Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sebagai negara dengan 18.306 pulau, Indonesia sebenarnya diberkahi dengan berlimpah
makanan dari air. Termasuk di antaranya ikan air laut. Food and Agricultural Organization
(FAO) mencatat Indonesia merupakan negara produsen kedua terbesar ikan laut. Di tahun 2014,
produksi perikanan tangkap dari laut mencapai 6 juta ton. Lebih dari 200 spesies ikan ditangkap
di perairan tropis di Indonesia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak
beberapa abad yang lalu. Sebagai bahan pangan, ikan mengandung zat gizi utama berupa
protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Telah diketahui walaupun ikan mengandung komponen-komponen yang dibutuhkan
oleh tubuh, tetapi ikan merupakan jenis pangan yang mudah sekali membusuk dan mudah
mengalami kemunduran mutu (perishable food) pada suhu kamar. Oleh karena itu, manusia
selalu berusaha mengupayakan agar mutu ikan yang diperoleh tersebut tetap terjaga dengan
melakukkan pengawetan. Salah satu cara pengawetan yang sering dilalulan oleh masyarakat
umumnya adalah menggunakan zat-zat pengawet. Namun, masyarakat belum mengetahui baik
batas kadar yang dianjurkan maupun zat pengawet yang baik untuk digunakan sehingga tidak
berbahaya bagi seseorang yang mengkonsumsinya, sebagai contohnya formalin.
Formalin merupakan senyawa aldehid yang dihasilkan dari reaksi oksidasi methanol
dengan katalis perak pada temperature 600-7000C.konsentrasi yang tinggi dalam tubuh dapat
menimbulkan reaksi secara kimia dengan hamper semua zat di dalam sel, sehingga menekan
fungsi sel dan menyebabkan kerusakan organ tubuh. Kerusakan di dalam sel karena formalin
mengkoagulasi protein yang terdapat pada protoplasma dan nucleus(Saraswati et. al.,2012).
Formaldehida yang terhirup lewat pernapasan (inhalasi) akan segera diabsorbsi ke paru dan
menyebabkan paparan akut berupa pusing kepala rintis, rasa terbakar, dan laktimasi (keluar air
mata dan pada dosis yang lebih tinggi bisa buta), bronchitis edomopulmonalis atau pneumonia
karena dapat mengecilkan bronchus dan menyebabkan akumulasi cairan di paru (Artha, 2007).
Dengan dilakukannya penelitianAnalisis Uji Kuantitatif Formalin dengan metode
Spektrofotometri pada Ikan Laut di Pasar Niten dapat mengetahui kuantitaf formalin yang
digunakan untuk mengawetkan ikan laut khususnya yang diperjual belikan di pasar niten.
Penggnunaan pengawet formalin tentu akan berbahaya bagi tubuh manusia (konsumen) dalam
jangka waktu yang lama. Jadi dalam penelitian ini akan membahas tentang analisis uji kuantitaif

1
formalin dengan metode spektofotometri pada ikan laut di pasar niten yang bermanfaat bagi
seluruh kosumen dan pembeli di pasar niten dan masyarakat sekitar.
1.2 Perumusan masalah
Berapa kadar fomalin pada ikan tuna, ikan tongkol, ikan ekor kuning, ikan kembung,
dan ikan makarel ?
1.3 Tujuan Penelitian
Menganalisis kadar formalin pada ikan tuna, ikan tongkol, ikan ekor kuning, ikan
kembung, dan ikan makarel
1.4 Luaran yang Diharapkan
Dengan dilakukannya penelitian analisis uji kauntitatif formalin pada ikan di pasar niten
maka diharapkan kesadaran penjual ikan dipasar niten untuk tidak menggunakan
formalin sebagai bahan pengawet pada ikan yang dijual. Hal itu dikarenakan formalin
yang digunakan dapat membahayakan bagi tubuh konsumen.
1.5 Manfaat penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi penjual, pembeli ikan di pasar niten dn seluruh
masyarakat yakni dapat mengetahui kadar formalin sekaligus bahaya formalin sehingga
tidak menggunakan pengawet formalin. Manfaat bagi peneliti adalah memperluas cara
berfikir penelitian dan mengetahui bahaya pada kadar formalin tertentu untuk pengawet
bahan pangan seperti ikan.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fromalin
Formalin adalah nama dagang untuk larutan formaldehida dalam air dengan kadar 30-
40%. Formaldehida merupakan aldehida yang paling sederhana dengan rumus HCHO.
Formaldehida mudah menguap karena titik didihnya 21 0c. Pada suhu ruang formaldehida
berbentuk gas (Aprilianti et al., 2007). Penentuan titik kritis dilakukan karena tidak semua titik
bahaya yang dijumpai berpengaruh buruk terhadap mutu pangan yang dihasilkan. Alur proses
yang baik dicirikan dengan adanya aktivitas untuk mengatasi bahaya yang mungkin timbul pada
sebelumnya, sebagai contoh bahaya yang ditimbulkan dari keberadaan mikroba pada ikan yang
akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan ikan kaleng bukan merupakan titik kritis
(Afrianto, 2008).
Pada tahun 2006 BPOM melakukan penelitian pada jajanan anak sekolah dasar di 26 ibu
kota propinsi di Indonesia, dengan jumlah sampel sebanyak 2903 sampel. Pengambilan sampel
dilakukan terhadap beberapa jenis jajanan, yaitu sirup, jeli, agar-agar es mambo, lolipop, mie
instant, bakso, dll. Dari penelitian ini sebanyak 6% mie menggunakan boraks (Rahmanita,
2011).
Penggunaan pengawet pada bahan makanan sampai ini masih banyak dijumpai. Terutama
penggunaan formalin sebagai pengawet bahan makanan seperti tahu, bakso, kerupuk, ikan
kering, ikan laut yang pada umumnya dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia.
berdasarkan beberapa penelitian disimpulkan bahwa formalin tergolong sebagai karsinogen,
yaitu senyawa yang dapat menyebabkan timbulnya kanker, oleh karena itu senyawa formalin
tidak boleh digunakan dalam makanan maupun minuman (Elmatris,2007). Identifikasi
keberadaan formaldehida pada bahan pangan, termasuk ikan dapat dilakukan secara kualitatif
dan kuantitatif. Jika pada uji kualitatif hasilnya positif maka akan dilanjutkan dengan pengujian
secara kuantitatif memakai spektrofotometer. Pada uji kualitatif produk yang akan mengandung
formalin akan ditunjukan dengan berubahnya warna air dan bening menjadi merah muda hingga
ungu. Semakin ungu berarti kadar formalin makin tinggi (Hastuti, 2010).
Bahaya Penggunaan Formalin
Formalin merupakan senyawa aldehid yang dihasilkan dari reaksi oksidasi methanol
dengan katalis perak pada temperature 600-7000C.konsentrasi yang tinggi dalam tubuh dapat
menimbulkan reaksi secara kimia dengan hamper semua zat di dalam sel, sehingga menekan
fungsi sel dan menyebabkan kerusakan organ tubuh. Kerusakan di dalam sel karena formalin

3
mengkoagulasi protein yang terdapat pada protoplasma dan nucleus(Saraswati et. al.,2012).
Formaldehida yang terhirup lewat pernapasan (inhalasi) akan segera diabsorbsi ke paru dan
menyebabkan paparan akut berupa pusing kepala rintis, rasa terbakar, dan laktimasi (keluar air
mata dan pada dosis yang lebih tinggi bisa buta), bronchitis edomopulmonalis atau pneumonia
karena dapat mengecilkan bronchus dan menyebabkan akumulasi cairan di paru (Artha, 2007).
Bahaya formalin dalam jangka pendek(akut) adalah apabila tertelan maka mulut,
tenggorokan, dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan
terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi(tekanan darah rendah),
kejang,tidak segar hingga koma(Ayudiah, 2007).
Pemakaian formalin bnyak disalahgunakan dan sering digunakan sebagai pengawet
bahan makanan, banyak bahan pangan yang direndam dengan larutan formalin sehingga produk
makanan menjadi kaku, keras dan tidak rusak kalau disimpan dalam waktu lama tetapi mereka
tidak mengetahui bahwa protein yang terdapat pada bahan pangan akan bereaksi dirusak oleh
formalin sehingga mutu bahan makanan tersebut akan berkurang (Jivai dan Nasni, 2008).
2.2 Spektofotmeter
Spektrofotometer adalah suatu alat atau instrument untuk mengukur transmisi atau absorben
suatu contoh sebagai fungsi dari suatu panjang gelombang (Chairns 2009). Sedangkan
spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang umum digunakan
dalam menentukan komposisi suatu sampelsecara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan
pada interaksi antara materi dengan cahaya. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari
spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditrasmisikan atau yang diadsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk
mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau
diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar 2007).
Adapun beberapa jenis spektrofotometri yang sering digunakan dalam praktikum, yaitu
single beam (berkas sinar tunggal) spektofotometri, double beam (berkas sinar ganda)
spektofotometri dan Gilford spektofotometri. Single beam spektofotometri banyak digunakan
karena harganya yang murah dan hasilnya cukup memuaskan. Spektofotometri jenis ini hanya
terdiri atas satu berkas sinar, sehingga dalam praktek pengukuran sampel dan larutan blanko
atau standar harus dilakukan bergantian dengan sel yang sama. Untuk double beam
spektofotometri biasa ditemui pada spektrofotometri yang telah memakai automatis absorbansi
(A) sebagai fungsi panjang gelombang, serta mempunyai dua buah berkas sinar sehingga dalam
pengukuran absobansi tidak perlu bergantian antara sampel dan larutan blanko, tapi dapat

4
dilakukan secara parallel. Sedangkan Gilford spektofotometri banyak
digunakan dilaboratorium biokimia dan mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan
dengan spektofotometri biasa, karena mampu membaca absorbansi sampai tiga satuan.
Spektrofotometer biasanya menggunakan sinar ultra violet, infra merah, atau cahaya
tampak. Pengukuran absorbansi atau transmitansi suatu system di daerah ultra violet (UV)
digunakan lampu deuterium yang menghasilkan sinar dengan oanjang gelombang 190-380 nm.
Pengukuran menggunakan sinar tampak menggunakan lampu iodide yang mampu
menghasilkan sinar 380-1000 nm (Huda 2001). Warna komplementer atau warna kontras
adalah warna yang berkesan berlawan satu dengan lainnya. Warna kontras bisa didapatkan dari
warna yang bersebrangan dan terdiri atas warna primer dan sekunder. Warna kontras
komplementer yang diserap oleh spektrofotometer dalam bentuk cahaya monokramatik, yakni
dua warna yang saling bersebrangan (memiliki sudut 180 derajat) dengan kontras yang paling
kuat (Goethe 1995). Tujuan dari praktikum kali ini, yaitu mengenal berbagai cara penggunaan
spektrofotometer UV/Vis dengan menggunakan sampel metilen biru berbagai konsentrasi,
mencari nilai transmittan maksimum, membuat kurva standar dan menentukan konsentrasinya.

5
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakuakn yaitu observasi dan pengujian.
3.2 Subjek dan Objek penelitian
Subjek penelitian ini yaitu ikan laut dan objek yaitu kadar formalin.
3.3 Variabel penelitian
Variabel bebas : Jenis ikan di pasar niten(ikan tuna, ikan tongkol,
ikan ekor kuning, ikan kembung, dan ikan
makarel).
Variabel terkontrol : Volume air, wadah, waktu pengujiam setiap
sampel.
Variabel terikat : Kadar formalin
3.4 Tempat dan Waktu penelitian
Tempat :Laboratorium IPA
Tanggal :6-9 Juni 2017
Waktu :13.00-15.00
3.5 Alat dan Bahan
Alat
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Pipet ruber bulb
Kompor gas
Lumpang alu
Sentrifuge
Spektofotomentri
Spatula
Bahan
Ikan segar mengandung formalin
Aquades
Formalin
Larutan standar
Blakon
Reagen nash

6
3.6 Prosedur Penelitian

1 gr daging ikan (haluskan) + 9 ml air, kemudian letakan dalam sentrifuge

1 ml sampel (ekstrasi hasil sentrifuge) + 1 ml aquades + 2 ml reagen nash,


kemudian homogenkan lalu panasakan pada suhu 370

Memasukkan dalam spektofotomrtri kemudian baca absorbansinya

7
BAB 4
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya


Penggunaan anggaran yang dibutuhkan untuk penelitian ini sebesar
Rp380.000
Ringkasan Anggaran Biaya Kegiatan
No. Jenis Pengeluaran Biaya
1. Peralatan Penunjang (15-25%) Rp -
2. Bahan Habis Pakai (20-35%) Rp 250.000
3. Perjalanan (15-25%) Rp 30.000
4. Laporan, meterai, dokumentasi, komunikasi, Rp 100.000
publikasi (maks. 15%)
Jumlah Rp 380.000
4.2 Jadwal Kegiatan
Jadwal Rencana Kegiatan
Bulan
No Jenis Kegiatan Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Perencanaan kegiatan
2 Pengambilan sampel
3. Pengujian sampel
4. Analisis data
5. Penyusunan Laporan

8
Bab III. Penututp

3.1 Daftar Pustaka

Basset, J. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. EGC. Jakarta.


Cahyadi, Wisnu, 2006, Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, 58,
Bumi Aksara, Jakarta.
Cairns D. 2009. Intisari Kimia Farmasi Edisi Kedua. Erlangga : Jakarta
Goethe. 1995. Scientific studies. The Collected Work. 12(1): 57
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT. Gramedia.
Khopkar, S.M. (2007). Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia. Jakarta.
Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti.(2005). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:
Universitas Indonesia-Press
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Svehla, G, diterjemahkan oleh Ir.L.Setiono.1979. VOGEL, Buku Teks Analisis
Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Bagian I dan II. Jakarta : PT.
Kalman Media Pustaka.

9
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Wahyu Tri Sarwiji
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
4. NIM 15312244008
5. Tempat dan Tanggal Lahir Bantul, 2 Januari 1997
6. E-mail Triwahyu6439@gmail.com
7. Nomor Telepon/HP

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SD N 1 Padokan SMP N 2 Kasihan SMA N 7
Yogyakarta
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk-Lulus 2003-2009 2009-2012 2012-2015

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


No. Nama Pertemuan Judul Artikel Waktu dan Tempat
Ilmiah/Seminar Ilmiah
1. - - -
2.
3.

D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi, atau institusi


lainnya)
Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1.
2.

10
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah PKM Kewirausahaan.

Yogyakarta, 27 Maret 2017


Pengusul,
Ttd.

[Wahyu Tri Sarwiji]


]

11
Pembimbing

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Prof. Dr. Sri Atun
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Kimia
4 NIDN 0012106503
5 Tempat dan Tanggal Lahir 12 Oktober 1965
6 E-Mail Atun_1210@yahoo.com
7 Nomor Telepon/ HP

B. Riwayat Pendidikan
S1 S2 S23
Nama Institusi IKIP ITB ITB
Jurusan
Tahun Masuk-Lulus 1989 1994 2004

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


No Nama Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
1 Workshop drafting paten
UAD
2 Worksop Hayati Kimia 2010, UGM
3 Manfaat dan Strategi
Menyusun Dokumen
PATEN

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir


No Jenis Penghargaan Instansi Pemberi Tahun
Penghargaan
1
2

12
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata ijumpai ketidak-
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah PKM Penelitian.

Yogyakarta, 27 Maret 2017


Pembimbing,
Ttd.

[Prof. Dr. Sri Atun]

13
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan
1. Perjalanan
Justifikasi Harga Jumlah
Material Kuantitas
Pemakaian Satuan (Rp) (Rp)
Perjalanan ke kantin Pembelian 3 30.000 30.000
bensin
SUB TOTAL (Rp) 30.000
2. Bahan Habis Pakai
Justifikasi Harga Jumlah
Material Kuantitas
Pemakaian Satuan (Rp) (Rp)
ikan tuna, ikan Pembelian 5 30.000- 250.000
tongkol, ikan ekor 50.000
kuning, ikan Ikan
kembung, dan ikan
makarel

SUB TOTAL (Rp) 250.000

3. Lain-lain
Justifikasi Harga Jumlah
Material Kuantitas
Pemakaian Satuan (Rp) (Rp)
Penyusunan laporan 100.000
SUB TOTAL (Rp) 100.000
Total (Keseluruhan) 380.000

14

Anda mungkin juga menyukai