Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN BUNUH DIRI

Disusun Oleh :
Ariani Putri D (1510711002) Linda Mandasari (1510711070)
Sekar Novianti (1510711004) Nailus Suaidah N (1510711074)
Citra Restu M (1510711014) Ameylia Hilda M (1510711076)
Umi Nurjanah (1510711053) Dwi Setiyorini (1510711078)
Balia Ibnu B (1510711065) Elfrida Zefa A (1510711082)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAKARTA
TAHUN 2017

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
penyusun masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Bunuh Diri ini
disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah Sistem
Neurobehaviour II.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Duma Lumban Tobing, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.J, dosen mata kuliah
Sistem Neurobehaviour II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
demi terselesaikannya makalah ini.
2. Semua pihak yag telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan
untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.

Jakarta, 8 November 2017

Penyusun

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 2


DAFTAR ISI

Cover ....................................................................................................................... 1

Kata Pengantar ........................................................................................................ 2

Daftar Isi ................................................................................................................. 3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 5


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 7
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 8

BAB 2 ISI

2.1 Pengertian Bunuh Diri .......................................................................... 9


2.2 Penyebab Bunuh Diri .......................................................................... 10
2.3 Tanda dan Gejala Bunuh Diri ............................................................. 10
2.4 Rentang Respon Bunuh Diri ............................................................... 11
2.5 Klasifikasi Bunuh Diri ........................................................................ 12
2.5.1 Jenis-Jenis Bunuh Diri ............................................................ 12
2.5.2 Pengelompokkan Bunuh Diri .................................................. 13
2.6 Mitos Tentang Bunuh Diri .................................................................. 14

BAB 3 TINJAUAN KASUS

3.1 Faktor yang Mempengaruhi Bunuh Diri ............................................. 15

3.1.1 Faktor Resiko ............................................................................ 15

3.1.2 Faktor Perilaku .......................................................................... 18

3.1.3 Faktor Lain ................................................................................ 19

3.1.4 Faktor Predisposisi .................................................................... 20

3.1.5 Faktor Presipitasi ....................................................................... 21

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 3


3.2 Sumber Koping ................................................................................ 21

3.3 Mekanisme Koping .......................................................................... 23

3.4 Pohon Masalah ................................................................................. 23

3.5 Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 23

3.6 Intervensi Keperawatan .................................................................... 23

3.7 Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 24

3.8 Strategi Pelaksanaan ......................................................................... 25

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 36


4.2 Saran .................................................................................................. 36

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 38

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 4


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bunuh diri adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia.
Gagasan bunuh diri mungkin juga muncul pada orang yang tidak mengalami
gangguan mental saat mereka berada dalam keadaan depresi atau mengalami
penyakit fisik.
Bunuh diri adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh
dunia. Berdasarkan data WHO, setidaknya 800 ribu orang di seluruh dunia
melakukan bunuh diri setiap tahun. Bunuh diri menjadi salah satu faktor
penyebab kematian tertinggi, khususnya usia muda 15-29 tahun. Sebanyak 75
persen bunuh diri terjadi di negara dengan penduduk berpendapatan rendah-
menengah. Di Indonesia, kasus bunuh diri yang diketahui oleh kepolisian
berkisar di angka 900-an pertahun. Jika dirinci kasus bunuh diri di Indonesia
mencapai 3,7 per 100.000 penduduk. Dibandingkan negara-negara Asia lain,
prevalensi itu lebih rendah. Namun dengan 258 juta penduduk, berarti ada
10.000 bunuh diri di Indonesia tiap tahun atau satu orang per jam. (BPS,
2016).
Bunuh diri seperti menjadi sebuah alternatif bagi sebagian orang untuk
menyelesaikan masalahnya. Mereka menganggap kondisi atau masalahnya
tidak tertanggungkan lagi dengan cara apapun, sehingga memutuskan untuk
bunuh diri. Hal ini searah dengan yang diutarakan oleh penulis dan filsuf
Perancis, Albert Camus. Pada akhirnya, orang memerlukan keberanian lebih
untuk hidup ketimbang bunuh diri. Ia pun menganggap bahwa bunuh diri
sebagai jalan pengecut, ketidakmauan dan ketidakmampuan seseorang untuk
terus melangkah menapaki hidup yang tak mulus. Berbeda dengan Bill Maher
seorang komedian Amerika Serikat yang mengatakan, Bunuh diri adalah
cara manusia berteriak pada Tuhan, Hei, Anda tak bisa memecat saya --saya

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 5


mundur! walaupun sedikit anecdot, namun hal tersebut dapat
menggambarkan sebuah bentuk protes manusia terhadap tuhan karena merasa
ada sesuatu yang tidak adil.
Ada banyak penyebab orang sampai nekad untuk melakukan bunuh
diri, bahkan ada yang sampai lebih dari satu kali melakukan percobaan karena
sebelumnya gagal. Laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut
bahwa terdapat tiga pemicu utama bunuh diri di Indonesia. Kasus terbanyak
adalah putus cinta, disusul masalah ekonomi, dan soal pendidikan. Melihat
data tersebut, berarti yang paling mendominasi terjadinya bunuh diri adalah
faktor eksternal walaupun faktor internal juga tidak dapat dipungkiri juga
mempengaruhi hal tersebut.
Secara global, sekitar satu juta kematian akibat bunuh diri dicatat setiap
tahun, dan jumlah usaha bunuh diri diperkirakan akan 10-20 kali lebih tinggi
dari ini. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa salah satu upaya
bunuh diri terjadi kira-kira setiap tiga detik, dan terdapat satu orang setiap
menit yang meninggal karena bunuh diri. Penyebab bunuh diri merupakan
hal yang kompleks. Beberapa orang tampak sangat rentan untuk bunuh diri
ketika menghadapi peristiwa kehidupan yang sulit atau kombinasi stressor.
Faktor-faktor ini termasuk adanya gangguan mental sebelumnya atau
penyalahgunaan zat, riwayat bunuh diri dalam keluarga dekat, kekerasan
keluarga jenis apa pun, dan adanya perpisahan atau perceraian.
Laki-laki memiliki kemungkinan yang lebih besar daripada perempuan
dengan tingkat rat-rata untuk laki-laki dewasa lima kali lebih besar
dibandingkan perempua. (Halgin & Whitbourne, 2010) Hal ini dikarenakan
ketika melakukan percobaan bunuh diri perempuan cenderung tidak
melakukannya dengan usaha sungguh-sungguh atau dengan menggunakan
alat yang mematikan, misalnya melompat dari atap gedung atau
menggunakan alat yang mematikan seperti pistol yang banyak dilakukan
laki=laki, perempuan cenderung menggunakan metode yang dramatis seperti
memotong nadi atau meminum obat-obatan yang tidak mendatangkan
kematian secara langsung.

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 6


Di indonesia Ada banyak contoh bunuh diri yang terjadi, mulai dari cara
yang sederhana sampai dengan cara yang tidak biasa dan untuk meninggalkan
pesan bahwasanya seseorang memang benar bunuh diri, biasanya mereka
akan meninggalkan pesan berupa surat dan sebagainya. Namun seiring
dengan perkembangan teknologi, cara orang bunuh diri menjadi semakin
tidak biasa. Seperti yang terjadi baru-baru ini, publik indonesia dikejutkan
dengan bunuh diri yang dilakukan oleh seorang pria yang bernama Indrawan.
Cara yang digunakannya adalah dengan gantung diri. Sekilas memang tidak
ada yang aneh dengan cara bunuh diri yang dia lakukan, namun yang aneh
justru terletak pada caranya menyampaikan pesan sebelum dan saat
melakukan bunuh diri, yaitu dengan menyiarkannya secara live di media
sosial Facebook. Hal ini menjadi sesuatu yang mengejutkan tentunya,
mengingat ini adalah pertama kalinya di indonesia seseorang bunuh diri
dengan mempertontonkannya secara live dipublik lewat media sosial. Bahkan
sebelum melakukan aksinya dia menyempatkan memperkenalkan dirinya dan
mengungkapkan permasalahan yang dia alami. Pertanyaannya adalah apakah
media sosial sudah dapat memberikan solusi dalam permasalahan manusia?
Sehingga lebih memilih membagikan masalahnya dimedia sosial. Rasanya
ironis melihat teknologi yang dibuat untuk mempermudah kegiatan manusia
namun dimanfaatkan untuk hal yang tidak pantas untuk dikonsumsi publik
seperti bunuh diri, apalagi agama dan kebudayaan ndonesia tidak pernah
menganggap bunuh diri itu sebagai suatu yang dapat dibenarkan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian bunuh diri?
b. Apa saja penyebab bunuh diri?
c. Apa saja tanda dan gejala bunuh diri?
d. Apa saja rentang respon bunuh diri ?
e. Apa saja klasifikasi bunuh diri ?
f. Apa saja mitos tentang bunuh diri?
g. Jelaskan asuhan keperawatan pada bunuh diri ?

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 7


1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian bunuh diri?
b. Untuk mengetahui penyebab bunuh diri?
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala bunuh diri?
d. Untuk mengetahui rentang respon bunuh diri ?
e. Untuk mengetahui klasifikasi bunuh diri ?
f. Untuk mengetahui mitos tentang bunuh diri?
g. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada bunuh diri ?

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 8


BAB 2

ISI

2.1 Pengertian Bunuh Diri


Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan
dirinya sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu
akan akibatnya yang mungkin pada waktu yang singkat. Menciderai diri
adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari individu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi. (Captain, 2008).
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan dan merupakan keadaan darurat psikiatri karena
individu berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping
yang maladaptif . (Keliat, 1994)
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko
untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam
nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku
destruktif terhadap diri sendiri yang tidak dicegah dapat mengarah pada
kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas
bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai
sesuatu yang diinginkan. (Stuart dan Suddeen,1995)
Dari beberapa definisi bunuh diri diatas, dapat dimpulkan bahwa bunuh
diri merupakan tindakan atau perbuatan individu untuk merusak dan
membinasakan dirinya sendiri dengan sengaja, karena individu berada dalam
keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif dan
keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 9


2.2 Penyebab Bunuh Diri
Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri :
a. Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
b. Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan
c. Interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti
d. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada
diri sendiri.
e. Cara untuk mengakhiri keputusasaan

2.3 Tanda dan Gejala Bunuh Diri


Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009) :
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
d. Impulsif.
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh).
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat
dosis mematikan).
h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan
mengasingkan diri).
i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis dan menyalahgunakan alcohol).
j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau
terminal).
k. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami
kegagalan dalam karier).
l. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
m. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
n. Pekerjaan.

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 10


o. Konflik interpersonal.
p. Latar belakang keluarga
q. Orientasi seksual.
r. Sumber-sumber personal.
s. Sumber-sumber social.
t. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

2.4 Rentang Respon


Rentang Respons, menurut Yosep, Iyus (2009)
Adaptif Maladaptif

Peningkatan Beresiko Destruktif Pencederaan Bunuh


Destruktif tidak diri diri
diri
langsung

Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh


normanorma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan
respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial
dan budaya setempat.
a. Peningkatan diri.
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar
terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh
seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda
mengenai loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
b. Beresiko destruktif.
Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku
destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya
dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 11


bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal
sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
c. Destruktif diri tidak langsung.
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif)
terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri.
Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak
loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja
seenaknya dan tidak optimal.
d. Pencederaan diri.
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat
hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
e. Bunuh diri.
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya
hilang.

2.5 Klasifikasi Bunuh Diri


2.5.1 Jenis-jenis Bunuh Diri
Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini
disebabkan oleh kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang
menjadikan individu itu seolah-olah tidak berkepribadian.
Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa
mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan
bunuh diri dibandingkan mereka yang menikah.
b. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia
cenderung untuk bunuh diri karena indentifikasi terlalu kuat
dengan suatu kelompok, ia merasa kelompok tersebut sangat
mengharapkannya.
c. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 12


Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan
integrasi antara individu dan masyarakat, sehingga individu
tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan yang biasa.
Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau
kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya karena tidak
ada pengaturan atau pengawasan terhadap kebutuhan-
kebutuhannya.

2.5.2 Pengelompokkan Bunuh Diri


a. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara
tidak langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan
Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh! atau Segala
sesuatu akan lebih baik tanpa saya. Pada kondisi ini pasien
mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, tetapi
tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien
umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa
bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak berdaya. Pasien juga
mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
b. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, yang
berisi keinginan untuk mati disertai dengan rencana untuk
mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan
rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana
bunuh diri, tetapi tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh
diri, pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja
dapat dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana bunuh
dirinya.
c. Percobaan bunuh diri

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 13


Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai
atau melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi
ini, pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri,
minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari
tempat yang tinggi.

2.6 Mitos Tentang Bunuh Diri


a. Mitos: Ancaman bunuh diri hanya cara individu untuk menarik perhatian
dan tidak perlu dianggap serius.
Fakta: Semua perilaku bunuh diri harus dianggap serius.
b. Mitos: Bunuh diri tidak memberi tanda.
Fakta: Delapan dari 10 individu memberi tanda secara verbal atau perilaku
sebelum melakukan percobaan bunuh diri.
c. Mitos: Berbahaya membicarakan pikiran bunuh diri pada pasien.
Fakta: Hal yang paling penting dalam perencanaan keperawatan adalah
pengkajian yang akurat tentang rencana bunuh diri pasien.
d. Mitos: Kecenderungan bunuh diri adalah keturunan.
Fakta: Tidak ada data dan hasil riset yang menyokong pendapat ini karena
pola perilaku bunuh diri bersifat individual.

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 14


BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Faktor yang Mempengaruhi Bubuh Diri

3.1.1 Faktor Resiko

a. Menurut Hatton, Valente, dan Rink, 1977 (dikutip oleh Shiver,


1986)
Faktor Risiko Bunuh Diri Menurut Hatton, Valente, dan Rink

No Perilaku atau Intensitas Risiko


Gejala Rendah Sedang Berat
1. Cemas Rendah Sedang Tinggi atau
panik
2. Depresi Rendah Sedang Berat
3. Isolasi atau Perasaan Perasaan tidak Tidak
Menarik Diri depresi yang berdaya, putus berdaya,
samar, tidak asa, menarik putus asa,
menarik diri. diri. menarik diri,
protes pada
diri sendiri
4. Fungsi Umumnya Baik pada Tidak baik
sehari-hari baik pada beberapa pada semua
semua aktivitas aktivitas.
aktivitas

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 15


5. Sumber- Beberapa Kurang Kurang
sumber

6. Strategi Umumnya Sebagian Sebagian


Koping konstruktif. konstruktif. besar
destruktif.
7. Orang Sedikit atau Sedikit atau -
penting atau hanya satu hanya satu
dekat

8. Pelayanan Tidak, sikap Ya, umumnya Bersikap


Pskiater positif memuaskan negatif
Yang lalu terhadap
pertolongan
9. Pola hidup Stabil Sedang Tidak stabil
(stabiltidak
stabil)
10. Pemakai Tidak sering Sering Terus-
alkoholdan menerus
obat

11. Percobaan Tidak atau Dari tidak Dari tidak


bunuh diri yang tidak sampai sampai
sebelumnya fatal. dengan cara berbagai cara
yang agak yang fatal.
fatal.
12. Disorientasi Tidak ada Beberapa Jelas atau ada
dan
disorganisasi

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 16


13. Bermusuhan Tidak atau Beberapa Jelas atau ada
sedikit
14. Rencana Samar, Sering Sering dan
bunuh diri kadang- dipikirkan, konstan
kadang ada kadang- dipikirkan
pikiran, tidak kadang ada dengan
ada rencana ide untuk rencana yang
merencanakan spesifik.

b. Menurut SIRS (Suicidal Intention Rating Scale)


Skor 0 : Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang.
Skor 1 : Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak
mengancam bunuh diri.
Skor 2 : Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan
bunuh diri.
Skor 3 : Mengancam bunuh diri, misalnya, Tinggalkan saya
sendiri atau saya bunuh diri
Skor 4 : Aktif mencoba bunuh diri.

c. Menurut Stuart dan Sundeen (1987)


Faktor Risiko Bunuh Diri Menurut Stuart dan Sundeen.

Faktor Risiko Tinggi Resiko Rendah


Umur Remaja dan 45 tahun < 12 tahun atau 25-
45 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Status Perkawinan Cerai, pisah, Kawin
janda/duda
Jabatan Profesional Pekerja kasar
Pekerjaan Pengangguran Pekerja

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 17


Penyakit Kronis Kronik, terminal Tidak ada yang
serius
Gangguan Mental Depresi, halusinasi Gangguan pribadi

3.1.2 Faktor Perilaku

a. Ketidakpatuhan
Ketidakpatuhan biasanya dikaitkan dengan program pengobatan
yang dilakukan (pemberian obat). Pasien dengan keinginan
bunuh diri memilih untuk tidak memperhatikan dirinya.
b. Pencederaan diri
Cedera diri adalah sebagai suatu tindakan membahayakan diri
sendiri yang dilakukan dengan sengaja. Pencederaan diri
dilakukan terhadap diri sendiri, tanpa bantuan orang lain, dan
cedera tersebut cukup parah untuk melukai tubuh.
c. Perilaku bunuh diri
Perilaku bunuh diri menurut (Stuart dan Sundeen, 1995.
Dikutip Fitria, Nita, 2009) dibagi menjadi tiga kategori yang
sebagai berikut.
1. Upaya bunuh diri (scucide attempt) yaitu sengaja kegiatan itu
sampai tuntas akan menyebabkan kematian. Kondisi ini
terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan.
Orang yang hanya berniat melakukan upaya bunuh diri dan
tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-
tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
2. Isyarat bunuh diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yang
direncanakan untuk usaha mempengaruhi perilaku orang lain.
3. Ancaman bunuh diri (suicide threat) yaitu suatu peringatan
baik secara langsung verbal atau nonverbal bahwa seseorang
sedang mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkin
menunjukkan secara verbal bahwa dia tidak akan ada di

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 18


sekitar kita lagi atau juga mengungkapkan secara nonverbal
berupa pemberian hadiah, wasiat, dan sebagainya. Kurangnya
respon positif dari orang sekitar dapat dipersepsikan sebagai
dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

3.1.3 Faktor Lain


Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pengkajian pasien
destruktif diri (bunuh diri) adalah sebagai berikut: (Stuart dan
Sundeen, 1995).
a. Pengkajian lingkungan upaya bunuh diri.
1. Presipitasi peristiwa kehidupan yang menghina/menyakitkan.
2. Tindakan persiapan/metode yang dibutuhkan, mengatur
rencana, membicarakan tentang bunuh diri, memberikan
barang berharga sebagai hadiah, catatan untuk bunuh diri.
3. Penggunaan cara kekerasan atau obat/racun yang lebih
mematikan.
4. Pemahaman letalitas dari metode yang dipilih.
5. Kewaspadaan yang dilakukan agar tidak diketahui.
b. Petunjuk gejala
1. Keputusasaan.
2. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal, dan tidak
berharga.
3. Alam perasaan depresi.
4. Agitasi dan gelisah.
5. Insomnia yang menetap.
6. Penurunan berat badan.
7. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan
sosial.
c. Penyakit psikiatrik
1. Upaya bunuh diri sebelumnya.
2. Kelainan afektif.

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 19


3. Alkoholisme dan atau penyalahgunaan obat.
4. Kelainan tindakan dan depresi pada remaja.
5. Demensia dini dan status kekacauan mental pada lansia.
6. Kombinasi dari kondisi di atas.
d. Riwayat psikososial
1. Baru berpisah, bercerai, atau kehilangan.
2. Hidup sendiri.
3. Tidak bekerja, perubahan, atau kehilangan pekerjaan yang
baru dialami.
4. Stres kehidupan ganda (pindah, kehilangan, putus hubungan
yang berarti, masalah sekolah, ancaman terhadap krisis
disiplin).
5. Penyakit medis kronis.
6. Minum yang berlebihan dan penyalahgunaan
e. Faktor-faktor kepribadian
1. Impulsif, agresif, rasa bermusuhan.
2. Kekakuan kognitif dan negatif.
3. Keputusasaan.
4. Harga diri rendah.
5. Batasan atau gangguan kepribadian antisosial.
f. Riwayat keluarga
1. Riwayat keluarga berperilaku bunuh diri.
2. Riwayat keluarga gangguan afektif, alkoholisme, atau
keduanya.

3.1.4 Faktor Predisposisi


Menurut Stuart dan Sundeen (1997), faktor predisposisi bunuh
diri antara lain :
a. Diagnostik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 20


gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk
bunuh diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia.
b. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya
resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
c. Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan,
perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya
dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan
dengan bunuh diri.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.
e. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan
prilaku destrukif diri.

3.1.5 Faktor Presipitasi


Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

3.2 Sumber Koping


Klien dengan penyakit kronis, menyakitkan, atau yang mengancam
jiwa mungkin terkait dengan perilaku mencederai diri sendiri. Seringkali

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 21


seseorang secara sadar memilih bunuh diri. Kualitas hidup menjadi isu
yang menimpa kuantitas hidup. Dilema etik mungkin timbul bagi perawat
yang menyadari pilihan klien akan perilaku bunuh diri, yang sering disebut
bunuh diri rasional. Pertanyaan tentang bagaimana cara menyelesaikan
konflik ini tidak ada jawaban yang mudah. Perawat harus menyelesaikan
konflik sesuai dengan system kepercayaannya sendiri.
Perilaku mencederai diri juga terkait dengan banyak faktor sosial
dan budaya. Struktur masyarakat memiliki pengaruh yang besar pada
individu. Masyarakat mungkin membantu dan mempertahankan individu
atau menuntun mereka untuk mencederai diri.
Isolasi sosial dapat menyebabkan kesepian dan dapat meningkatan
kerentanan seseorang melakukan bunuh diri. Orang-orang yang secara
aktif terlibat dengan orang lain dikomunitas lebih mampu menghadapi
stress. Mereka yang tidak berpartisipasi dalam kegiatan social lebih
mungkin untuk melakukan perilaku mencederai diri. Keterlibatan agama
sangat mendukung untuk banyak orang selama masa-masa sulit.
Terdapat faktor-faktor yang melidungi(protektif) terhadap bunuh
diri, yaitu:
a. Kemampuan untuk mengatasi stress
b. Perawatan klinis yang efektif dan tepat untuk gangguan kesehatan jiwa,
fisik, dan gangguan zat.
c. Akses yang mudah ke berbagai pelayanan kesehatan jiwa dan dukungan
untuk mencari bantuan
d. Akses yang terbatas terhadap metode bunuh diri yang sangat
mematikan
e. Dukungan keluarga dan masyarakat
f. Dukungan dari perawat kesehatan fisik dan jiwa yang sedang dijalani
g. Belajar keterampilan memecahkan masalah, manajemen konflik, dan
penanganan sengketa tanpa kekerasan
h. Keyakinan budaya dan agama yang melarang bunuh diri dan dukungan
naluri mempertahankan diri

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 22


i. Berharap dan mempunyai harapan dalam menghadapi kesulitan
3.3 Mekanisme Koping
Seorang klien mungkin menggunakan berbagai mekanisme koping
untuk mengatasi perasaan mencederai diri, termasuk mengingkari,
rasionalisasi, regresi, dan berpikir magis. Mekanisme koping ini
mungkin dialami oleh seseorang dan mencederai diri. Mekanisme koping
ini mempertahankan seseorang dari respons emosional yang kuat terhadap
peristiwa kehidupan yang merupakan ancaman serius bagi ego. Jika
mekanisme koping hilang maka depresi yang mendasari akan muncul dan
menyebabkan prilaku bunuh diri.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan dari mekanisme
koping. Ancaman bunuh diri mungkin merupakan upaya terakhir untuk
mendapatkan bantuan yang cukup untuk bisa mengatasi masalah. Bunuh
diri yang berhasil merupakan kegagalan total dari mekanisme koping yang
adaptif.

3.4 Pohon Masalah

Risiko bunuh diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

3.5 Diagnosa Keperawatan


a. Risiko bunuh diri berhubungan dengan harga diri rendah

3.6 Intervensi Keperawatan


Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan
Pasien tetap aman dan selamat.

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 23


b. Tindakan
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh
diri, maka Anda dapat melakukan tindakan berikut.
1. Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ke
tempat yang aman.
2. Menjauhkan semua benda yang berbahaya, misalnya pisau, silet,
gelas, tali pinggang.
3. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya,
jika pasien mendapatkan obat.
4. Menjelaskan dengan lembut pada pasien bahwa Anda akan
melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri.

Tindakan Keperawatan untuk Keluarga


a. Tujuan
Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri.
b. Tindakan
1. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta
jangan pernah meninggalkan pasien sendirian.
2. Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi
barang-barang berbahaya di sekitar pasien.
3. Mendiskusikan dengan keluarga ja untuk tidak sering melamun
sendiri.
4. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat
secara teratur.

3.7 Evaluasi Keperawatan


a. Untuk pasien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan
bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan keadaan
pasien yang tetap aman dan selamat.

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 24


b. Untuk keluarga pasien yang memberikan ancaman atau melakukan
percobaan bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai
dengan kemampuan keluarga berperan serta dalam melindungi
anggota keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh diri.
c. Untuk pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan
asuhan keperawatan ditandai dengan hal berikut.
1. Pasien mampu mengungkapkan perasaanya.
2. Pasien mampu meningkatkan harga dirinya.
3. Pasien mampu menggunakan cara penyelesaian masalah yang
baik.
d. Untuk keluarga pasien yang memberikan isyarat bunuh diri,
keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan kemampuan
keluarga dalam merawat pasien dengan risiko bunuh diri, sehingga
keluarga mampu melakukan hal berikut.
1. Keluarga mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala bunuh
diri.
2. Keluarga mampu memperagakan kembali cara-cara melindungi
anggota keluarga yang berisiko bunuh diri.
3. Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia
dalam merawat anggota keluarga yeng berisiko bunuh diri

3.8 Strategi Pelaksanaan


Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Masalah : Resiko Bunuh Diri
Pertemuan : 1 (satu)
a. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
DS :
- Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
- Klien mengatakan lebih baik mati saja

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 25


- Klien mengatakan sudah bosan hidup
DO :
- Ekspresi murung
- Tak bergairah
- Ada bekas percobaan bunuh diri
2. Diagnosa keperawatan
Risiko bunuh diri
3. Tujuan Khusus
Klien tidak dapat melakukan percobaan bunuh diri
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
b. Mengamankan benda-benda yang dapat mengamankan pasien
c. Melakukan kontrak treatment
d. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
e. Melatih cara mengendalikan bunuh diri
b. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Assalamualaikum perkenalkan nama saya bruther Saeful
Hamzah, senang dipanggil epul saya mahasiswa AKPER
KHARISMA KARAWANG .Nama bapak siapa senang
dipanggil apa ?
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan dan kabar bapak hari ini?, bagaimana tidur
bapak semalam?
c. Kontrak
Bagaimana pak kalau hari ini kita berbincang-bincang
tentang benda-benda apa saja yang dapat membahayakan diri
bapak, serta bagaimana cara mengendalikan dorongan bunuh
diri?, dimana kita akan bicara?, bagaimana kalau di taman pak?,
berapa lama kita akan berbincang-bincang?,bagaimana kalau

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 26


waktu berbincang-bincang kita selama 15 menit?, apakah
bapak setuju?
d. Tujuan
Tujuan pembicaraan kita adalah agar bapak tahu benda-
benda apa saja yang dapat membahayakan diri bapak, serta
bapak dapat mengetahui cara mengendalikan dorongan bunuh
diri
2. Fase kerja
Bapak, apakah bapak tahu benda-benda yang dapat
membahayakan diri bapak?, coba sebutkan apa saja benda-benda
tersebut!. Bagus sekali sekali bapak, bapak tahu bendabenda
yang dapat membahayakan diri bapak. Apakah salah satu benda
tersebut ada dikamar bapak?, kalau ada benda tersebut jangan
bapak dekati atau pegang ya pak. Apa bapak sering mendengar
bisikan yang mendorong bapak untuk melakukan bunuh diri?, apa
yang bapak lakukan ketika suara-suara itu datang? Bapak,
bagaimana kalau saya ajarkan cara-cara lain untuk mengusir suara-
suara itu, apakah bapak mau?, pak, kalau suara-suara itu ada,
bapak tutup kedua telinga rapat-rapat, seperti ini pak, dan
katakana dengan keras, JAUHI SAYA, PERGI KAMU !!!
KAMU P ALSU. Coba bapak lakukan seperti yang saya ajarkan
tadi, iya pak seperti itu, bagus
c. Fase terminasi
1. Evaluasi subjektif (respon klien)
Bagaimana perasaan bapak setelah bapak mengetahui benda-
benda yang dapat membahayakan diri bapak, dan mengetahui
cara mengusir suara-suara yang menyuruh bapak melakukan
bunuh diri?
2. Evaluasi Objektif
Coba bapak ulangi lagi apa yang saya ajarkan tadi, iya begitu
pak

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 27


3. Rencana tindak lanjut
Bapak, selama kitak tidak bertemu, bila bapak melihat benda-
benda yang dapat membahayakan bapak, segera jauhi, dan jika
bapak mendengar suara-suara itu kembali, segera bapak usir
dengan cara yang sudah kita pelajari tadi ya pak.
4. Kontrak yang akan dating
Baiklah sekarang bapak saya tinggal dulu, kapan kita bisa
bertemu lagi pak?,bagaimana kalau besok?, baiklah besok kita
akan membahas tentang cara berfikir positif tentang diri sendiri dan
mengahargai diri sebagai individu yang berharga. Tempatnya
mau dimana pak? Bagaimana kalau di taman pak?, baik besok kita
dari jam 08.30- 08.45 WIB. Apakah bapak setuju?, baiklah pak
selamat beristirahat.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Masalah : Resiko Bunuh Diri
Pertemuan : 2 (dua)
a. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
DS :
- Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
- Klien mengatakan lebih baik mati saja
- Klien mengatakan sudah bosan hidup
DO :
- Ekspresi murung
- Tak bergairah
- Ada bekas percobaan bunuh diri
2. Diagnosa keperawatan
Risiko bunuh diri
3. Tujuan Khusus
Klien dapat berfikir positif terhadap dirinya sendiri

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 28


4. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi aspek positif pasien
b. Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri sendiri
c. Mendorong pasien untuk menghargai diri sendiri sebagai individu
yang berharga
b. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Orientasi
a. Salam terapetik
Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini?, bagaimana dengan tidur
bapak semalam?.
c. Kontrak
Bapak masih ingat dengan kontrak kita kemarin?, kita akan
berbincang-bincang tentang cara berpikir positif tentang diri
sendiri dan menghargai diri sebagai individu yang berharga,
bagaimana kalau kita berbincang-bincang ditaman sesuai
dengan kontrak kita kemarin?, apa bapak mau?,berapa lama
kita akan berbicara?, bagaimana kalau 15 menit sesuai kontrak
kita kemarin juga yang telah di tentukan?, apakah bapak setuju?.
d. Tujuan
Tujuan pembicaraan kita adalah agar bapak lebih berfikir
positif terhadap diri bapak sendiri,dan bapak lebih menghargai
diri sendiri.
2. Fase kerja
Apa yang bapak tidak sukai dari anggota tubuh bapak?, bisa
bapak jelaskan alasan bapak tidak suka dengan bagian anggota
tubuh tersebut?, jadi kalau bapak merasa anggota tubuh tersebut
tidak bapak sukai, coabalah dari sekarang bapak mulai mencoba
menyukainya, contoh : bapak bisa menulis dengan tekhnik yang

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 29


berbeda, lihat pak seperti saya!, coba bapak lakukan seperti
saya tadi, ya begitu pak.bagus!!
c. Fase Terminasi
1. Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah apa yang kita bicarakan
tadi?, saya senang jika bapak mulai sekarang mencoba menyukai
anggota tubuh bapak yang bapak anggap tidak suka.
2. Evaluasi objektif
Coba bapak lakukan kembali apa yang sudah kita bicarakan tadi,
dan tekhnik cara menulis
3. Rencana tindak lanjut
Bapak, selama kitak tidak bertemu, bapak bisa melakukan
tekhnik menulis yang seperti saya ajarkan tadi.
4. Kontrak yang akan dating
Baiklah sekarang bapak saya tinggal dulu, kapan kita bisa
bertemu lagi pak?,bagaimana kalau besok?, baiklah besok kita
akan membahas tentang cara melakukan hal yang baik ketika
sedang mengalami masalah. Bagaimana kalau di taman lagi pak?,
baik besok kita dari jam 08.30- 08.45 WIB. Apakah bapak
setuju?, baiklah pak selamat beristirahat.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Masalah : Resiko Bunuh Diri
Pertemuan : 3 (tiga)
a. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
DS :
- Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
- Klien mengatakan lebih baik mati saja
- Klien mengatakan sudah bosan hidup
DO :

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 30


- Ekspresi murung
- Tak bergairah
- Ada bekas percobaan bunuh diri
2. Diagnosa keperawatan
Risiko bunuh diri
3. Proses Keperawatan
a. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi pola koping pasien
b. Tindakan Keperawatan
- Mengidentifikasi pola koping yang bisa diterapkan pasien
- Menilai pola koping yang bisa dilakukan
- Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
- Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif
dalam kegiatan harian
b. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
1. Orientasi
a. Salam terapetik
Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini?, bagaimana dengan tidur
bapak semalam?.
c. Kontrak
Bapak masih ingat dengan kontrak kita kemarin?, kita akan
berbincang-bincang tentang bagaimana cara bapak melakukan
hal yang baik ketika sedang mengalami masalah, bagaimana
kalau kita berbincang-bincang ditaman sesuai dengan kontrak
kita kemarin?, apa bapak mau?, berapa lama kita akan
berbicara?, bagaimana kalau 15 menit sesuai kontrak kita
kemarin juga yang telah di tentukan?, apakah bapak setuju?.
d. Tujuan

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 31


Tujannya adalah, supaya bapak dapat melakukan hal yang
positif ketika bapak sedang mengalami masalah.
2. Fase Kerja
Bapak, ketika bapak sedang mangalami masalah, apa yang
bapak lakukan?, apalagi pak?, bagus sekali bapak ini. Jadi kalau
bapak sedang mengalami masalah seperti itu, bapak bisa
melakukan hal-hal yang membuat bapak sibuk, tapi sibuk
dengan hal-hal yang positif, seperti apa yang bapak katakana
tadi, misalnya : main bola, menyapu halaman dan shalat.Coba
bapak sebutkan lagi kegiatan-kegiatannya ! iya pintar ..
c. Fase terminasi
1. Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah apa yang kita bicarakan
tadi?, saya senang jika bapak melakukan kegiatan-kegiatan yang
tadi kita bicarakan .
2. Evaluasi objektif
Coba bapak sebutkan kembali apa yang sudah kita bicarakan
tadi! Pintar sekali bapak ini. .
3. Rencana tindak lanjut
Bapak, selama kitak tidak bertemu, bapak bisa melakukan
kegiatan-kegiatan tadi, seperti main bola, menyapu, dan shalat.
Kemudian bapak masukan kedalam jadwal kegiatan harian bapak
ya.
4. Kontrak yang akan dating
Baiklah sekarang bapak saya tinggal dulu, kapan kita bisa
bertemu lagi pak?,bagaimana kalau besok?, baiklah besok kita
akan membahas tentang membuat rencana untuk masa depan.
Bagaimana kalau di taman lagi pak?, baik besok kita dari jam
08.30- 08.45 WIB. Apakah bapak setuju?, baiklah pak selamat
beristirahat.

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 32


Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Masalah : Resiko Bunuh Diri
Pertemuan : 4 (empat)
a. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
DS :
- Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
- Klien mengatakan lebih baik mati saja
- Klien mengatakan sudah bosan hidup
DO :
- Ekspresi murung
- Tak bergairah
- Ada bekas percobaan bunuh diri
2. Diagnosa keperawatan
Risiko bunuh diri
3. Tujuan Khusus
Klien tidak dapat mencapai masa depan yang realistis
4. Tindakan Keperawatan
a. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
b. Mengidentifikasi cara mencapai masa depan yang realistis
c. Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka
meraih masa depan yang realistis
b. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
1. Salam terapetik
Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya?
2. Proses Keperawatan
a. Evaluasi Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini?, bagaimana dengan tidur
bapak semalam?
b. Kontrak

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 33


Bapak masih ingat dengan kontrak kita kemarin?, kita akan
berbincang-bincang tentang bagaimana cara bapak melakukan
hal yang baik ketika sedang mengalami masalah, bagaimana
kalau kita berbincang-bincang ditaman sesuai dengan kontrak
kita kemarin?, apa bapak mau?, berapa lama kita akan
berbicara?, bagaimana kalau 15 menit sesuai kontrak kita
kemarin juga yang telah di tentukan?, apakah bapak setuju?
c. Tujuan
Tujuan pembicaraan kita adalah supaya bapak dapat
merencenakan masa depan yang jauh lebih baik dari
sebelumnya dan bapak dapat mencapai masa depan yang nyata
3. Fase Kerja
Bapak, apa keinginan bapak dari dulu sampai sekarang?,
apalagi pak?, apakah masih ada?. Sampai saat ini sudah ada
keinginan bapak yang sudah tercapai?, wah hebat..yang belum
tercapainya pak?.Harapan bapak sangat bagus sekali, bapak bisa
berusaha semampu bapak dengan cara yang sabar , lebih giat,
ikhtiar dan berdoa. Kegagalan bukan akhir dari sebuah harapan
pak, namun cobaan yang nantinya akan membawa bapak ke arah
yang bapak harapkan selama ini. Jadi, selalu berusaha menjadi
yang terbaik ya pak, kejar cita-cita bapak sampai dapat dan ingat,
kejar harapan itu sesuai kemampuan bapak.
c. Fase terminasi
1. Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah apa yang kita bicarakan
tadi?, saya senang jika bapak melakukan apa yang sudah tadi kita
bicarakan .
2. Evaluasi objektif
Coba bapak sebutkan kembali apa yang seharusnya kita lakukan
ketika kita menginginkan sesuatu! Pintar sekali bapak ini. .
3. Rencana tindak lanjut

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 34


Bapak, selama kita tidak bertemu, bapak bisa melakukan hal
seperti tadi untuk mencapai keinginan bapak yang nyata, bapak
mesti lebih sabar , lebih giat, ikhtiar dan berdoa. Jangan sampai
menyerah ya pak.Sukses buat bapak.

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 35


BAB 4
PENUTUP

4.1Kesimpulan
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya
melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-
isyarat, percobaan dan ancaman verbal yang akan mengakibatkan kematian,
atau luka yang menyakiti diri sendiri. Terjadinya bunuh diri dapat
diakibatkan oleh depresi maupun gangguan sensori seperti halusinasi.
Banyak penyebab/alasan seseorang melakukan bunuh diri
diantaranya kegagalan beradaptasi,perasaan marah dan terisolasi, dan
lainny. Bunuh diri biasanya didahului oleh isyarat bunuh diri,ancaman
bunuh diri serta percobaan bunuh diri. Pengkajian orang yang bunuh diri
juga mencakup apakah orang tersebut tidak membuat rencana yang spesifik
dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut
Penatalaksanaan dilakukan dari segi medis dan keperawatan.
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan
terapi farmakologi sedangkan penatalaksanaan keperawatan yang
dilakukan berfokus pada klien dan keluarga klien. Selain penatalaksanaan,
resiko bunuh diri dapat dicegah melalui upaya pencegahan, baik upaya
pencegahan dari diri sendiri tetapi juga upaya pencegahan yang berasal dari
lingkungan klien.

4.2Saran
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan para pembaca
mengetahui bagaimana cara mengenali dan merawat orang-orang dengan
resiko bunuh diri dengan baik. Karena dengan adanya manajemen yang
baik, maka kejadian bunuh diri dapat ditekan dan hidup masyarakat akan
menjadi lebih baik pula.

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 36


Hendaknya perawat memiliki pengetahuan yang cukup ciri-ciri
pasien yang ingin mengakhiri hidupnya sehingga dapat mengantisipasi
terjadinya perilaku bunuh diri pasien. Hendaknya perawat melibatkan
keluarga dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan jiwa.

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 37


DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika

Captain. 2008. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC


Stuart, G.w & Sundeen, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Ed.
3. Jakarta: EGC.

Yosep, I. 2010.Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.


Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC
Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Asuhan Keperawatan Bunuh Diri| 38

Anda mungkin juga menyukai