OLEH:
TIM PEMBIMBING
NIP.............................................. NIP............................................
LAPORAN PENDAHULUAN
B. Epidemiologi
Gangguan pernapasan masih merupakan masalah kesehatan yang penting
karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1
dan 4 kematian yang terjadi. Data yang diperoleh dari kunjungan ke puskesmas
mencapai 40 60 % adalah oleh penyakit pernapasan. Dari seluruh kematian yang
disebabkan gangguan pernapasan adalah karena pneumonia dan pada bayi
berumur kurang 2 bulan. Penyakit ganguan pernafasan lainnya yaitu asma dan
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK). Penelitian Laksana (2015) menyatakan
bahwa jumlah pasien asma yang masuk ruang gawat darurat di salah satu pusat
rumah sakit khusus paru di Indonesia mengalami peningkatan dari 1.653 pasien
pada tahun 1998 menjadi 2.210 pasien pada tahun 2000 dan meningkat 3 kali
lipat di tahun 2011 tahun. Penelitian Kuala (2014) menyatakan bahwa 12 negara
Asia Pasifik menunjukkan estimasi prevalensi PPOK Indonesia sebesar 5,6%.
Data kunjungan pasien di Rumah Sakit Persahabatan menunjukkan
kecenderungan peningkatan kasus PPOK. Kunjungan rawat jalan pasien PPOK di
Rumah Sakit Persahabatan Jakarta meningkat dari 616 pada tahun 2000 menjadi
1.735 pada tahun 2007.
Hingga saat ini angka mortalitas akibat gangguan pernapasan yang berat
masih sangat tinggi, kematian seringkali disebabkan karena penderita datang
untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit kurang
gizi. Data morbiditas penyakit pernapasan di Indonesia per tahun berkisar antara
10 20 % dan populasi balita. Bila kita mengambil angka morbiditas 10%
pertahun, berarti setiap tahun jumlah penderita gangguan pernapasan di Indonesia
berkisar 2,3 juta.
C. Etiologi
Kebutuhan oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya faktor fisiologis, perkembangan, perilaku dan lingkungan (Potter &
Perry, 2010; Tarwoto & Wartonah, 2010).
1. Faktor Fisiologis
a. Menurunnya kapasitas yang membawa O2, seperti anemia dan racun
inhalasi.
b. Membatasi pengiriman O2 yang diinspirasi alveoli sehingga
menurunnya konsentrasi O2, seperti pada obstruksi saluran napas
bagian atas.
c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transpor O2 terganggu.
d. Meningkatnya metabolisme dan kebutuhan oksigen di jaringan
seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan lain-lain.
e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada sehingga
mencegah penurunan diafragma dan menurunkan diameter
anteroposterior thoraks pada saat inspirasi, menurunkan volume
udara yang diinspirasi.seperti pada kehamilan, obesitas,
muskuloskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis seperti TB
paru. Beberapa kondisi yang mempengaruhi gerakan dinding dada
yaitu kehamilan, obesitas, kelainan musculoskeletal, kerusakan
muskulosetal di region thorak menyebabkan penurunan oksigenasi,
konfigurasi structural yang abnormal, trauma, penyakit otot,
penyakit system persarafan dan pengaruh penyakit kronis.
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
sehingga beresiko terkena penyakit membran hialin.
b. Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan atas dari
hasil pemaparan dari anak-anak lain dan pemaparan asap dari rokok.
Selain itu,selama proses pertumbuhan gigi, beberapa bayi
berkembang kongesti nasal yang memungkinkan pertumbuhan
bakteri dan meningkatkan potensi terjadinya ISPA. ISPA yang sering
dialami adalah nasofaringitis, faringitis, influenza, dan tonsillitis.
c. Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas fisik, stres, obat-obatan yang mengakibatkan penyakit
jantung dan paru-paru.
e. Lansia: adanya proses penuan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi: mempengaruhi fungsi kardiopulmonar dalam beberapa cara
misalnya pada obsesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru,
gizi yang buruk atau kekurangan gizi menjadi anemia sehingga
mengalami kelemahan otot pernafasan dan daya ikat oksigen
berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.
b. Latihan: dapat meningkatkan aktivitas metabolism tubuh dan
kebutuhan oksigen.Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat,
memampukan individu untuk mengatasi lebih banyak oksigen dan
mengeluarkan kelebihan karbondoksida.
c. Merokok: nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
perifer dan koroner. Dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk
penyakit jantung, penyakit paru obstrukti kronis, dan kanker paru.
d. Penyalahgunaan substansi (alkohol dan obat-obatan): menyebabkan
intake nutrisi atau Fe menurun mengakibatkan penurunan
hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat pernafasan.
4. Faktor Lingkungan
a. Abestosis merupakan penyakit paru yang memperoleh di tempat
kerja dan berkembang setelah individu terpapar asbestosis.
b. Ansietas
Keadaan yang terus-menerus pada insietas beat akan meningkatkan
lajumetabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen akan meningkat.
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala akibat adanya gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
yang sering terjadi antara lain fase ekspirasi memanjang, penggunaan otot bantu
pernapasan, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi, penurunan
ventilasi permenit, pernapasan bibir, pernapasan cuping hidung, pola napas
abnormal (misal irama, frekuensi, kedalaman), batuk yang tidak efektif, sulit
berbicara, mata terbuka lebar, penurunan bunyi napas, sputum dalam jumlah yang
berlebihan, terdapat suara napas tambahan, warna kulit abnormal (misal pucat,
kehitaman), ketakutan, peningkatan frekuensi jantung, gelisah, dispnea,
bradipnea, orthopnea, takipnea, hiperkapnia, hipoksemia, hipoksia, pH arteri
abnormal, sakit kepala saat bangun tidur, sianosis, somnolen, takikardia,
peningkatan laju metabolisme, peningkatan PCO2, penurunan PO2, penurunan
saturasi O2 (NANDA, 2015). Respiratory rate normal pada orang dewasa berkisar
16-24 kali/menit, 30-50 kali/menit pada anak dan 30-60 kali/menit pada bayi.
Gangguan irama pada pernapasan yaitu,
1. Bradypnea, merupakan pola pernafasan yang lambat dan kurang dari
10 kali per menit
2. Tachypnea, merupakan pernafasan yang memiliki frekuensi lebih dari
24 kali per menit.
3. Dispnea, merupakan perasaan sesak dan berat saat pernafasan.
4. Kusmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal yang dapat
ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolik.
5. Hiperventilasi, merupakan cara tubuh dalam mengkompensasi
peningkatan jumlah oksigen dalam paru agar pernafasan lebih cepat
dan dalam.
6. Hipoventilasi, merupakan merupakan upaya tubuh untuk
mengeluarkan korbondioksida dengan cukup yang dilakukan dengan
pada saat ventilasi alveolar.
7. Orthopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk
atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang
mengalami kongestif paru.
8. Cheyne stokes, merupakan siklus pernafasan yang amplitudonya
mula-mula naik, turun, berhenti, kemudian mulai dari siklus baru.
9. Biot, merupakan pernafasan dengan irama yang mirip dengan cheyne
stokes, tetapi amplitudonya tidak teratur.
10. Pernafasan paradoksial, merupakan pernafasan yang ditandai dengan
pergerakan dinding paru yang berlawanan arah dari keadaan normal,
sering ditemukan pada keadaan atelektaksis.
11. Stridor, merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan
pada saluran pernafasan.
E. Patofisiologi dan Clinical Pathway
Faktor
Perdarahan luar Infeksi antigen luar perkembangan
tubuh & difusi cairan Kehamilan,
& dalam Alkohol dan Obat- Kecemas dan faktor
tubuh/jaringan Obesitas
obatan an lingkungan
Gangguan kebutuhan
oksigenasi
Aliran oksigen yang bisa diberikan dengan alat ini adalah sekitar
16 liter/menit dengan konsentrasi 24%-44%. Prosedur
pemasangan kateter ini meliputi insersi kateter oksigen ke dalam
hidung sampai nasofaring. Persentase oksigen yang mencapai paru-
paru beragam sesuai kedalaman dan frekuensi pernafasan, terutama
jika mukosa nasal membengkak atau pada pasien yang bernafas
melalui mulut.
b. Nasal kanul
Nasal kanul terdapat dua kanula yang panjangnya masing-masing
1,5 cm (1/2 inci) menonjol pada bagian tengah selang dan dapat
dimasukkan ke dalam lubang hidung untuk memberikan oksigen
dan yang memungkinkan klien bernapas melalui mulut dan
hidungnya. Oksigen yang diberikan dapat secara kontinyu dengan
aliran 1-6 liter/menit. Konsentrasi oksigen yang dihasilkan dengan
nasal kanul sama dengan kateter nasal yaitu 24 % - 44 %.
c. Masker
a) Simple mask
G. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
1. Gangguan pertukaran gas (00030)
Berhubungan dengan
a. Ketidakseimbangan ventilasi perfusi
b. Perubahan membrane alveolar-kapiler
Batasan karakteristik
a. Diaforesis (keringat berlebihan)
b. Dispnea (perasaan sesak dan berat saat pernafasan)
c. Gangguan penglihatan
d. Gas darah arteri abnormal (asidosis metabolik, asidosis
respiratorik, alkalosis metabolik, alkalosis respiratorik)
e. Gelisah
f. Hiperkapnia (kondisi dimana kadar CO2 dalam tubuh meningkat)
g. Hipoksemia (terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam tubuh
meningkat)
h. Hipoksia (kondisi lanjutan dari hpoksemia, yaitu rendahnya
pasokan oksigen pada pembuluh arteri)
i. Iritabilitas (kepekaan terhadap rangsang)
j. Konfusi (gangguan proses berpikir)
k. Pernapasan cuping hidung
l. Penurunan karbondioksida
m. pH arteri abnormal
n. Pola pernapasan abnormal (kecepatan, irama, kedalaman)
o. Sakit kepala saat bangun
p. Sianosis (kondisi yang menyebabkan kulit dan selaput lendir
(dalam mulut, tepi mata, dan lain lain) berubah warna menjadi
kebiruan karena terlalu sedikit oksigen dalam aliran darah)
q. Somnolen (kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat,
mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu menjawab
verbal)
r. Takikardia (Detak jantung pada penderita takikardia paling sedikit
100 kali per menit)
s. Warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)
2. Ketidakefektifan pola napas (00032)
Berhubungan dengan
a. Ansietas
b. Cidera medula spinalis
c. Deformitas dinding dada
d. Deformitas tulang
e. Disfungsi neuromuskular
f. Gangguan muskuloskeletal
g. Gangguan neurologis (misal EEG positif, trauma kepala, gangguan
kejang)
h. Hiperventilasi
i. Imaturitas neurologis (kelemahan otot pernafasan)
j. Keletihan
k. Keletihan otot pernapasan
l. Nyeri
m. Obesitas
n. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
o. Sindrom hipoventilasi
Batasan karakteristik
a. Bradipnea
b. Dispnea
c. Fase ekspirasi memanjang
d. Ortopnea (kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau
berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang
mengalami kongestif paru)
e. Penggunaan otot bantu pernapasan (otot sela iga, otot leher, otot
perut)
f. Penggunaan posisi tiga-titik (duduk,satu tangan pada setiap lutut,
membungkuk kedepan)
g. Peningkatan diameter anterior-superior
h. Penurunan kapasitas vital
i. Penurunan tekanan ekspirasi
j. Penurunan tekanan inspirasi
k. Penurunan ventilasi semenit
l. Pernapasan bibir
m. Pernapasan cuping hidung
n. Perubahan ekskursi dada (kedalaman pernapasan)
o. Pola napas abnormal (irama, frekuensi, kedalaman)
p. Takipnea
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031)
Berhubungan dengan
a. Lingkungan
a) Perokok
b) Perokok pasif
c) Terpajan asap
b. Obstruksi jalan napas
a) Adanya jalan napas buatan
b) Benda asing dalam jalan napas
c) Eksudat dalam alveoli
d) Hiperplasia pada dinding bronkus (meningkatnya jumlah sel
sehingga merubah ukuran dari bronkus)
e) Mucus berlebihan
f) Penyakit paru obstruksi kronis
g) Sekresi yang tertahan
h) Spasme jalan napas
c. Fisiologis
a) Asma
b) Disfungsi neuromuskular
c) Infeksi
d) Jalan napas alergik
d. Batasan karakteristik
a) Batuk yang tidak efektif (ketidakmampuan seseorang
untuk batuk dengan benar, dimana seseorang tidak dapat
menghemat energi sehingga mudah lelah dan tidak dapat
mengeluarkan dahak secara maksimal)
b) Dispnea
c) Gelisah
d) Kesulitan verbalisasi (kesulitan dalam menjelaskan
mengungkapkan) sesuatu dengan kata-kata)
e) Mata terbuka lebar
f) Ortopnea
g) Penurunan bunyi napas
h) Perubahan frekuensi napas
i) Perubahan pola napas
j) Sianosis
k) Sputum dalam jumlah yang berlebihan
l) Suara napas tambahan (weezhing/ mengi, ronkhi, stridor,
crackles)
m) Tidak ada batuk
A. PENGKAJIAN
I. Identitas Klien
Nama : Ny. Z No. RM : 064783
Umur : 42 tahun Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Jenis Kelamin : Perempuan Status : Menikah
Perkawinan
Agama : Islam Tanggal MRS : 27 Agustus 2017
Keterangan:
a. --- : tinggal serumah
b. : menikah
c. : perempuan
d. : laki-laki
e. : klien
f. X :meninggal
III. Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Klien selalu memeriksakan kondisi kesehatannya ke tempat layanan
kesehatan jika dirasa ada gangguan pada kesehatannya. Klien mengatakan
menjaga pola makannya sejak sakit kanker payudara sampai saat ini. Klien
selalu mengikuti anjuran dan bersikap kooperatif selama masa pengobatan.
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)
Intepretasi: Intake nutrisi Ny. Z adekuat.
- Antropometri
Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien saat ini adalah sebagai berikut:
IMT = BB/TB2 58/(1,50)2 = 25,7. Hal ini menunjukkn bahwa IMT
klien berada pada kategori gemuk, kelebihan BB tingkat ringan (IMT
wanita dewasa normal = 18,7-23,9).
- Biomedical sign
Tanda biomedis yang dapat dilihat pada Ny. Z antara lain:
LED :-
Hb : 16,5
Leukosit : 11.100
Diff : -/-/-/76/15/9
PVC : 53,9,3
Trombosit : 268.000
Eritrosit : 6,08
MVC : 88,7
MCH : 27,1
MCHC : 30,6
RDW : 13,5
SGOT : 62,2
SGPT : 70,7
Urea : 35,1
Creatinin : 0,93
BSS : 154
- Clinical sign
Beberapa tanda klinis yang dapat dilihat pada Ny. Z antara lain:
a. Nyeri pada ulu hati;
b. Sesak napas.
- Diet pattern
No Pola Nutrisi Sebelum MRS Saat MRS
1. Frekuensi makan 3 kali/hari 3 kali/hari
2. Porsi makan 1 piring/makan 1 piring/makan
3. Varian makanan Nasi putih dan Nasi putih dan lauk
lauk pauk pauk
4. Nafsu makan Baik Baik
3. Pola eliminasi:
No Pola eliminasi Sebelum MRS Saat MRS
BAK
1. Frekuensi BAK 4-6 kali/hari 4-6 kali/hari
2. Volume urin 1.500 cc 1.500 cc
3. Konsistensi urin tidak pekat dan tidak tidak pekat dan tidak
ada busa ada busa
4. Warna Kuning jernih Kuning jernih
5. Bau Bau amoniak Bau amoniak
6. Alat bantu - -
7. Kemandirian Bantuan keluarga Bantuan keluarga
V. Terapi
1. Infus Ringer Laktat : D5 = 2:1 20tpm drip aminophylin ampul
2. Oksigen 3 lpm melalui nasal kanul
3. Injeksi IV Omeperazol 2x40 mg/ 10ml
4. Injeksi IV Ondancetron 2x4 mg/ 2ml
5. Injeksi IV Methilprednisolone 2x125 mg
6. Injeksi IV Ceftriaxone 2x1 g
7. Nebul 3x1 (Bisolvon, Pulmicort, Combivent)
8. Codein 1x1 mg tablet
Tri
Nyeri akut
3. Senin/ DS: Kerusakan membran Ganggguan Tri
4 Klien mengatakan alveolar pola tidur Tri
Septemb bahwa klien sulit (000198) Astutik
er 2017/ untuk tidur, sering Gangguan transportasi
09.00 terbangun di oksigen
malam hari dan
tidak merasa segar Sesak napas
saat bangun tidur
DO: Ganggguan pola tidur
a. Klien tampak
lelah dan
kurang tidur
b. Klien tampak
memiliki
kantung mata
c. Klien hanya bisa
tidur siang
selama 1 jam
dan tidur malam
4 jam
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kelelahan otot
pernapasan ditandai dengan
DS:
a. Klien mengatakan masih terasa sesak napas
DO:
a. Klien tampak lemah
b. Klien tampak bernapas menggunakan otot bantu pernapasan (otot sela
iga dan otot leher)
c. TD 130/90 mmHg, Suhu 36,60C, Nadi 90x/menit, RR 30x/menit.
d. Tidak ada pernapasan cuping hidung.
e. Terpasang O2 3 lpm melalui nasal kanul.
f. Klien tampak batuk kering.
g. Mukosa bibir lembab.
h. Terdapat suara wheezing
2. Nyeri akut berhubungan dengan sensasi nyeri karena penekanan rongga
dada terhadap organ di abdomen ditandai dengan
DS:
Klien mengatakan bahwa nyeri di ulu hati seperti tertekan dan sering
dirasakan saat batuk-batuk
DO:
a. klien tampak meringis menahan nyeri
b. klien tampak melindungi area nyeri
c. skala nyeri 6
3. Ganggguan pola tidur berhubungan dengan sesak napas ditandai dengan
DS:
Klien mengatakan bahwa klien sulit untuk tidur, sering terbangun di
malam hari dan tidak merasa segar saat bangun tidur
DO:
a. Klien tampak lelah dan kurang tidur
b. Klien tampak memiliki kantung mata
c. Klien hanya bisa tidur siang selama 1 jam dan tidur malam 4 jam
F. Catatan Perkembangan
No. Hari/ No. Evaluasi Somatif (SOAP) Paraf
Tanggal/ Diagnosa &
Jam Nama
1. Senin/ I S : Klien mengatakan bahwa masih merasa Tri
4 sesak napas; Tri Astutik
September O:
2016/ 1. Klien tampak lemah dan menggunakan
13.30 oksigen melalui nasal kanul 3 lpm, terdapat
suara weezhing dan dyspnea, tidak ada
sianosis, klien tampak menggunakan otot
bantu pernapasan (otot sela iga dan otot
leher)
2. Tanda-tanda vital klien
TD 130/80 mmHg, Suhu 360C, Nadi
84x/menit, RR 28x/menit.
A : Masalah ketidakefektifan pola napas
teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi keperawatan dalam
pemberian oksigenasi, pemberian posisi
semifowler, kaji adanya suara napas
tambahan, sianosis, dyspnea dan
pemantauan TTV.
2. Senin/ II S: Tri
4 Klien mengatakan nyeri di ulu hati karena Tri Astutik
September adanya batuk-batuk dan sesak yang
2016/ dirasakan, nyeri sering dirasakan seperti
13.30 tertekan karena batuk dan sesak
O:
1. klien tampak meringis menahan nyeri
2. klien tampak melindungi area nyeri
3. skala nyeri 6
A : Masalah nyeri akut belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi keperawatan dalam
pengkajian nyeri dan melatih teknik
relaksasi napas dalam.
3. Senin/ III S: Tri
4 Klien mengatakan bahwa klien sulit untuk Tri Astutik
September tidur, sering terbangun di malam hari dan
2016/ tidak merasa segar saat bangun tidur
06.30 O:
1. Klien tampak lelah dan kurang tidur
2. Klien tampak memiliki kantung mata
3. Klien hanya bisa tidur siang selama 1
jam dan tidur malam 4 jam
A : Masalah gangguan pola tidur belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi keperawatan dalam
memberikan posisi yang nyaman bagi klien
tidur, memciptakan lingkungan yang
nyaman untuk klien (posisi dan penerangan)
dan melakukan teknik relaksasi otot
progresif.
4. Rabu/ I S : Klien mengatakan bahwa sesak napas Tri
6 berkurang; Tri Astutik
September O:
2016/ 1. Klien tampak lemah dan menggunakan
06.30 oksigen 3 lpm melalui nasal kanul,
terdapat suara weezhing dan dyspnea,
tidak ada sianosis, klien tampak
menggunakan otot bantu pernapasan
(otot sela iga dan otot leher)
2. Tanda-tanda vital klien
TD 120/80 mmHg, Suhu 360C, Nadi
84x/menit, RR 26x/menit.
A : Masalah ketidakefektifan pola napas
teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi keperawatan dalam
pemberian oksigenasi, pemberian posisi
semifowler, kaji suara napas tamabahan,
sianiosis, dypsnea dan pemantauan TTV.
5. Rabu/ II S: Tri
6 Klien mengatakan nyeri di ulu hati karena Tri Astutik
September adanya batuk-batuk dan sesak yang
2016/ dirasakan dan nyeri sering dirasakan seperti
06.30 tertekan karena batuk dan sesak
O:
1. klien sudah tidak tampak meringis
menahan nyeri
2. klien tampak melindungi area nyeri
3. skala nyeri 5
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi keperawatan dalam
pengkajian nyeri dan melatih teknik
relaksasi napas dalam.
6. Kamis/ III S: Tri
7 Klien mengatakan bahwa klien sulit untuk Tri Astutik
September tidur, sering terbangun di malam hari dan
2016/ tidak merasa segar saat bangun tidur
06.30 O:
1. Klien tampak lelah dan kurang tidur
2. Klien tampak memiliki kantung mata
3. Klien hanya bisa tidur siang selama 1
jam dan tidur malam 4 jam
A : Masalah gangguan pola tidur belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi keperawatan dalam
memberikan posisi yang nyaman bagi klien
tidur, menciptakan lingkungan yang nyaman
untuk klien (posisi dan penerangan)
dan melakukan teknik relaksasi otot
progresif.
7. Rabu/ S : Klien mengatakan bahwa sesak napas Tri
7 berkurang; Tri Astutik
September O:
2016/ 1. Klien tidak tampak lemah Klien tampak
06.30 lemah dan menggunakan oksigen 3 lpm
memlaui nasal kanul, terdapat suara
weezhing dan dyspnea, tidak ada
sianosis, menggunakan otot bantu
pernapasan (otot sela iga dan otot leher)
2. Tanda-tanda vital klien
TD 120/80 mmHg, Suhu 360C, Nadi
86x/menit, RR 26x/menit.
A : Masalah ketidakefektifan pola napas
teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi keperawatan dalam
pemberian oksigenasi, pemberian posisi
semifowler dan pemantauan TTV.
8. Selasa/ S: Tri
7 Klien mengatakan nyeri di ulu hati karena Tri Astutik
September adanya batuk-batuk dan sesak yang
2016/ dirasakan dan nyeri sering dirasakan seperti
06.30 tertekan karena batuk dan sesak
O:
1. klien sudah tidak tampak meringis
menahan nyeri
2. klien tampak melindungi area nyeri
3. skala nyeri 4
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi keperawatan dalam
pengkajian nyeri dan melakukan teknik
relaksasi napas dalam
9. Selasa/ III S: Tri
7 Klien mengatakan bahwa klien masih sulit Tri Astutik
September untuk tidur, sudah tidak sering terbangun
2016/ di malam hari dan merasa segar saat
06.30 bangun tidur
O:
1. Klien tidak tampak lelah tetapi masih
memiliki kantung mata
2. Klien hanya bisa tidur siang selama 1
jam dan tidur malam 5 jam
A : Masalah gangguan pola tidur teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi keperawatan dalam
memberikan posisi yang nyaman bagi klien
tidur, memciptakan lingkungan yang
nyaman untuk klien (posisi semifowler,
penerangan redup dan korden pembatas
sedkit terbuka) dan melakukan teknik
relaksasi otot progresif.