Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Komunikasi merupakan suatu proses karena melalui komunikasi
seseorang menyampaikan dan mendapatkan respon. Komunikasi dalam hal
ini mempunyai dua tujuan, yaitu: mempengaruhi orang lain dan untuk
mendapatkan informasi. Akan tetapi, komunikasi dapat digambarkan sebagai
komunikasi yang memiliki kegunaan atau berguna (berbagi informasi,
pemikiran, perasaan) dan komunikasi yang tidak memiliki kegunaan atau
tidak berguna (menghambat/blok penyampaian informasi atau perasaan).
Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan yang dimiliki oleh
seseorang untuk membangun suatu hubungan, baik itu hubungan yang
kompleks maupun hubungan yang sederhana melalui sapaan atau hanya
sekedar senyuman. Pesan verbal dan non verbal yang dimiliki oleh seseorang
menggambarkan secara utuh dirinya, perasaannya dan apa yang ia sukai dan
tidak sukai. Melalui komunikasi seorang individu dapat bertahan hidup,
membangun hubungan dan merasakan kebahagiaan.

Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus


dimiliki oleh perawat, karena komunikasi merupakan proses yang dinamis
yang digunakan untuk mengumpulkan data pengkajian, memberikan
pendidikan atau informasi kesehatan-mempengaruhi klien untuk
mengaplikasikannya dalam hidup, menunjukan caring, memberikan rasa
nyaman, menumbuhkan rasa percaya diri dan menghargai nilai-nilai klien.
Sehingga dapat juga disimpulkan bahwa dalam keperawatan, komunikasi
merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan. Seorang perawat yang
berkomunikasi secara efektif akan lebih mampu dalam mengumpulkan data,
melakukan tindakan keperawatan (intervensi), mengevaluasi pelaksanaan dari
intervensi yang telah dilakukan, melakukan perubahan untuk meningkatkan
kesehatan dan mencegah terjadinya masalah- masalah legal yang berkaitan
dengan proses keperawatan.

Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi


terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat
pada saat melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan
khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien. Oleh karenanya seorang
perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif
komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses
penyembuhan klien (Depkes RI, 1997). Northouse (1998) mendefinisikan
komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan perawat untuk
membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis
dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Stuart G.W (1998)
menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan
interpersonal antara perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan
klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki
pengalaman emosional klien. Sedangkan S.Sundeen (1990) menyatakan
bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan kerjasama yang ditandai tukar
menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina
hubungan intim yang terapeutik.

1.2 Rumusan masalah

a. Apa pengertian komunikasi terapeutik ?


b. Apa manfaat komunikasi terapeutik ?
c. Apa syarat-syarat komunikasi terapeutik ?
d. Apa tujuan komunikasi terapeutik ?
e. Apa prinsip komunikasi teraupetik ?
f. Apa teknik komunikasi terapeutik ?
g. Apa tahapan hubungan terapeutik ?
h. Bagaimana penggunaan komunikasi terapeutik pada berbagai tingkat usia
dengan berbagai kondisi ?

1.4 Tujuan Penulisan

a. Mengetahui pengertian komunikasi terapeutik


b. Mengetahui manfaat komunikasi terapeutik
c. Mengetahui syarat-syarat komunikasi terapeutik
d. Mengetahui tujuan komunikasi terapeutik
e. Mengetahui prinsip-prinsip komunikasi teraupetik
f. Mengetahui teknik komunikasi terapeutik
g. Mengetahui tahapan hubungan terapeutik
h. Mengetahui penggunaan komunikasi terapeutik pada berbagai tingkat
usia dengan berbagai kondisi
BAB 2

ISI

2.1 Pengertian komunikasi terapeutik

Komunikasi Teraupetik adalah suatu interaksi interpersonal antara


perawat dan klien yang selama interaksi berlangsung, perawat berfokus pada
kebutuhan khusus klien untuk meningkatkan pertukaran informasi yang
efektif antara perawat dank lien. (Videback, 2008)

Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi


terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat
pada saat melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan
khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien. Oleh karenanya seorang
perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif
komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses
penyembuhan klien. (Depkes RI, 1997)

Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan,


disengaja dan merupakan tindakan profesional. Komunikasi terapeutik
bertujuan membantu klien mencapai hubungan baik perawat dan klien dan
membantu klien memahami tujuan dari tindakan perawatan yang dilakukan
(Potter & Perry, 2005).

Komunikasi Terapeutik merupakan hubungan interpesonal antara


perawat dengan pasien, dalam hubungan ini perawat dan pasien memperoleh
pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman
emosional pasien. (Stuart G.W., 1998)

Jadi, dapat disimpulkan dari pengertian diatas bahwa Komunikasi


Teraupetik adalah komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien
dan dilakukan oleh perawat (helper) untuk membantu klien mencapai
kembali kondisi yang adaptif dan positif.

2.2 Manfaat komunikasi terapeutik

Manfaat komunikasi terapeutik (Christina, dkk, 2003) adalah:

1. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien


melalui hubungan perawat klien.

2. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah dan


mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.

2.3 Syarat-syarat komunikasi terapeutik

Stuart dan Sudden mengatakan ada 2 persyaratan dasar untuk


komunikasi terapeutik efektif :

a. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberian


maupun penerima pesan
b. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan terlebih
dahulu sebelum memberi sarana, informasi maupun masukan.
Persyaratan-persyaratan untuk komunikasi terapeutik ini dibutuhkan
untuk membentuk hubungan perawat dengan klien sehingga klien
memungkinkan untuk mengimplementasikan proses keperawatan.
2.4 Tujuan komunikasi terapeutik

Tujuan komunikasi terapeutik adalah membantu pasien untuk


memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat
mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi
orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri (Indrawati, 2003:48)
Tujuan komunikasi terapeutik menurut (Purwanto dalam
Damaiyanti, 2008) sebagai berikut :
a. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan
dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi
yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
c. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri

Menurut Videbeck (2008), komunikasi terapeutik digunakan untuk


mencapai banyak tujuan, yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Membangun hubungan terapeutik perawat-klien.


b. Mengidentifikasi masalah klien yang paling penting pada saat tersebut
tepat pada waktunya (tujuan berpusat pada klien).
c. Mengkaji persepsi klien tentang masalah saat klien terbuka dalam
menceritakan peristiwa tersebut.
d. Mengenali kebutuhan mendasar klien.
e. Mamandu klien dalam mengidentifikasi cara pencapaian solusi yang
memuaskan dan dapat diterima oleh klien.
2.5 Prinsip-prinsip Komunikasi

Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik (Nurjannah, 2004), sebagai berikut :

a. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati,


memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
b. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya
dan saling menghargai.
c. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien.
d. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun
mental.
e. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki
motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya
sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi.
f. Perawat harus mampu menguasasi perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan
maupun frustasi.
g. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistensinya.
h. Memahami betul arti simpati sebagai tindakan yang terapeutik dan
sebaliknya simpati bukan tindakan yang terapeutik.

2.6 Teknik komunikasi terapeutik

Teknik komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina


hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan
pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang
lain (Stuart & sundeen,1995).

a. Mendengar
1. Mendengar aktif
Mendengar mempunyai arti: konsentrasi aktif .dan persepsi terhadap
pesan orang lain yang menggunakan semua indra. (Liendberg et al, cit
Nurjanah, 2001)
2. Mendengar pasif
Mendengar pasif adalah kegiatan mendengar dengan kegiatan non
verbal untuk klien. Misalnya dengan kontak mata, menganggukkan
kepala dan juga keikutsertaan secara verbal
b. Penerimaan
Menerima adalah mendukung dan menerima informasi dengan tingkah
laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan
bukan berarti persetujuan. Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan
mendengar tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan
c. Klarifikasi
Klarifikasi sama dengan validasi yaitu menanyakan kepada klien apa
yang tidak dimengerti perawat terhadap situasi yang ada. Klarifikasi
dilakukan apabula pesan yang disampaikan oleh klien belum jelas bagi
perawat dan perawat mencoba memahami situasi yang digambarkan oleh
klien.
d. Fokusing
Fokusing adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk membatasi
area diskusi sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti.
(Stuart & Sundeen, cit Nurjanah, 2001).
e. Observasi
Observasi merupakan kegiatan mengamati klien/orang lain. Observasi
dilakukan apabila terdapat konflik antara verbal dan non verbal klien dan
saat tingkah laku verbal dan non verbal nyata dan tidak biasa ada pada
klien. (Stuart & Sundeen, cit Nurjanah, 2001). Observasi dilakukan
sedemikian rupa sehingga klien tidak menjadi malu atau marah.
f. Menawarkan informasi
Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan
respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkan informasi
adalah akan memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan,
dan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan. (Stuart & Sundeen,
cit, Nurjanah, 2001). Penahanan informasi pada saat klien membutuhkan
akan mengakibatkan klien tidak percaya. Hal yang tidak boleh dilakukan
adalah menasehati klien pada saat memberikan informasi.
g. Diam (memelihara ketenangan)
Diam dilakukan dengan tujuan mengorganisir pemikiran, memproses
informasi, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk menunggu
respon. Kediaman ini akan bermanfaat pada saat klien mengalami
kesulitan untuk membagi persepsinya dengan perawat. Diam tidak dapat
dilakukan dalam waktu yang lama karena akan mengakibatkan klien
menjadi khawatir. Diam dapat juga diartikan sebagai mengerti, atau
marah. Diam disini juga menunjukkan kesediaan seseorang untuk
menanti orang lain agar punya kesempatan berpikir, meskipun begitu
diam yang tidak tepat menyebabkan orang lain merasa cemas.
h. Assertive
Assertive adalah kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak
orang lain. (Nurjanah, 2001)
i. Menyimpulkan
Membawa poin-poin penting dari diskusi untuk meningkatkan
pemahaman. Memberi kesempatan untuk mengklarifikasi komunikasi
agar sama denga ide dalam pikiran. (Varcarolis, cit, Nurjanah, 2001)
j. Giving recognition (memberiakn pengakkuan/penghargaan)
Memberi penghargan merupakan tehnik untuk memberikan pengakkuan
dan menandakan kesadaran (Schultz & Videbeck, cit, Nurjanah, 2001.)
k. Offering Sel (menawarakan diri)
Menawarkan diri adalah menyediakan diri anda tanpa respon bersyarat
atau respon yang diharapkan. (Schultz & Videbeck.cit. Nurjanah, 2001 )
l. Giving broad opening (memberikan pertanyaan terbuka)
Mendorong klien untuk menyeleksi topik yang akan dibicarakan.
Kegiatan ini bernilai terapeuitik apabila klien menunjukkan penerimaan
dan nilai dari inisiatif klien dan menjadi non terapeuitk
apabila perawatan mendominasi interaksi dan menolak res[pon klien.
(Stuart & Sundeen, cit, Nurjanah, 2001)
m. Placing the time in time/sequence (penempatan urutan/waktu)
Melakukan klarifikasi antara waktu dan kejadian atau antara satu kejadian
dengan kejadian lain. Teknik bernilai terapeutik apabila perawat dapat
mengeksplorasi klien dan memahami masalah yang penting. Tehnik ini
menjadi tidak terapeutik bila perawat memberikannasehat, meyakinkan
atau tidak mengakui klien.
n. Reflekting (Refleksi)
Digunakan pada saat klien menanyakan pada perawat tentang peneliaian
atau kesetujuannya. Tehnik ini akan membantu perawat untuk tetap
memelihara pendekatan yang tidak menilai, (Boyd & Nihart, cit, Nurjanah,
2001)

2.7 Sikap dalam Komunikasi Teraupetik

Lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang
dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik menurut Egan, yaitu :
a. Berhadapan. Artinya dari posisi ini adalah Saya siap untuk anda.
b. Mempertahankan kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berarti
menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
c. Membungkuk ke arah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk
mengatakan atau mendengar sesuatu.
d. Mempertahankan sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan
menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi.
e. Tetap rileks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan
dan relaksasi dalam memberi respon kepada klien.

2.8 Jenis-Jenis Komunikasi

1. Komunikasi Verbal
Hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi Verbal (Leddy, 1998) :
a. Masalah tehnik
Seberapa akurat komunikasi tersebut dapat mengirimkan symbol dari
komunikasi.
b. Masalah semantic
Seberapa tepat symbol dalam mengirimkan pesan yang dimaksud
c. Masalah pengaruh
Seberapa efektif arti yang diterima mempengaruhi tingkah laku
Menurut Ellis dan Nowlis (1994) hal yang diperhatikan dalam
komunikasi verbal :
a. Penggunaan bahasa : kejelasan, keringkasan, dan sederhana.
b. Kecepatan
c. Voice tone
Menunjukkan gaya dari ekspresi yang digunakan dalam bicara dan dapat
merubah arti dari kata.

2. Komunikasi Non Verbal


Komunikasi non verbal merupakan komunikasi yang tidak melibatkan bicara
dan tulisan. Sebesar 90% dari arti komunikasi berasal dari komunikasi non
verbal (Hunsaker cit.Leddy, 1998).
Adapun tujuan dari komunikasi non verbal (Stuart & Sundeen, 1995) adalah :
a. Mengekspresikan emosi
b. Mengekspresikan tingkah laku interpersonal
c. Membangun, mengembangkan dan memelihara interaksi social
d. Menunjukkan diri Terlibat dalam ritual
e. Mendukung komunikasi verbal

Selain hal-hal di atas sikap terapeutik juga dapat teridentifikasi


melalui perilaku non verbal. Stuart dan Sundeen (1998) mengatakan ada lima
kategori komunikasi non verbal, yaitu :
a. Isyarat vokal, yaitu isyarat paralingustik termasuk semua kualitas bicara
non verbal misalnya tekanan suara, kualitas suara, tertawa, irama dan
kecepatan bicara.
b. Isyarat tindakan, yaitu semua gerakan tubuh termasuk ekspresi wajah dan
sikap tubuh.
c. Isyarat obyek, yaitu obyek yang digunakan secara sengaja atau tidak
sengaja oleh seseorang seperti pakaian dan benda pribadi lainnya.
d. Ruang memberikan isyarat tentang kedekatan hubungan antara dua orang.
Hal ini didasarkan pada norma-norma social budaya yang dimiliki.
e. Sentuhan, yaitu fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi non
verbal yang paling personal. Respon seseorang terhadap tindakan ini
sangat dipengaruhi oleh tatanan dan latar belakang budaya, jenis
hubungan, jenis kelamin, usia dan harapan.

2.9 Tingkat Hubungan Komunikasi

1. Komunikasi intrapersonal
Komunikasi intrapersonal ini terjadi dalam diri individu sendiri.
Komunikasi ini dapat membantu seseorang tetap sadar akan kejadian
sekitarnya. Kalau Anda melamun maka Anda sedang melakukan
komunikasi intrapersonal.
2. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah interaksi antara dua orang atau
kelompok kecil. Komunikasi interpersonal ini merupakan inti dari praktek
keperawatan karena dapat terjadi antara perawat dan klien serta keluarga,
perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan lain.
3. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah interaksi yang terjadi dalam kelompok besar,
seperti ceramah yang diberikan pada mahasiswa, kampanye.

2.10 Faktor Penunjang dan Penghambat Komunikasi Teraupetik

Menuru Muliha dan Fatmawati (2009), faktor penunjang dan


penghambat dari komunikasi terapeutik, yaitu:
a. Faktor Penunjang
Faktor penunjang komunikasi terapeutik dapat dilihat dari klien dan
perawat, yaitu:
1. Dilihat dari klien
Kecakapan dan kemauan klien dalam menceritakan masalahnya. Sikap
klien yaitu sikap klien yang mau menceritakan masalahnya dengan
sungguh-sungguh dan bersedia dibantu
2. Dilihat dari perawat
Berhasilnya tidaknya komunikasi ditentukan oleh perawat, maka yang
dibutuhkan adalah:
1) Kecakapan perawat dalam mengajukan pertanyaan terbuka yang
dapat menggali seluruh masalah.
2) Sikap perawat. Harus bersikap ramah, jangan sampai klien curiga,
diharapkan perawat dapat mendekati klien sehingga timbul rasa
saling percaya.
3) Pengetahuan perawat. Pengetahuan yang berpengetahuan luas
dengan mudah dapat mencerna ini pembicaraan serta cepat tanggap
terhadap pembicaraan klien.
4) Seluruh komunikasi perawat (mata, hidung, otak, telingan dan
tangan). Seluruh indera perawat harus sehat sehingga dengan cepat
dapat mengambil kesimpulan pembicaraan.
b. Faktor penghambat
Faktor-faktor yang menghambat komunikasi adalah:
1. Perawat kurang cakap dalam mendengarkan dan mengajukan
pertanyaan terbuka serta menyimpulkan inti pembicaraan, sehingga
tidak dapat menangkan pembicaraan.
2. Sikap perawat yang acuh tak acuh, tidak dapat menyesuaikan diri
dengan keadaan sekelilingnya, sikap yang kurang ramah terhadap klien
atau keluarga.
3. Pengetahuan klien kurang. Bila demikian, hendaknya perawat dapat
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh
klien.
4. Prasangka (prejudice) yang tidak mendasar yaitu kecurigaan yang
tidak beralasan, dimana bisa terjadi dimasyarakat yang berpengetahuan
rendah atau klien kurang mengerti tentang perawatan.

2.11 Tahapan Interaksi Perawat-Klien dalam Komunikasi Teraupetik

Adapun tahapan interaksi perawat pasien dalam komunikasi


(Nurjannah, 2004), yaitu sebagai berikut:

a. Tahap pre interaksi


Kegiatan yang dilakukan meliputi: mengumpulkan data tentang klien,
mengeksplorasi perasaan, fabtasi dan ketakutan klien, membuat rencana
pertemuan dengan klien (kegiatan, waktu dan tempat).
b. Tahap orientasi
Kegiatan yang dilakukan meliputi: memberikan salam dan tersenyum
pada klien, melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif),
memperkenalkan nama perawat, menanyakan nama panggilan kesukaan
klien, menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien, menjelaskan
peran perawat dan klien, menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan,
menjelaskan tujuan, menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan kegiatan dan menjelaskan kerahasiaan.
c. Tahap kerja
Kegiatan yang dilakukan meliputi: memberi kesempatan pada klien
untuk bertanya, menanyakan keluhan utama atau keluhan yang mungkin
berkaitan dengan kelancaran pelaksanaan kegiatan, memulai kegiatan
dengan cara yang baik dan melakukan kegiatan sesuai dengan rencana.
d. Tahap terminasi
Kegiatan yang dilakukan meliputi: menyimpulkan hasil kegiatan
(evaluasi hasil dan proses), memberikan reinforcement positif,
merencanakan tindak lanjut dengan klien, melakukan kontrak untuk
pertemuan selanjutnya (waktu, tempat, topik) dan mengakhiri kegiatan
dengan cara yang baik.

2.12Penggunaan Komunikasi Terapeutik pada Berbagai Tingkat Usia


dengan Berbagai Kondisi

a. Pada bayi usia 0-1 tahun


Perkembangan komunikasi dengan bayi dapat dimulai dengan
kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi
digerakkan maka bayi akan berespn untuk mengeluarkan suara-suara
bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada
usia minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk meliht objek
atau cahaya, kemudian pada minggu ke dua belas sudah mulai
melakukan tersenyum.
Pada usia ke enam belas sudah menolehkan kepala pada suara
asing pada dirinya. Pada pertengahan tahun prtaa bayi sudah mulai
mengucapkan kata-kata awal seperti baba, da-da, dan lain-lain. Pada
bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap
namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat pada
buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-
kata yang spesifik antara dua atau tiga kata. Selain melakukan
komunikasi seperti diatas terdapat cara komunikasi yang efektif pada
bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan
teknik sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lain-
lain. Mengungkapkan kebutuhan dengan tingkah laku dan bersuara yang
dapat diinterpretasikan oleh orang sekitarnya, misal: menangis.

b. Toddler usia 1-3 tahun


Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan
dengan perkembangan bahas anak dengan kemapuan anak sudah mampu
memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu
200-300 kata dan masih terdengar kata-kata ulangan. Pada anak usia ini
khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai sembilan ratus
kata dan banyak kata-kata yang digunkan seperti mengapa, apa, kapan,
dan sebagainya.
Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah
dengan memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi
kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan
digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab
harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan
sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata jawab dong,
mengalihkan aktifitas saat komunikasi, memberi mainan saat
komunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran
diri dimana kita harus menghindarkan konfrontasi langsung, duduk yang
terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi
dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh
anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman dengan anak merupakan cara
untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau
berceriita dalam menggali perasaan dan fikiran anak di saat melakukan
komunikasi.

c. Prasekolah usia 3-5 tahun


Anak tidak dapat memahami/membedakan fantasi dan kenyataan,
anak juga hanya memahami kalimat yang pendek, sederhana, kata-kata
yang dipahami penjelasan ysng konkrit.

d. Anak usia sekolah usia 5 12 tahun


Anak mencari alasan dan penjelasan atas segala sesuatu, namun
tidak membutuhkan pengesahan. Anak juga memahami penjelasan
sederhana dan mendemonstrasikan.

e. Remaja usia 13-18 tahun


Remaja berfikir lebih abstrak frustasi antara tingkah laku berfikir
kanak-kanak dan dewasa.

f. Lansia
Proses komunikasi dengan lansia membutuhkan perhatian
khusus, perawat harus waspada terhadap perubahan fisik, psikologi,
emosi dan sosial yang mempengaruhi pola komunikasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Ellis,R.,Gates, R, & Kenworthy,N. (2000). Komunikasi Interpersonal Dalam


Keperawatan: Teori dan Praktik.Alih Bahasa :Susi Purwoko. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. 2002. Hubungan Terapeutik Perawat-Klien. Jakarta: EGC
Nurjannah. 2004. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta:
Mocomedia
Stuart.G.W. & Sundeen.S.J. 1998 . Buku Saku Keperawatan Jiwa.Alih Bahasa:
Achir Yani S. Hamid. ed ke-3. Jakarta: EGC.
Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik, Teori & Praktek. Jakarta : EGC.
Videbeck, Sheila L,. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Stuart, G.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai