Anda di halaman 1dari 3

Mengenai kewenagan keolahragaan

UU no 3 2005

Pasal 27 ayat 1 & 2 (yang melakukan pembinaan dan pengembangan)

(1) Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi dilaksanakan dan diarahkan


untuk mencapai prestasi olahraga pada tingkat daerah, nasional, dan
internasional.
(2) Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh induk organisasi cabang olahraga, baik pada tingkat pusat
maupun pada tingkat daerah.
Pasal 32 ayat 1 & 2 (siapa yang berhak mengatur sistem keolahragaan)

(1) Pengelolaan sistem keolahragaan nasional merupakan tanggung jawab


Menteri.
(2) Pemerintah menentukan kebijakan nasional, standar keolahragaan nasional,
serta koordinasi dan pengawasan terhadap pengelolaan keolahragaan nasional.

Pasal 36

(4) Komite olahraga nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
mempunyai tugas: a. membantu Pemerintah dalam membuat kebijakan nasional
dalam bidang pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan olahraga prestasi pada
tingkat nasional;
b. mengoordinasikan induk organisasi cabang olahraga, organisasi olahraga
fungsional, serta komite olahraga provinsi dan komite olahraga kabupaten/kota;
c. melaksanakan pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan olahraga prestasi
berdasarkan kewenangannya; dan
d. melaksanakan dan mengoordinasikan kegiatan multikejuaraan olahraga
tingkat nasional.

Pertanggung jawaban

Pasal 46

(2) Pemerintah bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pekan olahraga


nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan menugasi komite olahraga
nasional selaku penyelenggara.

Pasal 48
(2) Induk organisasi cabang olahraga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
penyelenggaraan kejuaraan olahraga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 butir
(a) dan butir (c).

Mengenai hak atlet

Pasal 55 ayat 3
Setiap olahragawan profesional mempunyai hak untuk:
a. didampingi oleh, antara lain, manajer, pelatih, tenaga medis, psikolog, dan ahli
hukum;
b. mengikuti kejuaraan pada semua tingkatan sesuai dengan ketentuan;
c. mendapatkan pembinaan dan pengembangan dari induk organisasi cabang
olahraga, organisasi olahraga profesional, atau organisasi olahraga fungsional;
dan
d. mendapatkan pendapatan yang layak.
Payung hukum terhadap mutasi pemain

PP no 17 tahun 2007 Pasal 31

Dalam penyelenggaraan pekan olahraga dan kejuaraan olahraga baik di dalam negeri maupun di luar
negeri, seluruh peserta wajib memenuhi ketentuan mengenai:
a. status olahragawan;
b. persyaratan mutasi olahragawan;
c. batasan usia;
d. persyaratan lain yang ditetapkan oleh masing-masing induk organisasi cabang olahraga atau induk
organisasi olahraga fungsional; dan
e. larangan perbuatan curang dalam olahraga.

Peraturan mengenai poin b ini diatur dalam Surat Keputusan No. 56 Tahun
2010 ( 31-05-2010) tentang : Peraturan Mutasi Atlet Dalam Rangka PON.

Yang berisi
Penjelasan Umum

Dalam rangka mencegah terjadinya jual beli pemain yang menimbulkan


kerugian pada daerah asal atlet unggulan maka diperlukan adanya
peraturan mengenai mutasi
Mutasi atlet menganut AZAS DOMISILI.
Organisasi Cabor berhak untuk memberikan Rekomendasi MENOLAK atau
MENERIMA setiap permohonan Mutasi Atlet.
Komite Olahraga Provinsi berhak untuk MENERIMA atau MENOLAK
Permohonan Mutasi Atlet.
Atlet yang melakukan Mutasi wajib mengikuti Prosedur yang telah
ditetapkan.
Prosedurnya

Seorang atlet yang akan melakukan mutasi wajib mengajukan Surat


Permohonan Mutasi (SPM) ke Klub/PengKab/Kota Cabor yang
bersangkutan dengan tembusan kepada:
a. Komite Olahraga Kab/Kota
b. Pengprov. cabor
c. Komite Olahraga Provinsi
SPM Wajib dilengkapi dengan:
a. Surat Keterangan Pindah Domisili
b. Fotocopy Bukti Alasan Mutasi.

ALASAN MUTASI
1. Mengikuti kepindahan orang tua.
2. Mengikuti suami/isteri.
3. Pindah tugas/mutasi pegawai.
4. Mendapat pekerjaan di provinsi tujuan.
5. Diterima di sekolah/PT di provinsi tujuan.

Jangka Waktu pengajuan

Pengajuan Mutasi secara Tertulis oleh Atlet diajukan selambat-lambatnya 2 (dua)


Tahun sebelum pelaksanaan PON.

KEBERATAN ATAS PENOLAKAN


Atlet yang bersangkutan mengajikan banding ke KONI melalui BAORI (BADAN
ARBITRASE) atas Penolakan Permohonan Mutasi.

BADAN ARBITRASE
Permohonan Banding dari Atlet tersebut diselesaikan melalui BAORI berdasarkan
peraturan dan prosedur BAORI.
BAORI wajib memeriksa dan memutus permohonan banding selambat-lambatnya
3 (tiga) bulan setelah permohonan teregistrasi
PENGAWASAN
KONI berkewajiban melakukan Pengawasan terhadap setiap Pelaksanaan Mutasi
Atlet.

SANKSI ATLET :
Seorang atlet yang melakukan mutasi tanpa melalui prosedur sebagaimana
yang diatur dalam peraturan ini TIDAK BOLEH BERTANDING DALAM PON.
Seorang atlet yang melakukan mutasi TERBUKTI memberikan keterangan
palsu terhadap alasan perpindahan domisilinya akan dikenakan SANKSI
TIDAK BOLEH BERTANDING DALAM PON.
Seorang atlet yang MEMALSUKAN data mutasi berdasarkan peraturan ini,
akan dikenakan SANKSI PENCABUTAN GELAR DAN PENARIKAN MEDALI
YANG TELAH DIPEROLEHNYA.

Sanksi bagi Komite Olahraga Provinsi yang dituju :


Komite Olahraga Provinsi penerima atlet yang dikenakan sanksi, TIDAK
DIIKUTKAN BERTANDING DALAM PON DARI CABOR ATLET YANG
BERSANGKUTAN.

Poin penting AD ART PERBASI

Pasal 4

Perbasi adalah satu-satunya badan /wadah kegiatan bola basket nasional yang memiliki wewenang
dalam mengkoordinasi dan membina segala kegiatan bola basket di selurah wilyah RI

Pasal 16

Ayat 2

Perpindahan pemain bola basket antar propinsi dinyatakan sah setelah mendapatkan surat persetujuan
secara tertulis yang berjenjang mulai dr asal perkumpulan pengurus kota/kabupaten dan dari pegurus
provinsi perbasi .dan dilaporkan ke PP PERBASI

Pendanaan

Anda mungkin juga menyukai