PUSKESMAS KARANGMALANG
Penyusun:
Shinta Dewi Wulandari H2A012001
Ibnu Fajar H2A012009
Siti Khotijah H2A012012
Risfal Laksana Amanullah H2A012031
Inggit Azzahra H2A012033
Laela Apriliana H2A012039
Itsnaini Al Amira Sofyan H2A012060
Hafizhuddin Al Hazmi H2A012050
Zaki Prasetya H2A012051
Tiara PErdana Putri H2A012075
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
JANUARI 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas merupakan ujung tombak penyelenggaran pelayanan kesehatan
dasar bagi masyarakat di wilayah kerjanya. Untuk mendukung keberhasilan
penyelenggaraan, Puskesmas perlu dikelola melalui pencapaian manajemen
Puskesmas secara optimal.1 Upaya Puskesmas diharapkan dapat mewujudkan
Kecamatan Sehat menuju Indonesia Sehat dan bertanggung jawab dengan
menyelenggarakan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan.2 Area program yang akan menjadi prioritas di suatu wilayah
kerja Puskesmas, perlu dirumuskan secara spesifik oleh Puskesmas beserta
strategi dalam pencapaian tujuannya sesuai dengan masalah, kebutuhan, dan
potensi setempat.1 Dalam tahap ini, dapat dilakukan proses pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan untuk menyusun berbagai kebijakan
supaya Puskesmas dapat mencapai tujuannya dengan mengoptimalkan seluruh
sumber daya yang tersedia.
Puskesmas Karangmalang merupakan unit organisasi fungsional yang
melaksanakan tugas teknis Dinas Kesehatan Kota Semarang yang berada di
Kecamatan Mijen dengan wilayah kerja Kelurahan Karangmalang, Bubakan,
Polaman, dan Purwosari. Puskesmas Karangmalang sebagai Puskesmas rawat
inap memiliki banyak jenis pelayanan, baik di dalam gedung, di luar gedung,
lintas sektoral, maupun lintas program. Namun, kurangnya jumlah sumber
daya manusia dan kurangnya sarana prasarana Puskesmas menyebabkan
pelayanan kurang optimal seperti rendahnya cakupan ASI eksklusif,
rendahnya cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan,
rendahnya angka kesembuhan pengobatan tuberkulosis, dan lain sebagainya.3
Berdasarkan uraian di atas, kami ingin melakukan suatu proses pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan di Puskesmas Karangmalang.
Diharapkan capaian program dan kinerja Puskesmas Karangmalang akan lebih
baik daripada sebelumnya sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan dan
kesehatan masyarakat setempat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah kesehatan berdasarkan landasan
ilmiah ilmu kedokteran khususnya kesehatan masyarakat yang mutakhir
untuk mendapat hasil yang optimum.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui proses manajemen Puskesmas Karangmalang.
b. Memahami Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas Karangmalang.
c. Memahami mekanisme pencatatan dan pelaporan Puskesmas
Karangmalang.
d. Mampu melakukan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
terhadap program di Puskesmas Karangmalang.
C. Manfaat
1. Penyusun mendapatkan pengetahuan dan pengalaman mengenai
manajemen pelayanan kesehatan Puskesmas Karangmalang.
2. Puskesmas Karangmalang mendapatkan masukan atas permasalahan yang
ada di Puskesmas Karangmalang.
3. Dinas Kesehatan Kota Semarang mendapat masukan mengenai kendala
yang ada di Puskesmas di wilayah kerjanya.
4. Pembaca lainnya mendapatkan informasi mengenai proses pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan di Puskesmas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Puskesmas
1. Pengertian
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. :4
a. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
(UPTD), puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas
teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit
pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di
Indonesia.
b. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan
oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.
c. Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya
pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab
hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
d. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu
kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu
puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas,
dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau
RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional
bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.5
2. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional
yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka
mewujudkan Indonesia Sehat.5
3. Fungsi5
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
b. Pusat pemberdayaan masyarakat.
c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab
puskesmas meliputi:
1) Pelayanan kesehatan perorangan
2) Pelayanan kesehatan masyarakat
4. Upaya dan Azas Penyelenggaraan
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas,
yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas
bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem
kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya
kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni:4
a) Upaya Kesehatan Wajib5
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang
mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
1) Upaya Promosi Kesehatan6,7
Promosi kesehatan adalah upaya puskesmas melaksanakan
pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta lingkungannya
secara mandiri dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber
masyarakat. Kegiatan Promosi Kesehatan meliputi :
a) Kegiatan di dalam gedung
Pada tempat pendaftaran dan tempat pembayaran promosi
dapat dilakukan dengan pemberian selebaran, edukasi melalui lisan
oleh petugas puskesmas. Di ruangan setiap upaya (Poliknikik, KIA
KB, BP umum) Tanya jawab seputar promosi kesehatan. (lembar
balik, poster, model anatomi, dan brosur). Penggunaan bahan
bacaan, penyuluhan berkelompok, pemanfaatan ruang tunggu,
pendekatan keagamaan. Pada ruang laboratorium menggunakan
media poster, selebaran yang di berikan secara gratis pada pasien,
serta dapat melalui lisan oleh petugas puskesmas secara langsung.
Di kamar obat promosi kesehatan diberikan kepada pasien,
keluarga pasien tentang manfaat TOGA, obat generik, kedisiplinan
minum obat. Media yang digunakan yaitu selebaran poster, tape
recorder/player untuk menyampaikan pesan.
b) Kegiatan di luar gedung
Kegiatan di luar gedung puskesmas meliputi kunjungan
rumah, pemberdayaan berjenjang, pengorganisasian masyarakat.5
b. Upaya Kesehatan Lingkungan8,9
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau
keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif
terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula.
1) Program Kesehatan Lingkungan, antara lain :
a) Penyediaan sarana air bersih
b) Meninjau dari segi kesehatan dan estetika yang sesuai dengan; 1)
persyaratan kimia yaitu tidak mengandung zat yang
membahayakan kesehatan manusia atau makhluk hidup lainnya,
pertumbuhan tanaman, fungsi industri dan tidak menimbulkan
kerusakan pada instalasi SPAM sendiri, 2) Persyaratan
bakteriologis yaitu ditentukannya jumlah batasan untuk bakteri coli
dan bakteri lainnya, dan 3) Radioaktif.
c) Penyediaan air minum harus dapat memenuhi setiap segi
kehidupan masyarakat dan tersedia dalam jumlah yang cukup
d) Penyediaan air bersih disalurkan secara terus menerus maupun
untuk jam-jam tertentu.
e) Kehandalan sistem penyediaan air minum (reability)
f) Kemudahan harga dan tempat.
2) Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
a) Pengawasan Institusi Pendidikan
Kondisi kesehatan lingkungan pada sekolah dititik beratkan
pada aspek hygiene, sarana sanitasi di sekolah yang erat kaitannya
dengan kondisi fisik bangunan sekolah. Kegiatan yang dilakukan
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan di sekolah meliputi ; 1)
Pengendalian faktor risiko lingkungan di sekolah, 2) Pembinaan
kesehatan lingkungan di sekolah dan Pondok Pesantren, 3)
Sosialisasi dan advokasi Kepmenkes 1429/2006 tentang pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Sekolah, dan 4)
Penilaian lomba sekolah sehat
b) Rumah Sehat
Kegiatan yang dilakukan: menyusun persyaratan kualitas udara
di dalam rumah serta menyusun petunjuk pelaksanaan monitoring
kualitas udara di dalam rumah.
c) Pengawasan Tempat-tempat Umum
Pengawasan tempat-tempat umum perlu dilakukan karena
tempat berkumpulnya manusia, yang bisa menjadi sumber
penularan berbagai penyakit. Aspek yang dinilai antara lain; 1)
Kondisi bangunan, 2) Sarana sanitasi , 3) Tempat-tempat Umum
yang diperiksa oleh Petugas sanitarian yang ada di Puskesmas
maupun di Dinas Kabupaten / Kota
d) Pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan
Faktor risiko lingkungan dan perilaku masyarakat
merupakan satu kesatuan yang memiliki hubungan timbal balik
yang berpengaruh terhadap gangguan kesehatan masyarakat dan
kesehatan lingkungan. Kualitas lingkungan pada rencana kegiatan
pembangunan perlu dikaji secara cermat dan mendalam, sehingga
potensi besarnya risiko terhadap kesehatan dapat ditanggulangi.
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana10-13
1) Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian
pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa
kehamilan, dengan distribusi waktu minimal 1 kali pada trimester
pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), 1 kali pada trimester kedua
(usia kehamilan 12-24 minggu), dan 2 kali pada trimester ketiga (usia
kehamilan 24-36 minggu). Standar waktu pelayanan tersebut
dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau
janin, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan
dini komplikasi kehamilan.
Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi standar kualitas 7
T, yaitu :
a) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan;
b) Pengukuran tekanan darah;
c) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
d) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi
tetanus toksoid sesuai status imunisasi;
e) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan;
f) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana); serta
g) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin
darah (Hb) dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah
dilakukan sebelumnya).
2) Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin
Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka
mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pertolongan
persalinan adalah proses pelayanan persalinan dimulai pada kala I
sampai dengan kala IV persalinan. Indikator ini memperlihatkan
tingkat kemampuan pemerintah dalam menyediakan pelayanan
persalinan berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
3) Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari
pasca persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan
kesehatan pada ibu nifas sesuai standar yang dilakukan sekurang-
kurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6
jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke-4 sampai
dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai
dengan hari ke-42 pasca persalinan. Jenis pelayanan kesehatan ibu
nifas yang diberikan meliputi :
a) Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu).
b) Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri).
c) Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain.
d) Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif.
e) Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan
ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana.
f) Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.
Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator
cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas (Cakupan Kf-3). Indikator ini
menilai kemampuan negara dalam menyediakan pelayanan
kesehatan ibu nifas yang berkualitas sesuai standar.
4) Penanganan Komplikasi Maternal
Komplikasi maternal adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas dan atau janin dalam kandungan, baik langsung
maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak
menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin, yang tidak
disebabkan oleh trauma/kecelakaan. Pencegahan dan penanganan
komplikasi maternal adalah pelayanan kepada ibu dengan
komplikasi maternal untuk mendapatkan perlindungan/pencegahan
dan penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan
kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Indikator ini
mengukur kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara profesional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas)
dengan komplikasi.
5) Penanganan Komplikasi Neonatal
Neonatal komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau
kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian,
seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum,
infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat Lahir < 2.500 gram),
sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun
yang termasuk klasifikasi kuning pada pemeriksaan dengan
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). Yang dimaksud dengan
penanganan Neonatal komplikasi adalah neonatal sakit dan atau
neonatal dengan kelainan yang mendapat pelayanan sesuai standar
oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan atau perawat) baik di rumah,
sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana pelayanan
kesehatan rujukan.
6) Kunjungan Neonatal
Bayi baru lahir atau yang lebih dikenal dengan neonatal
merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terhadap
gangguan kesehatan. Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk
mengendalikan risiko pada kelompok ini diantaranya dengan
mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya
pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir.
7) Pelayanan Kesehatan Pada Bayi
Bayi juga merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap
gangguan kesehatan maupun serangan penyakit. Oleh karena itu
dilakukan upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan pada bayi usia
29 hari sampai dengan 11 bulan dengan memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi klinis kesehatan (dokter, bidan, dan perawat)
minimal 4 kali. Program ini terdiri dari pemberian imunisasi dasar
(BCG, DPT/ HB1-3, Polio 1-4, dan Campak), Stimulasi Deteksi
Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, pemberian
vitamin A pada bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi serta
penyuluhan ASI Eksklusif, MP ASI dan lainlain.
Cakupan pelayanan kesehatan bayi dapat menggambarkan
upaya pemerintah dalam meningkatan akses bayi untuk memperoleh
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya
kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi.
8) Pelayanan Kesehatan pada Anak Balita
Salah satu indikator yang ditetapkan pada Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan terkait dengan upaya kesehatan anak adalah
pelayanan kesehatan pada anak balita. Adapun batasan anak balita
adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12 sampai dengan
59 bulan. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat
Melalui kegiatan penjaringan kesehatan diharapkan bisa
mengatasi permasalahan kesehatan pada anak usia sekolah yaitu
pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti
menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan
menggunakan sabun, karies gigi, kecacingan, kelainan
refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi. Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
j. Pelayanan Kesehatan pada Kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA)
k. Pelayanan Kesehatan Anak Terlantar dan Anak Jalanan di Panti
l. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan dalam rangka
mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran
program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih
dititikberatkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang
berada pada kisaran usia 15-49 tahun. Keberhasilan program KB
dapat diukur dengan melihat cakupan KB aktif dan KB baru.
Cakupan KB aktif menggambarkan proporsi pasangan usia subur
(PUS) yang sedang menggunakan alat/metode kontrasepsi terhadap
jumlah PUS yang ada. Sedangkan cakupan KB baru adalah jumlah
PUS yang baru menggunakan alat/metode kontrasepsi terhadap
jumlah PUS.
d. Upaya Perbaikan Gizi13-16
Program Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu program pokok
Puskesmas yaitu program kegiatan yang meliputi peningkatan
pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi
Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin
A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan
Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
1) Kegiatan program gizi yang dilakukan harian adalah sebagai berikut.
a) Peningkatan pemberian ASI Eksklusif adalah Pemberian ASI
tampa makanan dan minuman lain pada bayi berumur nol
sampai dengan 6 bulan
b) Pemberian MP-ASI anak umur 6- 24 bulan adalah
pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24
bulan dari keluarga miskin selama 90 hari.
c) Pemberian tablet besi (90 tablet) pada ibu hamil adalah
pemberian tablet besi (90 tablet) selama masa kehamilan.
d) Pemberian PMT pemulihan pada Keluarga Miskin adalah balita
keluarga miskin yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan
sesuai tatalaksana gizi di wilayah puskesmas
e) Kegiatan investigasi dan intervensi yang dilakukan setai saat
jika ditemukan masalah gizi misalnya ditemukan adanya kasus
gizi buruk.
2) Kegiatan Progrogram Gizi Bulanan yang dilakukan bulanan adalah
sebagai berikut.
a) Pemantauan Pertumbuhan Berat Badan Balita ( Penimbangan
Balita) adalah pengukuran berat badan balita untuk
mengetahui pola pertumbuhan dan perkembangan berat badan
balita.
b) Kegiatan konseling gizi dalam rangka peningkatan pendidikan gizi
dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/ Masyarakat.
c) Kegiatan yang dilakukan setiap smester ( 6 bulan sekali) adalah
Pemberian Kapsul Vitamin A (Dosis 200.000 SI) pada balita
adalah pemberian kaspusl vitamin A dosis tinggi kepada bayi dan
anak balita secara periodik yaitu untuk bayi diberikan setahun
sekali pada bulan Februari dan Agustus dan untuk anak balita
enam bulan sekali dan secara serentak dalam bulan Februari dan
Agustus.
3) Kegiatan yang dilakukan setiap tahun ( setahun sekali adalah) sebagai
berikut.
a) Pemantauan Status Gizi balita
b) Pemantaun konsumsi gizi
c) Pemantauan penggunaan garam beryodium
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular17-19
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular merupakan program
pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan
penular penyakit menular/infeksi.
Kegiatan pokok pemberantasan penyakit menular oleh puskesmas
adalah sebagai berikut:
a. Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Risiko
Selain pasien yang telah terinfeksi penyakit menular, masyarakat
yang memiliki risiko tinggi juga perlu diperhatikan, karena
masyarakat yang memiliki risiko tinggi bisa memiliki risiko kapan
saja terkena penyakit menular.
b. Peningkatan imunisasi
Imunisasi sangat penting untuk mencegah dan melindungi
seseorang terjangkit penyakit menular.
c. Penemuan dan tatalaksana penderita
Selain kunjungan penderita ke puskesmas, puskesmas harus
berperan aktif dalam penemuan dan kunjungan terhadap penderita.
Penemuan dan tatalaksana penderita terdiri atas upaya bimbingan,
pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuan dan tatalaksana
penderita, serta meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian
penyakit untuk melaksanakan program penemuan dan tatalaksana
penderita. Di dalam upaya penemuan dan tatalaksana penderita
dibutuhkan kerjasama antara masyarakat dan puskesmas untuk saling
bekerjasama sehingga dapat memabangun status kesehatan pada
masyarakat yang optimal dengan pemberantasan penyakit menular,
sebagai contoh seperti kasus TBC yang membutuhkan peran penting
puskesmas.
d. Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah
Surveilans epidemilogi penyakit menular juga merupakan salah
satu upaya pemberantasan penyakit menular yang penting, karena
dengan surveilans epidemiologi penyakit menular, puskesmas dapat
mengetahui penyebaran dan hubungannya dengan faktor risiko,
surveilans epidemiologi ini dapat mendukung pemberantasan penyakit
menular dari data yang didapat oleh puskesmas itu sendiri.
surveilans epidemiologi penyakit menular merupakan kegiatan
analisis secara sistematis dan terus-menerus terhadap penyakit
menular yang terjadi di suatu wilayah tertentu agar dapat melakukan
tindakan penanggulangaan penyakit menular secara efektif dan efisien
melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran
informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
e. Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
Puskesmas juga memiliki upaya untuk meningkatkan komunikasi,
informasi, dan Edukasi untuk oencegan dan pemberantasan penyakit
menular di suatu wilayah kerjanya.
f. Upaya Pengobatan20-21
Upaya pengobatan di Puskesmas adalah segala bentuk pelayanan
pengobatan yang diberikan kepada seseorang untuk menghilangkan
penyakit atau gejalanya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan
cara dan teknologi yang khusus untuk keperluan tersebut. Jenis-jenis
upaya pengobatan dasar adalah sebagai berikut
1) Pengobatan Dalam Gedung :
a) Poli Umum
b) Poli Gigi (Rawat Jalan)
c) Apotek
d) Unit Gawat Darurat (UGD)
e) Perawatan Penyakit (Rawat Inap)
f) Pertolongan Persalinan (Kebidanan)
2) Pengobatan Luar Gedung :
a) Rujukan Kasus
b) Pelayanan Puskesmas Keliling (Puskel)
Kegiatan pengelolaan obat di puskesmas terbagi menjadi :
1) Pengelolaan logistik obat-obatan
2) Pencatatan dan pelaporan obat
3) Peningkatan mutu petugas puskesmas bidang obat-obatan
Program kerja pengobatan adalah sebagai berikut
1) Melaksanakan diagnosa sedini mungkin melalui:
a) Mendapatkan riwayat penyakit
b) Mengadakan pemeriksaan fisik
c) Mengadakan pemeriksaan laboratorium
d) Menbuat diagnosa
2) Melaksanakan tindakan pengobatan
3) Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu, rujukan tersebut dapat
berupa:
a) Rujukan diagnostik
b) Rujukan pengobatan atau rehabilitasi
c) Rujukan lain.
Program ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan, pemerataan,
mutu, keterjangkauan obat, perbekalan kesehatan rumah tangga dan
kosmetika. Kegiatan pokok puskesmas adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan ketersediaan dan pemerataan obat dan perbekalan
kesehatan diseluruh puskesmas dan jaringannya
b. Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan
c. Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan
terutama untuk penduduk miskin
d. Peninkatan mutu pelayanan farmasi, komunitas dan rumah sakit.
b. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.5
Upaya kesehatan pengembangan diantaranya :
1) Upaya Kesehatan Sekolah22
Upaya Kesehatan Sekolah atau UKS merupakan upaya terpadu
lintas program dan lintas sektoral untuk meningkatkan derajat
kesehatan serta membentuk perilaku hidup sehat anak usia sekolah
yang di sekolah dan perguruan agama, pembagian anak usia sekolah
pada usia 7 -21 tahun yaitu; 1) 7 9 tahun adalah pra remaja, 2) 10
19 tahun adalah remaja, 3) 20 - 21 tahun adalah dewasa muda.
a) Ruang Lingkup Program dan Pembinaan UKS
Ruang lingkup UKS meliputi: penyelenggaraan pendidikan
kesehatan, penyelenggaraan pelayanan kesehatan di sekolah, dan
pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat, baik fisik, mental,
sosial maupun lingkungan.
b) Kegiatan Harian Petugas UKS Di luar gedung :
Kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan pendidikan
kesehatan antara lain; 1) Wisata siswa, 2) Kemah (Persami), 3)
Ceramah, 4) diskusi, 5) Lomba-lomba, 6) Bimbingan hidup sehat,
7) Apotik hidup, 8) Kebun sekolah, 9) Kerja bakti, 10) Majalah
dinding 11) Pramuka, dan 12) Piket sekolah.
2) Upaya Kesehatan Olah Raga23
Upaya kesehatan olahraga adalah upaya kesehatan yang
memanfaatkan aktivitas fisik dan atau olahraga untuk meningkatkan
derajat kesehatan. Aktivitas fisik dan atau olah raga merupakan
sebagian kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari karena dapat
meningkatkan kebugaran yang diperlukan dalam melakukan tugasnya.
Dalam menjalankan kegiatan kesehatan olahraga, puskesmas
berpedoman kepada tiga fungsi puskesmas, yaitu: pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
a) Olahraga preventif
Jenis kegiatan meliputi ; 1)Pemeriksaan kadar kolesterol,
2)Pemeriksaan denyut nadi, 3) Pemeriksaan tekanan darah, 4)
Konseling fitness, 5) Olahraga bersama.
b) Olahraga pada anak
Jenis kegiatan meliputi ; 1) Bermain dan berolahraga aktif, 2)
Bimbingan olahraga, dan 3) Penyuluhan pertumbuhan badan.
c) Olahraga pada wanita
Jenis kegiatan meliputi; 1) Senam ibu hamil, 2) Senam refleksi
untuk ibu-ibu, dan 3) Senam relaksasi untuk pekerja wanita.
d) Olahraga pada usia lanjut
Jenis kegiatan meliputi ; 1) Konseling usia lanjut, 2)
Pemeriksaan rutin usia lanjut, 3) Senam kebugaran dan 4) Jalan
santai.
3) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat24
Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya pelayanan
keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat, dengan mengikutsertakan
team kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat
kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga dan masyarakat.
a) Asuhan keperawatan pasien (prioritas) kontak Puskesmas yang
berada di poliklinik Puskesmas, Puskesmas keliling (pusling),
posyandu, pos kes desa. Berupa ; 1) Pengkajian keperawatan pasien
sebagai deteksi dini (sasaran prioritas), 2) Penyuluhan kesehatan,
3) Tindakan Keperawatan (direct care), 4) Konseling keperawatan,
5) Pengobatan (sesuai kewenangan), 6) Rujukan pasien/masalah
kesehatan, dan 7) Dokumentasi keperawatan
b) Kunjugan rumah oleh perawat (home visit/home care) terencana,
bertujuan untuk pembinaan keluarga rawan kesehatan.
Home visit merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang
komprehensif bertujuan memandirikan pasien dan keluarganya,
pelayanan kesehatan diberikan di tempat tinggal pasien dengan
melibatkan pasien dan keluarganya sebagai subyek yang ikut
berpartisipasi merencanakan kegiatan pelayanan, pelayanan
dikelola oleh suatu unit/sarana/institusi baik aspek administrasi
maupun aspek pelayanan dengan mengkoordinir berbagai kategori
tenaga profesional dibantu tenaga non profesional, di bidang
kesehatan maupun non kesehatan.
c) Kunjungan perawat ke kelompok prioritas terencana (posyandu
usila, posyandu balita, panti asuhan dan lain-lain) meliputi ; 1)
Pengkajian keperawatan individu di kelompok, 2)
Pendidikan/penyuluhan kesehatan di kelompok, 3) Pengobatan
(sesuai kewenangan), 4) Rujukan pasien/masalah kesehatan, dan 5)
Dokumentasi keperawatan.
d) Asuhan keperawatan pasien di ruang rawat inap Puskesmas,
meliputi ; 1) Pengkajian keperawatan individu, 2) Tindakan
keperawatan langsung (direct care) dan tidak langsung
(lingkungan), 3) Pendidikan/penyuluhan kesehatan, 4) Pencegahan
infeksi di ruangan, 5) Pengobatan (sesuai kewenangan), 6)
Penanggulangan kasus gawat darurat, 7) Rujukan pasien/masalah
kesehatan, 8) Dokumentasi keperawatan
4) Upaya Kesehatan Kerja26
Upaya pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat
pekerja baik berupa kegiatan promotif, preventif dan kuratif
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan atau Penyakit Akibat Hubungan
Kerja (PAHK) dan pemulihan peny PAH dan PAHK oleh
Puskesmas. Program tersebut antara lain :
a) Promosi kesehatan (Kesehatan pekerja dan lingkungan kerja)
b) Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan
Penyakit Akibat Kerja (PAK), Penyakit Akibat Hubungan Kerja
(PAHK) dan Kesehatan Kerja (KK) dikalangan pekerja
c) Pemeriksaan Kesehatan (Sebelum kerja/berkala tahunan/khusus)
d) Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
e) Rehabilitasi medik akibat kecelakaan atau PAK dan PAHK
f)Pembinaan dan pengawasan terhadap kondisi kerja dan tempat
kerja.
g) Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi (pemeriksaan
kualitas air minum, pemrtiksaan kualitas kebersihan makanan
pekerja/kantin dan Sanitasi lingkungan)
h) Pembinaan dan pengawasan APD (penyuluhan dan pemilihan alat
pelindungan diri)
i) Melaporkan secara berkala tentang pelayanan kesehatan kerja
kepada kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
j) Melaporkan kecelakaan kerja yang terjadi ke Depnaker/trans
k) Memberikan umpan balik kepada perusahaan setiap kali
menemukan kasus kesehatan kerja.
l) Koordinasi dengan lintas sektor terkait.
5) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut26,27
Pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat / penderita yang
berkunjung ke Puskesmas adalah pelayanan medik yang bersifat
dasar kedokteran gigi berdasarkan kebutuhan meliputi upaya
pengobatan/pemulihan dan rujukan dengan tidak mengabaikan upaya
peningkatan/pencegahan/perlindungan.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah sebagai
berikut:
1) Pembinaan serta pengembangan kemampuan dan peran serta
masyarakat dalam upaya pelihara diri (self care), melalui
pengembangan upaya kesehatan yang bersumber pada
otoaktivitas masyarakat dengan pendekatan UKGM (Usaha
Kesehatan Gigi Masyarakat)
2) Pelayanan asuhan pada kelompok rentan, seperti pada anak
sekolah (UKGS = Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) dan pada
kelompok ibu hamil/menyusui, anak prasekolah.
3) Pelayanan medik gigi dasar, di Puskesmas dilaksananakan
terhadap masyarakat baik yang datang mencari pengobatan
maupun yang dirujuk oleh BPG (Balai Pengobatan Gigi)
6) Upaya Kesehatan Jiwa28,29
Pelayanan pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan
meliputi gangguan perasaan, proses pikir dan perilaku yang
menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam
melaksanakan peran sosialnya.
pelayanan meliputi aspek promotif preventif dan kuratif serta
rehabilitatif pada gangguan mental emosional, psikosomatik, dan
psikotik yang diberikan oleh dokter, perawat ,bidan yang telah
mempunyai kompetensi teknis.
Kegiatan dari upaya kesehatan jiwa adalah sebagai berikut :
a) Penemuan kasus gangguan jiwa berdasar klasifikasi International
Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems
revisi ke 10 (ICD X).
b) Pelayanan kasus.
c) Kunjungan rumah.
d) pemantauan dan penilaian.
e) Pelatihan.
f)Pencatatan dan pelaporan.
7) Upaya Kesehatan Mata
Merupakan upaya kesehatan dasar dibidang UKM/PK (Upaya
Kesehatan Mata / yang dilaksanakan di tingkat puskesmas. Kegiatan
dari kesehatan mata adalah ; 1) Mengupayakan kesehatan mata
dengan anamnesa, 2) pemeriksaan visus dan mata luar, 3) tes buta
warna, 4) tes tekanan bola mata, 5) tes saluran air mata, 6) tes lapang
pandang, 7) funduskopi dan 8) pemeriksaan laboratorium
8) Upaya Kesehatan Usia Lanjut29
Merupakan upaya kesehatan paripurna di bidang kesehatan
para usia lanjut yang dilaksanakan dari tingkat Puskesmas. Usia
lanjut dapat dikategorikan menjadi; 1) usia 45 59 adalah Pra usia
lanjut, 2) usia 60 atau lebih adalah Usia lanjut.
Kegiatan dari upaya kesehatan usia lanjut adalah sebagai berikut :
a) Pendataan sasaran pra usia lanjut dan usia lanjut.
b) Pelayanan kesehatan dan penanganan kasus.
c) Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor
d) Manajemen program
9) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Upaya pembinaan pengobatan Tradisional adalah pengobatan
dan/atau perawatan dengan cara obat dan pengobatnya yang
mengacu kepada pengalaman, ketrampilan turun temurun, dan/atau
pendidikan/pelatihan, lalu diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku dalam masyarakat. Kebijakan peningkatan peran pengobatan
tradisional dalam system pelayanan kesehatan, dapat disarikan
sebagai berikut:
1) Pengobatan tradisional perlu dikembangkan dalam rangka
peningkatan peran serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan
primer.
2) Pengobatan tradisional perlu dipelihara dan dikembangkan
sebagai warisan budaya bangsa, namun perlu membatasi praktek-
praktek yang membahayakan kesehatan.
3) Dalam rangka peningkatan peran pengobatan tradisional, perlu
dilakukan penelitian, pengujian dan pengembangan obat-obatan
dan cara-cara pengobatan tradisional.
4) Pengobatan tradisional sebagai upaya kesehatan nonformal tidak
memerlukan izin, namun perlu pendataan untuk kemungkinan
pembinaan dan pengawasannya. Masalah pendaftaran masih
memerlukan penelitian lebih lanjut.
5) Pengobatan tradisional yang berlandaskan pada cara-cara
organobiollogik, setelah diteliti, diuji dan diseleksi dapat
diusahakan untuk menjadi bagian program pelayanan kesehatan
primer. Contoh dukun bayi, tukang gigi, dukun patah tulang.
Sedangkan cara-cara psikologik dan supernatural perlu diteliti
lebih lanjut, sebelum dapat dimanfaatkan dalam program.
6) Pengobatan tradisional tertentu yang mempunyai keahlian khusus
dan menjadi tokoh masyarakat dapat dilibtkan dalam upaya
kesehatan masyarakat, khususnya sebagai komunikator antara
pemerintah dan masyarakat.
C. Problem Solving 34
Problem solving cycle (siklus solusi masalah) adalah proses mental yang
melibatkan penemuan masalah, analisis dan pemecahan masalah. Tujuan
utama dari pemecahan masalah adalah untuk mengatasi kendala dan mencari
solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah
Gambar 2.2. Kerangka problem solving
1. Identifikasi Masalah
Gambar 2.3. Kerangka identifikasi masalah
C. Sumber Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder yang diperoleh
dari wawancara serta Rencana Tingkat Puskesmas tahun 2015.
D. Pengolahan Data :
1. Identifikasi Masalah (Data Sekunder)
Masalah adalah suatu yang tidak diinginkan. Masalah diidentifikasi
sebagai kesenjangan (gap) antara situasi sekarang dan target yang
diinginkan. Dalam pembangunan kesehatan, telah ditetapkan target yang
diharapkan tercapai dalam jangka waktu tertentu. Jika hal tersebut tidak
dapat dicapai maka akan timbul masalah baru atau akan dihadapi
konsekuensi dari ketidak tercapaian tersebut. Idealnya masalah
diidentifikasi dengan pengumpulan data primer, namun bisa juga
dilakukan dengan menganalisis data sekunder seperti laporan pelaksanaan
kegiatan periode sebelumnya. Apabila dalam analisis masalah
menggunakan data primer, maka yang didefinisikan sebagai masalah
adalah dependen variabel dalam pengumpulan data tersebut, dengan alat
quesioner, langkah-langkah yang digunakan adalah:
a. Mengidentifikasi berbagai permasalahan secara makro maupun mikro
yang berbasis fakta dan data (evidencebased).
b. Mengklasifikasi dan mengidentifikasi permasalahan sesuai dengan lima
komponen kesehatan masyarakat yang meliputi aspek epidemiologi,
lingkungan perilaku, pelayanan kesehatan dan manajemen.
c. Memformulasikan identifikasi permasalahan dalam pernyataan negatif.
2. Prioritas Masalah
Prioritas masalah yaitu mencari penyebab yang paling mungkin
sehingga mengarahkan kepada akar penyebab masalah. Hasil dari prioritas
masalah tersebut akan menentukan skala prioritas, seperti masalah utama
dan masalah berikutnya sesuai urutan hasil analisis menggunakan Metode
Hanlon Quantitative dengan matrix problem priority, sebagai berikut:
a. Tetapkan kriteria prioritas yang digunakan.
b. Buat tabel prioritas sesuai dengan desain atau metode yang digunakan.
c. Berikan nilai sesuai dengan skor yang telah ditentukan.
d. Berikan nilai masing-masing kriteria dengan perkalian bobot dengan
skor.
Dengan menjumlah nilai kriteria, nilai tertinggi merupakan prioritas
masalah yang utama sedangkan nilai terkecil, belum menjadi prioritas untuk
ditanggulangi segera.
3. Analisis Penyebab
Analisis yang digunakan adalah analisis pendekatan system dengan 5
penyebab utama, yaitu:
a. Input, dipengaruhi oleh 5M yaitu
1) Man (petugas) : berkaitan kemampuan, keterampilan,
pengetahuan, keahlian, kesadaran, dan kepemimpinan.
2) Money : berkaitan dengan dana untuk kegiatan
program..
3) Material : berkaitan logistik, obat, vaksin, dan alat
kedokteran.
4) Methode : berkaitan prosedur kerja, peraturan, dan
kebijaksanaan.
5) Marketing : berkaitan dengan sasaran yang akan
diberikan pelayanan program.
b. Process, terdiri dari:
1) Perencanaan (P1)
Perencanaan adalah proses rencana penyusunan rencana tahunan
Puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas.
2) Pelaksanaan (P2)
Pelaksanaan dan pengendalian adalah proses penyelenggaraan,
pemantauan serta penilian terhadap penyelenggaraan rencana
tahunan Puskesmas, baik rencana tahunan upaya upaya wajib
maupun rencana tahunan upaya kesehatan pengembangan, dalam
mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Untuk
terselenggaranya pelaksanaan dan pengendalian dilakukan
pengorganisasian, penyelenggaraan, pemantauan, dan penilaian.
3) Penilaian (P3)
Pengawasan dan pertanggungja waban adalah proses
memperoleh kepastian atas kesesuaian penyelenggaraan dan
pencpaian tujuan Puskesmas terhadap rencana dan peraturan
perundang-undangan serta berbagai kewajiban yang berlaku.
Untuk terselenggaranya pengawasan dan pertanggungjawaban
dilakukan kegiatan pengawasan, pertanggungjawaban.
c. Output, yaitu cakupan masalah yang jadi prioritas.
d. Outcome, hasil akhir dari output.
e. Impact, dampak atau hasil tidak langsung dari suatu proses sistem.
4. Alternatif Pemecahan Masalah
Pemilihan alternatif pemecahan masalah mengacu pada: kemampuan
(ketersediaan sumber daya: tenaga, dana, sarana, metode) waktu,
faktor Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya (poleksosbud). Dalam kondisi
tertentu seringkali alternatif pemecahan masalah tidak perlu dipilih, karena
kegiatan untuk memecahkan masalah sudah ditentukan. Prioritas
pemecahan masalah yang dipilih diharapkan dapat mengungkit pemecahan
masalah yang lain. Kegiatan yang digunakan adalah brainstorming.
5. Pengambilan Keputusan
Yaitu mengambil satu kegiatan terpilih dari alternatif-alternatif
pemecahan masalah menggunakan kriteria mutlak dan keinginan.
2. Keadaan Demografi
Tabel 3.2. Jumlah Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Karangmalang Tahun 2013
Kelurahan RW RT
Karangmalang 3 12
Bubakan 3 11
Polaman 3 9
Purwosari 5 19
Total 14 51
Gambar 3.2. Struktur Organisasi Puskesmas Karang Malang
STRUKTUR ORGANISASI
PUSKESMAS KARANGMALANG
KEPALA PUSKESMAS
KA.SUB.BAG.TU
FUNGSIONAL LAIN
AGUS MULYONO
FUNSIONAL BIDAN PERAWAT DOKTER
LAIN
MERIANA IP FEBRIYANTI
PENGEMUDI PRAMUSAJI PENJAGA MALAM
MUNAWAROH
B. Konsep Puskesmas
1. Visi
Menjadikan Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan terdepan yang
menyeluruh dan professional menuju terwujudnya masyarakat yang mandiri untuk
hidup sehat.
2. Misi
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
b. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat
beserta lingkungannya secara mandiri
3. Motto
Si Juang Jadi Lion
a. Disiplin
b. Jujur
c. Tanggung jawab
d. Kerja sama
e. Adil
f. Peduli
g. Visioner
4. Tujuan
Sebagai penjabaran visi Puskesmas Karangmalang, tujuan yang akan dicapai
adalah terselenggaranya pelayanan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya
guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Adapun
tujuan Puskesmas adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Jangka Panjang (lima tahun)
1) Mencegah angka kejadian penyakit degenerative seperti diabetes
mellitus, hipertensi, penyakit jantung iskemik, stroke, dan lainnya.
2) Upaya penanggulangan infeksi saluran napas akut dan diare.
3) Penanggulangan penyakit menular seperti demam berdarah dan
tuberculosis paru.
4) Peningkatan upaya kesehatan keluarga seperti menurunkan angka
kematian maternal dan perinatal.
5) Peningkatan upaya penanggulangan gizi kurang.
6) Peningkatan upaya kesehatan lingkungan.
7) Meningkatkan cakupan pelayanan persalinan oleh tenaga medis di
Puskesmas Karangmalang.
b. Tujuan Jangka Pendek
1) Menurunkan angka kesakitan penyakit degenerative seperti diabetes
mellitus, hipertensi,
1) Menurunkan angka kesakitan penyakit degenerative seperti diabetes
mellitus, hipertensi, penyakit jantung iskemik, stroke, dan lainnya.
2) Menurunkan angka kejadian infeksi saluran napas akut dan diare.
3) Meningkatkan cakupan imunisasi oleh petugas Puskesmas Karangmalang
4) Menurunkan angka kesakitan demam berdarah.
5) Menurunkan angka kematian maternal, perinatal, dan neonatal.
6) Menurunkan angka prevalensi gizi kurang.
7) Menurunakan angka kesakitan tuberkukosis paru.
8) Memberikan penyuluhan kesehatan.
9) Menurunkan angka kesakitan penyakit tidak menular seperti hipertensi
dan diabetes mellitus.
5. Strategi
Untuk mewujudkan visi dan misi Puskesmas Karangmalang yang telah
ditetapkan, strateginya adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan Penyelidikan Epidemiologi (PE), monitoring, dan informasi
kesehatan.
Penyelidikan Epidemiologi dan monitoring dilaksanakan dengan
meningkatkan peran aktif masyarakat dalam memberikan informasi atau
pelaporan masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Karangmalang.
Apabila terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB), Puskesmas telah mempunyai tim
gerak cepat dalam penanggulangan maaslah kesehatan.
C. Proses Manajemen Puskesmas
1. Input
Tahap input di Puskesmas Karangmalang terdiri dari 5M, yaitu:
a. Man
Sebagai Puskesmas rawat inap, Puskesmas Karangmalang memerlukan 51
sumber daya manusia. Namun, hanya terdapat 22 tenaga yang melaksanakan tugas
di Puskesmas Karangmalang. Oleh karena itu, Puskesmas memerlukan 29 tenaga
kesehatan tambahan. Berikut rincian sumber daya manusia di Puskesmas
Karangmalang:
No Jenis SDM SDM yang ada Kebutuhan SDM Kekurangan SDM
L P
1 Kepala Puskesmas - 1 1 -
2 Kasubbag TU 1 - 1 -
3 Dokter Umum 1 1 4 2 (2 tubel)
4 Dokter Gigi - 1 1 -
5 Bidan - 4 7 3
6 Perawat 3 2 8 3
7 Perawat Gigi - 1 1 -
8 Sanitarian - 1 1 -
9 Penyuluh Kesehatan - 1 1 -
10 Apoteker - - 1 1
11 Ass Apoteker - 1 1 -
12 Analis Kesehatan - 1 2 1
13 Nutrisionis - 1 1 -
14 Epidemiolog - - 1 1
15 Entomolog - - 1 1
16 Pengolah SIMPUS - - 2 2
17 Bendahara Barang - - 2 2
18 Bendaharan APBD - - 1 1
19 Bendaharan BOK - - 1 1
20 Tenaga Administrasi - - 3 3
21 Petugas Loket - 1 2 1
22 Pramusaji - 1 3 2
23 Penjaga Malam - - 1 1
24 Pengemudi - - 2 2
25 Petugas Kebersihan - - 2 2
Total 5 17 51 29
b. Money
Sumber dana di Puskesmas Karangmalang berasal dari Anggaran Pembiayaan
Belanja Daerah (APBD) Kota Semarang, Bantuan Operasional Kesehatan (BOK),
dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Belum ada standar pembiayaan
Puskesmas di Kota Semarang sehingga mempersulit pembagian anggaran dana
antara Puskesmas dengan dan tanpa layanan rawat inap. Puskesmas Karangmalang
yang memiliki fasilitas layanan rawat inap belum mendapatkan jumlah dana yang
lebih besar dari pada Puskesmas tanpa layanan rawat inap. Namun demikian,
Puskesmas mengupayakan penggunaan dana yang ada secara maksimal sehingga
program Puskesmas dapat tetap berjalan.
No Sumber Jumlah Tahun Realisasi Tahun Rencana Tahun
Dana 2013 2013 2014
1 APBD Kota Rp295.219.166 Rp284.192.235 Rp318.722.900
Semarang
2 BOK Rp50.177.000 Rp50.177.000 Rp50.177.000
3 BPJS Rp181.722.000 Rp118.200.000 Rp296.010.000
Total Rp527.118.166 Rp452.569.235 Rp664.909.900
c. Material
Sarana dan prasarana secara umum cukup. Namun, pengadaan sarana prasarana
kadang tidak sesuai dengan kebutuhan Puskesmas karena dikelola langsung oleh
DKK Semarang.
d. Method
Beberapa program di Puskesmas Karangmalang telah memiliki SOP, sedangkan
beberapa yang lainnya belum. Daftar SOP yang dimiliki Puskesmas juga belum ada.
e. Marketing
Pemasaran program Puskesmas Karangmalang dilaksanakan melalui pertemuan
di kelurahan, sekolah, dan dalam kegiatan Pembinaan Kesejahterann Keluarga
(PKK). Pemasaran juga dilakukan dalam pertemuan kader. Beberapa program
disebarluaskan melalui poster yang dibagikan oleh DKK Kota Semarang. Namun,
secara mandiri Puskesmas belum membuat suatu media untuk mensosialisasikan
program kerjanya. Pemasaran juga di lakukan di lingkungan internal Puskesmas saat
kunjungan pasien.
2. Proses
a. P1 (Perencanaan)
Perencanaan di tingkat Puskesmas dilakukan dengan menyusun P2KT
(Perencanaan Penganggaran Kesehatan Terpadu). Penyusunan P2KT terdiri dari
identifikasi masalah hingga penyusunan RPK (Rencana Pelaksanaan Kegiatan).
Berikut beberapa permasalahan yang terjadi dalam penyusunan P2KT:
1) Perubahan sistem penilaian dalam menilai kinerja Puskesmas berubah setiap
tahun sehingga dapat membuat penyerahan laporan P2KT terlambat.
Proses penyusunan P2KT dilaksanakan pada awal tahun. Puskesmas
menetapkan deadline pengumpulan data dari pegawai Puskesmas pada
minggu ke-2 Bulan Januari. Namun, perubahan sistem penilaian yang terjadi
setiap tahun membuat data yang sudah disusun tidak berlaku dan harus
diperbaiki kembali. Proses perbaikan inilah yang menghambat pengumpulan
laporan sehingga sering kali terlambat dalam menyerahkan laporan.
2) Perencanaan kurang lengkap (kurang peta wilayah)
Tidak ada gambar peta wilayah dalam RTP Puskesmas Karangmalang Tahun
2014.
3) Tidak sesuainya pedoman penyusunan P2KT dengan sistem penilaian kinerja
Puskesmas sehingga berisiko membuat kinrja Puskesmas nampak menurun.
b. P2 (Pelaksanaan)
Proses pelaksanaan dilakukan dengan memantau proses pelaksanaan dan hasil
kegiatan Puskesmas
1) Lokakarya mini (lokmin) bulanan Puskesmas terselenggata rutin yaitu pada
hari rabu minggu ke-3 setiap bulan.
2) Notulensi lokmin kurang lengkap
3) Lokakarya mini tribulanan lintas sektor hanya dilaksanakan 2x dalam
setahun.
4) Tamu undangan yang hadir pada lokakarya mini tribulanan sering kali
stakeholder utama tidak hadir dan hanya diwakilkan oleh jajarannya.
c. P3 (Pengawasan, Pengendalian, Penilaian)
Proses pengawasan, pengendalian, dan penilaian dilakukan dengan mengadakan
evaluasi hasil pelaksanaan (penilaian kinerja) program Puskesmas.
a) Perubahan sistem penilaian dalam menilai kinerja Puskesmas berubah setiap
tahun sehingga dapat membuat penyerahan laporan terlambat.
b) Tidak sesuainya pedoman penyusunan P2KT dengan sistem penilaian kinerja
Puskesmas sehingga berisiko membuat kinrja Puskesmas nampak menurun.
3. Output
Hasil kinerja Puskesmas dilihat dari cakupan program yang telah dilaksanakan. Berikut
cakupan program dari enam Upaya Kesehatan Wajib yang dilaksanakan oleh Puskesmas
Karangmalang:
No Program Target Realisasi (100%)
Program Gizi
1 Promosi ASI eksklusif 80 % 44,59%
2 Jumlah bumil yang medapat 90 tablet FE 96% 60,72%
Program KIA, Lansia dan Remaja
3 Jumlah kunjungan ibu nifas 90% 64%
4 Jumlah persalianan tenaga kesehatan 93% 34%
Jumlah ibu hamil resiko tinggi atau komplikasi 100% 76%
5
yang ditangani
6 Jumlah pemantuan ibu hamil resti 100% 82%
Jumlah neonatus resiko tinggi atau komplikasi 90% 55,5%
7
yang ditangani
8 Cakupan bayi resti yang ditangani 100% 55,5%
9 Jumlah remaja putri yang mendapat tablet Fe 80% 50%
10 Lansia diperiksa 65% 50,58%
Program Promkes
11 Pembinaan desa atau keluarga siaga 100% 75%
Program P2M
Balita dengan pneumonia yang ditemukan atau 50% 13%
12
ditangani
13 Angka penemuan TB BTA positif 70% 37,5%
14 Angka kesembuhan TB 85% 25%
15 Angka keberhasilan pengobatan TB 90% 25%
Program Pengobatan
16 Jumlah kunjungan rawat jalan (lama) 12330 3974 (33,33%)
Jumlah pasien gangguan jiwa yang dilayani 35,07% 35,00%
17
puskesmas
18 Pembinaan pengobatan tradisional 100% 75%
4. Hambatan
Kesuksesan pencapaian target program di Puskesmas Karangmalang dipengaruhi oleh
beberapa hal, antara lain:
a. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat
b. Kebijakan DKK Semarang dalam standardisasi penyusunan laporan tahunan,
pendanaan, maupun pengadaan sarana prasarana yang sering berubah dan masih
belum memenuhi kebutuhan Puskesmas membuat laporan seringkali terlambat
dikumpulkan, pendanaan terbatas, dan sarana prasarana yang ada tidak dapat
digunakan.
c. Kurangnya perhatian stakeholder dalam menghadiri lokakarya mini tribulanan
membuat kegiatan ini hanya dapat dilaksanakan 2x dalam satu tahun sehingga
Puskesmas harus mengefektifkan pertemuan rutin di kecamatan sebagai ganti
lokakarya mini tribulanan yang belum terlaksana.
D. Identifikasi Masalah
No Program Target Realisasi (100%)
Program Gizi
1 Promosi ASI eksklusif 80 % 44,59%
2 Jumlah bumil yang medapat 90 tablet FE 96% 60,72%
Program KIA, Lansia dan Remaja
3 Jumlah kunjungan ibu nifas 90% 64%
4 Jumlah persalianan tenaga kesehatan 93% 34%
Jumlah ibu hamil resiko tinggi atau komplikasi 100% 76%
5
yang ditangani
6 Jumlah pemantuan ibu hamil resti 100% 82%
Jumlah neonatus resiko tinggi atau komplikasi 90% 55,5%
7
yang ditangani
8 Cakupan bayi resti yang ditangani 100% 55,5%
9 Jumlah remaja putri yang mendapat tablet Fe 80% 50%
10 Lansia diperiksa 65% 50,58%
Program Promkes
11 Pembinaan desa atau keluarga siaga 100% 75%
Program P2M
Balita dengan pneumonia yang ditemukan atau 50% 13%
12
ditangani
13 Angka penemuan TB BTA positif 70% 37,5%
14 Angka kesembuhan TB 85% 25%
15 Angka keberhasilan pengobatan TB 90% 25%
Program Pengobatan
16 Jumlah kunjungan rawat jalan (lama) 12330 3974 (33,33%)
Jumlah pasien gangguan jiwa yang dilayani 35,07% 35,00%
17
puskesmas
18 Pembinaan pengobatan tradisional 100% 75%
3. Output
Angka cakupan kurang memenuhi target sehingga muncul beberapa
masalah dalam pemasaran dan pelaksanaan kegiatan.
4. Outcome
Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap manfaat ASI Ekslusif
sehingga jumlah ibu yang melakukan ASI Ekslusif sedikit.
5. Impact
Angka kesakitan meningkat
6. Environment
a. Fisik :
1) Luas wilayah kerja tidak terlalu luas sehingga memudahkan kinerja tenaga
kesehatan puskesmas
2) Pihak keluarga kurang mendukung pemberian ASI Ekslusif 0-6 bulan
dengan memberikan makanan pendamping sebelum bayi berusia 6 bulan.
b. Non fisik :
Kebijakan dan program yang ada sesuai dengan arahan dari Dinas Kesehatan
Kota Semarang.
A. Kesimpualan
1. Permasalahan yang diambil yaitu, jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan di
Puskesmas Karangmalang.Hasil tersebut sesuai dengan hasil konfirmasi dengan
Puskesmas Karangmalang.
2. Berdasarkan delapan langkah problem solving, didapatkan langkah yang paling
sulit diterapkan dilapangan yakni Alternatif Pemecahan masalah, disusul oleh
penyusunan POA dan pengambilan keputusan.
3. Keputusan tetap dari masalah di Puskesmas Karangmalang adalah melakukan
sosialisasi tentang metode promosi oleh koordinator program kepada bidan
mengenai cara sosialisasi yang baik kepada masyarakat, agar melakukan persalinan
di Puskesmas Karangmalang.
B. Saran-Saran
1. Menambah tenaga kesehatan bidan di Puskesmas Karangmalang.
2. Mengatur jadwal jaga di Puskesmas Karangmalang agar setiap pergantian jadwal
jaga tetap ada bidan.
3. Meningkatkan kekompakan dan koordinasi satu sama lain antar petugas kesehatan
yang mendapat jadwal jaga terutama bidan.
4. Menerapkan sistem Reward and Punishment kepada bidan yang melakukan tugas
jaga.
5. Melakukan penelusuran mengapa masyarakat tidak mau melakukan persalinan di
Puskesmas Karangmalang.
6. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
13. Data dan Informasi diunduh tanggal 14 Oktober 2012 dari: www.depkes.go.id
16. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di
Indonesia diunduh tanggal 14 Oktober 2012 dari :
www.kesehatananak.depkes.go.id
17. Slamet, JS. Kesehatan lingkungan. Gadjah Mada University Press, 2009
19. Departemen Kesehatan RI. 351.770 212. Ind p. Indonesia. Departemen Kesehatan.
Pusat Data dan Informasi. Profil Kesehatan Indonesia 2006
24. Direktorat bina farmasi komunitas dan klinik Direktorat jenderal bina kefarmasian
dan alat kesehatan. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI 2006
32. World Health Organization. Environmental Health. Regional Officer For South-
east Asia. 2005.
34. Partama, I. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Dan Kesehatan Lingkungan
Terhadap Kejadian Diare Balita (Studi Di Desa Tembuku, KecamataN Tembuku,
Kabupaten Bangli, Propinsi Bali Tabun 2006). Surabaya: FKM UNAIR. 2006.
36. Oktarina, Ida. Perilaku Ibu terhadap Pencegahan Diare Pada Balita di Desa Batang
Kuis Pekan Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Medan: FKM USU.
2008.
37. REED, S. K. (2000). Problem solving. In A. E. Kazdin (Ed.), Encyclopedia of
psychology(Vol. 8, pp. 7175). Washington, DC: American Psychological
Association and Oxford University Press.