Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK 1

TENTANG OBAT HIPNOTIK / SEDASI


DALAM FARMAKOLOGI ANESTESI

Anggota Kelompok :
1. Rovaldo Mamesah
2. M. Deni Rachmadhani
3. Azizir nur mubbin

PELATIHAN PERAWAT PENATALAKSANAAN ANESTESI


PERIODE III TAHUN 2015
RS PGI CIKINI
JAKARTA

1
DAFTAR ISI

OBAT HIPNOTIK/SEDASI DALAM FARMAKOLOGI ANESTESI

PROPOFOL ....... 3
DIAZEPAM 6
MIDAZOLAM 8
NATRIUM TIOPENTAL (PENTOTHAL) .. 10
KETAMIN HCL (KETALAR . 13

2
PROPOFOL
PENGGUNAAN
Obat induksi sedasi sadar, pemeliharaan dari anestesia, pengobatan dari mual dan muntah
akibat kemoterapi/pasca bedah.

Awitan aksi : dalam 40 detik


Efek puncak : 1 menit
Lama Aksi : 5-10 menit
DOSIS
Sedasi sadar,
Bolus IV, 20-50 mg ( 0,5-1 mg/kg), tiltrasi lambat hingga efek yang diinginkan ( contohnya,
awitan dari bicara yang tidak jelas), fungsi pernapasan dan jantung harus dipantau secara
terus menerus.
Induksi ;
IV,2-2,5 mg/kg ( berikan secara lambat dalam 30 detik dalam 2-3 dosis
Pemeliharaan;
Bolus IV, 25-50 mg
Infus, 100-200g/kg/menit
Antiemetik:
IV, 10 mg.
INTERAKSI/TOKSISTAS
Mempotensiasi efek depresi SSP dan sirkulasi dari narkotik, hipnotik sedasi, anestetik
volatil; ekstraksi pulmoner berkurang dan kadar plasma meningkat ( hingga 50 % ) dengan
pemberian bersama alfentani, fentanil, halaton ( konsentrat >1,5%); nyeri dapat terjadi pada
suntikan ke dalam vena kecil ; mempotensiasi blockade neuromuskuler dan relaksan otot
nondepolarisasi ( contoh, Atrakurium ).
PEDOMAN/PERINGATAN
1. Kurangi dosis pada manula, pasien hipovolemik, pasien bedah berisiko tinggi dan
pada penggunaan bersama narkotik dan hipnotik sedatif.
2. Perkecil rasa nyeri dengan menyuntikan ke dalam vena besar dan/atau
mencampurkan lidokain IV (0,1 mg/kg ) dengan dosis propofol induksi.
3. Karena efeknya terhadap tekanan perfusi otak, propofol tidak disarankan pada
pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial. Harus diberikan dengan hati-hati
kepada pasien dengan riwayat epilepsy atau gangguan kejang.
4. Gunakan dengan hati-hati pada seksio sesarea. Dibandingkan dengan thiopental,
dosis induksi propofol dapat berkaitan dengan konsentrasi vena umbilicus yang
tinggi, hipotonus otot dan skor Apgar 1 dan 5 menit neonatus yang rendah.

3
5. Vehikulum emulsi lemak-kedelai dari propofol membantu pertumbuhan cepat bakteri
dan teknik aseptik yang ketat harus dipertahankan selama penanganan. Ampul
propofol harus dibuang setelah sekali digunakan.
6. Penggunaan merupakan kontraindikasi pada pasien alergik terhadap telur minyak
kedelai.

ELIMINASI : Hati, ekstrahepatik ( paru ).


REAKSI SAMPING UTAMA
Kardiovaskuler;
Hipotensi, aritmia, takikardia, bradikardia hipertensi
Pulmoner;
Depresi pernapasan, apnea, cegukan, bronkospasme, laringospasme.
SSP;
Sakit kepala, pusing, euforia, kebingungan, gerakan klonik/mioklonik, opistotonus, kejang.
GI;
Mual, muntah, kram abdomen.
Lokal;
Terbakar, tersengat, nyeri pada tempat suntikan
Alergik;
Eritema, urtikaria, pruritus.
Lain;
Demam, disinhibisi, ilusi seksual.

FARMAKOLOGI
Propofol merupakan suatu obat hipnotik intravena diisopropilfenol yang menimbulkan
indikasi anestetik yang cepat dengan aktivitas eksitasi minimal ( contoh, mioklonus ). Obat
ini mengalami distribusi yang luas dan eliminasi yang cepat. Dosis induksi berkaitan dengan
apnea dan hipotensi sebagai akibat depresi miokard langsung dan penurunan tekanan
vascular sistemik dengan perubahan nadi minimal. Obat ini menghambat respon
hemodinamik terhadap laringoskopi dan intubasi. Propofol tidak mempunyai sifat analgetik,
tetapi tidak seperti barbiturate, obat ini bukan antianalgesik. Dibandingkan dengan natrium
theopental, pemulihan lebih cepat dan jarang terdapat mual dan muntah. Propofol
kemungkinan memiliki efek antiemetik intrinsic. Dosis subhipnotik efektif dalam mengobati
mual dan muntah pasca bedah dan berkaitan-kemoterapi. Seperti etomidat, propofol dapat
menekan korteks adrenal dan menurunkan kadar kortisol plasma.
Namun tidak seperti halnya etomidat, supresi adrenal reversible dengan cepat dan
memberikan respon terhadap stimulasi ACTH. Perubahan EEG pada induksi termasuk

4
peningkatan aktifitas alfa, delta dan teta kadang-kadang dengan supresi ledakan. Jika
digunakan untuk pemeliharaan anestesia, propofol menghasilkan penurunan tergantung
dosis dari amplitude potensial bengkitan-antikonvulsan. Efek prokonvulsan kemungkinan
besar disebabkan oleh depresi korteks nonspesifik daripada oleh peningkatan ambang
kejang. Propofol mungurangi aliran darah otak, tekanan intrakranial dan kecepatan
metabolik otak.
Dapat mengurangi terkanan perfusi otak karena efeknya pada tekanan rerata arteri
( CPP=MAP-ICP ). Dapat terjadi pelepasan histamine dan reaksi alergik kemungkinan sekali
berupa anafilaksisi.

5
DIAZEPAM
A. Penggunaan
Premedikasi, amnesi, sedasi/hipnotik, obat induksi, relaksan otot rangka, anti
konfulsan, pengobatan penarikan alkohol akut dan serangan panik.
B. Awitan aksi
IV <2 menit rektal <10 detik PO 15 menit 1 jam (lebih singkat pada anak-anak)
C. Lama aksi
IV 15 menit 1 jam, PO 2-6 jam
D. Dosis
1. Premedikasi : IV/IM/PO/rektal 2-10mg (0,1-0,2 mg/kg)
2. Induksi IV 0,3-0,5 mg/kg
3. Antikonvulsan :
IV 0,05 -0,-2 mg/kg setiap 10 -15 menit dosis maksimum 30 mg.
PO/rektal 2-10 mg 2 hingga 4 kali sehari
PO (pelepasan diperpanjang) 15 -30mg sekali sehari.
4. Penarikan
IV 5-10 mg (0,15-0,2mg/ kg) setiap 3-4 jam
PO 5-10 mg 3 atau 4 kali sehari
PO (pelepasan diperpanjang) 15-30 mg sekali sehari.
E. Interaksi/toksisitas
Efek sedatif dan depresi sirkulasi dipotensiasi oleh opoid dan pendepresi SSP lainya.
Eliminasi dikurangi oleh simetidin. Mengurangi kebutuhan akan anestetik volatile
timbul tromboflebitis pada pemberian IV. Bersihan dan kebutuhan dosis pada usia
tua menurun. Efek diantagonis oleh flumezenil dapat menyebabkan hipotermi
neonatum. Berinteraksi dengan wadah plastik. Dan set pemberian secara bermakna
mengurangi bioavaibilitas.
F. Pedoman / peringatan
1. Kontra indikasi pada glaukoma sudut sempit atau sudut terbuka kecuali jika
pasien mendapat terapi yang sesuai.
2. Kurangi dosis pada pasien manula/beresiko tinggi atau hipovolemik pasien
dengan cadangan paru yang terbatas dan penggunaan bersamaan dengan
sedatif atau narkotika
3. Suntikan dengan lambat melalui vena besar untuk mengurangi tromboflebitis
4. Mengantuk dapat kembali terjadi 6-8 jam setelah dosis diberikan karena
resikulasi enterohepatik.
5. Obati kelebihan dosis dengan tindakan suportif dan flumazenil (IV lambat 0,2 -
1mg)

6
6. Rute IM nyeri dan menimbulkan absorbsi eratik lambat
7. Jangan campur atau encerkan dengan larutan atau obat lain.
G. Eliminasi di hati
H. Reaksi samping utama.
1. Kardiovaskuler : bradikardi, hipotensi
2. Pulmoner : depresi pernafasan
3. SSP : mengantuk, ataksia, depresi, kebingungan, eksitasiparadoks
4. Gastrointerestinal : inkontinensia
5. Dermatologi : ruam kulit
6. Lain-lain : trombosis vena dan flebitis pada tembat suntikan mulut
kering hipotonia, hipertermia.
I. Farmakaologi
Suatu turunan benzodiazepine yang bekerja pada sistem limbik, talamus, dan
hipotalamus, menimbulkan efek penenang. Diazepam menimbulkan efek
antiansietas dan perelaksasi otot rangka dengan meningkatkan keberadaan dari
neurotransmiter inhibisi glisin, sementara aksi sedatif mencerminkan kemampuan
benzodiazepin untuk mempermudah aksi neuro transmiter penginhibisi asam gama
amino butirat (GABA). Pada suatu induksi diazepam ritme alfa terjaga berubah
menjadi suatu ritme beta pada EKG dan akan kembali setelah 30 menit.
Diazepam tidak mempunyai aksi penyekat otonomik tepi. Tanpa adanya obat obatan
pendepresi SSP lainya deazepam mempunyai efek minimal terhadap ventilasi dan
sirkulasi. Diazepam IV dianggap merupakan obat pilihan pada terminasi status
epileptikus akut sebagai akibat kelebihan dosis obat dan racun. Karena efek tang
berlangsung singkat maka untuk kontrol kejang jangka panjang harus digunakan
obat-obatan kejang lain.

7
MIDAZOLAM
A. Penggunaan
Premedikasi, sedasi sadar, obat induksi suplementasi anestesia
B. Dosis
1. Premedikasi
a. IM 2,5-10mg (0,05 0,2 mg/kg)
b. PO 20-40 mg (0,5-0,75 mg/kg) gunakan larutan injeksi potensi tinggi
(5mg/ml) encerkan dalam 3-5 ml sari apel atau minuman cola
bersendawa, atropin 0,03 mg/kg Podapat ditambahkan untuk mengurangi
sekresi
c. Intranasal 0,2-3 mg/kg gunakan larutan injektat potensi tinggi (5 mg/kg)
d. Rektal 15-20mg (0,3-0,35 mg/kg) encerkan dalam 5 ml NS
e. Sedasi sadar IV 0,5-5 mg (0,025-01 mg/kg) tritasi lambat hingga efek
yang diinginkan (contohnya awitan bicara tidak jelas) pernapasan dan
fungsi jantung harus dimonitor secara kontinu.
f. Induksi IV 50-350 g/kg
g. Infus 0,25-1,5g/kg/menit
h. Antikonvulsan IV/IM 2-5mg(0.025-0,1 mg/kg) setiap 10-15 menit seperti
yang diperlukan
C. Eliminasi: di ginjal
D. Kemasan : berupa suntikan 1mg/ml, 5 mg/ml
E. Penyimpanan sebainya disimpan pada suhu kamar (15-30 oC) lindungi dari
cahaya.
F. Pengenceran untuk infus 15mg dalam 250ml D5W atau NS (60g/ml)
G. Farmakologi
Benzodiazepin aksi pendek ini memiliki sifat antiansietas, sedatif, amnesik,
antikonvulsan dan relaksan otot skelet. Transmisi neurotransmiter tidak
dipengaruhi dan aksi dari obat obatan nondepolarisai tidak berubah. Karena
struktur cincin imidazol midazolam sangat larut dalam air pada PH rendah (<4)
dengan cincin terbuka dan lipofilik pada PH fisiologik (>4) dengan cincin tertutup.
Kelarutanya dalam air mempermudah pencampuran intravena dan sifat lipofilik
memperkecil inveksi venosa. Mekanisme aksi tidak diketahui tetapi diduga
midazolam bertindak dengan mempermudah efek dari asam gama aminobutirat,
seperti obat obatan benzodiazepine lain.dengan induksi midazolam ritme alfa
terjaga pada EKG berubah menjadi icama beta. Aktifitas alfa kembai setelah 30
menit. Awitan darah serebral kecepatan metabolik serebral dan tekanan
intrakranial menurun.midazolam menekan ventilasi dan mengurangi tahanan

8
vaskuler perifer dan tekanan darah , khususnya dengan premedikasi narkotik dan
hipovolemia. Aliran darah uterus tergantung pada tekanan arteri sistemik.
Dibandingkan dengan diazepam, midazolam memiliki awitan yang lebih cepat
degan reaksi lokal yang lebih sedikit, suatu lama aksi yang lebih pendek, efek
amnesik yang lebih besar dan potensi sedatifnya 3-4 kali lebih besar.
Dibandingkan pasien yang mendapat tiopental untuk induksi pemulihan secara
relatif lebih lambat. Hubungan respon SSP kadar darah dapat diramalkan.
H. Farmakokinetik
1. Awitan aksi IV 30 detik 1 menit IM 15 menit PO/rektal menit, Intranasal < 10
menit Intranasal <5 menit
2. Efek puncak IV 3-5 menit, IM 15-30 menit, PO 30 menit, Intranasal 10 menit,
rektal 20-30 menit
3. Lama aksi Iv/Im 15-80 menit PO/rektal 2-6jam
4. Interaksi/Toksisitas efek depresi SSp dan sirkulasi dipotensiasi oleh alkohol,
narkotik, sedatif, anestetik volatil menurunkan MAC untuk analgetik volatik
efeknya diantagonis oleh flumazenil.
I. Pedoman / peringatan
1. mengurangi dosis pada maula, pasien hipovolemik, beresiko tinggi dan
penggunaan bersama sedatif atau narkotik lain.
2. Pasien dengan COPD biasanya peka terhadap efek depresi pernafasan
3. Penggunaanya merupakan kontraindikasi pada glaucoma sudut sempit, atau
terbuka akut kecuali pasien mendapatkan terapi yang sesuia
4. Hipotensi dan depresi pernapasan yang tidak diharapkan dapat terjadi jika
diberikan bersama opioid pertimbangkan dosis yang lebih kecil
5. Depresi dan henti pernafasan dapat terjadi jika diberikan untuk sedasi sadar
jika digunakan untuksedasi sadar, jangan diberikan sebagai suatu bolus
tetapi kelebihan dosis dengan tindakan suportif dan flumazenil ( IV lambat
0,2- 1mg)
J. Reaksi samping utama
1. Kardiovaskuler : takikardi, episode vasovagal, kkompleks ventrikuler
prematur, hipotensi
2. Pulmoner : bronkospasme, laringospasme, apnea, hipoventilasi
3. SSP : Euforia, delirium bangkitan, bangkitan yang diperpanjang,
gerakan tonik klonik agitasi dan hiperventilitas.
4. Gastrointerestinal : salivasi, muntah rasa asam
5. Dermatologik : ruam,pruritus, hangat atau dingin pada tempat
suntikan

9
NATRIUM TIOPENTAL ( PENTOTHAL )
Penggunaan :
Obat induksi, suplementasi dari anestesia regional, antikonvulsan, pengurangan dan
peningkatan tekanan intrakranial, proteksi serebral (narkosis barbiturat).

Dosis :
Induksi : 3-5 mg/kg ( anak 5-6, mg/kg; bayi 7-8 mg/kg
Suplementasi anestesia : IV, 0,5-1mg/kg
Induksi rektal : 25 mg/kg
Antikonvulsan : IV, 0,5-2 mg/kg, ulangi seperti yang diperlukan
Penurunan ICP: IV, 1-4 mg/kg
Narkosis barbiturat:
Bolus IV, 8 mg/kg prn untuk mempertahankan supresi ledakan EEG (dosis total rerata 40
mg/kg).
Infus, 0,05-0,35 mg/kg/menit; pada dosis tinggi diperlukan bantuan pernapasan dan
inotropik.

Eliminasi : Hati
Kemasan :
Suntikan, sempit 250 mg, 400 mg, dan 500 mg
Vial dengan pengencer, 500 mg dan 1 g
Kit dengan 1, 2,5, 5 g
Supresi rektal, 400 mg/g suspensi
Penyimpanan :
Bubuk: Suhu kamar (15-30 C). Larutan rekonstitusi harus digunakan dengan segera.
Larutan stabil selama 24 jam didinginkan (2-8 C) ataupun pada suhu kamar.
Pengeceran untuk infus: Narkosis barbiturat: IV, 5000 mg dalam 250 ml air steril atan NS
(20 mg/ml).

Farmakologi
Tiobarbital aksi-ultrapendek ini menekan susunan saraf pusat dan menimbulkan hipnosis
dan anestesia tetapi bukan analgesia. Pemulihan setelah suatu dosis singkat adalah cepat
(kerena redistribusi dari otak ke jaringan tubuh lainnya), dengan sejumlah somnolensi dan
amnesia antegrad). Karena kelarutan lipid yang tinggi dan eliminasi yang lambat, dosis
intravena berulang menyebabkan efek obat kumulatif. Obat menimbulkan depresi
pernapasan dan efek hemodinamik, termasuk penurunan tahanan vaskular sistemik,

10
tekanan arteri, curah jantung, dan tekanan perfusi koroner. Aliran darah uterus berkurang.
Dosis induksi dari tiopental dapan menekan korteks adrenal dan mengurangi kadar kortisol
plasma. Namun, tidak seperti etomidat, supresi adrenal dengan cepat reversibel dan
memberikan respons terhadap stimulasi ACTH. Tiopental mengurangi aliran darah otak,
kecepatan metabolik otak, dan tekanan intrakranial. Tekanan perfusi otak dipertahankan.
Gelombang laten lanjut non-spesifik dari potensial yang ditimbulkan somatosensorik,
auditorik batang otak, dan visual terdepresi secara uniform. Perubahan EEG meliputi
peningkatan awal dari amplitudo alfa diikuti dengan penurunan progresif dalam aktivitas.
Dosis tinggi tiopental yang menimbulkan supresi ledakan terhadap titik isoelektrik dapat
memberikan proteksi selama hipotensi terkontrol dalam dan mengurangi ukuran infark pada
pasien dengan emboli otak dan iskemia fokal sementara. Narkosis tiopental tidak
mempengaruhi hasil pasien dengan cedera kepala berat atau setelah ares jantung. Dapat
terjadi pelepasan histamin, dan reaksi alergik kemungkinan besar merupakan anafilaksis.

Farmakokinetik
Awitan Aksi : IV, 10-20 detik; rektal, 8-10 menit (bervariasi)
Efek puncak : IV, 30-40 detik
Lama aksi : IV, 5-15 menit
Interaksi/Toksisitas:
Mempotensiasi efek pendepresi SSP dan sirkulasi dari narkotik, hipnotik sedatif, alkohol,
anestetik volatil; mengurangi efek antikoagulan oral, digoksin, penyekat beta, kortkosteroid,
kuinidin, teofilin; aksi diperpanjang oleh inhibitor MAO, kloramfenikol; penggunaanya tidak
kompatibel dengan larutan suknilkolin, tubokurarin, atau obat-obatan lain dengan pH asam;
suntikan arteri atau ekstravaskular (khususnya dengan konsentrasi diatas 5%) menimbulkan
nekrosis, gangren.
Pedoman/Peringatan
1. Terapi suntikan intraarteri atau ekstravaskular dengan infilrasi lokal fentolamin (5
hingga 10 mg dalam 10 ml NS), atau disuntikkan ke dalam arteri larutan papaverin
(40 hingga 80 mg) atau 10 ml prokain 1% untuk menginhibisi spasme otot polos.
Urokinase 75.000 IU dapat disuntikkan ke dalam arteri untuk lisis dari bekuan emboli.
Jika perlu, lakukan blok simpatis dari pleksus brakialis atau ganglion stelata.
2. Menggigil setelah anestesia pentotal merupakan suatu reaksi termal yang
disebabkan oleh peningkatan kepekaan terhadap dingin. Pengobatan terdiri dari
menghangatkan pasien dengan selimut, mempertahankan suhu kamar dan
pemberian meperidin, klorpromazin, atau metilfenidat.
3. Penggunaanya merupakan kontraindikasi pada pasien dengan status asmatikus,
porfiria intermiten akut, porfiria variegat, dan koproporfiria herediter.

11
4. Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan hipertensi, hipovolemia, penyakit
jantung iskemik, insufisiensi adrenokorteks akut, uremia, septikemia.
5. Kurangi dosis pada pasien manula, hipovolemik, dan pasien bedah berisiko tinggi
dan pada penggunaan bersama narkotik dan sedatif.
6. Sebagian besar insidens batuk dan spasme saluran pernapasan selama induksi
tiopental disebabkan oleh manipulasi saluran pernapasan selama tingkat anestesia
yang ringan daripada akibat efek obat langsung. Pada pasien dengan bronkospasme
akut, untuk induksi intravena lebih dipilih ketamin daripada tiopental.

Reaksi Samping Utama


Kardiovaskular :
Depresi sirkulasi, aritmia
Pulmoner :
Depresi pernapasan, apne, laringospasme, bronkospasme
SSP :
Delirium bangkitan, somnolensi dan pemulihana yang diperpanjang, sakit kepala
GI :
Mual, emesis, salivasi
Dermatologik :
Tromboflebitis, nekrosis, gangren
Alergik :
Eritema, pruritus, urtikaria, reaksi anafilaktik
Lain :
Hiperaktifitas otot skelet, menggigil

12
KETAMIN HCL (KETALAR)

Penggunaan :
Anestetik disosiatif; induksi dan pemeliharaan anestesia, khususnya pada pasien pada
hipovolemik atau berisiko tinggi; satu-satunya anestetik untuk prosedur bedah singkat

Dosis:
Sedasi dan analgesia :
IV, 0,5-1 mg/kg
IM/rektal, 2,5-5 mg/kg
PO, 5-6 mg/kg. Encerkan injektat dalam 5-10 mg (0.2 ml/kg) minuman berasa-cola.
Induksi : IV, 1-2,5 mg/kg; IM/rektal, 5-10 mg/kg
Infus : 15-80 g/kg/menit (diperbesar dengan 2-5 mg diazepam IV atau 1-2 mg
midozolam IV seperlunya) Epidural/kaudal: 0,5 mg/kg; encerkan dalam NS (bebas
pengawet) atau anesterik lokal (1ml/kg).

Eliminasi : hati
Kemasan:
Suntikan : 10 mg/ml, 50 mg/ml, 100 mg/ml
Penyimpanan :
Suhu kamar (-30 C). Lindungi dari cahaya dan panas.
Pengenceran dengan infus:
250 mg dalam 250 ml larutan D5W atau NS (1 mg/ml).

Farmakologi
Turunan fensilindin ini menimbulkan anestesia disosiatif bereaksi cepat yang ditandai
dengan adanya refleks laring yang normal atau agak ditingkatkan, tonus otot rangka
yang normal atau agak ditingkatkan, stimulasi pernapasan, dan kadang-kadang depresi
pernapasan yang sementara atau minimal. Efek anestetik dari ketamin sebagian dapat
disebabkan oleh suatu efek antagonis terhadap reseptor eksetasi N-metil aspartat, suatu
subkelompok dari reseptor opioid. Ketamin juga dapat bekerja pada reseptor kolinergik
muskarinik, serotonin, dan norepinefrin dalam SSP. Stimulasi simpatis sentral,
pelepasan neuronal katekolamin, dan inhibisi dari ambilan neuronal katekolamin
biasanya melebihi efek depresi miokard langsung dari ketamin. Efek hemodinamik (yang
tergantung pada respons simpatis utuh) termasuk peningkatan tekanan arteri sistemik
dan pulmonal, nadi, dan curah jantung. Ketamin merupakan obat anestetik yang
berguna pada pasien dengan kompromi hemodinamik berdasarkan pada hipovolemia

13
atau penyakit jantung intrinsik (tetapi bukan arteria koronaria), (contohnya, tamponade
jantung, penyakit jantung sianotik). Merupakan suatu relaksan otot polos bronkus dan
sama efektifnya seperti anestetik inhalasional dalam mencegah bronkospasme yang
ditimbulkan secara eksperimental. Pengaruh ketamin terhadap EEG meliputi
peningkatan aktivitas alfa, beta, dan teta tanpa perubahan pada gelombang beta.
Ambang kejang pada pasien epileptik tidak berubah. Metabolisme otak aliran darah otak
dan tekanan intrakranial meningkat dengan adanya normokapnia. Ketamin menimbulkan
peningkatan tonus uterus terkait dosis tanpa efek berlawanan terhadap aliran darah
uterus (pada dosis< 1mg/kg). Sekresi ludah dan trakeobronkial meningkat. Ketamin tidak
melapaskan histamin.

Farmakokinetik
Awitan Aksi :
IV, <30 detik; IM/rektal, 3-4 menit
Efek Puncak :
IV, 1 menit; IM/rektal, 5-20 menit; PO, 30 menit
Lama Aksi :
IV, 5-15 menit; IM/rektal, 12-25 menit; epidural, 4 jam
Interaksi/Toksisitas:
Timbulnya delirium; penurunan kebutuhan anestetik volatil; hipertensi, aritmia, iskemia
miokard pada penggunaan bersama simpatomimetik (contohnya, epinefrin); depresi
hemodinamik dapat terjadi dengan adanya penyekat alfa, penyekat beta, penyekat
kalsium, benzodiazepin, opioid, anestetik volatil, penyekat ganglion, anestesia epidural
servikal, transeksi medula spinalis; penggunaan bersama dengan benzodiazepin,
barbiturat, anestetik volatil dapat memperpanjang pemulihan; peningkatan penyekat
neuromuskuler depolarisasi dan non-depolarisasi; penurunan ambang kejang jika
diberikan dengan aminofilin.

Pedoman/Peringatan
1. Pasien yang sakit kritis dengan deplesi katekolamin dapat memberikan respons
terhadap ketamin dengan penurunan yang tidak diharapkan dari tekanan darah dan
curah jantung.
2. Reaksi bangkitan (mimpi, halusinasi, kebingungan) lebih lazim terjadi pada orang
dewasa (umur 15-65 tahun), dengan dosis tinggi, dan pemberian yang cepat dan
dikurangi dengan pramedikasi benzodiazepin dan droperidol.
3. Peningkatan tekanan intrakranial akibat ketamin dapat diperlemah oleh hiperventilasi
dan prapengobatan benzodiazepin.

14
4. Jangan campur dengan barbiturat dalam semprit/suntikan yang sama. Dapat terjadi
pembentukan presipitat/endapan.
5. Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan hipertensi berat, penyakit jantung
sistemik, atau aneurisma, mereka yang dengan peningkatan tekanan intrakranial,
alkoholik kronis, dan pasien terintoksikasi alkohol secara akut.
6. Hindari penggunaan ketamin setelah penggunaan kokain nasal topikal, pada
keracunan kokain akut, atau pada pemberian bersama dengan simpatomimetik.
Hipertensi, aritmia, dan iskemia miokard dapat merupakan hasil akhir.
7. Peningkatan sekresi saliva dapat menyebabkan obstuksi saluran pernapasan bagian
atas dan laringospasme khususnya pada anak-anak. Berikan suatu antisialagog
(contohnya, glikopirolat), prabedah.
8. Hindari sedasi ketamin intramuskuler (1-2 mg/kg) pada bayi praterm. Dapat
menyebabkan apne yang lama dengan bradikardia.

Reaksi Samping Utama


Kardiovaskular :
Hipertensi, takikardia, hipotensi, aritmia, bradikardia
Pulmoner :
Depresi pernapasan, apne, laringospasme
SSP :
Gerakan tonik, klonik, delirium bangkitan
GI :
Hipersalivasi, mual, muntah
Mata :
Diplopia, nistagmus, peningkatan ringan dari tekanan intraokuler

15

Anda mungkin juga menyukai