Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang
besar terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian
retardasi mental berat sekitar 0,3% dari seluruh populasi dan hampir 3%
mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia tentunya
mereka tidak bias dimanfaatkan karena 0,1% dari anak-anak ini
memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang
hidupnya.(Swaiman KF, 1989).
Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di
indonesia 1-3 persen penduduknya menderita kelainan ini. Insidennya sulit
di ketahui karena retardasi metal kadang-kadang tidak dikenali sampai
anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan.
Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai
14 tahun.
Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki
dibandingkan dengan perempuan. Sehingga retardasi mental masih
merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat.
Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih
merupakan masalah yang tidak kecil.
Dengan adanya hal-hal diatas maka penulis, mengangkat judul
Gangguan Jiwa dengan Retardasi Mental pada Anak dan Remaja.

1
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan retardasi mental?
2. Bagaimana penyebab retardasi mental pada anak dan remaja?
3. Bagaimana manifestasi klinik retardasi mental?
4. Apa saja macam-macam retardasi mental?
5. Bagaimana pencegahan retardasi mental pada anak dan remaja?
6. Bagaimana penanganan retardasi mental pada anak dan remaja?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gangguan retardasi mental pada anak dan remaja.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi retardasi mental.
2. Mengetahui penyebab retardasi mental.
3. Mengetahui manifestasi klinik retardasi mental.
4. Mengetahui macam-macam retardasi mental.
5. Mengetahui pencegahan retardasi mental pada anak an remaja.
6. Mengetahui penanganan retardasi mental pada anak dan remaja.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh
intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu
untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas
kemampuan yang dianggap normal. (Carter CH, Toback C). Retardasi
mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO,
MENKES 1990).
Retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi intelegensi
yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku
dan gejalanya timbul pada masa perkembangan (Crocker AC,1983).
Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan
inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir
atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang
kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang
terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau
sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386).
Retardasi mental adalah gangguan heterogen yang terdiri dari
gangguan fungsi intelektual di bawah rata-rata dan gangguan dalam
ketrampilan adaptif yang ditentukan sebelum orang berumur 16 tahun.
Retardasi mental dapat diartikan sebagai suatu keadaan
perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap. Ini terutama
terlihat selama masa perkembangan sehingga mempengaruhi pada semua
tingkat intelegensia, yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan
sosial.
Retardasi mental kadang disertai gangguan jiwa atau gangguan
fisik lain Retardasi mental atau tuna mental adalah keadaan taraf
perkembangan kecerdasan di bawah normal sejak lahir atau masa anak-
anak.

3
2.2 Penyebab Retardasi Mental
Tingkat kecerdasan ditentukan oleh faktor keturunan dan
lingkungan. Pada sebagian besar kasus RM, penyebabnya tidak diketahui;
hanya 25% kasus yang memiliki penyebab yang spesifik. Secara kasar,
penyebab RM dibagi menjadi beberapa kelompok:
1. Trauma (sebelum dan sesudah lahir)
a. Perdarahan intrakranial sebelum atau sesudah lahir
b. Cedera hipoksia (kekurangan oksigen), sebelum, selama
atau sesudah lahir
c. Cedera kepala yang berat
2. Infeksi (bawaan dan sesudah lahir)
a. Rubella kongenitalis
b. Meningitis
c. Infeksi sitomegalovirus bawaan
d. Ensefalitis
e. Toksoplasmosis kongenitalisB
f. Listeriosis
g. Infeksi HIV
3. Kelainan kromosom
a. Kesalahan pada jumlah kromosom (Sindroma Down)
b. Defek pada kromosom (sindroma X yang rapuh, sindroma
Angelman, sindroma Prader Willi)
c. Translokasi kromosom dan sindroma cri du chat
4. Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan
a. Galaktosemia
b. Penyakit Tay-Sachs
c. Fenilketonuria
d. Sindroma Hunter
e. Sindroma Hurler
f. Sindroma Sanfilippo
g. Leukodistrofi metakromatik
h. Adrenoleukodistrofi

4
i. Sindroma Lesch-Nyhan
j. Sindroma Rett
k. Sklerosis tuberosa
5. Metabolik
a. Sindroma Reye
b. Dehidrasi hipernatremik
c. Hipotiroid kongenital
d. Hipoglikemia (diabetes melitus yang tidak terkontrol
dengan baik)
6. Keracunan
a. Pemakaian alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya
pada ibu hamil
b. Keracunan metilmerkuri
c. Keracunan timah hitam
7. Gizi
a. Kwashiorkor
b. Marasmus
c. Malnutrisi
8. Lingkungan
a. Kemiskinan
b. Status ekonomi rendah
c. Sindroma deprivasi: kurangnya stimulasi sosial, bahasa dan
intelektual
kehidupan keluarga yang tidak harmonis sering berganti
pengasuh dan tidak adekuat.
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Ke-1
(W.F. Maramis, 2005: 386-388)
1. Infeksi dan atau intoksinasi
Infeksi yang terjadi pada masa prenatal dapat berakibat buruk pada
perkembangan janin, yaitu rusaknya jaringan otak. Begitu juga
dengan terjadinya intoksinasi, jaringan otak juga dapat rusak yang
pada akhirnya menimbulkan retardasi mental. Infeksi dapat terjadi

5
karena masuknya rubella, sifilis, toksoplasma, dll. ke dalam
tubuah ibu yang sedang mengandung. Begitu pula halnya dengan
intoksinasi, karena masuknya racun atau obat yang semestinya
dibutuhkan.
2. Terjadinya rudapaksa dan / atau sebab fisik lain
Rudapaksa sebelum lahir serta trauma lainnya, seperti hiper radiasi,
alat kontrasepsi, dan usaha melakukan abortus dapat
mengakibatkan kelainan berupa retardasi mental. Pada waktu
proses kelahiran (perinatal) kepala bayi dapat mengalami tekanan
sehingga timbul pendarahan di dalam otak. Mungkin juga karena
terjadi kekurangan oksigen yang kemudian menyebabkan
terjadinya degenerasi sel-sel korteks otak yang kelak
mengakibatkan retardasi mental.
3. Gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan
metabolisme (misalnya gangguan metabolism karbohidrat dan
protein), gangguan pertumbuhan, dan gizi buruk termasuk dalam
kelompok ini. Gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama
sebelum anak berusia 4tahun sangat mempengaruhi perkembangan
otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan seperti
itu dapat diperbaiki dengan memberikan gizi yang mencukupi
sebelum anak berusia 6 tahun, sesudah itu biarpun anak tersebut
dibanjiri dengan makanan yang bergizi, inteligensi yang rendah
tersebut sangat sukar untuk ditingkatkan.
4. Penyakit otak yang nyata
Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat beberapa
reaksi sel-sel otak yang nyata, yang dapat bersifat degeneratif,
radang, dst. Penyakit otak yang terjadi sejak lahir atau bayi dapat
menyebabkan penderita mengalamai keterbelakangan mental.

6
5. Penyakit atau pengaruh prenatal
Keadaan ini dapat diketahui sudah ada sejak dalam kandungan,
tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomaly cranial primer
dan defek congenital yang tak diketahui sebabnya.
6. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom mungkin terjadi pada aspek jumlah maupun
bentuknya. Kelainan pada jumlah kromosom menyebabkan
sindroma down yang dulu sering disebut mongoloid. .
7. Prematuritas
Retardasi mental yang termasuk ini termasuk retrdasi mental yang
berhubungan dengan keadaan bayi yang pada waktu lahir berat
badannya kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa kehamilan
kurang dari 38 minggu.
8. Akibat gangguan jiwa yang berat
Retardasi mental juga dapat terjadi karena adanya gangguan jiwa
yang berat pada masa kanak-kanak.
9. Deprivasi psikososial
Devripasi artinya tidak terpenuhinya kebutuhan. Tidak
terpenuhinya kebutuhan psikososial awal-awal perkembangan
ternyata juga dapat menyebabkan terjadinya retardasi mental pada
anak.

2.3 Manifestasi klinik


1. Gangguan kognitif ( pola, proses pikir )
2. Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa
3. Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
4. Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih
besar atau lebih kecil dari ukuran normal )
5. Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
6. Kemungkinan tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah )
7. Kemungkinan ciri-ciri dismorfik
8. Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar.

7
2.4 Macam-Macam Retardasi Mental
Macam-macam retardasi mental dibagi menjadi:
1. Retardasi Mental Ringan
Nilai IQ pada Retardasi Mental Ringan 52-69. ketrampilan
sosial dan komunikasinya mungkin adekuat dalam tahun-tahun pra
sekolah. Tetapi pada saan anak menjadi lebih besar, defisit kognitif
tertentu seperti kemampuan yang buruk untuk berpikir abstrak dan
egosentrik mungkin membedakan dirinya dari anak lain seusianya.
Biasanya mengalami keterlambatan dalam mempelajari bahasa.
Namun, masih dapat berbicara untuk keperluan sehari-hari dan
mampu melakukan kegiatan sehari-hari serta terampil dalam
perkerjaan rumah tangga. Dan akan mengalami kesulitan dalam
pelajaran sekolah.
2. Retardasi Mental Sedang
Nilai IQ pada Retardasi Mental Sedang adalah 36-51.
Ketrampilan komunikasi berkembang lebih lambat. Isolasi sosial
dirinya mungkin dimulai pada usia sekolah dasar. Dapat dideteksi
lebih dini jika dibandingkan dengan Retardasi Mental Ringan.
Biasanya lambat dalam perkembangan pemahaman dan
penggunaan bahasa. Ketrampilan merawat diri dan ketrampilan
motoriknya pun terlambat. Penderita juga memerlukan pengawasan
seumur hidup dan program pendidikan khusus demi
mengembangkan potensi mereka yang terbatas agar memperoleh
beberapa ketrampilan dasar.
3. Retardasi Mental Berat
Nilai IQ pada Retardasi Mental Berat 20-35. bicara anak terbatas
dan perkembangan motoriknya buruk. Pada usia pra sekolah sudah
nyata ada gangguan. Pada masa usia sekolah kemampuan
bahasanya berkembang. Kebanyakan dengan gangguan motorik
yang berat akibat kerusakan perkembangan pada susunan saraf
pusat.

8
4. Retardasi Mental Sangat Berat
Nilai IQ Retardasi Mental Sangat Berat di bawah 10. Ketrampilan
komunikasi dan motoriknya sangat terbatas. Pada masa dewasa
dapat terjadi perkembangan bicara dan mampu menolong diri
sendiri secara sederhana. Tetapi juga masih membutuhkan
perawatan orang lain.
Bila ditinjau dari gejalanya, Retardasi Mental dibagi menjadi
(Melly Budhiman):
1. Tipe Klinis
Pada tipe ini, Retardasi Mental mudah dideteksi sejak dini.
Penyebabnya adalah kelainan organik. Kelainan ini dapat terjadi
pada kelas sosial tinggi atau pun sosial rendah.
2. Tipe Sosial Budaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah.
Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut Retardasi
Enam Jam. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan sosial
ekonomi rendah. Anak tipe ini pada umumnya mempunyai taraf IQ
golongan Borderline dan Retardasi Mental Ringan.

2.5 Pencengahan Retardasi Mental


Terjadinya retardasi mental dapat dicegah. Pencegahan retardasi
mental dapat dibedakan menjadi dua: pencegahan primer dan pencegahan
sekunder.
1. Pencegahan Primer
Usaha pencegahan primer terhadap terjadinya retardasi mental
dapat dilakukan dengan:
a. pendidikan kesehatan pada masyarakat,
b. perbaikan keadaan sosial-ekonomi,
c. konseling genetik,
d. Tindakan kedokteran, antara lain:
1) perawatan prenatal dengan baik,
2) pertolongan persalinan yang baik, dan

9
3) pencegahan kehamilan usia sangat muda dan terlalu
tua.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder terhadap terjadinya retardasi mental dapat
dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan dini peradangan otak
dan gangguan lainnya.

2.6 Terapi Retardasi Mental


Pencegahan retardasi mental melalui perawatan pra kelahiran dan
pengendalian infeksi secara lebih baik adalah pengobatan yang terbaik.
Setelah retardasi mental berhasil didiagnosa, fungsi sosial dan intelektual
anak bisa ditingkatkan melalui program yang dirancang untuk merangsang
perkembangan. Kini sekolah mulai mengadakan pelatihan bicara dan
bahasa, terapi bermain, dan ketrampilan sosial. (Yulius dan Iva, 2008).
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan
pada masyarakat, perbaikan keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik
dan tindakan kedokteran (umpamanya perawatan prenatal yang baik,
pertolongan persalinan yang baik, kehamilan pada wanita adolesen dan
diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak-
anak). (Idmgarut, 2009)
Terapi mengandung arti proses penyembuhan dan pemulihan jiwa
yang benar-benar sehat. Di antaranya terapi-terapi yang digunakan
meliputi beberapa bentuk:
1. Terapi holistic, yaitu terapi yang tidak hanya menggunakan obat
dan ditujukan kepada gangguan jiwanya saja, dalam arti lain terapi
ini mengobati pasien secara menyeluruh.
2. Psikoterapi keagamaan, yaitu terapi yang diberikan dengan
kembali mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.
3. Farmakoterapi, yaitu terapi dengan menggunakan obat. Terapi ini
biasanya diberikan oleh dokter dengan memberikan resep obat
pada pasien.

10
4. Terapi perilaku, yaitu terapi yang dimaksudkan agar pasien
berubah baik sikap maupun perilakunya terhadap obyek atau
situasi yang menakutkan. Secara bertahap pasien dibimbing dan
dilatih untuk menghadapi berbagai objek atau situasi yang
menimbulkan rasa panik dan takut. Sebelum melakukan terapi ini
diberikan psikoterapi untuk memperkuat kepercayaan diri.
(Plenduz, 2009)

2.7 Komplikasi
1. Serebral palcy
2. Gangguan kejang
3. Gangguan kejiwaan
4. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
5. Defisit komunikasi
6. Konstipasi

2.8 Data Penunjang


1. Pemeriksaan kromosom
2. Pemeriksaan urin, serum atau titer virus
3. Test diagnostik spt : EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas
perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang
mengakibatkan perubahan.

2.9 Penanganan Retardasi Mental


Tujuan penanganan anak retardasi mental yang utama adalah
mengembangkan potensi anak semaksimal mungkin. Sedini mungkin
diberikan pendidikan dan pelatihan khusus, yang meliputi pendidikan dan
pelatihan kemampuan sosial untuk membantu anak berfungsi senormal
mungkin.
Banyak cara dan variasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kesulitan adaptasi pada penderita retardasi mental, baik intervensi pribadi

11
atau kombinasi. Terapi perilaku berguna untuk membentuk tingkah laku
sosial, mengontrol perilaku agresif atau tingkah laku yang merusak.
Penanganan anak dengan retardasi mental memerlukan integrasi
multidisiplin untuk membantu anak-anak ini:
1. Remedial Teaching
Perlu pengulangan secara terus menerus di berbagai situasi dan
kesempatan untuk membantu mereka memahami hal-hal yang baru
dipelajari.
2. Pelayanan Pendidikan
Pendidikan merupakan aspek yang paling penting berkaitan dengan
treatment pada anak penderita retardasi mental. Pencapaian hasil
yang baik bergantung pada interaksi antara guru dan murid.
Program pendidikan harus berkaitan dengan kebutuhan anak dan
mengacu pada kelemahan dan kelebihan anak. Target pendidikan
tidak hanya berkaitan dengan bidang akademik saja. Secara
umum, anak penderita retardasi mental membutuhkan bantuan
dalam memperoleh pendidikan dan keterampilan untuk mandiri.
3. Kebutuhan-kebutuhan Kesenangan dan Rekreasi
Idealnya, anak penderita retardasi mental dapat berpartisipasi
dalam aktivitas bermain dan rekreasi. Ketika anak tidak ikut dalam
aktivitas bermain, pada saat remaja akan kesulitan untuk dapat
berinteraksi sosial dengan tepat dan tidak kompetitif dalam
aktivitas olahraga. Partisipasi dalam olahraga memiliki beberapa
keuntungan, yaitu pengaturan berat badan, perkembangan
koordinasi fisik, pemeliharaan kesehatan kardiovaskular, dan
peningkatan self-image (gambaran diri).
4. Kontrol Gangguan Tingkah laku
Gangguan tingkah laku dapat dihasilkan dari ekspektasi/harapan
orang tua yang tidak tepat, masalah organik, dan atau kesulitan
keluarga. Kemungkinan lain, gangguan tingkah laku dapat muncul
sebagai usaha anak untuk memperoleh perhatian atau untuk
menghindari frustrasi. Dalam mengukur tingkah laku, kita harus

12
mempertimbangkan apakah tingkah lakunya tidak sesuai dengan
usia mental anak, daripada dengan usia kronologisnya. Pada
beberapa anak, mereka memerlukan teknik manajemen tingkah
laku dan atau penggunaan obat.
5. Mengatasi Gangguan
Jika terdapat gangguan lain- Cerebral palsy; gangguan visual &
pendengaran; gangguan epilepsi; gangguan bicara dan gangguan
lain dalam bahasa, tingkahlaku dan persepsi- maka yang harus
dilakukan untuk mencapai hasil yang optimal adalah diperlukan
terapi fisik terus menerus, terapi okupasi, terapi bicara-bahasa,
perlengkapan adaptif seperti kaca mata, alat bantu dengar, obat anti
epilepsi dan lain sebagainya. Perlu diagnosa yang tepat untuk
menetapkan gangguan, diluar hanya masalah taraf intelegensi.
6. Konseling Keluarga
Banyak keluarga yang dapat beradaptasi dengan baik ketika
memiliki anak yang menderita retardasi mental, tetapi ada pula
yang tidak. Diantaranya karena faktor-faktor yang berkaitan
dengan kemampuan keluarga dalam menghadapi masalah
perkawinan, usia orang tua, self-esteem (harga diri) orang tua,
banyaknya saudara kandung, status sosial ekonomi, tingkat
kesulitan, harapan orang tua & penerimaan diagnosis, dukungan
dari anggota keluarga dan tersedianya program-program dan
pelayanan masyarakat. Salah satu bagian yang tidak kalah
pentingnya adalah pendidikan bagi keluarga penderita retardasi
mental, agar keluarga dapat tetap menjaga rasa percaya diri dan
mempunyai harapan-harapan yang realistik tentang penderita.
Perlu penerimaan orang tua mengenai taraf kemampuan yang
dapat dicapai anak. Orang tua disarankan untuk menjalani
konsultasi dengan tujuan mengatasi rasa bersalah, perasaan tidak
berdaya, penyangkalan dan perasaan marah terhadap anak. Selain
itu orang tua dapat berbagi informasi mengenai penyebab,

13
pengobatan dan perawatan penderita baik dengan ahli maupun
dengan orang tua lain.
7. Evaluasi Secara Berkala
Walaupun retardasi mental adalah suatu gangguan statis,
kebutuhan-kebutuhan anak dan keluarga berubah setiap waktu.
Seiring perkembangan anak, informasi tambahan harus diberikan
kepada orang tua, dan tujuan harus ditetapkan kembali, serta
program perlu diatur.
Farmakologi yang terdapat pada retardasi mental. Berikut ini
adalah obat-obat yang dapat digunakan :
1. Obat-obat psikotropika ( tioridazin, Mellaril untuk remaja dengan
perilaku yang membahayakan diri sendiri
2. Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda
gangguan konsentrasi/gangguan hyperaktif.
3. Antidepresan ( imipramin (Tofranil)
4. Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-
hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan
kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun )
yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai
75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain. penanganan
anak retardasi mental yang utama adalah mengembangkan potensi anak
semaksimal mungkin. Sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan
khusus, yang meliputi pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial untuk
membantu anak berfungsi senormal mungkin.

3.2 Saran
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi tenaga kesehatan baik
keperawatan maupun tenaga kesehatan lainnya di dalam menentukan
tindakan keperawatan maupun medis telebih mengenai gangguan jiwa
dengan retardasi mental.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ana K, Budi. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Buku


Kedokteeran EGC.

Doengoues, Marylin E. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Hamid, Achir Yani S. (1999). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa pada Anak
dan Remaja. Jakarta: Widya Medica.

Rasmun,Skp.2001. Keperawatn Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Degan


Keluarga. Jakarta. CV. Sagung Seto

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

http://www.dokteranak.net/gangguan-jiwa-pada-anak-dan-remaja-181.html
diakses pada tanggal 9 Maret 2013 jam 09.00 WIB

http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/12/17/gangguan-jiwa-pada-anak-
dan-remaja/ diakses pada tanggal 9 Maret 2013 jam 09.00 WIB

http://anietachristina.wordpress.com/2012/02/09/retradasi-mental-rm/ diakses

pada tanggal 9 Maret 2013 jam 09.00 WIB

16

Anda mungkin juga menyukai