Anda di halaman 1dari 6

DEMAM TIFOID

Halaqoh Ilmiah

Disajikan pada tanggal 27 September 2017

Pengasuh :

Prof. Dr. K.H. Achmad Mudlor, S.H.

Oleh :

Muhammad Fathur Rohman Sidiq

Mahasiswa Semester V

Prodi S1 Fisika

Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Brawijaya

LEMBAGA TINGGI PESANTREN LUHUR MALANG

September 2017
A. PENDAHULUAN
Demam merupakan gejala salah satu gejala infeksi pada tubuh. Biasanya
akan diikuti gelajala-gejala lain atau mungin karena tubuh terkena luka. Di dalam
tubuh terdapat sistem kekebalan yang berfungi agar tubuh tetap dalam keadaan
normal. Seperti halnya jika kita kedinginan, sistem dalam tubuh akan berusaha
menghangatkan dengan cara memberi rangsangan kepada syaraf motorik untuk
menggerakkan otot agar membakar cadangan energi yang nantinya akan di ubah ke
dalam enegi kalor atau panas. Ini sama halnya dengan dengan demam, demam
adalah salah satu respon tubuh karena ada input yang tidak bisa diterima oleh
tubuh seperti bakteri. Panas yang ditimbulkan oleh demam diharapkan dapat
membunuh bakteri atau virus.

B. PEMBAHASAN
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella Thypi(Arief Maeyer, 1999 ). Tifoid adalah suatu penyakit pada
usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella
typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara oral melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999). Demam tifoid adalah
penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan
pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan
ulserasi nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002).
Klasifikasibakteri salmonella Thypi :

Filum : Bacteria

Kelas : Prateobacteria

Ordo : Eubacteriae

Genus : Salmonella

Spesies : Salmonella Sp.


Karena bakteri ini menyerang sistem pencernaan maka, perlunya mengetahui
susunan saluran pencernaan yaitu terdiri dari : Oris (mulut), faring (tekak), esofagus
(kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus), intestinum
mayor (usus besar ), rektum dan anus. Pada kasus demam tifoid, salmonella
typi berkembang biak di usus halus (intestinum minor). Intestinum minor adalah
bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir
pada seikum, panjangnya 6 m, merupakan saluran paling panjang tempat proses
pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari : lapisan usus halus,
lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot
memanjang (muskulus longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).

Penyebab demam tifoid dan demam paratifoid adalah S.typhi, S.paratyphi A,


S.paratyphi B danS.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 1997). Ada dua sumber
penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam tifoid dan pasien dengan
carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam tifoid dan masih terus
mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

Kuman Salmonella typi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan


makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnakan oleh asam lambung.
Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di
ileum terminalis yang
mengalami hipertrofi. Di
tempat ini komplikasi
perdarahan dan perforasi
intestinal dapat terjadi.
Kuman Salmonella
Typi kemudian
menembus ke lamina
propia, masuk aliran
limfe dan mencapai
kelenjar limfe
mesenterial, yang juga
mengalami hipertrofi.
Setelah melewati
kelenjar-kelenjar limfe ini
salmonella typi masuk ke
aliran darah
melalui ductus
thoracicus.
Kuman salmonella
typi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus.

Masa tunas demam tifoid berlangsung 10-14 hari. Gejala-gejala yang


timbul amat bervariasi. Perbedaaan ini tidak saja antara berbagai bagian dunia,
tetapi juga di daerah yang sama dari waktu ke waktu. Selain itu gambaran
penyakit bervariasi dari penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran
penyakit yang khas dengan komplikasi dan kematian hal ini menyebabkan bahwa
seorang ahli yang sudah sangat berpengalamanpun dapat mengalami kesulitan
membuat diagnosis klinis demam tifoid.

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang


dikenal dengan 5F yaitu food (makanan), fingers (jari
tangan/kuku), fomitus (muntah), fly (lalat), dan melalui feses. Feses dan muntah
pada penderita typhoid dapat menularkan kumansalmonella thypi kepada orang
lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan
hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat.

Perawatan yang dilakukan kepada pasien yang mengidap penykit ini :

Isolasi pasien.
Desinfeksi pakaian.
Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang
lama, lemah, anoreksia dan lain-lain.
Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali
(istirahat total), kemudian boleh duduk jika tidak panas lagi, boleh berdiri
kemudian berjalan diruangan.
Diet

Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.


Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan
tidak menimbulkan gas, susu 2 gelas sehari, bila kesadaran pasien menurun
diberikan makanan cair melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan
anak baik dapat juga diberikan makanan biasa.

Obat

Obat anti mikroba yang sering digunakan :

Cloramphenicol

Cloramphenicol masih merupakan obat utama untuk pengobatan thypoid.

Dosis untuk anak : 50 100 mg/kg BB/dibagi dalam 4 dosis sampai 3 hari bebas
panas/minimal 14 hari.

Kotrimaksasol
Dosis untuk anak : 8 20 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 hari bebas
panas/minimal 10 hari.

Bila terjadi ikterus dan hepatomegali : selain Cloramphenicol juga diterapi


dengan ampicillin 100 mg/kg BB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis.

C. KESIMPULAN
Demam thypoid merupakan salah satu gejala dari penyakit tipes yang
disebabkan oleh bakteri salmonela thyposa. Karena kurangnya kesadaran untuk
berperilaku bersih.
DAFTAR PUSTAKA
-Maggstrom, Mikael.(2014).medical Gallery of Mikael Haggstrom.

-Hidayat AA, (2006), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, (Edisi 2), Jakarta,
Salemba Medika.

- Hidayat AA, (2006), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, (Edisi 1), Jakarta,
Salemba Medika.

- Ngastiyah, (2005), Perawatan Anak Sakit. Edisi 2, Jakarta, EGC.

- Nursalam dkk, (2005), Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta, Salemba :
Medika.

- Pearce C, (2004), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Jakarta, PT.


Gramedia.

- Saifuddin, (2006), Anatomi Fisilogi Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3,


Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai