yang memberi nasihat agar sang putri menyucikan diri
dengan terjun ke laut untuk mendapatkan kesembuhan, mengembalikan kecantikannya, sekaligus memperoleh
kekuatan gaib untuk membalas penderitaanyang dia alami.

Ketika terbangun, tanpa ragu Putri Lara Kadita melompat dari tebing curam ke tengah gulungan ombak, dan
tenggelam ke dasar Laut Selatan. Mimpinya pun menjadi kenyataan. Selain sembuh dan kembali cantik, ia juga
beroleh kekuatan gaib serta keabadian. Namun, sang putri harus tetap tinggal di Laut Selatan.

Sejak itu ia disebut sebagai Nyi Loro Kidul (yang artinya loro = derita, kidul = selatan), atau sang Ratu Penguasa
Laut Selatan.
SAGE : Si Pitung, Bang Puase, dan Nyai Dasima
Pitung dikenal sebagai jagoan Rawa Belong di Kelurahan Sukabumi Ilir, Jakarta Barat, yang sejak masa VOC
dikenal sebagai pusat budi daya tanaman hias. Sampai tahun 1970, Rawa Belong merupakan kawasan hijau
royo-royo dengan hawanya yang sejuk. Di setiap pekarangan rumah terlihat berbagai jenis tanaman bunga
hingga mendapat predikat Pasar Induk Tanaman Hias.

Di kawasan Rawa Belong inilah, jelang akhir abad ke-19, lahir Pitung, anak seorang petani pasangan Piun dan
Pinah. Bukan hanya Pitung, tapi penduduk Sukabumi Ilir sangat membenci Belanda, karena sebagai tuan tanah
mereka memeras rakyat.

Dengan bekal maen pukulan dan hasrat ingin menolong penduduk, Pitung dan kawan-kawan menyatakan
perang terhadap kompeni, dendam yang telah ia wariskan sejak kecil. Sebagai setia kawan terhadap rakyat kecil
dia pun merampok Belanda dan para tuan tanah jahat yang memeras rakyat. Hasil rampokan diberikan kepada
rakyat kecil.

Salah satu tempat yang diabadikan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta adalah "Rumah si Pitung", di
Marunda, Jakarta Utara. Ada dua versi tentang keberadaan rumah dari kayu ini. Versi pertama merupakan
kediaman Pak Syaifudin, salah satu tempat si Pitung pernah melakukan perampokan. Versi lainnya justru
pemiliknya menyembunyikan si Pitung dari kejaran VOC.

Yang jelas, rumah si Pitung di Marunda itu banyak didatangi masyarakat. Letaknya berdekatan dengan sebuah
masjid di tepi pantai Cilincing.

Banyak yang percaya dia orang yang tidak mempan ditembak dan bisa menghilang. Dia meninggal setelah
ditembak dengan peluru emas oleh Scout Heyne dalam suatu operasi oleh VOC.

Dikabarkan, meski banyak melakukan perampokan, ketika meninggal dunia dia tidak memiliki banyak uang.
Karena sebagian besar untuk menolong rakyat, hingga dia diberi gelar 'Robin Hood Dari Betawi'. Bagi
masyarakat Betawi, Pitung adalah tokoh yang mereka banggakan karena berhasil mengusik kekuasaan Belanda.

Setelah Pitung, terkenal seorang jago lain yang hidup di abad sama: Bang Puase. Berlainan dengan Pitung, Bang
Puase digambarkan sebagai jago yang namanya tidak baik, karena dia adalah orang yang membunuh Nyai
Dasima. Nyai ini adalah isteri peliharaan tanpa nikah tuan Edward W, seorang berkebangsaan Inggris.

Dasima yang berasal dari Desa Ciseeng, Parung, Bogor, akhirnya setelah sadar, menikah dengan Samiun,
tukang sado dari Kwitang, Jakarta Pusat. Dia dibunuh Bang Puase atas perintah isteri pertama Samiun, Hayati,
karena cemburu dan tidak mau dimadu.

Tempat dia tewas terbunuh kira-kira di samping toko buku Gunung Agung sekarang ini. Waktu itu Nyai Dasima
bersama Samiun ingin ke Gang Ketapang naik sado untuk menonton tukang cerita dengan lakon "Amir
Hamzah". Mayatnya diceburkan ke sungai dan ditemukan oleh putrinya, Nancy, di Pejambon, Jakarta Pusat.
Kala itu letaknya kira-kira di belakang Gedung Perhubungan Laut, Medan Merdeka Timur.

Nyai Dasima versi Kolonial karangan G Perancis, seorang redaktur koran berbahasa Belanda, menggambarkan
bahwa selain Tuan Willem, semuanya jahat. Bahkan direkonstruksi demikian rupa sehingga mencuat citra orang
Betawi memiliki sifat-sifat jahat, tukang hasut, haus harta, dan irasional. Semua sifat-sifat buruk itu berasal dari
agama mereka: Islam.

Karangan itu memperlihatkan nada anti-Islam yang pada hakikatnya antipribumi. Nyai Dasima versi kolonial
menjadi istri Samiun karena diguna-guna melalui seorang ulama, Wak Lihun.

Di kampung Kwitang, tempat tinggal saya ketika kecil, pernah bertemu dengan Pak Machbub, yang menurut
beberapa warga setempat merupakan cicit dari Bang Puase. Wajahnya terlihat jernih tanpa kumis, tidak seperti
wajah leluhurnya yang digambarkan galak. Dia mempunyai putra bernama Salam yang ketika saya temui tahun
1960-an, dia kala itu bekerja di bagian sipil Kodam V/Jaya di Lapangan Banteng.
SAGE : Mei Shin
Kegagalan Hubungannya dg Nari Ratih akhirnya membuat Kamandanu lebih tekun dalam
mempelajari ilmu kanuragan. setalah menguasai Jurus2 Nagapuspa dan ilmu Saipi Angin,
akhirnya Kamandanu lebih suka berpetualang, hingga akhirnya betemu dg pasangan pendekar
pelarian dari China. Mei Shin dan suaminya Lo Shi Shan.
meraka menjadi buron pendekar jahat Pimpinan Mpu Tong Bajil karena memiliki pedang yg
sangat sakti, Pedang Naga Puspa.
Lo Shi Shan terkena Ajian Segoro Geni milik Mpu Tong Bajil, setelah kejadian pertarungan
beberapa hari lamanya Pendekar Lo Shi Shan hidup dalam kesakitan hingga akhirnya meninggal
di dunia disebuah hutan dalam Candi tua, sebelum meninggal dunia yang kala itu sempat di
tolong oleh Arya Kamandanu, Lo Shi Shan menitipkan Mei Shin kepada Arya Kamanadu
Mei Shin yang sebatang kara kemudian ditolong Arya Kamandanu. Kebersamaan di antara
mereka akhirnya menumbuhkan perasaan saling jatuh cinta. Namun lagi-lagi Arya Dwipangga
merusak hubungan mereka, dengan cara licik Arya Dwipangga dapat menodai perempuan asal
daratan Mongolia itu sampai akhirnya mengandung bayi perempuan yang nantinya diberi nama
Ayu Wandira. Namun demikian, meski hatinya hancur, Kamandanu tetap berjiwa besar dan
bersedia mengambil perempuan dari Mongolia itu sebagai istrinya.
Akibat ulah dwipangga, kehidupan rumah tangganya sendiri menjadi tidak harmonis dengan Nari
Ratih. sering terjadi pertengkaran yang berujung penyikasaan kepada Nari Ratih. Hingga Nari
Ratih pun meninggal.
Arya Dwipangga yang menaruh dendam akhirnya mengkhianati keluarganya sendiri dengan
melaporkan ayahnya selaku pengikut Kertanagara kepada pihak Kadiri dengan tuduhan telah
melindungi Mei Shin yang waktu itu menjadi buronan. Mpu Hanggareksa pun tewas oleh
serangan para prajurit Kadiri di bawah pimpinan Mpu Tong Bajil. Sebaliknya, Dwipangga si anak
durhaka jatuh ke dalam jurang setelah dihajar Kamandanu. Kemudian Kamandanu kembali
berpetualang untuk mencari Mei Shin yang lolos dari maut sambil mengasuh keponakannya,
bernama Panji Ketawang, putra antara Arya Dwipangga dengan Nari Ratih
SAGE : Sakawuni.
Dalam petualanggan mencari Mei Shin, Kamandanu bertemu dengan seorang pendekar wanita
bernama Sakawuni. dan akhirnya membawa dirinya menjadi pengikut Raden Wijaya (Nararya
Sanggrama Wijaya), menantu Kertanagara. Tokoh sejarah ini telah mendapat pengampunan dari
Jayakatwang dan diizinkan membangun sebuah desa terpencil di hutan Tarik bernama
Majapahit.
Kamandanu akhirnya bertemu dg Mei Shin, ternyata saat penyerangan pasukan kediri yg
menewaskan Hanggareksa saat itu, ia ditolong oleh pasangan pendekar yang kocak bernama
Nini Raga Runting dan Kaki Tanpa Roang, dalam bebarapa lama, Kamandanu hidup bahagia
bersama Mei Shin. Namun Tugasnya sebagai pengikut R. Wijaya, membuatnya ia haru kembali
berjuang ke medan pertempuran bersama Sakawuni dan meninggalkan Mei Shin di lereng
gunung Arjuno.
Nasib Mei Shin sendiri kurang bagus. Setelah melahirkan putri akibat perbuatan Arya Dwipangga
yang diberi nama Ayu Wandira, ia kembali diserang kelompok Mpu Tong Bajil. Beruntung ia tidak
kehilangan nyawa dan mendapatkan pertolongan seorang tabib Cina bernama Wong Yin.
Bersama Sakawuni, tak henti-hentinya kamandanu selalu mencari Mei Shin tapi tak pernah
membawa hasil. Setelah Majapahit berdiri, R. Wijaya yang saat itu sudah menjadi Raja pertama
Majapahit memberikan nasehat dan mengusulkan agar Kamandanu menikahi Sakawuni. Tetapi
Kamandanu sekali lagi memutuskan utk mencari Mei Shin. Bersama Sakawuni, kamandanu
sempat bertemu Mei Shin, Tetapi Mei Shin yang kala itu sudah menjadi tabib tidak mengakui jati
dirinya karena melihat keakraban lelaki yang dicintainya ini bersama Sakawuni.
Kamandanu yang putus asa akhirnya memutuskan menikahi Sakawuni.
Kemudian lahirlah anak yang bernama Jambu Nada, tapi sayang, saat melahirkan putranya yang
bernama Jambu Nada, Sakawuni mengalami pendarahan hebat . Mei Shin yang kala itu juga
gagal mengobati sakitnya Prabu Kertarajasa Jaya Wardana (R. Wijaya) tak dapat
menyelamatkan Sakawuni.
Sepeninggal Sakawuni dan mangkatnya Prabu kertarajasa Jaya Wardana, akhirnya Arya
Kamandanu mengundurkan diri dari Kerajaan Majapahit dengan membawa putranya yang
bernama Jambu Nada, dalam perjalanan menuju lereng Gunung Arjuna inilah Arya Kamandanu
bertemu dengan Gajah Mada yang waktu itu menyelamatkan putranya ketika masih berumur 40
hari yang terjatuh ke jurang karena lepas dari gendongannya akibat terguncang-guncang diatas
kuda.
LEGENDA : DANAU TOBA
Di wilayah Sumatera hiduplah seorang petani yang sangat rajin bekerja. Ia hidup sendiri sebatang
kara. Setiap hari ia bekerja menggarap lading dan mencari ikan dengan tidak mengenal lelah. Hal
ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Pada suatu hari petani tersebut pergi ke sungai di dekat tempat tinggalnya, ia bermaksud mencari
ikan untuk lauknya hari ini. Dengan hanya berbekal sebuah kail, umpan dan tempat ikan, ia pun
langsung menuju ke sungai. Setelah sesampainya di sungai, petani tersebut langsung melemparkan
kailnya. Sambil menunggu kailnya dimakan ikan, petani tersebut berdoa,Ya Alloh, semoga aku
dapat ikan banyak hari ini. Beberapa saat setelah berdoa, kail yang dilemparkannya tadi nampak
bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani tersebut sangat senang sekali, karena ikan
yang didapatkannya sangat besar dan cantik sekali.

Setelah beberapa saat memandangi ikan hasil tangkapannya, petani itu sangat terkejut. Ternyata
ikan yang ditangkapnya itu bisa berbicara. Tolong aku jangan dimakan Pak!! Biarkan aku hidup,
teriak ikan itu. Tanpa banyak Tanya, ikan tangkapannya itu langsung dikembalikan ke dalam air
lagi. Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut, karena tiba-tiba
ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik.

Jangan takut Pak, aku tidak akan menyakiti kamu, kata si ikan. Siapakah kamu ini? Bukankah
kamu seekor ikan?, Tanya petani itu. Aku adalah seorang putri yang dikutuk, karena melanggar
aturan kerajaan, jawab wanita itu. Terimakasih engkau sudah membebaskan aku dari kutukan
itu, dan sebagai imbalannya aku bersedia kau jadikan istri, kata wanita itu. Petani itupun setuju.
Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka
tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka
akan terjadi petaka dahsyat.

Setelah beberapa lama mereka menikah, akhirnya kebahagiaan Petani dan istrinya bertambah,
karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Anak mereka tumbuh menjadi anak yang
sangat tampan dan kuat, tetapi ada kebiasaan yang membuat heran semua orang. Anak tersebut
selalu merasa lapar, dan tidak pernah merasa kenyang. Semua jatah makanan dilahapnya tanpa
sisa.

Hingga suatu hari anak petani tersebut mendapat tugas dari ibunya untuk mengantarkan makanan
dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi tugasnya tidak dipenuhinya. Semua
makanan yang seharusnya untuk ayahnya dilahap habis, dan setelah itu dia tertidur di sebuah
gubug. Pak tani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Karena tidak
tahan menahan lapar, maka ia langsung pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, pak tani
melihat anaknya sedang tidur di gubug. Petani tersebut langsung membangunkannya. Hey,
bangun!, teriak petani itu.

Setelah anaknya terbangun, petani itu langsung menanyakan makanannya. Mana makanan buat
ayah?, Tanya petani. Sudah habis kumakan, jawab si anak. Dengan nada tinggi petani itu
langsung memarahi anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri! Dasar anak ikan!," umpat si
Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan dari istrinya.

Setelah petani mengucapkan kata-kata tersebut, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap
tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras.
Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk
sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba.

Cerita Rakyat Timun Mas - Setelah Kemaren saya telah Posting Cerita Rakyat Cindelaras dan Cerita
Rakyat Malin Kundang, Kali ini Saya akan Share Cerita Rakyat Timun Mas. Cerita di Indonesia
memang sangat banyak bahkan setiap Daerah mempunyai Cerita Rakyat Sendiri Seperti di Jawa
Tengah ini terkenal dengan Cerita Rakyat Timun Mas ini, Okelah langsung untuk membacanya aja
atau Copas untuk oleh-oleh baca dirumah.
LEGENDA : SANGKURIANG
Pada jaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi. Ia
mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu
di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing kesayangannya yang
bernama Tumang. Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan juga bapak kandung Sangkuriang,
tetapi Sangkuriang tidak tahu hal itu dan ibunya memang sengaja merahasiakannya.

Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Setelah sesampainya di
hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan. Dia melihat ada seekor burung yang sedang bertengger
di dahan, lalu tanpa berpikir panjang Sangkuriang langsung menembaknya, dan tepat mengenai
sasaran. Sangkuriang lalu memerintah Tumang untuk mengejar buruannya tadi, tetapi si Tumang
diam saja dan tidak mau mengikuti perintah Sangkuriang. Karena sangat jengkel pada Tumang,
maka Sangkuriang lalu mengusir Tumang dan tidak diijinkan pulang ke rumah bersamanya lagi.

Sesampainya di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Begitu


mendengar cerita dari anaknya, Dayang Sumbi sangat marah. Diambilnya sendok nasi, dan
dipukulkan ke kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya, maka
Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan rumahnya.

Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya. Ia berdoa setiap hari, dan
meminta agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali. Karena kesungguhan dari doa
Dayang Sumbi tersebut, maka Dewa memberinya sebuah hadiah berupa kecantikan abadi dan usia
muda selamanya.

Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara, akhirnya ia berniat untuk pulang ke


kampung halamannya. Sesampainya di sana, dia sangat terkejut sekali, karena kampung
halamannya sudah berubah total. Rasa senang Sangkuriang tersebut bertambah ketika saat di
tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah
Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang langsung
melamarnya. Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan sepakat akan menikah
di waktu dekat. Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon istrinya untuk berburu di hatan.
Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat
kapalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat dia merapikan ikat kepala
Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka. Bekas luka tersebut mirip dengan bekas luka anaknya.
Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi bertambah
tekejut, karena ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut adalah anaknya sendiri.

Dayang Sumbi sangat bingung sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan anaknya sendiri.
Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara kepada Sangkuriang, supaya
Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan mereka. Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak
disetujui Sangkuriang, dan hanya dianggap angin lalu saja.

Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara agar pernikahan mereka tidak pernah terjadi.
Setelah berpikir keras, akhirnya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik. Dia mengajukan dua buah
syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi kedua syarat tersebut, maka
Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jika gagal maka pernikahan itu akan
dibatalkan. Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin supaya sungai Citarum dibendung. Dan yang
kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk membuat sampan yang sangat besar untuk menyeberang
sungai. Kedua syarat itu harus diselesai sebelum fajar menyingsing.

Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan
menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Dengan kesaktian yang dimilikinya, Sangkuriang lalu
mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk membantu menyelesaikan tugasnya tersebut.
Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, karena
Sangkuriang hampir menyelesaiklan semua syarat yang diberikan Dayang Sumbi sebelum fajar.

Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera berwarna
merah di sebelah timur kota. Ketika melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira
kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang langsung menghentikan pekerjaannya dan merasa
tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi.

Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya
sendiri. Karena jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air.
Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh
tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu.
LEGENDA : CANDI PRAMBANAN

Di dekat kota Yogyakarta terdapat candi Hindu yang paling indah di Indonesia. Candi ini
dibangun dalam abad kesembilan Masehi. Karena terletak di desa Prambanan, maka
candi ini disebut candi Prambanan tetapi juga terkenal sebagai candi Lara Jonggrang,
sebuah nama yang diambil dari legenda Lara Jonggrang dan Bandung Bondowoso.
Beginilah ceritanya.

Konon tersebutlah seorang raja yang bernama Prabu Baka. Beliau bertahta di
Prambanan. Raja ini seorang raksasa yang menakutkan dan besar kekuasaannya.
Meskipun demikian, kalau sudah takdir, akhirnya dia kalah juga dengan Raja Pengging.
Prabu Baka meninggal di medan perang. Kemenangan Raja Pengging itu disebabkan
karena bantuan orang kuat yang bernama Bondowoso yang juga terkenal sebagai
Bandung Bondowoso karena dia mempunyai senjata sakti yang bernama Bandung.

Dengan persetujuan Raja Pengging, Bandung Bondowoso menempati Istana Prambanan.


Di sini dia terpesona oleh kecantikan Lara Jonggrang, putri bekas lawannya -- ya,
bahkan putri raja yang dibunuhnya. Bagaimanapun juga, dia akan memperistrinya.

Lara Jonggrang takut menolak pinangan itu. Namun demikian, dia tidak akan
menerimanya begitu saja. Dia mau kawin dengan Bandung Bondowoso asalkan syarat-
syaratnya dipenuhi. Syaratnya ialah supaya dia dibuatkan seribu candi dan dua sumur
yang dalam. Semuanya harus selesai dalam waktu semalam. Bandung Bondowoso
menyanggupinya, meskipun agak keberatan. Dia minta bantuan ayahnya sendiri, orang
sakti yang mempunyai balatentara roh-roh halus.

Pada hari yang ditentukan, Bandung Bondowoso beserta pengikutnya dan roh-roh halus
mulai membangun candi yang besar jumlahnya itu. Sangatlah mengherankan cara dan
kecepatan mereka bekerja. Sesudah jam empat pagi hanya tinggal lima buah candi yang
harus disiapkan. Di samping itu sumurnya pun sudah hampir selesai.

Seluruh penghuni Istana Prambanan menjadi kebingungan karena mereka yakin bahwa
semua syarat Lara Jonggrang akan terpenuhi. Apa yang harus diperbuat? Segera gadis-
gadis dibangunkan dan disuruh menumbuk padi di lesung serta menaburkan bunga yang
harum baunya. Mendengar bunyi lesung dan mencium bau bunga-bungaan yang harum,
roh-roh halus menghentikan pekerjaan mereka karena mereka kira hari sudah siang.
Pembuatan candi kurang sebuah, tetapi apa hendak dikata, roh halus berhenti
mengerjakan tugasnya dan tanpa bantuan mereka tidak mungkin Bandung Bondowoso
menyelesaikannya.

Keesokan harinya waktu Bandung Bondowoso mengetahui bahwa usahanya gagal,


bukan main marahnya. Dia mengutuk para gadis di sekitar Prambanan -- tidak akan ada
orang yang mau memperistri mereka sampai mereka menjadi perawan tua. Sedangkan
Lara Jonggrang sendiri dikutuk menjadi arca. Arca tersebut terdapat dalam ruang candi
yang besar yang sampai sekarang dinamai candi Lara Jonggrang. Candi-candi yang ada
di dekatnya disebut Candi Sewu yang artinya seribu.
FAHRI HAIKAL
TUGAS INDONESIA
KELAS VII
SMP IT BAITUSSHOFA
SALSA FAUZIAH
KELAS VII
TUGAS BAHASA INDONESIA
SMP IT BAITUSSHOFA
FINA OKTAVIANI
KELAS VII
TUGAS BAHASA INDONESIA
SMP IT BAITUSSHOFA

Anda mungkin juga menyukai