PENDAHULUAN
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeklampsia dan eklampsia.
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini
preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Kita perlu
lebih waspada akan timbulnya preeklampsia dengan adanya faktor-faktor predisposisi
seperti yang telah diuraikan diatas. Walaupun timbulnya preeklampsia tidak adapat
dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian
penerangan secukupnnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit ini timbul sesudah minggu ke-20 dan paling sering terjadi pada
primigravida yang muda. Jika tidak diobati atau tidak terputus oleh persalinan, dapat
menjadi eklampsia.2,3
2.2 Etiologi
- Primigravida
Berbagai teori yang dikemukakan mengenai faktor yang berperan antara lain :
Hal ini didasarkan atas pengamatan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan
pada : primigravida, hipeplasentosis, kehamilan dengan inseminasi donor,
penurunan konsentrasi komplemen C4, wanita dengan fenotif HLA DR4,
adanya aktifasi sistem komplemen netrofil dan makrofag, atau diantara
kelompok atau keluarga tertentu.
b. Faktor nutrisi
c. Faktor Endotel
2.3 Insiden
2.4 Klasifikasi
Preeklampsia dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Pre-eklampsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut :
- Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik
30 mmHg. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan
dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
- Edema umum kaki, jari tangan, dan muka, tau kenaikan berat badan 1 Kg atau
lebih perminggu.
- Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih perliter, kualitatif 1+ atau 2+ pada urin
kateter atau midstream.2
2.5 Patofisiologi
a. Otak
Pada preeklampsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas
normal. Pada eklampsia, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula
pada pembuluh darah otak. Edema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan
kelainan serebral dan gangguan visus, bahkan pada keadaan lanjut dapat
terjadi perdarahan.2
c. Ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini
menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya
terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50 %
dari normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.2
d. Paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh
edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa pula karena
terjadinya aspirasi pneumonia, atau abses paru.2
e. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Bila
terdapat hal-hal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya preeklampsia berat.
Pada eklampsia dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan edema intra-
okuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan teminasi
kehamilan. Gejala lain yang dapat menunjukkan tanda preeklampsia berat
yang mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia, dan
ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan darah dalam pusat
penglihatan di korteks serebri atau didalam retina.2
Pada preeklampsia ringan biasanya tidak dijumpai perubahan yang nyata pada
metabolisme, air, elektrolit, kristaloid, dan protein serum. Jadi, tidak terjadi
gangguan keseimbangan elektrolit. Gula darah, kadar natrium bikarbonat, dan
pH darah berada pada batas normal. Pada preeklampsia berat dan eklampsia,
kadara gula darah naik sementara, asam laktat dan asam organik lainnya naik,
sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh
kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-zat organik di oksidasi, dan
dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk
natrium bikarbonat. Dengan demikian cadangan alkali dapat kembali pulih
normal. Oleh beberapa penulis atau ahli kadar asam urat dalam darah dipakai
untuk menentukan arah preeklamsia menjadi baik atau tidak setelah diberikan
penanganan.2
2.6 Gejala Klinis
2.7 Diagnosis
Pada umumnya diagnosis preeklampsia didasarkan atas adanya 2 dari trias tanda
utama : hipertensi, edema dan proteinuria. Tiap tanda dapat merupakan bahaya
kendatipun ditemukan tersendiri. Adanya satu tanda harus menimbulkan
kewaspadaan, apalagi oleh karena cepat tidaknya penyakit meningkat tidak dapat
diramalkan, dan bila eklampsia terjadi, maka prognosis bagi ibu maupun janin
menjadi jauh lebih buruk. Tiap kasus preeklampsia oleh sebab itu harus ditangani
dengan sungguh-sungguh.1
2.8 Penatalaksanaan
a. Pre-eklampsia Ringan.
Pengobatan hanya bersifat simptomatis dan selain rawat inap, penderita dapat
dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang lebih sering, misalnya 2 kali
seminggu. Penderita rawat jalan atau rawat inap adalah dengan istirahat
ditempat tidur, diet rendah garam, dan berikan obat-obatan seperti valium tablet
5 mg dosis 3 kali sehari atau fenobarbital tablet 30 mg dengan dosis 3 kali satu
hari. Diuretika dan obat anti hipertensi tidak dianjurkan karena tidak begitu
bermanfaat, bahkan bisa menutupi tanda dan gejala preeklampsia berat. Dengan
cara diatas biasanya preeklampsia ringan jadi tenang dan hilang, ibu hamil
dapat dipulangkan dan diperiksa ulang lebih sering dari biasa. Bila gejala masih
menetap, penderita tetap dirawat inap. Monitor keadaan janin : kadar estriol
urin, lakukan amnioskopi, dan ultrasonografi. Bila keadaan mengizinkan,
barulah dilakukan induksi partus pada usia kehamilan minggu 37 ke atas.2
b. Pre-eklampsia Berat
Preeklampsia berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu
1. Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan
uji kocok dan rasio L/S maka penanganannya adalah sebagai berikut :
- Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr intramuskular,
kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4 gr intramuskular setiap
4 jam (selama tidak ada kontraindikasi).
- Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus
dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria
preeklampsia ringan (kecuali ada kontraindikasi).
- Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa dan keadaan janin dimonitor,
serta berat badan ditimbang seperti pada preeklampsia ringan, sambil
mengawasi timbulnya lagi gejala.
- Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi
kehamilan dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung
keadaan.
2. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda
kematangan
paru janin, maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan
diatas 37 minggu.2
Preeklampsia berat pada kehamilan diatas 37 minggu.
1. Penderita dirawat inap
- Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi
- Berikan diet rendah garam dan tinggi protein
- Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr intramuskular, 4 gr dibokong
kanan dan 4 gr dibokong kiri.
- Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam.
- Syarat pemberian MgSO4 adalah : refleks patela (+), diuresis 100 cc
dalam 4 jam terakhir, respirasi 16 x/menit, dan harus tersedia
antidotumnya yaitu kalsium glukonas 10 % dalam ampul 10 cc.
- Infus dextrosa 5 % dan ringer laktat.
2. Berikan obat antihipertensi : injeksi katapres 1 ampul IM dan selanjutnya
dapat diberikan tablet katapres 3 kali 1/2 tablet sehari.
3. Diuretika tidak diberikan, kecuali bila terdapat edema umum, edema paru,
dan kegagalan jantung kongestif. Untuk itu dapat disuntikkan 1 ampul
intravena lasix.
4. Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi
partus dengan atau tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin
(pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam infus tetes.
5. Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forcep, jadi ibu
dilarang mengedan.
6. Jangan berikan metergin postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan yang
disebabkan atonia uteri.
7. Pemberian sulfas magnesikus, kalau tidak ada kontraindikasi, kemudian
diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam postpartum.
8. Bila ada indikasi obstetrik dilakukan sectio sesarea.2
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeklampsia dan eklampsia.
Komplikasi yang tersebut dibawah ini biasanya terjadi pada preeklampsia berat dan
eklampsia.
a. Solutio plasenta
Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering
terjadi pada preeklampsia. Di RSCM 15,5 % solusio placenta disertai
preeklampsia.
b. Hipofibrinogenemia
c. Hemolisis
d. Perdarahan otak
e. Kelainan mata
f. Edema paru-paru
Zuspan (1978) menemukan hanya 1 penderita dari 69 kasus eklampsia, hal ini
disebabkan karena payah jantung.
g. Nekrosis hati
h. Sindroma HELLP, yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.
i. Kelainan ginjal
j. Komplikasi lain.
2.10 Pencegahan
2.11 Prognosis
Anamnesa Penyakit
Ny. M, 37 tahun, G5P3A1, Batak, Islam, SMA, IRT, i/d Tn. P, 40 tahun, Batak, Islam,
SMP, Wiraswasta, datang ke IGD RSUPM dengan :
Keluhan Utama : Tekanan Darah Tinggi
Telaah : Hal ini disadari os sejak 1 hari yang lalu ketika os control
kehamilan di bidan. Riwayat tekanan darah tinggi pada
kehamilan sebelumnya tidak dijumpai, riwayat tekanan darah
tinggi sebelum hamil tidak dijumpai, riwayat sakit kepala
tidak dijumpai, riwayat nyeri ulu hati tidak dijumpai, riwayat
pandangan kabur tidak dijumpai. Riwayat kejang tidak
dijumpai riwayat mulas-mulas tidak dijumpai, riwayat keluar
lender darah tidak dijumpai, riwayat keluar air-air dari
kemaluan tidak dijumpai. BAK dan BAB dijumpai normal.
Riwayat penyakit terdahulu : Tidak jelas
Riwayat pemakaian obat : Tidak jelas
RIWAYAT HAID
HPHT : ? / 7 / 2016
TTP : ? / 4 / 2017
ANC : Sp.OG 1x, Bidan 5x
RIWAYAT PERSALINAN
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENS
Sensorium : Compos mentis Anemia : (+)
TD : 180/100 mmHg Ikterik : (-)
HR : 84 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 20 x/i Sianosis : (-)
Temperature : 37 C Oedema : (-)
STATUS GENERALISATA
Kepala : dalam batas normal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
Refleks pupil (+/+)
Isokor, ka=ki
Leher : Pembesaran KGB (-/-)
TVJ R-2 cmH2O
Thorax :
- Inspeksi : Simetris fusiformis,
Tidak ada ketinggalan bernafas
- Palpasi : SF kanan=kiri
- Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
- Auskultasi :
Jantung : S1 (N) S2 (N) S3 (-) S4 (-) Reguler, Murmur : (-)
Paru : Suara Pernafasan :Vesikuler
Suara Tambahan :Tidak ada
Wheezing (-/-)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT< 2 detik, Clubbing finger (+)
Oedem pretibial (-/-)
STATUS OBSTETRI
Abdomen : soepel, peristaltik (+) Normal, membesar asimetris
TFU : 3 jari diatas pusat
Teregang :
Terbawah :
Gerak : (+)
His : (-)
DJJ : 142 x/i
STATUS GINEKOLOGI
Tidak dilakukan pemeriksaan
USG TAS :
- JT, LL, AH
- FM (+), FHR (+)
- BPD : 7,45 cm
- EFW : 1444 gr
- AC : 2,4 gr
- FL : 5,77 cm
- Plasenta fundal grade II
- Air ketuban cukup
Kesan : IUP (29-30) minggu + LL + AH
LABORATORIUM
15 Februari 2017
Darah rutin
Hb : 13,2 gr/dl
Leukosit : 11.63000/ mm3
Ht : 37,4 %
Trombosit : 341.000/mm3
KGD ad random : 72,00 mg/dL
Elektrolit
Na : 134 mmol/dL
K : 2,70 mmol/dL
Cl : 115,00 mmol/dL
LFT
SGOT : 30,00 U/L
SGPT : 27,00 U/L
RFT
Ureum : 12 mg/dL
Creatinin : 0,54 mg/dL
Proteinuria :-
Hemoistasis
D Dimer : 1,200 ng/al
Imunologi
HBAg kuantitatif : negative
HIV Kuantitatif : negative
E.DIAGNOSA SEMENTARA
PEB + MG + KDR (28-30 minggu) + LL + AH + Hipokalemi + Hiponatremi
F.RENCANA PERSALINAN
Rawat ekspektatif
G. PROGNOSIS
Sedang
H. TERAPI
- Bed rest
- O2 2-4 L/i
- IVFD RL + MgSO4 40% 12 gr 14 gtt/i
- INJ. Dexamethason 1 mg/12 jam selama 48 jam
- -Nifedipine tab 4x10mg(jika tekanan darah 180/110 mmhg
diberikan nifedipine 10 mg /30 menit max dose 120 mg)
- KSR 1x 600 mg
Follow Up
15/03/2017 (7:00)
KU : sakit kepala
SP : Sens : CM Anemis : (-)
TD : 160/90 mmHg Ikterik : (-)
HR : 80 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 24 x/i Sianosis : (-)
T : 36,70C Oedem : (-)
SO : Abdomen : Mendatar Asimetris
TFU : 3 jari di atas pusat
Teratas :
Terbawah :
Gerak : (+)
His : (-)
DJJ : 140x/i
Diagnosis : PEB + MG + KDR (28-30 minggu) + LL + AH + Hipokalemi +
Hiponatremi
Terapi : - O2 2-4 L/i
- IVFD RL + MgSO4 40% 12 gr 14 gtt/i
- Inj. Dexamethason 1 mg/12 jam selama 48 jam
- Nifedipine tab 4x10mg(jika tekanan darah 180/110 mmhg
diberikan nifedipine 10 mg /30 menit max dose 120 mg)
- KSR 1x 600 mg
Rencana : rawat espektatif, pantau DJJ, tekanan darah, jika tidak terjadi
perbaikan maka terminasi segera
16/03/2017 (7:00)
KU : sakit kepala
SP : Sens : CM Anemis : (-)
TD : 160/90 mmHg Ikterik : (-)
HR : 88 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 24 x/i Sianosis : (-)
T : 36,70C Oedem : (-)
SO : Abdomen : Mendatar Asimetris
TFU : 3 jari di atas pusat
Teratas :
Terbawah :
Gerak : (+)
His : (-)
DJJ : 144x/i
Diagnosis : PEB + MG + KDR(28-30 minggu) + LL + AH + Hipokalemi +
Hiponatremi
Terapi : - O2 2-4 L/i
- IVFD RL + MgSO4 40% 12 gr 14 gtt/i
- Inj. Dexamethason 1 mg/12 jam selama 48 jam
- Nifedipine tab 4X10mg(jika tekanan darah 180/110 mmhg
diberikan nifedipine 10 mg /30 menit max dose 120 mg)
- KSR 1x 600 mg
Rencana : - rawat espektatif,
- pantau DJJ, tekanan darah, jika tidak terjadi perbaikan maka
terminasi segera
- cek proteinuria, DR, LDH, LFT, RFT
17/03/2017 (7:00)
KU : sakit kepala Anemis : (-)
SP : Sens : CM Ikterik
Anemis : :(-)
(-)
TD : 160/90 mmHg Dyspnoe
Ikterik : :(-)
(-)
HR : 87 x/i Sianosis
Dyspnoe : :(-)
(-)
RR : 18 x/i Oedem
Sianosis : :(-)
(-)
T : 36,8 0C Oedem : (-)
SO : Abdomen : Mendatar Asimetris
TFU : 3 jari di atas pusat
Teratas :
Terbawah :
Gerak : (+)
His : (-)
DJJ : 146 x/i
Hasil lab :
Darah rutin
Hb / Leu / Ht / PLT : 13,3 / 13,69 / 36,3 / 400.000
LFT
SGOT / SGPT/ LDH: 20,00 / 22,00 / 356
RFT
Ureum / Creatinin : 17,00 / 0,63
Proteinuria : +++
Diagnosis : PEB + MG + KDR(28-30 minggu) + LL + AH + Hipokalemi +
Hiponatremi
Terapi : - O2 2-4 L/i
- IVFD RL + MgSO4 40% 12 gr 14 gtt/i
- Nifedipine tab 4x10mg (jika tekanan darah 180/110 mmhg
diberikan nifedipine 10 mg /30 menit max dose 120 mg)
- KSR 1x 600 mg
Rencana : - rawat espektatif,
- pantau DJJ, tekanan darah, jika tidak terjadi perbaikan maka
terminasi segera,
- panel HELLP, urin rutin, USG konfirmasi
17/03/2017 (11:00)
Poli obgyn, USG TAS
JT, PK, AH, FM (+), FMN (+)
BPD : 8,9 CM
FL : 6,34 CM
AC : 25,9 CM
RI : 0,66
EFW : 1,564 gr
S/D rata : 2,96
Plasenta : fundal grade II
Kesan IUP (29 Minggu) + PK + AH
18/03/2017 (7:00)
KU : sakit kepala
SP : Sens : CM Anemis : (-)
TD : 150/90 mmHg Ikterik : (-)
HR : 88 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 24 x/i Sianosis : (-)
T : 36,70C Oedem : (-)
SO : Abdomen : Mendatar Asimetris
TFU : 3 jari di atas pusat
Teratas :
Terbawah :
Gerak : (+)
His : (-)
DJJ : 144x/i
Proteinuria : +++
Diagnosis : PEB + MG + KDR(28-30 minggu) + LL + AH + Hipokalemi +
Hiponatremi
Terapi : - IVFD RL 20 gtt/i
-Nifedipine tab 4X10mg (jika tekanan darah 180/110 mmhg
diberikan nifedipine 10 mg /30 menit max dose 120 mg)
- KSR 1x 600 mg
- metyldopa 3 x 500 mg
- PCT 3 x 500 mg
Rencana : - rawat espektatif,
- pantau VS, HIS, DJJ, tekanan darah,
- Aff kateter
19/03/2017 (7:00)
KU : sakit kepala
SP : Sens : CM Anemis : (-)
Ikterik : (-)
Dyspnoe : (-)
Sianosis : (-)
Oedem : (-)
TD : 140/90 mmHg
HR : 76 x/i
RR : 24 x/i
T : 36,70C
SO : Abdomen : Mendatar Asimetris
TFU : 3 jari di atas pusat
Teratas :
Terbawah :
Gerak : (+)
His : (-)
DJJ : 144x/i
Diagnosis : PEB + MG + KDR(28-30 minggu) + LL + AH + Hipokalemi +
Hiponatremi
Terapi : - IVFD RL 20 gtt/i
-Nifedipine tab 4X10mg(jika tekanan darah 180/110 mmhg
diberikan nifedipine 10 mg /30 menit max dose 120 mg)
- KSR 1x 600 mg
Rencana : rawat espektatif, pantau DJJ, tekanan darah
20/03/2017 (7:00)
KU : sakit kepala
SP : Sens : CM Anemis : (-)
TD : 140/80 mmHg Ikterik : (-)
HR : 90 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 24 x/i Sianosis : (-)
T : 36,70C Oedem : (-)
SO : Abdomen : Mendatar Asimetris
TFU : 3 jari di atas pusat
Teratas :
Terbawah :
Gerak : (+)
His : (-)
DJJ : 144x/i
Hasil lab :
Darah rutin
Hb / Leu / Ht / PLT : 13,2 / 14,11 / 36,1 / 400.000
LFT
SGOT / SGPT/ LDH/ Alkalin Phospatase / Bilirubin Total: 18,00 / 14,00 / 399 /
144,00 / 0,52
RFT
Ureum / Creatinin : 21,00 / 0,51
Proteinuria : ++
Diagnosis : PEB + MG + KDR(28-30 minggu) + LL + AH + Hipokalemi +
Hiponatremi
Terapi : - O2 2-4 L/i
- IVFD RL 20 gtt/i
- Metyldopa tab 3x500 mg
- PCT tab (k/p)
Rencana :- rawat espektatif,
- pantau DJJ, tekanan darah,
- cek proteinuria, DR, LDH, LFT, RFT, elektrolit
- Konsul interna advice dan rawat bersama
20/03/2017 (18:00)
jawaban konsul interna :
Acc rawat bersama dangan advice : KSR 1x 600 mg, lakukan pemeriksaan EKG.
Konsul ulang jika EKG sudah ada
21/03/2017 (4:00)
KU :-
SP : Sens : CM Anemis : (-)
TD : 180/100 mmHg Ikterik : (-)
HR : 78 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 20 x/i Sianosis : (-)
T : 36,30C Oedem : (-)
SO : Abdomen : Mendatar Asimetris
TFU : 3 jari di atas pusat
Teratas :
Terbawah :
Gerak : (+)
His : (-)
DJJ : 144x/i
Diagnosis : PEB + MG + KDR(28-30 minggu) + LL + AH
Terapi : - IVFD RL 20 gtt/i
- Metyldopa tab 3x500 mg
- KSR tab 1x600 mg
- Neuralgin (k/p)
Rencana :- rawat espektatif,
- pantau DJJ, tekanan darah,
21/03/2017 (4:00)
Terapi interna:
- amlodipin 1x10 mg
- metyldopa 1x500 mg
- nifedipin aff
- KSR aff
- subsitusi natrium : 225 = 1 flash NaCl 3% 20 gtt/I (makro)
- subtitusi kalium : 1,8 = 2 flash KCl dalam 300 cc NaCl 0,9 % 20 gtt/i (makro)
21/03/2017 (7:00)
KU :-
SP : Sens : CM Anemis : (-)
TD : 180/100 mmHg Ikterik : (-)
HR : 98 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 20 x/i Sianosis : (-)
T : 36,50C Oedem : (-)
SO : Abdomen : Mendatar Asimetris
TFU : 3 jari di atas pusat
Teratas :
Terbawah :
Gerak : (+)
His : (-)
DJJ : 144x/i
Diagnosis : PEB + MG + KDR(28-30 minggu) + LL + AH + hipokalemi
Terapi : - IVFD RL 20 gtt/i
- Metyldopa tab 3x500 mg
- KSR tab 1x600 mg
- Neuralgin (k/p)
Rencana : - rawat espektatif, pantau DJJ, tekanan darah,
- Konsul interna divisi ginjal dan hipertensi untuk penanganan
hipertensi dan hipokalemia
- EKG
22/03/2017 (6:00)
KU :-
SP : Sens : CM Anemis : (-)
TD : 180/100 mmHg Ikterik : (-)
HR : 98 x/i Dyspnoe : (-)
Sianosis : (-)
Oedem : (-)
RR : 20 x/i
T : 36,50C
SO : Abdomen : Mendatar Asimetris
TFU : 3 jari di atas pusat
Teratas :
Terbawah :
Gerak : (+)
His : (-)
DJJ : 144x/i
Hasil lab :
Darah rutin
Hb / Leu / Ht / PLT : 12,4 / 10,49/ 35,3 / 296.000
LFT
SGOT / SGPT/ LDH: 34,00 / 17,00 / 656
RFT
Ureum / Creatinin : 17,00 / 0,63
Elektrolit
Na / K / Cl : 133,00 / 2,90 / 144,00
Glukosa ad random : 109,00
Proteinuria : ++
Diagnosis : PEB + MG + KDR(28-30 minggu) + LL + AH + hipokalemi
Terapi : - IVFD RL 20 gtt/i
- Metyldopa tab 3x500 mg
- Inj. Cefriaxone 1 gr/12 jam
- Neuralgin (k/p)
Rencana : - SC CITO di KBE
- konsul anastesi,
- konsul anak
- SIO
22/03/2017 (13:30)
KU : sakit kepala
SP : Sens : CM Anemis : (-)
TD : 240/110 mmHg Ikterik : (-)
HR : 68 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 18 x/i Sianosis : (-)
T : 36,50C Oedem : (-)
SO : Abdomen : soepel, pristaltik (+)
TFU : 2 jari dibawah pusat, kontraksi kuat
P/V : (-), lochia (+) rubra
L/O : tertutup verban
BAK (+) normal via kateter, UOP 50 cc/jam
BAB (-), Flatus (-)
Diagnosis : post SC a/I PEB + LL + NH0
Terapi : -Nifedipine tab 4x10 mg
Rencana : pantau VS, perdarahan
22/03/2017 (16:00)
KU : sakit kepala
SP : Sens : CM Anemis : (-)
TD : 220/90 mmHg Ikterik : (-)
HR : 80 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 19 x/i Sianosis : (-)
T : 37,2 0C Oedem : (-)
SO : Abdomen : Soepel, pristaltik (+)
TFU : 2 jari dibawah pusat, kontraksi kuat
P/V : (-), lochia (+) rubra
L/O : tertutup verban
BAK (+) normal via kateter, UOP 90 cc/jam kuning jernih
BAB (-), Flatus (-)
Hasil lab :
Darah rutin
Hb / Leu / Ht / PLT : 13,00 / 16,11 / 37,2 / 299.000
LFT
SGOT / SGPT/ LDH: 19,00 / 17,00 / 656
RFT
Ureum / Creatinin : 19,00 / 0,66
ELEKTROLIT :
Na / K / Cl : 131,00 / 2,70 / 117,00
Diagnosis : post SC a/I PEB + LL + NH1
Terapi : - IVFD RL + MgSO4 40% 30 cc 14 gtt/I (24 jam )
- IVFD RL + oxytocin 10-10-5-5 20 gtt/i
- inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
- inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam
- inj. Ranitidine 59 mg/ 8 jam
- PCT 3 x 500 mg
Rencana : pantau VS, kontraksi uterus dan perdarahan
23/03/2017 (7:00)
KU :-
SP : Sens : CM Anemis : (-)
TD : 150/90 mmHg Ikterik : (-)
HR : 82 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 17 x/i Sianosis : (-)
T : 36,60C Oedem : (-)
SO : Abdomen : Soepel, pristaltik (+) N
TFU : 1 jari dibawah pusat, kontraksi kuat
P/V : (-), lochia (+) rubra
L/O : tertutup verban kering
BAK (+) normal via kateter, UOP 150 cc/jam kuning jernih
BAB (-), Flatus (-)
Hasil lab :
Proteinuria : ++
Diagnosis : post SC a/I PEB + LL + NH2
Terapi : - IVFD RL + MgSO4 40% 20 cc (12 gr) 14 gtt/I
- IVFD RL + oxytocin 10, 20 gtt/i
- inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
- inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam
- inj. Ranitidine 59 mg/ 8 jam
- inj. Transamin 500 mg/ 12 jam
- KSR tab 1x600 mg
- PCT 3 x 500 mg
- Terapi hipertensi dan yang lain sesuai ts anastesi dan interna
24/03/2017 (7:00)
KU :-
SP : Sens : CM Anemis : (-)
TD : 150/90 mmHg Ikterik : (-)
HR : 80 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 20 x/i Sianosis : (-)
T : 36,00C Oedem : (-)
SO : Abdomen : Soepel, pristaltik (+) N
TFU : 1 jari dibawah pusat, kontraksi kuat
P/V : (-), lochia (+) rubra
L/O : tertutup verban kering
BAK (+) normal via kateter, UOP 60 cc/jam kuning jernih
BAB (-), Flatus (+)
Hasil lab :
Proteinuria : ++
Diagnosis : post SC a/I PEB + LL + NH3
Terapi : - IVFD RL + MgSO4 40% 20 cc (12 gr) 14 gtt/I
- IVFD RL + oxytocin 10, 20 gtt/i
- inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
- inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam
- inj. Ranitidine 59 mg/ 8 jam
- metyldoda tab 3x250 mg
- KSR tab 1x600 mg
- captopril tab 2x12,5 mg
- Terapi hipertensi dan yang lain sesuai ts anastesi dan interna
Rencana : cek proteinuria
24/03/2017 (14:30)
KU :-
SP : Sens : CM Anemis : (-)
TD : 180/100 mmHg Ikterik : (-)
HR : 80 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 20 x/i Sianosis : (-)
T : 37,00C Oedem : (-)
SO : Abdomen : Soepel, pristaltik (+) N
TFU : 2 jari dibawah pusat, kontraksi kuat
P/V : (-), lochia (+) rubra
L/O : tertutup verban kering
BAK (+) normal via kateter, UOP 60 cc/jam kuning jernih
BAB (-), Flatus (+)
Diagnosis : post SC a/I PEB + LL + NH3
Terapi : - IVFD RL 20 gtt/I
- IVFD RL + oxytocin 10, 20 gtt/i
- inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
- inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam
- inj. Ranitidine 59 mg/ 8 jam
- metyldoda tab 3x250 mg
- KSR tab 1x600 mg
- captopril tab 2x12,5 mg
- Terapi hipertensi dan yang lain sesuai ts anastesi dan interna
25/03/2017 (7:00)
KU :-
SP : Sens : CM Anemis : (-)
TD : 180/110 mmHg Ikterik : (-)
HR : 82 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 20 x/i Sianosis : (-)
T : 36,5 0C Oedem : (-)
SO : Abdomen : Soepel, pristaltik (+) N
TFU : 3 jari dibawah pusat, kontraksi kuat
P/V : (-), lochia (+) rubra
L/O : tertutup verban kering
BAK (+) normal via kateter, UOP 60 cc/jam kuning jernih
BAB (-), Flatus (+)
Diagnosis : post SC a/I PEB + LL + NH3
Terapi - inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
- inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam
- inj. Ranitidine 59 mg/ 8 jam
- metyldoda tab 3x250 mg
- KSR tab 1x600 mg
- captopril tab 2x12,5 mg
25/03/2017 (16:00)
KU : sakit kepala
SP : Sens : CM Anemis : (-)
TD : 200/70 mmHg Ikterik : (-)
HR : 96 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 32 x/i Sianosis : (-)
T : 39,3 0C Oedem : (-)
SO : Abdomen : Soepel, pristaltik (+) N
TFU : 3 jari dibawah pusat, kontraksi kuat
P/V : (-), lochia (+) rubra
L/O : tertutup verban kering
BAK (+) normal via kateter, UOP 60 cc/jam kuning jernih
BAB (-), Flatus (+)
Diagnosis : post SC a/I PEB + LL + NH3
Terapi : - inj. Novalgin 1 amp
26/03/2017 (7:00)
KU :
SP : Sens : CM Anemis : (-)
TD : 160/90 mmHg Ikterik : (-)
HR : 86 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 22 x/i Sianosis : (-)
T : 37,60C Oedem : (-)
SO : Abdomen : Soepel, pristaltik (+) N
TFU : 3 jari dibawah pusat, kontraksi kuat
P/V : (-), lochia (+) rubra
L/O : tertutup verban kering
BAK (+) normal
BAB (-), Flatus (+)
Diagnosis : post SC a/i PEB + LL + post sterilisasi pomerooy + NH3
Terapi : - cefadroxyl tab 2x500 mg
- as. Mefenamat tab 3x500 mg
- ranitidine tab 2x 150 mg
- metyldopa tab 3x250 mg
- KSR tab 1x600 mg
- captopril tab 2x12,5 mg
- vit. B comp. 1x1
- adalat oros tab 1x30 mg (nefrologi)
Rencana : besok GV
27/03/2017 (7:00)
KU :
SP : Sens : CM Anemis : (-)
TD : 150/100 mmHg Ikterik : (-)
HR : 80 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 16 x/i Sianosis : (-)
T : 36,50C Oedem : (-)
SO : Abdomen : Soepel, pristaltik (+) N
TFU : 3 jari dibawah pusat, kontraksi kuat
P/V : (-), lochia (+) rubra
L/O : tertutup verban kering
BAK (+) normal
BAB (-), Flatus (+)
Diagnosis : post SC a/I PEB + LL + Post sterilisasi pomerooy + NH3
Terapi : - cefadroxyl tab 2x500 mg
- as. Mefenamat tab 3x500 mg
- ranitidine tab 2x 150 mg
- metyldopa tab 3x250 mg
- KSR tab 1x600 mg
- captopril tab 2x12,5 mg
- vit. B comp. 1x1
- adalat oros tab 1x30 mg (nefrologi)
Rencana : PBJ
BAB 1V
ANALISA KASUS
Dari statistika pada 25-26% penyebab kematian janin tidak jelas. Sisanya
dapat disebabkan oleh faktor maternal, faktor fetal, factor plasental, dan factor
lainnya, dan pada kasus ini dijumpai factor maternal berupa hipertensi selama 2
tahun. Dan faktor lainnya berupa ibu yang berumur 42 tahun.
Untuk mendiagnosis kematian janin dalam kandungan dari anamnesis
biasanya didapatkan gerakan janin yang tidak ada, perut tidak bertambah besar,
bahkan mungkin mengecil (kehamilan tidak seperti biasanya), perut sering menjadi
keras, merasakan sakit seperti ingin melahirkan, danpenurunan berat badan.
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan kematian janin dalam kandungan biasanya
didapatkan tinggi fundusuteri berkurang atau lebih rendah dari usia kehamilan, tidak
terlihat gerakan-gerakan janin yang biasanya dapat terlihat pada ibu yang kurus. Pada
palpasididapatkan tonus uterus menurun, uterus teraba flaksid, dantidak teraba
gerakan-gerakan janin. Pada auskultasi tidak terdengar denyut jantung janin.
Penyebab kematian janin dalam kandungan pada pasien ini bisa dikarenakan
faktor maternal dan fetal.Berdasarkan anamnesis, pasien mengalami tekanan darah
tinggi selama kehamilan dan memiliki riwayat tekanan darah tinggi sebelum
kehamilan. Melihat keadaan tersebut, kemungkinan besar penyebab kematian janin
dalam kasus ini, diakibatkan faktor maternal.Pada pre-eklampsi terjadi spasme
pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Jika semua arteriola dalam
tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk
mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat mencukupi. Maka
aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan
arena kekurangan oksigen terjadi gawat janin.Pada hipertensi dalam kehamilan juga
tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan
matriks sekitarnya.Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga
lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan
vasodilatasi.Akibatnya, arteri spiralis relative mengalami vasokonstriksi, dan terjadi
kegagalan remodeling arteri spiralis, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun,
dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Hal ini akan berujung kepada keadaan
gawat janin yang bisa dilihat dari detak jantung janin meningkat atau lebih lambat
dari normal. Pada kasus dijumpai pada pemeriksaan detak jantung janin yang lebih
lambat dari normal sehingga merupakan tanda kegawatan janin.Keadaan gawat janin
cendrung disebabkan gangguan pasokan darah uteroplasenta.
Faktor fetal belum dapat disingkirkan karena sebaiknya dilakukan
pemeriksaan autopsi apakah terdapat kelainan kongenital mayor pada janin.
Inkompatibilitas rhesus juga sangat kecil kemungkinannya mengingat pasien dan
suaminya dari suku yang sama.
Persalinan pervaginam dapat ditunggu lahir spontan setelah 2 minggu,
umumnya tanpa komplikasi.Persalinan dapat ditunggu secara aktif dengan induksi
persalinan dengan oksitosin atau misoprostol.Tindakan perabdominal bila janin
letak lintang.Pada kasus langsung dilakukan induksi persalinan dengan oksitosin.Dan
pada kasus ini presentasi janin dengan letak bokong sehingga tidak dianjurkan untuk
dilakukan tindakan perabdominal.
PERMASALAHAN
1. Apakah penanganan dan terapi pada pasien ini sudah tepat ?
2. Sejauh mana kompetensi dokter umum dalam menangani kasus ini dan
apa tindakan yang kita lakukan jika pasien datang di tempat pelayanan
kesehatan dengan fasilitas yang terbatas ?