Anda di halaman 1dari 24

Ilman Damar Adhim

Kelas 6-B/ 28
SDN Burengan 2 Kediri

Hewan dan Tumbuhan Langka di Indonesia dan di Dunia


Indonesia kaya akan beraneka ragam flora dan fauna. Ada jenis tumbuhan langka yang
masuk dalam kelompok tumbuhan yang sudah langka yang juga hidup di nusantara. Apa saja, ya?
Ayo kita mengenal mereka satu per satu.

Tumbuhan Langka di Indonesia

Tumbuhan langka adalah tumbuhan yang persebarannya mulai berkurang dan semakin
menghilang di dunia. Tumbuhan jenis ini biasanya memiliki karakteristik yang sulit
dikembangbiakan dan media pertumbuhan yang sangat spesifik. Tumbuhan langka di Indonesia
sangat banyak sekali, tercatat ada lebih dari 30 tanaman langka yang ada di seluruh wilayah di
Indonesia. Berikut daftar tanaman langka di Indonesia.

1. Bantal sulam

Bantal sulam merupakan sejenis pohon yang tingginya bisa sampai 45 meter dengan diameter
batang sekitar 45 cm. Banyak dijumpai di daerah berketinggian 1000 meter di atas permukaan air
laut atau kawasan rawa gambut. Persebaran tanaman ini antara lain ke daerah Sumatera,
Kalimantan Timur, dan Malaysia. Pohon yang memiliki nama latin palaquium walsurifolium ini
dikenal pula dengan nyatoh, nyato, beitis, dan margetahan.

2. Bayur
Bayur yang biasa dipakai sebagai bahan pembuatan bangunan dan furniture ini dapat tumbuh
hingga 59 meter. Diameter pohon kurang lebih 54 cm. Pohon bayur dapat kita temukan juga di
kawasan batu gamping, kawasan 600 meter di atas permukaan air laut atau daerah pegunungan.
Persebaran tanaman ini diantaranya ke daerah Kalimantan Timur, Serawak, Sabah, dan India.
Nama latin dari bayur adalah pterosperium javanicum jungh.

3. Damar

Tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi ini asalnya dari Indonesia timur yaitu tanah
Papua. Termasuk jenis tanaman langka dengan tinggi mencapai 60 meter dan diameter hingga 2
meter. Damar sebenarnya memiliki persebaran di daerah papua dan nusa tenggara yang memiliki
banyak jenis. Jenis jenis pohon damar sendiri sangat beragam sesuai dengan daerahnya dan
memiliki karakteristik yang sangat berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

4. Raflesia arnoldi

Raflesia arnoldi terkenal memiliki bau yang busuk sehingga dinamakan juga dengan bunga
bangkai. Ciri ciri bunga raflesia arnoldi yang paling mencolok adalah baunya. Fungsi bau busuk
itu untuk menarik lalat mendekat sehingga dapat membantu proses penyerbukan. Bunga raflesia
dapat dilihat di Taman Nasional Bengkulu. Diameternya sekitar 1 meter. Bunga ini masuk dalam
golongan parasit. Ia memerlukan inang untuk hidup dan berkembang. Jumlah bunga raflesia
sekarang sudah menurun tajam. Hal ini akibat ulah manusia yang membuka lahan hutan sebagai
daerah bermukim, pertanian, atau perkebunan.
5. Kantong semar

Kantong semar merupakan jenis tanaman karnivora. Kantong pemangsa akan tertutup saat
daunnya masih muda dan tatkala tengah ada mangsa dalam kantongnya dan membuka sewaktu
kantong semar telah dewasa atau usai menyerap nutrisi mangsa. Tujuan menutupnya kantong
semar adalah untuk menghindari hewan lain memakan serangga yang sudah ia tangkap dan
membuat proses pencernaan berjalan dengan baik dan lancar. Kantong semar juga dipercaya
memiliki manfaat bagi kesehatan yang dapat menjaga tubuh agar tetap bugar serta untuk diabetes

6. Edelweis

Bunga edelweis (senduro) atau dikenal dengan bunga abadi ini memang tidak mudah layu saat
dipetik. Ia bisa tahan lama. Bunganya berwarna putih kuning atau putih cokelat. Tanaman ini dapat
tumbuh mencapai 8 meter dengan batang bisa sampai ukuran kaki manusia. Tanaman ini dapat
ditemukan di pegunungan wilayah Jawa, Lombok, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan.

7. Bunga bangkai raksasa

Mirip dengan raflesia arnoldi, memiliki bau yang juga busuk seperti bangkai untuk mengundang
datangnya lalat dan kumbang guna membantu proses penyerbukan. Tumbuhan dengan bunga
terbesar di dunia dan berasal dari suku talas-talasan. Banyak dijumpai di wilayah Sumatera. Nama
lain dari bunga bangkai raksasa adalah batang krebuit, suweg raksasa, dengan nama latin
amorphophallus titanium becc.
8. Tengkawang

Tengkawang merupakan sejenis pohon yang buahnya sebagai penghasil minyak nabati. Memiliki
belasan jenis dan 13 spesies tanaman tengkawang termasuk yang dilindungi. Tengkawang berasal
dari genus shorea dan menjadi maskot daerah Kalimantan Barat. Pohon tengkawang dapat
dijumpai di kawasan Sumatera dan Kalimantan. Dalam bahasa Inggris, tengkawang disebut
dengan Borneo tallow nut atau illepe nut.

9. Jelutung

Jelutung atau jelutong mempunyai nama latin dyera costulata. Pohon jelutong dapat ditemui di
daerah Kalimantan, Sumatera, Thailand Selatan, Malaysia. Dapat tumbuh sampai dengan 60 meter
dan diameter batang sepanjang 2 meter. Pohon ini dikenal juga dengan sebutan bulian. Habitatnya
adalah hutan-hutan dengan karakteristik tanah yang barpasir dan bukit-bukit yang mempunyai
tinggi kira-kira 400 meter. Kayunya banyak digunakan sebagai bahan untuk membuat
perlengkapan rumah dan perabot, sementara untuk getahnya sendiri biasa dipakai dalam
pembuatan permen karet. Nama latin dari jelutung ialah eusderoxylon zwageri.

10. Cendana

Pohon cendana atau cendana wangi adalah penghasil minyak dan kayu. Manfaat kayu cendana
adalah sebagai aromaterapi, bahan pembuatan dupa, campuran parfum, dan rempah-rempah.
Tanaman cendana berawal dari tanaman parasit. Ia tidak dapat tubuh sendiri karena akarnya tak
mampu menopang pertumbuhan tanaman. Kayu cendana sukar untuk dibudidayakan. Kayu
cendana wangi sudah jarang dijumpai, sehingga berdampak pada harganya yang tinggi. Minyak
dari kayu cendana memberi efek relaksasi sehingga dapat mengurangi kecemasan.

11. Sarang semut

Sarang semut memiliki nama latin myrmecodia pendans. Tak mudah menjumpai tanaman yang
merupakan jenis tumbuhan epifit dari Papua ini. Lokasi sarang semut tinggi, biasanya hidup
menempel di batang pohon besar dengan ketinggian sekitar 8 meter, dan tinggi kawasan antara
1100-2500 di atas permukaan air laut. Seperti namanya, tanaman sarang semut memang sangat
disenangi oleh semut sebagai tempat tinggal mereka.

12. Purwaceng

Tanaman ini bermanfaat sebagai penambah stamina. Pengolahan purwaceng adalah menjadi
serbuk yang dapat dicampur ke dalam minuman berupa kopi atau susu. Kita dapat menjumpai
tanaman ini di wilayah dataran tinggi Jawa Tengah, seperti Dieng. Nama latin dari tanaman ini
adalah pimpinella pruatjan.

13. Daun sang


Daun sang atau daun payung mempunyai nama latin johannestijsmania altifrons. Nama ini diambil
dari nama penemunya yaitu professor Teijsman dari Belanda. Daun sang banyak ditemukan cuma
di wilayah Asia Tenggara. Temuan pertama daun sang ialah awal abad 19. Daun ini saat ini masih
berada di Indonesia, dan ditemukan di hutan papua.

14. Anggrek tebu

Merupakan jenis anggrek raksasa. Berat dan besarnya melebihi ukuran anggrek pada umumnya.
Satu rumpun dewasa spesies anggrek tebu dapat mencapai berat sampai dengan 1 ton, panjang
malai sampai dengan 3 meter dengan diameter sepanjang 1,5 hingga 2 cm. Yang dimaksud dengan
malai adalah rangkaian atau untaian bunga. Saat ini persebaran di Indonesia memang cukup sulit
di temukan, namun masih terdapat di jambi, kalimantan, dan di hutan papua.

15. Akar karak

Akar karak termasuk dalam jenis pohon berdiameter batang sekitar 159 cm, dan tinggi pohon kira-
kira 14 meter. Habitatnya adalah perbukitan, sepanjang aliran sungai, lahan dengan tanah liat,
berpasir, atau mengandung kapur. Mempunyai banyak getah batang dan warna batang yang putih.
Tumbuhnya di daerah berketinggian sekitar 1700 meter di atas permukaan air laut. Daerah
persebaran akar karak atau kara (wa punot) ini adalah Myanmar, Malaysia, Thailand, Filipina,
Kalimantan, Sumatera.
16. Kokoleceran

Merupakan maskot dari kota Banten (tanaman endemik Banten) dan dipercaya hanya ada di Taman
Nasional Ujung Kulon. Keberadaan tanaman kokoleceran sangat misterius. Tanaman ini
mempunyai nama latin atau nama ilmiah vatica bantamensis. Sayang sekali persebaran tumbuhan
langka kokoleceran sangat sulit ditemukan di Indonesia, bahkan hanya ada di TAMAN nasional
ujung kulon.

17. Anggrek hitam

Anggrek dengan nama ilmiah coelogyne pandurata ini mempunyai bunga yang khas, yaitu warna
lidah bunga hitam. Di luar dikenal dengan sebutan black orchid sedangkan untuk daerah
Kalimantan Timur menyebut spesies anggrek ini dengan nama Kersik Luai. Persebaran anggrek
hitam di Indonesia masih terdapat di Kalimantan timur, namun hal ini semakin sulit ditemukan
semakin banyaknya tambang dan pembukaan lahan di sana.

18. Anggrek larat

Anggrek larat atau cooktown orchid mempunyai beberapa kerabat dekat, diantaranya : anggrek
merpati, albert, jamrud, stuberi, kelembei, dan anggrek karawai. Nama latin anggrek larat yaitu
dendrobium phalaenopsis. Tumbuhan ini masih ada beberapa di daerah di Indonesia, dan terdapat
di Bangka Belitung, Hutan Jambi dan banyak di daerah kalimantan.
19. Korma rawa

Korma rawa ialah sejenis tanaman berumpun dengan tinggi pohon mencapai 5 meter, dengan daun
sirip dan panjangnya kira-kira dua meter. Pangkal daunnya berduri. Sebetulnya duri di pangkal
daun adalah anak daun yang telah berubah bentuknya. Dalam 1 daun ada 25 anak daun, tersusun
menjadi 4 hingga 5 kelompok. Korma rawa banyak terdapat di Indonesia bagian timur seperti
sulawesi dan papua.

20. Palem merah

Tanaman maskot provinsi Jambi ini mempunyai nama latin cyrtostachys renda. Palem merah atau
pinang merah ini termasuk sejenis tanaman hias. Palem merah mempunyai pelepah yang merah
menyala. Pelepahnya yang merah ini membuatnya dijuluki sebagai pinang lipstik. Di Indonesia
sendiri, tumbuhan ini banyak terdapat di daerah sumatera terutama jambi.

21. Anggrek hartinah

Anggrek hartinah hanya tumbuh di kawasan Sumatra Utara. Memiliki nama lain anggrek Tien
Suharto dan nama latin cymbidium hartinahlanum. Persebaran di Indonesia : Anggrek yang
tumbuh merumpun ini kali pertama ditemukan di tahun 1976 tepatnya di kawasan desa Baniara
Tele, Kecamatan Harian, Samosir, Sumatera Utara.
22. Bertan

Tanaman dengan nama latin eugeissona utilis ini dinamakan juga dengan kadjatoa atau sagu liar
borneo (wild bornean sago palm). Persebaran di Indonesia untuk saat ini masih sangat minim, dan
terdapat di Jawa Barat dan hutan Kalimantan yang masih menjadi rumah untuk tumbuhan ini
sehingga tumbuhan ini tergolong dengan tumbuhan langka yang memang harus dilindungi dan
dijaga kelestariannya agar tumbuhan ini terus berfotosintesis.

23. Mimba

Mimba atau Mimbo, pohon dengan nama latin azadirachta indica. Tinggi pohon mimba dapat
sampai lebih dari 20 meter. Karakteristik kulit batang tebal, batang sedikit kasar dan daun yang
menyirip dengan tepian memiliki gerigi dan runcing-runcing. Pohon ini berbuah 1 kali hingga 2
kali dalam kurun waktu satu tahun dan buahnya berbentuk lonjong dengan panjang sekitar 1 cm.
Daging buah yang kekuningan diselimuti oleh kulit keras dengan warna cokelat dan kulit buahnya
putih. Daun mimba dimanfaatkan sebagai pestisida pengendali hama yang menyerang tanaman.
Senyawa yang terkandung dalam daun mimba yaitu hyperoside, sitosterol, quercetin, nimbine,
runin, dan lainnya.

24. Tembesu
Tembesu adalah jenis pohon dengan tinggi hingga 40 meter, panjang batang yang bebas dari
cabang-cabang sekitar 25 meter, diameter batang ada yang sampai 80 cm bahkan lebih. Pohonnya
tinggi tegak, kulit batang berwarna cokelat sampai dengan hitam dan agak mengelupas. Kayunya
keras dan awet dengan warna batang kayu kuning emas cenderung tua atau cokelat jingga.
Persebaran di Indonesia untuk tumbuhan tembesu masih terdapat di daerah kalimantan dan jawa.

25. Balam suntai

Balam suntai, salah satu tanaman langka yang ada di nusantara dengan nama latin palaquium
walsurifolium. Kayunya berkualitas baik dengan tingkat kekuatan dan keawetan yang baik pula,
sehingga menjadi buruan orang. Persebaran di Indonesia : Balam untai merupakan jenis tanaman
yang masih terdapat di daerah kalimantan dan hutan papua.

26. Ulin

Pohon ulin yang kita sebut juga dengan kayu besi, bernama latin eusiderxylon zwageri. Pohon ulin
yang merupakan tanaman yang khas dari daerah Kalimantan ini mempunyai tinggi sekitar 20-30
m dengan diameter batang antara 60-120 cm. Ulin juga banyak dikenal dengan nama kayu besi.
Kualitas kayu yang bagus membuatnya banyak diburu. Pohon ulin banyak terdapat di daerah
kalimantan dan salah satu ciri khas kalimantan.

27. Kecapi
Kecapi ialah sejenis tanaman dengan buah yang mirip duku. Nama lain dari buah kecapi adalah
buah sentul karena buah kecapi asalnya dari semenanjung Malaka, yang selanjutnya persebarannya
hingga ke Indonesia. Kulit buah kecapi keras, jadi perlu usaha ekstra bila ingin menikmati buah
yang satu ini. Membuka kecapi dapat dilakukan dengan membantingnya, menjepit di pintu. Buah
kecapi banyak dikonsumsi dalam keadaan segar. Akan tetapi olahan buah kecapi pun tak kalah
enaknya. Beberapa olahan buah kecapi yaitu manisan, jeli, pengharum makanan yang alami.Di
balik kulit kerasnya, ternyata buah kecapi punya manfaat luar biasa bagi kesehatan kita, yaitu untuk
tangkal kepikunan dan alzheimer serta menekan resiko kanker dan penyakit jantung.

28. Gaharu

Gaharu adalah jenis pohon dengan wangi kayu khas. Kayu gaharu banyak dijumpai di hutan
kawasan Kalimantan. Nama latin kayu gaharu aquilaria sp. Kayu ini banyak dicari orang karena
mempunyai nilai jual yang cukup tinggi. Kayu gaharu masih banyak terdapat di daerah kalimantan
dan papua, dan sangat banyak di incar oleh masyarakat.

29. Meranti

Meranti memiliki kayu yang keras, tetapi bobot tergolong ringan. Untuk bisa tumbuh, meranti
merah butuh waktu lama, termasuk dalam jenis pohon yang lambat tumbuh besar. Kemampuan
meranti merah dalam menyerap karbon di hutan, membuatnya banyak dipakai untuk komoditi
industri. Kayu meranti juga terdapat di berbagai daerah di Indonesia seperti kalimantan, jambi,
jawa tengah dan, sulawesi. Hanya saja persebarannya mulai sedikit.
30. Pakis ekor monyet

Termasuk dalam jenis tumbuhan yang sudah langka dan jarang dijumpai. Nama lain pakis ekor
monyat yaitu pakis sun go kong, pakis hanoman, dan sebagainya. Ketika tanaman pakis lain
mempunyai daun, tampilan tanaman pakis ini berbeda. Ia tidak berdaun tetapi mempunyai rambut
dan bulu-bulu serupa monyet. Perawatan tanaman tergolong mudah, tapi budidayanya susah dan
tanaman pakis ekor monyat juga banyak dicari oleh pengoleksi jenis tumbuhan langka/kolektor.

31. Anggrek pensil

Anggrek pensil bernama latin vanda hookeriana. Anggrek ini sudah semakin langka disebabkan
oleh habitatnya di wilayah Cagar Alam Dusun Besar, Bengkulu sudah rusak karena ulah manusia.
Tanaman ini banyak dicari oleh pecinta anggrek. Bunga anggrek pensil hidupnya numpang dengan
bunga bakung. Guna menghindari kepunahan anggrek pensil, Balai Konservasi Sumber Daya
Alam Bengkulu pun mengambil langkah untuk membudidayakan anggrek ini di Danau Dendam
Tak Sudah yang ada di kawasan Bengkulu, dan beruntung tanaman ini dapat tumbuh dengan baik
dan subur. Tanaman ini pun pernah dijuluki sebagai ratu anggrek.

32. Enau

Tanaman yang mempunyai nama latin arenga pinnata ini berasal dari suku arecaceae. Palma paling
penting sesudah kelapa, mempunyai banyak manfaat dan serba guna, salah satunya sebagai
penghasil gula. Enau dapat tumbuh besar dengan tinggi sampai dengan 25 meter. Diameter batang
enau sekitar 65 cm. Karakteristik batangnya kuat, kokoh, atasnya berselimut serabut hitam yang
disebut ijuk atau injuk. Ijuk ini sebetulnya adalah pelepah daun.

Hewan Langka

Hewan Langka adalah hewan yang jumlahnya sangat sedikit/langka, Jika populasi menurun cepat
dan jumlahnya diseluruh dunia kurang dari 10.000 Ekor saja.Sebenarnya dalam dunia konservasi
tidak mengenal istilah hewan langka. Status yang pakai adalah Hewan Terancam Punah
sebagaimana yang biasa digunakan oleh berbagai lembaga konservasi semacam IUCN
(International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) yang rutin
mengklasifikasi dan menrilis daftar IUCN Red List of Threatened Species.
Menilik status keterancaman yang dikeluarkan oleh IUCN Redlist (2012), terdapat 73 hewan asli
Indonesia yang berada dalam status keterancaman tertinggi yaitu status Critically Endangered
(Kritis), 170 spesies berstatus Endangered (Terancam) dan 523 spesies berstatus Vulnerable
(Rentan).

1. Orang Utan Sumatera dan Kalimantan

Orang utan, baik itu yang hidup di pulau Sumatera atau Kalimantan juga termasuk spesies yang
sangat terancam punah. Menurut laporan IUCN, selama 75 tahun terakhir populasi orangutan
Sumatera telah mengalami penurunan sebanyak 80%. Dalam kurun waktu 1998 dan 1999, laju
kehilangan tersebut dilaporkan mencapai sektar 1000 orangutan per tahun. Sementara itu, pada
tahun 2004, ilmuan memperkirakan bahwa total populasi orangutan di Pulau Borneo, baik di
wilayah Indonesia maupun Malaysia terdapat sekitar 54 ribu individu. Kebalikan dari orangutan
Borneo, orangutan Sumatera mempunyai kantung pipi yang panjang pada orangutan jantan.
2. Harimau Sumatera

Mungkin saat ini jumlah populasi Harimau Sumatera tak lebih dari 300 ekor saja, sehingga
menurut WWF spesies yang merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan
hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis atau hewan langka yang terancam
punah (critically endangered). Warna kulit harimau Sumatera merupakan yang paling gelap dari
seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga oranye tua.
3. Komodo

Habitat komodo (Varanus komodoensis) di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia
dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan.
Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman
nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka. Habitat utama kadal
raksasa ini hanya ada di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa
Tenggara. Komodo pertama kali didokumentasikan oleh orang Eropa pada tahun 1910. Nama
hewan karnivora ini semakin dikenal dunia setelah tahun 1912 Pieter Antonie Ouwens, direktur
Museum Zoologi di Buitenzorg (kini Bogor), menerbitkan paper tentang komodo setelah
menerima foto dan kulit reptil ini.
4. Burung Jalak Bali

Jalak Bali ditemukan pertama kali pada tahun 1910. Nama ilmiah Jalak Bali dinamakan menurut
pakar hewan berkebangsaan Inggris, Walter Rothschild, sebagai orang pertama yang
mendeskripsikan spesies ini ke dunia pengetahuan pada tahun 1912. Jalak Bali hanya ditemukan
di hutan bagian barat Pulau Bali. Burung ini juga merupakan satu-satunya spesies endemik Bali
dan pada tahun 1991 dinobatkan sebagai lambang fauna Provinsi Bali. Keberadaan hewan endemik
ini dilindungi undang-undang.
5. Badak Jawa dan Sumatera
Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) juga menjadi
perhatian penting bagi pemerintah dan para pecinta lingkungan. Badak sumatera (Sumatran rhino)
dan Badak Jawa (Javan rinho) merupakan dua dari 5 spesies badak yang masih mampu bertahan
dari kepunahan, selain badak india, badak hitam afrika, dan badak putih afrika. Namun, kedua
badak ini sudah masuk dalam kategori sangat terancam atau critically endangered.
6. Gajah Sumatera

Gajah sumatera adalah subspesies dari gajah asia yang hanya berhabitat di pulau Sumatera.
Populasinya semakin menurun dan menjadi spesies yang sangat terancam. Sekitar 2000 sampai
2700 ekor gajah sumatera yang tersisa di alam liar berdasarkan survei pada tahun 2000. Sebanyak
65% populasi gajah sumatera lenyap akibat dibunuh manusia, dan 30% kemungkinan dibunuh
dengan cara diracuni oleh manusia. Sekitar 83% habitat gajah sumatera telah menjadi wilayah
perkebunan akibat perambahan yang agresif.

7. Kanguru Pohon Wondiwoi

Kanguru Pohon Wondiwoi merupakan salah satu spesies hewan langka endemik yang hidup di
Pulau Papua. Berdasarkan spesimen yang ditemukan Ernst Mayr, hewan yang memiliki nama
ilmiah Dendrolagus mayri ini diperkirakan mempunyai berat sekitar 9,25 kg. Bulunya berwarna
hitam suram dengan beberapa bagian yang berwarna kekuningan. Daerah pantat dan tungkai
berwarna kemerahan dengan ekor keputihan. Populasi pasti Kanguru Pohon Wondiwoi memang
tidak pernah diketahui secara pasti. Namun menurut IUCN Red List, diperkirkan jumlah populasi
kanguru pohon ini sekitar 50 ekor individu saja.
8. Anoa
Anoa merupakan hewan endemik pulau Sulawesi, tepatnya di provinsi Sulawesi Tenggara. Hewan
ini termasuk fauna peralihan (Asiatic Australis). Hewan yang dikategorikan sebagai hewan
langka ini sudah diambang kepunahan sejak tahun 1960-an. Bahkan, selama satu dekade terakhir
jumlah populasinya semakin menurun drastis. Diperkirakan saat ini jumlahnya tidak lebih dari
5.000 ekor di alam bebas. Ada dua spesies binatang ini, yaitu anoa dataran rendah dan anoa
pegunungan.
9. Monyet Hitam Sulawesi

Kera Hitam Sulawesi atau dalam bahasa ilmiah disebut Macaca nigra atau sering juga disebut
monyet berjambul merupakan salah satu dari sekian jenis primata yang keberadaannya mulai
langka dan terancam mengalami kepunahan. Kera Hitam Sulawesi merupakan satwa endemik
pulau Sulawesi, tepatnya di daerah provinsi Sulawesi Utara. Ciri utama yang pada monyet ini
adalah jambul di atas kepalanya. Kera ini oleh masyarakat setempat biasa dipanggil dengan Yaki,
Bolai, Dihe. Dalam bahasa latin (ilmiah) Kera Hitam Sulawesi dinamai Macaca nigra yang
bersinonim dengan Macaca lembicus (Miller, 1931) Macaca malayanus (Desmoulins, 1824). Kera
hitam sulawesi ini semakin hari keberadaannya semakin langka dan terancam punah. Bahkan oleh
IUCN Redlist digolongkan dalam status konservasi Critically Endangered (Krisis).
10. Pesut Mahakam

Pesut mahakam atau dalam bahasa Latin disebut Orcaella brevirostris adalah sejenis hewan
mamalia yang sering disebut lumba-lumba air tawar yang hampir punah karena berdasarkan data
tahun 2007, populasi hewan tinggal 50 ekor saja dan menempati urutan tertinggi satwa Indonesia
yang terancam punah. Ilmuwan internasional mengklasifikasikan populasi Pesut Mahakam di
Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, dalam kondisi sangat terancam punah. Banyak faktor yang
mempengaruhi populasi pesut. Jumlah pasokan makanan yang makin berkurang di alam, lalu
lalang kapal ponton di kawasan habitatnya, serta penggunaan racun oleh nelayan setempat menjadi
biang kerok berkurangnya populasi ikan pesut.
11. Macan Tutul Jawa

Harimau Jawa telah lama punah, dan spesies sejenis yang masih ada di tanah Jawa adalah Macan
Tutul Jawa atau dalam bahasa Latin disebut Panthera pardus melas. Hewan langka yang menjadi
ikon provinsi Jawa Barat ini merupakan satwa endemik pulau Jawa dan menjadi bagian dari
sembilan subspesies Macan Tutul (Phantera pardus) di dunia. Macan Tutul Jawa yang telah
dikategorikan dalam status konservasi Critically Endangered mempunyai dua jenis variasi, yaitu
Macan Tutul berwarna terang dan Macan Tutul berwarna hitam yang biasa disebut dengan Macan
Kumbang. Meskipun berwarna berbeda, kedua kucing besar ini adalah subspesies yang sama.
Menurut laporan dari IUCN, jumlah Macan Tutul Jawa yang masih hidup tak lebih dari 300 ekor
di habitnya.
12. Kura-kura Paruh Betet

Dalam bahasa Inggris kura-kura hutan sulawesi yang endemik pulau Sulawesi ini disebut sebagai
Sulawesi Forest Turtle. Sedangkan resminya, hewan langka ini mempunyai nama latin yaitu
Leucocephalon yuwonoi yang bersinonim dengan Geoemyda yuwonoi dan Heosemys yuwonoi.
Kura-kura hutan Sulawesi ini sering juga dikenal dengan nama kura-kura paruh betet. Pemberian
julukan nama tersebut dikarenakan bentuk mulutnya yang unik seperti burung betet. Kura-kura
hutan Sulawesi (kura-kura paruh betet) ini termasuk dalam salah satu dari 7 jenis reptil paling
langka di Indonesia. Bahkan termasuk dalam daftar The Worlds 25 Most Endangered Tortoises
and Freshwater Turtles2011 yang dikeluarkan oleh Turtle Conservation Coalition.
13. Elang Flores
Elang flores atau Nisaetus floris merupakan jenis elang berukuran besar sekitar 71 82 cm yang
turut memperkaya keragaman burung di nusantara. Meskipun namanya elang flores, burung ini
juga dapat dijumpai juga di Pulau Lombok, Sumbawa, serta pulau kecil Satonda dan Rinca, selain
tentu saja di Pulau Flores, Nusa Tenggara. Kecenderungan populasi elang flores yang terus
menurun membuat Badan Konservasi Dunia IUCN menetapkannya sebagai jenis satu langkah
menuju kepunahan (Critically Endangered/CR). Jumlah individu dewasa di seluruh
persebarannya diperkirakan sekitar 100 pasang dengan daerah jelajah sekitar 10.000 kilometer
persegi. Ciri elang ini adalah tubuh bagian bawahnya berwarna putih, hidup di kawasan hutan
dataran rendah dan submontana hingga ketinggian 1.000 mdpl.
14. Ekidna Moncong Panjang Barat

Ekidna Moncong Panjang Barat (Zaglossus bruijnii) atau yang dalam bahasa Inggris biasa disebut
dengan Western Long-beaked Echidna merupakan hewan endemik yang berasal dari Papua, dan
Australia (punah) yang hidup di ketinggian 1300-4000 mdpl. Habitatnya adalah padang rumput
alpin dan hutan yang lembap. Ekidna merupakan hewan mammalia yang bertelur (ordo
Monotremata) yang masih bertahan hidup hingga sekarang di samping platipus (Ornithorhynchus
anatinus). Sebagaimana dengan platipus, Ekidna termasuk hewan yang aneh. Ekidna menjadi aneh
lantaran hewan mammalia selayaknya harimau ataupun tarsius tetapi ekidna tidak melahirkan
anaknya melainkan bertelur.
15. Kodok Pohon Ungaran

Philautus jacobsoni atau biasa disebut Katak Pohon Ungaran. Memiliki status Critically
endangered (hampir punah) dan masuk dalam daftar The IUCN Red List of Threatened Species
tahun 2008. Dalam pernyataannya, Philautus jacobsoni dinyatakan hampir punah dengan alasan
daerah yang menjadi habitatnya kurang dari 10 km2, semua individu dari jenis katak ini hanya
terdapat di Gunung Ungaran, Semarang, Jawa Tengah.
16. Burung Trulek Jawa

Burung Trulek Jawa (Vanellus macropterus) merupakan salah satu jenis burung endemik Jawa
yang memiliki habitat utama di wilayah rawa yang luas, seperti padang rumput luas yang banjir
saat musim hujan. Menurut data IUCN terbaru tahun 2013, jumlah populasi Trulek Jawa ini sangat
kecil, diasumsikan kurang dari 50 individu saja. Jumlah populasi yang dimungkinkan menurun ini,
disebabkan oleh gangguan manusia dan konversi habitat untuk budidaya dan pertanian, serta
perburuan. Sejalan dengan itu, menurut data IUCN, dinyatakan bahwa ancaman kepunahan Trulek
Jawa ini adalah masalah lahan dari habitat asli yang telah dialihfungsikan menjadi wilayah agro-
industry farming atau lahan pertanian dan menjadi daerah budidaya air tawar, yaitu tambak.
17. Kakatua Jambul Kuning

Jenis burung yang semakin terancam kelestariannya adalah burung Kakatua Jambul Kuning atau
dalam nama ilmiahnya disebut Cacatua sulphurea. Daerah sebaran kakatua-kecil jambul-kuning
adalah Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Bali, dan Timor, di tempat yang masih terdapat hutan-
hutan primer dan sekunder. Menurut Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA)
Provinsi Nusa Tengara Barat Dr Ir Widada MM, seperti dikutip dari Republika, mengungkapkan
populasi burung Kakatua Jambul Kuning yang hidup di alam liar di daerah NTB saat ini tersisa
145 ekor.
18. Simakobu

Simakobu adalah monyet berhidung pesek yang status populasinya paling mengkawatirkan dan
orang jarang bahkan tidak mengenalnya. Simakobu adalah spesies monoleptik dimana binatang
ini tidak memiliki saudara dalam marganya. Russel A. Mittermeier, Presiden Conservation
International (CI) juga menambahkan bahwa Simakobu merupakan satu-satunya monyet pemakan
daun yang mempunyai ekor melingkar pendek dan mempunyai hidung tumpul seperti halnya
monyet emas atau monyet berhidung pesek. Simakobu atau yang bernama ilmiah Simias concolor
ini menjadi penting karena statusnya dalam IUCN yang dikategorikan sebagai spesies yang
Critically Endangered atau status konservasi tingkat keterancaman tinggi (hewan langka) dan
dicap sebagai The Worlds 25 Most Endangered Primates. Hal ini terjadi karena populasi
monyet ekor babi selama 10 tahun terakhir mengalami penurunan hingga 80%.
19. Beruk Mentawai

Selain Simakobu, kawasan Mentawai juga dihuni spesies primata lainnya. Orang lokal
menyebutnya Bokoi atau bokkoi (Macaca pagensis). Mereka adalah sejenis monyet yang
menyebar terbatas (endemik) di Kepulauan Mentawai, lepas pantai barat Sumatera. Nama itu
adalah sebutan yang sering digunakan oleh penduduk Kepulauan Mentawai untuk menyebut
hewan tersebut. Nama lainnya adalah beruk mentawai, sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut
dengan nama Pagai Island Macaque. Epitet spesifiknya, yaitu pagensis, berarti berasal dari
Pagai; merujuk kepada pulau-pulau Pagai di Kepulauan Mentawai sebagai habitat asal beruk ini
yang kian terancam punah.
20. Tarsius Siau

Tarsius adalah primata dari genus Tarsius, suatu genus monotipe dari famili Tarsiidae, satu-
satunya famili yang bertahan dari ordo Tarsiiformes. Tarsius mempunyai tubuh kecil dengan mata
yang sangat besar; tiap bola matanya berdiameter sekitar 16 mm dan keseluruhan berukuran
sebesar otaknya. Kaki belakangnya juga sangat panjang. Sampai saat ini populasi Tarsius
cenderung mengalami penurunan (IUCN, 2012). Perkiraan kepadatan populasi Tarsius di
Tangkoko adalah 156/km2 (Gursky, 1997). Hal ini karena dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari
dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Faktor luar (eksternal) yang mempengaruhi Tarsius
antara lain adalah lingkungan(habitat,sarang, jenis vegetasi), iklim (suhu, kelembaban, intensitas
cahaya, dan curah hujan), predator (kucing hutan, ular dan manusia), dan pakan.
21. Gagak Banggai

Burung Gagak Banggai atau Corvus unicolor sempat dinyatakan telah punah, kemudian tahun
2007 lalu kawanan spesies ini terlihat kembali di alam liar dengan jumlah terbatas. Hal inilah yang
mendasari bahwa kondisi spesies ini termasuk satwa dilindungi dan terancam punah. Gagak
banggai merupakan salah satu jenis burung endemik Sulawesi. Burung ini sebarannya terbatas
hanya pada daerah Kepulauan Banggai. Gagak Banggai berukuran kurang lebih 39 cm dengan
corak tubuh berwarna hitam dengan iris pucat, ekor yang pendek, berkaki gelap dan leher mungkin
menunjukkan kemilau cokelat kusam. Selain itu suara kicauan burung memberikan 3-4 catatan
berderit peluit Kruik, Kruik, Kruik, Kruik, yang berlangsung 2-3 detik.
22. Burung Kacamata Sangihe

Burung Kacamata Sangihe atau Zosterops nehrkorni merupakan salah satu satwa (aves) yang telah
ditetapkan sebagai burung langka, dan berada dalam kategori status critically endangared oleh
IUCN. Hal ini tidak lain disebabkan karena habitat burung kacamata sangihe yang sangat sempit
dan adanya perburuan liar karena burung ini memiliki suara kicauan yang indah. Namun
sayangnya, burung yang disebut mata mawiera oleh penduduk setempat ini belum didaftarkan
sebagai burung yang dilindungi oleh pemerinta Republik Indonesia (RI). Hal ini dibuktikan dengan
tidak dicantumkannya nama burung kacamata sangihe pada lampiran PP No. 7 tahun 1999.
23. Burung Hantu (Celepuk) Siau
Celepuk siau (Otus siaoensis) adalah salah satu burung langka yang masuk dalam kategori
terancam punah di dunia. Burung celepuk siau merupakan burung endemik yang hanya terdapat
di sebuah pulau kecil bernama Siau di Kabupaten Sangihe, Propinsi Sulawesi Utara. Sesuai
dengan namanya, Celepuk siau merupakan anggota burung hantu (ordo Strigiformes) yang dalam
bahasa Inggris biasa disebut sebagai Siau Scops-owl. Sedangkan dalam nama ilmiah (latin)
celepuk ini diberi nama Otus siaoensis. Populasi burung endemik ini tidak diketahui dengan pasti,
namun berdasarkan persebarannya yang hanya terbatas di pulau dan penampakan langsung yang
jarang sekali, celepuk siau dikategorikan oleh IUCN Redlist dalam status konservasi Kritis
(Critically Endangered) sejak tahun 2000. CITES juga memasukkan celepuk ini dalam Apendix II
sejak 1998.
24. Katak Merah atau Katak Api

Kodok Merah atau dalam bahasa latinnya Leptophryne cruentata merupakan jenis kodok endemik
yang hanya ditemukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung
Halimun-Salak. Kodok Merah pun menjadi salah satu hewan langka yang terancam punah.
Sehingga tidak berlebihan jika kemudian IUCN Redlist mencatatnya dengan status Critically
Endangered(Kritis). Meskipun di Indonesia sendiri Kodok ini luput dari daftar satwa yang
dilindungi. Kodok Merah sering kali disebut juga sebagai Katak Darah. Kodok Merah dalam
bahasa Inggris disebut sebagai Bleeding Toad atau Fire Toad. Sedangkan dalam bahasa latin (nama
ilmiah) hewan ini disebut Leptophryne cruentata. Nama latinnya ini mempunyai arti kurang lebih
berdarah.
25. Burung Tokhtor Sumatera

Burung Tokhtor Sumatera memiliki nama latin carpococcyx viridis adalah burung endemik pulau
Sumatera yang termasuk di dalam 18 burung sangat langka di indonesia. Burung tokhtor sumatera
telah terdaftar sebagai salah satu satwa yang langka yaitu status konservasi dengan keterancaman
sangat tinggi. Jumlah populasinya diperkirakan tak sampai mencapai 300 ekor. Burung tokhtor
sumatera dulu sudah dianggap telah punah karena sejak terdiskripsikan pada tahun 1916 tak pernah
ditemukan lagi. Kemudian pada November tahun 1997 seekor tokhtor sumatera sukses difoto
untuk pertama kalinya oleh Andjar Rafiastanto.
26. Rusa Bawean

Rusa Bawean yang dalam bahasa Latinnya Axis kuhlii merupakan hewan endemik yang hidup di
Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Jenis rusa ini merupakan rusa yang
populasinya semakin langka dan terancam kepunahan. Rusa Bawean merupakan hewan langka
yang hidup nokturnal, lebih sering aktif di sepanjang malam. Menyukai habitat di semak-semak
pada hutan sekunder yang berada pada ketinggian hingga 500 mdpl. Rusa Bawean memiliki tubuh
yang relatif lebih kecil dibandingkan rusa jenis lainnya. Rusa ini mempunyai kecepatan berlari
yang sangat cepat dan cerdik.
27. Kodok Sumatera

Kodok Sumatera atau nama latinnya Duttaphrynus sumatranus merupakan satwa amfibi paling
langka di Indonesia, bersama dengan Kodok Merah (Leptophryne cruentata) dan Kodok Pohon
Ungaran (Philautus jacobsoni). Kodok-kodok tersebut menyandang status Critically Endangered
dari IUCN Red List. Diketahui kodok endemik ini hanya mendiami daerah Lubuk Selasih di
sekitar Gunung Talang di perbatasan tiga kabupaten, Padang Pariaman, Solok dan Pesisir Selatan,
provinsi Sumatera Barat.
28. Merak Hijau

Merak hijau atau bahasa Latinnya Pavo muticus merupakan salah satu burung dari tiga spesies
merak. Seperti burung-burung lainnya yang ditemukan di suku Phasianidae, merak hijau
mempunyai bulu yang indah. Bulu-bulunya berwarna hijau keemasan. Burung betina berukuran
lebih kecil dari burung jantan. Bulu-bulunya kurang mengkilap, berwarna hijau keabu-abuan dan
tanpa dihiasi bulu penutup ekor. Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, panjangnya dapat
mencapai 300 cm, dengan penutup ekor yang sangat panjang. Di atas kepalanya terdapat jambul
tegak. Merak hijau terdapat di kepulauan Jawa dan statusnya dilindungi oleh undang-undang
karena sebagai hewan langka.
29. Hiu Sentani

Hiu Gergaji atau bahasa ilmiahnya Pristis microdon adalah spesies ikan yang hidup di lautan Indo-
Pacific serta dapat juga hidup di sungai untuk melakukan siklus hidupnya. Pada musim hujan
antara bulan Desember-Maret, ikan ini akan hidup di sungai air tawar. Sedangkan ketika memasuki
musim kering (Mei-Oktober), ikan hiu sentani akan lebih suka tinggal di muara atau teluk yang
menyerupai habitat air laut. Selain di Australia, ikan ini juga menyebar ke Kalimantan, Papua,
Vietnam, India, Madagascar dan Afrika timur. Di Indonesia sendiri ikan hiu gergaji (Pristis
microdon) ini menjadi salah satu hewan endemik yang terdapat di Danau Sentani, Papua.
Jumlahnya yang menyusut membuat spesies ini masuk dalam satwa yang patut dilestarikan.
30. Ikan Arwana Irian

Arowana Irian memiliki bentuk tubuh dengan sisik yang berwarna-warni yang akan menambah
pesonanya sehingga kelihatan cantik dan anggun. Banyak pecinta ikan yang memburu spesies ini
sebagai ikan hias. Populasinya yang terbatas menjadikan ikan ini sebagai salah satu satwa yang
dilindungi. Bentuk tubuh arwana irian (Sceloropages leichartidti) comperessed, lebar, dan tebal.
Bagian tubuhnya tterdapat bercak merah atau kuning dan warna sirip dan tubuhnya didominasi
dengan warna hiaju tua. Arwana irian yang berkualitas baik memiliki sirip dan sisiknya yang utuh,
sungutnya tidak patah maupun tertekuk, bola mata bening dan tidak menderita juling.

Anda mungkin juga menyukai